Anda di halaman 1dari 17

Gen 

letal

Filed under: Pewarisan Sifat — gurungeblog @ 3:55 am


Tags: gen letal dominan, Gen letal resesif

Gen letal adalah gen kematian adalah gen yang apabila dalam keadaan homozigotik dapat
menyebabkan kematian individumyang memilikiya.ada gen yang bersifat dominan ada yang
bersifat ressesif.
GEN LETAL DOMINAN
Gen letal dominan ialah gen dominan yang bila homozigottik akan menyebabkan individunya
mati. Beberapa contoh dapat dikemukakan disini :
1.Pada ayam Creeper.
Pada ayam dikenal gen dominan C yang jika homozigot menyebabkan sifet letal,alelnya resesif c
mengatur pertumbuhuhan tulang .ayam heterozigotnya Cc yaitu ayamnya hidup tapi
menunjukkan kecacatan yaitu memiliki kaki pendek disebut ayam redep ( dalam bahasa inggris
disebut creeper) meskipun ayam ini hidup tetapi sebenarnya menderita penyakit keturunan yang
disebut achondraplasi.ayam homozigot yang dihasilkan tidak pernah dijumpai hidup sebab sudah
mati sejah masih embrio banyak kelainan padanya misal kepala rusak,tulang tidak
terbentuk,mata mengecil dan rusak. Perkawinan antar dua ayam creeper menghasilkan
perbandingan 2 ayam creeper : 1 ayam normal : 1 letal.
Bagai mana jika gen letal CC tidak pernah ada bisa terjadi ayam creeper? Sebenarnya ayam
creeper (Cc) dihasilkan dari ayan normal (cc) yang salah satu gen resesif c mengalami mutasi
gen menjadi gen dominan C.
Perhatikan papan catur persilangan ayam creeper berikut :

2. Pada manusia dikenal Brakhifalangi,ialah keadaan orang dengan jari pendek disebabkan
tulang – tulang jari pendek dan menjadi satu.. cacat ini diakibatkan oleh gen B yang besifat
keturunan. Penderita brakhifalangi ialah heterozigot Bb,sedang orang yang normal adalah
homozigot resesif bb sedang homozigot dominan BB akan menunjukkan sifat letak. Jika 2 orang
yang sama-sama brakhifalangi menikah maka akan menunjukkan perbandingan 2 brakhifalang :1
normal : 1 letal
Perhatikan bagan berikut :

Brakhifalangi

3.Pada tikus gen letal dominan Y (dari bhs inggris yellow)


Yang dalam kondisi hetero zigot menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning.tikus homozigot
dominan YY tidak dikenal karena letal.tikus homozigot resesif yy normal berbulu kelabu.
Persilangan dua tikus kuning menyebabkan perbandingan 2 tikus kuning : 1 tikus kelabu
(normal). Perhatikan peta persilangan berikut ini.

Dari persilangan tersebut tampak gendomina letal baru akan muncul dari perkawinan heterozigot
dan dalam keadaan heterozigot gen dominan letal tidak menyebabkan kematian namun biasanya
menimbulkan kecacatan.

GEN LETAL RESESIF


Beberapa contoh dapat diberikan disini :
1.Pada jagung ( Zea mays ) dikenal gen dominan G yang bila dalam kondisi homozigot
menyebabkan tanaman membentuk klorofil (zat hijau daun) secaranormal, sehingga daun
berdaun hijau benar alel nya resesif g bila homozigot gg akan menyebabkan gen letal , sebab
klorofil tidak akan terbentuk samasekali pada zigot sehingga kecambah akan segera mati.
Tanaman heterozigot Gg akan mempunyai daun hijau kekuning-kuningan, tetapi akan hidup
terus sampai dapat menghasilkan buah dan biji jadi tergolong normal. Jika kedua tanaman yang
heterozigot ini sama-sama disilangkan akan diperoleh pebandingan 1 berdaun dijau normal : 2
berdaun hijau kekuning-kuningan .akan tetapi bagaimanapun juga semua keturunannya normal
semua.
Perhatikal papan punnel berikut ini

3.Pada manusia dikenal gen letal resesif i yang jika homozigot akan memperlihatkan
pengaruhnya letal. Yaitu munculnya penyakit ichtyosis congenita kulit menjadi kering dan
bertanduk, pada permukaan tubuh terdapat benda-benda berdarah. Biasanya bayi telah mati
sebelum dilahirkan.
Orang dengan homozigot dominan II dan heterozigot Ii adalah normal. Hanya pada perkawinan
dengan sama-sama heterozigot akan memunculkan peluang gen letal. Perhatikan diagaram punell
berikut ini.

GEN LETAL DAN INTERAKSI ANTAR GEN

GEN LETAL

Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan
kematain individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada pula yang
resesip. Gen letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot.
Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran. Akan tetapi,
adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu individu yang
bersangkutan menjelang dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal
resesif. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau
kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada
individu heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam dengan
kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam dengan
genotipe CpCp mengalami kematian pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep
dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam normal
(cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah ada.

Sementara itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung.
Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan makanan di
dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis sehubungan dengan
tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG
adalah hijau normal. Persilangan antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan
dengan nisbah fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2.

Gen letal dominan

Beberapa contoh dapat dikemukakan disini.

1. Pada ayam dikenal gen dominan C yang bila homozigotik akan bersifat letal dan
menyebabkan kematian. Alelnya resesip c mengatur pertumbuhan tulang normal. Ayam
heterozigot Cc dapat hidup, tetapi memperlihatkan cacat, yaitu memiliki kaki pendek.
Ayam demikian disebut ayam redep (Creeper). Meskipun ayam ini Nampak biasa, tetapi
ia sesungguhnya menderita penyakit keturunan yang disebut achondroplasia. Ayam
homozigot CC tidak pernahdikenal, sebab sudah mati waktu embryo. Banyak kelainan
terdapat padanya, sepeti kepala rusak, rangka tidak mengalami penulangan, mata kecil
dan rusak. Perkawinan antara dua ayam redep meghasilkan keturunan dengan
perbandingan 2 ayam redep:1 ayam normal. Ayam redep Cc itu sebenarnya berasal dari
ayam normal (homozigot cc), tetapi salah satu gen resesip c mengalami mutasi gen
(perubahan gen) dan berubah menjadi gen dominan C.
2. Pada manusia dikenal Brakhifalangi, adalah keadaan bahwa orang yan berjari pendek dan
tumbub menjadi satu. Cacat ini disebabkan oleh gen dominan B dan merupakan cacat
keturunan. Penderita Brakhtifalangi adalah heterozigot Bb, sedang orang berjari normal
adalah homozigot bb. Jika gen dominan gomozigotik (BB) akan memperlihatkan sifat
letal. Jika ada dua orang brakhtifalaangi kawin, maka anak-anaknya kemungkinan
memperlihatkan perbandingan 2 Brakhtifalangi: 1 Normal.
3. Pada tikus dikenal gen letal dominan Y (Yellow) yang dalam keadaan heterozigotik
menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning. Tikus homozigot YY tidak dikenal,sebab
letal. Tikus homozigot yy normal dan berpigmen kelabu. Perkawinan 2 tikus kuning akan
menghasilkan anak dengan perbandingan 2 tikus kuning:1 tikus kelabu (normal). Dari ke
tiga contoh dimuka dapat diketahui bahwa gen dminan letal baru akan nampak
pengaruhnya letal apabila homozigotik. Dalam keadaan heterozigotik gen dominan letal
itu tidak mengakibatkan kematian, namun biasanya menimbulkan cacat.

Gen Letal resesip

Beberapa contoh dapat dikemukakan disini:


1. Pada jagung (Zea mays) dikenal gen dominan G yang bila homozigotik menyebabkan
tanaman dapat membentuk klorofil (zat hijau daun) secara normal, sehingga daun
berwarna hijau benar. Alelnya resesip g bila homozigotik (gg) akan memperlihatkan
pengaruhnya letal, sebab klorofil tidak akan berbentuk sama sekali pada daun lembaga,
sehingga kecambah akan segera mati. Tanaman heterozigot Gg akan mempunyai daun
hijau kekuningan, tetapi dapat hidup terus sampai menghasilkan buah dan biji, jadi
tergolong normal. Jika 2 tanaman yangdaunnya hijau kekuninan dikawinkan maka
keturunannya akan memperlihatkan perbandingan 1 berdaun hijau normal: 2 berdaun
hijau kekuningan.
2. Pada manusia dikenal gen letal resesip I yang bila homozigotik akan memperlihatkan
pengaruhnya letal, yaitu timbulnya penyakit Ichytosis congenita. Kulit menjadi kering
dan betanduk. Pada permukaan tubuh terdapat bendar-bendar berdarah. Biasanya bayi
telah mati dalam kandungan.
3. Pada sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan
pengaruhnya letal. Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun
anak sapi ini hidup, tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong
sebagai letal. Sapi homozigot dominan AmAm dan heterozigot Amam adalah nomal.
Cara menurunya gen letal resesip ini sama seperti pada contoh dimuka. andaikan ada sapi
jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina homozigot dominan AmAm, maka
anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot Amam, di
kemudian hari anak-anak sapi ini dibiarkan kawin secara acakan (random).

Tabel

Karena sapi F1 terdiri dari 2 macam genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4 kemungkinan
perkawinan, ialah:

 1 kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina bolak-balik


 1 kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
 1 kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
 1 kemungkinan Amam X Amam, jantan betina bolak-balik.

Oleh Karena sapi homozigot resesip amam letal, maka sapi-sapi F2 akan memperlihatkan
perbandingan genotip 9 AmAm : 6 Amam. Dari berbagai keterangan di muka dapat diambil
kesimpulan bahwa hadirnya gen letal menyebabkan keturunan menyimpang dai hukum mendel,
sebab perkawinan monohybrid tidak menunjukan perbandingan 3:1 dalam keturunan, melainkan
2:1.

Mendeteksi dan mengeliminir gen-gen letal

Dari keterangan dimuka dapat diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik
akan memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya. Berhubung
dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal dominan pada satu individu
daripada gen letal resesip.
Gen-gen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan berulang kali
pada individu yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal ini mudah dapat
dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tidak pada manusia.

INTERAKSI ANTAR GEN-GEN

Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu,
terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi
nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau
interaksi dua pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.

Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka
mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk
jengger ayam, yaitu mawar, kacang, walnut, dan tunggal, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger kacang menghasilkan keturunan
dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam
hibrid (hasil persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam
berjengger walnut disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan nisbah
fenotipe walnut : mawar : kacang : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1.

Dari nisbah fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah
dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal. Munculnya fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut,
mengindikasikan adanya keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk
menghasilkan suatu fenotipe. Kedua pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh
fenotipe mawar dan fenotipe kacang.

Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe mawar adalah R, sedangkan gen
untuk fenotipe kacang adalah P, maka keempat macam fenotipe tersebut masing-masing dapat
dituliskan sebagai R-pp untuk mawar, rrP- untuk kacang, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk
tunggal. Dengan demikian, diagram persilangan untuk pewarisan jengger ayam dapat dijelaskan
seperti pada Gambar 2.13.

P : RRpp x rrPP

mawar kacang

F1 : RrPp

walnut

F2 : 9 R-P- walnut

3 R-pp mawar walnut : mawar : kacang : tunggal


3 rrP- kacang = 9 : 3 : 3 : 1

1 rrpp tunggal

Gambar 2.13. Diagram persilangan interaksi gen nonalelik

Selain itu, biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada suatu
individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih
oleh gen r, buah bulat oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tiggi oleh gen T,
batang pendek oleh gen t dll.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskannya
sifat keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman tersebut di atas, karena sulit sekali
disesuaikan dengan hukum-hukum mendel.

Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil percobaan Wiliam Bateson dan
R.C Punnet ada ermulaan abad ini. Mereka mengawinan berbagai macam ayam negeri dengan
memperhatikan bentuk jengger di atas kepala. Ayam Wyandotte mempunyai jenger tipe mawar
(“rose“), sedang ayam Brahma berjengger tipe ercis (“pea“). Pada waktu dikawinkan ayam
berjengger mawar ercis didapatkan ayam-ayam F1 yang kesemuanya mempunyai jengger bersifat
walnut (“walnut“= nama semacam buah). Mula-mula dikira bahwa jengger tipe walnut ini
intermedier. Tetapi yang mengherankan ialah bahwa pada wakru ayam-ayam walnut itu
dibiarkan kawin sesamanya dan dihasilkan banyak ayam-ayam F2 maka perbandingan 9:3:3:1
nampak dalam keturunan ini. Kira-kira 9/16 bagian dari ayam-ayam F2 ini berjengger walnut.
3/16 mawar, 3/16 ercis dan 1/16 tunggal (single).

Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling pengaruh) antara gen-
gen. adanya 16 kombinasi dalam F2 memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda
ikut menentukan bentuk dari jengger ayam. Sepasang alel menentukan tipe jengger mawar dan
sepasang alel lainnya untuk tipe jengger ercis. Sebuah gen untuk mawar dan sebuh gen untuk
ercis mengadakan interaksi menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat pada ayam-ayam F 1.
Jengger mawar ditentukan oleh gen dominan R(berasal dari “rose”), jengger ercis oleh gen
dominan P (berasal dari “pea”). Karena itu ayam berjengger mawar homozigot mempunyai
genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger ercis homozigot mempunyai genotip rrPP.
Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan F1 yang berjengger walnut (bergenotip RrPp) dan
F2 memperlihatkan perbandingan fenotip 9:3:3:1.

Gen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masing-masing domina terhadap alelnya (R dominan
terhadap r, P dominan terhadap p). sebuah atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan)
ekspresi gen lain yang buka alelnya dinamakan gen yang epistasis. Gen yang dikalahkan ini tadi
dinamakan gen yang hipostasis. Peristiwanya disebut epistasi dan hipostasi.

Peristiwa epistasi dibedakan atas:

Epistasis resesif
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain yang bukan
alelnya. Akibat peristiwa ini, pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.

Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit (Mus musculus). Ada
dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen A menyebabkan
bulu berwarna kelabu, gen a menyebabkan bulu berwarna hitam, gen C menyebabkan pigmentasi
normal, dan gen c menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan antara mencit berbulu kelabu
(AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini.

P : AACC x aacc

kelabu albino

F1 : AaCc

kelabu

F2 : 9 A-C- kelabu

1. A-cc albino kelabu : hitam : albino =

1. aaC- hitam 9 : 3 : 4

1 aacc albino

Epistasis dominan

Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang
bukan alelnya. Nisbah fenotipe pada generasi F 2 dengan adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 :
1.

Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar
(Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning dan
alelnya y yang menyebabkan buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen W yang menghalangi
pigmentasi dan w yang tidak menghalangi pigmentasi. Persilangan antara waluh putih (WWYY)
dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe generasi F2 sebagai berikut.

P : WWYY x wwyy

putih hijau

F1 : WwYy
putih

F2 : 9 W-Y- putih

3 W-yy putih putih : kuning : hijau =

3 wwY- kuning 12 : 3 : 1

1 wwyy hijau

Gambar 2.7. Diagram persilangan epistasis dominan

Epistasis resesif ganda

Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan gen
lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga
epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda.
Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.

Sebagai contoh peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan kandungan HCN
pada tanaman Trifolium repens. Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat dilukiskan secara
skema sebagai berikut.

gen L gen H

êê

Bahan dasar enzim L glukosida sianogenik enzim H HCN

Gen L menyebabkan terbentuknya enzim L yang mengatalisis perubahan bahan dasar menjadi
bahan antara berupa glukosida sianogenik. Alelnya, l, menghalangi pembentukan enzim L. Gen
H menyebabkan terbentuknya enzim H yang mengatalisis perubahan glukosida sianogenik
menjadi HCN, sedangkan gen h menghalangi pembentukan enzim H. Dengan demikian, l
epistatis terhadap H dan h, sementara h epistatis terhadap L dan l. Persilangan dua tanaman
dengan kandungan HCN sama-sama rendah tetapi genotipenya berbeda (LLhh dengan llHH)
dapat digambarkan sebagai berikut.

P : LLhh x llHH

HCN rendah HCN rendah

F1 : LlHh

HCN tinggi
F2 : 9 L-H- HCN tinggi

3 L-hh HCN rendah HCN tinggi : HCN rendah =

3 llH- HCN rendah 9 : 7

1 llhh HCN rendah

Epistasis dominan ganda

Apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya,
sementara gen dominan dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka
epistasis yang terjadi dinamakan epistasis dominan ganda. Epistasis ini menghasilkan nisbah
fenotipe 15 : 1 pada generasi F2.

Contoh peristiwa epistasis dominan ganda dapat dilihat pada pewarisan bentuk buah Capsella.
Ada dua macam bentuk buah Capsella, yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga disebabkan oleh
gen dominan C dan D, sedang bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan d. Dalam hal ini C
dominan terhadap D dan d, sedangkan D dominan terhadap C dan c.

P : CCDD x ccdd

segitiga oval

F1 : CcDd

segitiga

F2 : 9 C-D- segitiga

3 C-dd segitiga segitiga : oval = 15 : 1

3 ccD- segitiga

1 ccdd oval

Epistasis domian-resesif

Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap
pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis
terhadap pasangan gen I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.

Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu ayam ras.
Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i, yang tidak
menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya,
c, yang tidak menimbulkan pigmentasi. Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c
dominan terhadap I dan i.

P : IICC x iicc

putih putih

F1 : IiCc

putih

F2 : 9 I-C- putih

3 I-cc putih putih : berwarna = 13 : 3

3 iiC- berwarna

1 iicc putih

Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif

Pada Cucurbita pepo dikenal tiga macam bentuk buah, yaitu cakram, bulat, dan lonjong. Gen
yang mengatur pemunculan fenotipe tersebut ada dua pasang, masing-masing B dan b serta L
dan l. Apabila pada suatu individu terdapat sebuah atau dua buah gen dominan dari salah satu
pasangan gen tersebut, maka fenotipe yang muncul adalah bentuk buah bulat (B-ll atau bbL-).
Sementara itu, apabila sebuah atau dua buah gen dominan dari kedua pasangan gen tersebut
berada pada suatu individu, maka fenotipe yang dihasilkan adalah bentuk buah cakram (B-L-).
Adapun fenotipe tanpa gen dominan (bbll) akan berupa buah berbentuk lonjong. Pewarisan sifat
semacam ini dinamakan epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif.

P : BBLL x bbll

cakram lonjong

ê
F1 : BbLl

cakram

F2 : 9 B-L- cakram

3 B-ll bulat cakram : bulat : lonjong = 9 : 6 : 1

3 bbL- bulat

1 bbll lonjongGEN LETHAL

 Gen letal adalah gen kematian


 Gen lethal hanya terjadi apabila dalam keadaan homozigotik
 Jadi genotif yang Heterozygot selalu keadaannya tetap hidup
 mengingat gen yang homozygote itu ada dua maka Gen lethal dibagi menjadi dua
 homozygot yang tidak lethal dan homozygote yang membawa lethal
 Misalnya Lethal dominan , Lethal ini hanya terjadi jika gen bersifat dominan dalam
keadaan homozygote artinya dalam keadaan homozygote dominan justru malah lethal
dan yang normal genotif homozygot resesif
 Sebaliknya jika Lethal resesif , maka dalam keadaan homozygote resesif akan mati
( lethal) OK

Contoh Seorang terkena penyakit Siklemia ( Ciclle Cell Anemia ) Genotif yang Normal SS dan
Ss ( Carier) sedang ss ( lethal ) maka Siklemia kita sebut Lethal resesif ( gitu lho)

GEN LETAL DOMINAN

 Gen letal dominan ialah gen dominan yang bila homozigottik akan menyebabkan
individunya mati.
 Beberapa contoh dapat dikemukakan disini :

1.Pada ayam Creeper.

 Pada ayam dikenal gen dominan C yang jika homozigot menyebabkan sifet letal,alelnya
resesif c mengatur pertumbuhuhan tulang .
 Ayam heterozigotnya Cc yaitu ayamnya hidup tapi menunjukkan kecacatan yaitu
memiliki kaki pendek disebut ayam redep ( dalam bahasa inggris disebut creeper)
 Meskipun ayam ini hidup tetapi sebenarnya menderita penyakit keturunan yang disebut
achondraplasi.
 Ayam yang genotifnya homozigot doninan yang dihasilkan tidak pernah dijumpai hidup
sebab sudah mati sejah masih embrio
 Banyak kelainan pada ayam yang genotif homozygot dominan (CC) nya misal kepala
rusak,tulang tidak terbentuk,mata mengecil dan rusak.
 Perkawinan antar dua ayam creeper menghasilkan perbandingan 2 ayam creeper : 1 ayam
normal : 1 letal.

 Bagai mana jika gen letal CC tidak pernah ada bisa terjadi ayam creeper?
 Sebenarnya ayam creeper (Cc) dihasilkan dari ayan normal (cc) yang salah satu gen
resesif c mengalami mutasi gen menjadi gen dominan C.

Perhatikan papan catur persilangan ayam creeper berikut :

2. Brachydactly ( Brachy phalangi)

 Brakhifalangi,pada jari manusia ialah keadaan orang dengan jari pendek disebabkan
tulang – tulang jari pendek
 Cacat ini diakibatkan oleh gen B yang besifat meturun (Carier).
 Penderita brakhifalangi ialah heterozigot Bb,sedang orang yang normal adalah homozigot
resesif bb sedang homozigot dominan BB
 Jika 2 orang yang sama-sama brakhifalangi menikah maka akan menunjukkan
perbandingan 2 brakhifalang :1 normal : 1 letal Perhatikan bagan berikut :

3. Tikus Ekor kuning

 Tikus dengan genotif lethal Y (dari bhs inggris yellow) dalam keadaan homozygot (YY)
 Tikus yang dalam kondisi Heterozygot menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning.
 Tikus homozigot resesif dengan genotif yy normal berekor bukan kuning (kelabu/hitam).
 Tikus homozigot dominan YY tidak dikenal karena letal.

Persilangan dua tikus kuning menyebabkan perbandingan 2 tikus kuning : 1 tikus kelabu
(normal).
Perhatikan peta persilangan berikut ini.

 Dari persilangan tersebut tampak gen dominan letal baru akan muncul dari perkawinan
heterozigot
 Dan dalam keadaan heterozigot gen dominan letal tidak menyebabkan kematian namun
biasanya menimbulkan kecacatan.

GEN LETAL RESESIF


Beberapa contoh dapat diberikan disini :

1. Albino Daun

 Pada jagung ( Zea mays ) dikenal gen dominan G (Green) yang bila dalam kondisi
homozigot menyebabkan tanaman membentuk klorofil (zat hijau daun) secaranormal
 Sehingga daun berdaun hijau benar alel nya resesif g
 bila homozigot gg akan menyebabkan gen letal (Albino) , sebab klorofil tidak akan
terbentuk samasekali pada zigot sehingga kecambah akan segera mati.
 matinya jagung itu karena tidak tersedianya makanan , karena tidak dapat melakukan
fotosintesis
 Tanaman heterozigot Gg akan mempunyai daun hijau kekuning-kuningan, tetapi akan
hidup terus sampai dapat menghasilkan buah dan biji jadi tergolong normal.
 Jika kedua tanaman yang heterozigot ini sama-sama disilangkan akan diperoleh
pebandingan 1 berdaun dijau normal : 2 berdaun hijau kekuning-kuningan .akan tetapi
bagaimanapun juga semua keturunannya normal semua.

Perhatikan papan punnel berikut ini


2. Ichtyosis congenita

 Pada manusia dikenal gen letal resesif i yang jika homozigot akan memperlihatkan
pengaruhnya letal.
 gen membawa kematian itu karena munculnya penyakit ichtyosis congenita kulit menjadi
kering dan bertanduk, pada permukaan tubuh terdapat bintil bintil berdarah.
 Biasanya bayi telah mati sebelum dilahirkan.
 Orang dengan homozigot dominan II normal homozygot
 Genotif heterozigot Ii adalah normal tetapi membawa kematian (Carier)
 Hanya pada perkawinan dengan sama-sama heterozigot akan memunculkan peluang gen
letal.

Perhatikan diagaram punell berikut ini.

Sapi Dexter

 Pada sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (am am) akan memperlihatkan
pengaruhnya letal.
 Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun anak sapi ini hidup,
tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong sebagai letal ( orang
menyebutnya dengan istilah sapi Buldog = am am)
 Sapi homozigot dominan (Am Am ) dan heterozigot (Am am) adalah nomal.
 Cara menurunya gen lethal resesip ini sama seperti pada contoh sebelumnya .
 Jika sapi jantan heterozigot Am am kawin dengan sapi betina homozigot dominan
AmAm, maka anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot
Amam, di kemudian hari anak-anak sapi ini dibiarkan kawin secara acakan (random).

Perhitungan genetik

 Karena sapi F1 terdiri dari 2 macam genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4
kemungkinan perkawinan, ialah:
 1 kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina bolak-balik
 1 kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
 1 kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
 1 kemungkinan Amam X Amam, jantan betina bolak-balik.

Oleh Karena sapi homozigot resesip amam letal,

 maka sapi-sapi F2 akan memperlihatkan perbandingan genotip 9 AmAm : 6 Amam.


 Dari berbagai keterangan di muka dapat diambil kesimpulan bahwa hadirnya gen letal
menyebabkan keturunan menyimpang dari hukum mendel
 Sebab perkawinan monohybrid tidak menunjukan perbandingan 3:1 dalam keturunan,
melainkan 2:1.

JADI

 Gen letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot.
 Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran.
 Adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu
individu yang bersangkutan menjelang dewasa.
 Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif.
 Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau
kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada
individu heterozigot.
 Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam
dengan kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cc).
 Ayam dengan genotipe CC mengalami kematian pada masa embrio.
 Apabila sesama ayam redep dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah
fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam normal (cpcp) = 2 : 1.
 Hal ini karena ayam dengan genotipe CC tidak pernah ada.

 Gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung.
 Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan
makanan di dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis
sehubungan dengan tidak adanya khlorofil.
 Tanaman Gg memiliki warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG adalah hijau normal.
Persilangan antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan dengan nisbah
fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2.

Mendeteksi dan mengeliminir gen-gen letal

 Dari keterangan dapat diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik
akan memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya.
Berhubung dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal dominan
pada satu individu daripada gen letal resesip.
 Gen-gen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan
berulang kali pada individu yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal
ini mudah dapat dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tidak pada manusia.

Konklusi
Dari uraian diatas sebenarnya sangat sederhana untuk menjadi patokan pada Gen Lethal

1. karena gen lethal selalu dalam keadaan homozygot maka jelas perkawinan hanya bisa
terjadi hanya pada individu Hetero dengan individu hetero yang bisa menurunkan
keturunan yang bersifat Lethal OK
2. dari perkawinan hetero yang memunculkan keturunan Lethal itu dipastikan yang lethal 25
% sisanya individu yang hidup dengan rincian yang normal sejati 25 % dan yang hetero
Carier 50% Jadi yang hidup 1/3 normal sejati dan 2/3 hetero pembawa lethal OK
3. Jadi Lethal selalu didapat dari jika induknya heterozygot , jika keduanya tidak
heterozygot tidak bakal terjadi lethal
4. Silahkan coba perkawinan baik Monohibrid , Dihibrid selalu pasti yang lethal terjawab
25 lethal dan 75 % hidup
5. Contoh Jika A* membuat lethal, pada Perkawinan AaBb X AaBb akan menurunkan
keturunan . Agar effisien waktu nggak perlu disilangkan jawab saja yang mati 25 % pasti
benar . Ternyata setelah diuraikan yang mati no 1 , no 2 , no 5 dan no 6
6. Jika diubah yang membuat lethal b* ya tetap ketemunya 25 % = yaitu individu no 11, 12,
15 dan 16 OK

Anda mungkin juga menyukai