Anda di halaman 1dari 50

Innate

Merupakan perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah


ada di dalam suatu individu.Perilaku yang timbul karena bawaan lahir
berkembang secara tetap/pasti. Perilaku ini tidak memerlukan adanya
pengalaman atau memerlukan proses belajar, seringkali terjadi pada
saat baru lahir, dan perilaku ini bersifat genetis (diturunkan).

Insting

Adalah perilaku innate klasis yang sulit dijelaskan, walaupun demikian


terdapat beberapa perilaku insting yang merupakan hasil pengalaman,
belajar dan adapula yang merupakan factor keturunan.Semua maklhuk
hidup memiliki beberapa insting dasar.

Pola Aksi Tetap (FAP = Fixed Action Pattern )

FAP adalah suatu perilaku steretipik yang disebabkan oleh adanya


stimulus yang spesifik. Contoh:

Saat anak burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya,


kemudian induknya akan menaruh makanan di dalam mulut anak
burung tersebut.

Anak bebek yang baru menetas akan masuk ke dalam air. Perilaku ini
telah diprogram sebelumnya, dengan kata lain, tidak diperlukan
proses belajar.

Pada perilaku kawin pada burung merak (Pavo muticus), burung jantan
akan menunjukkan keindahan warna ekor bulunya.

Induk burung tidak perlu belajar untuk memberi makan anaknya yang
baru menetas, anak bebek tidak perlu belajar berenang.

Kinesis: yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh stimulus, tetapi tidak
diarahkan dalam tujuan tertentu. Meskipun demikian, perilaku ini
masih terkontrol.

Taksis : yaitu gerak pindah secara otomatis oleh suatu organisme motil
(mempunyai kemampuan untuk bergerak), akibat adanya suatu
rangsangan.

Untuk melakukan perilaku bawaan kadang-kadang diperlukan suatu


isyarat tertentu, isyarat tersebut disebut release atau pelepas. Release
(pelepas) ini dapat berupa warna, zat kimia dll.

Release berupa warna, misalnya pada ikan berduri punggung tiga.


Selama musim berbiak biasanya ikan betina akan mengikuti ikan
jantan yang perutnya berwarna merah ke sarang yang telah
disiapkannya. Tetapi ternyata ikan betina akan mengikuti setiap benda
yang berwarna merah yang diberikan kepadanya. Dan benda apapun
yang menyentuh dasar ekornya, akan menyebabkan ikan betina
tersebut bertelur.

Release berupa zat kimia misalnya feromon. Feromon berfungsi


sebagai release pada berbagai serangga sosial seperti semut, lebah
dan rayap. Hewan-hewan tersebut mempunyai berbagai feromon untuk
setiap tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari
makan, perilaku adanya bahaya dll.

Release berupa bintang, Sauer seorang ornitolog dari Jerman mencoba


sejenis burung di Eropa (burung siul). Burung tersebut yang masih
muda pada musim gugur akan bermigrasi ke Afrika terpisah dari
induknya. Migrasi tersebut dilakukan pada malam hari dengan bantuan
navigasi bintang-bintang. Sauer memelihara burung siul yang masih
muda, pemeliharaannya tidak mudah karena burung tersebut hanya
memakan serangga yang masih hidup dalam jumlah banyak. Bila
musim gugur tiba, burung-burung tersebut menjadi tidak tenang. Bila
burung tersebut dibawa ke dalam planetarium, melihat bintang-bintang
maka burung tersebut akan terbang ke arah tenggara, sepertinya bila
di alam benas burung tersebut menuju ke Afrika.

Ritme atau periode merupakan dorongan berpindah pada musim gugur


merupakan contoh perilaku bawaan pada burung burung yang
berulang-ulang pada interval tertentu, dan dapat berlangsung setiap 2
jam, 24 jam atau bahkan satu tahun. Banyak hewan yang mempunyai

ritme harian, seperti hewan nocturnal yang aktif setiap 12 jam sekali.
Ritme tersebut tidak akan persis sama, dapat bergeser satu jam
kedepan atau satu jam mundur. ritme yang demikian disebut circadian.
Perilaku yang dapat membedakan panjang relatif siang dan malam
diatur oleh perubahan dalam fotoperiode. Kemampuan bereaksi
terhadap fotoperiode menunjukkan bahwa hewan mempunyai
mekanisme mengukur jumlah jam siang dan jumlah jam malam atau
salah satu diantaranya. Atau dengan perkataan lain hewan tersebut
mempunyai jam biologis.

Perilaku Yang Diperoleh Dengan Belajar (Animal reasoning and


learning)

Perilaku yang diperoleh dengan belajar adalah perilaku yang diperoleh


atau sudah dimodifikasi karena pengalaman hewan yang bersangkutan
yang mengakibatkan suatu perubahan yang tahan lama dan dapat
juga bersifat permanen.

Kebiasaan (habituation); Hampir semua hewan mampu belajar untuk


tidak bereaksi terhadap stimulus berulang yang yang telah dibuktikan
tidak merugikan. Mis: membuat suara aneh dekat anjing, pertamatama hewan tersebut akan terkejut dan mungkin juga takut, tetapi
setelah lama dan merasa bahwa suara tersebut tidak berbahaya, maka
bila ada suara tersebut hewan tersebut tidak akan berreaksi lagi.

Perekaman (imprinting); Lorenz (1930) menemukan semacam cara


belajar pada burung yang bergantung pada satu pengalaman saja.
Hanya pengalaman ini harus berlangsung tepat setelah telur burung
tersebut menetas. Mis: Angsa akan mengikuti benda bergerak pertama
yang dilihatnya dan benda tersebut dianggap sebagai induknya.

Karena yang pertama dilihat adalah Lorenz, maka dia dianggap


sebagai induknya.

Reflex bersyarat; Pavlov (seorang ahli fisiologi) mempelajari sistem


syaraf hewan menyusui. Yaitu mempelajari reflex yang menyebabkan
anjing memproduksi air liur, dan menemukan bahwa melihat atau
mencium bau daging saja sudah menyebabkan anjing mengeluarkan
air liur. Pavlov mencoba rangsangan lain yang dapat menghasilkan
tanggapan mengeluarkan air liur, yaitu dengan bunyi bel. Pavlov
menemukan bahwa rangsangan pengganti harus datang sebelum
rangsangan asli, supaya tanggapannya berhasil dipindahkan. Juga
semakin pendek jangka waktu antara kedua rangsangan, semakin
cepat reaksi itu melekat pada rangsangan pengganti. Hal tersebut
dapat juga terjadi pada ayam atau merpati dengan tanda bunyi
kentongan (kul-kul).

Metode coba-coba (trial & error learning)

Misalnya yang dilakukan Skinner dengan membuat sekat dalam kotak


yang akan mengeluarkan makanan bila ditekan. Tikus yang lapar
dimasukan ke dalam kotak. Dalam waktu singkat tikus dapat
mengetahui cara mendapatkan makanan tersebut.

Dalam suatu kotak ada dua titik cahaya, yang satu lebih terang dari
yang lain. Bila yang terang dipatuk pada bagian bawahnya akan keluar
makanan. Merpati dengan cepat akan mematuk cahaya yang lebih
terang.

Perilaku Agonistic

Perilaku aggressive: Perilaku yang bersifat mengancam atau


menyerang.

Perilaku submissive: Perilaku yang menunjukkan ketakutan atau kalah.

Vokalisasi; Adalah suara yang dikeluarkan oleh satu atau lebih individu
untuk berkomunikasi dan koordinasi diantara anggota kelompoknya.

Perilaku maternal / mothering; Perilaku induk yang bertujuan


melindungi dan memelihara anaknya.

MENGHINDARI PREDATOR

Ada sekelompok kecil hewan yang termasuk super predator yang tidak
takut pada predator yang lain, tetapi pada akhirnya musuhnya adalah
manusia. Pada umumnya cara utama hewan menghindari musuh
adalah dengan berlari atau terbang. Pada hewan tingkat tinggi,
melarikan diri dari predator adalah merupakan perilaku belajar, mis :
kucing dengan anjing. Tetapi pada lalat rumah merupakan perilaku
bawaan, mis : bila lalat akan dipukul dapat menghindar, karena adanya
perubahan udara di sekitarnya.

Tanda adanya bahaya itu diterima berbeda antara satu spesies dengan
spesies yang lain. Pada sejenis burung gelatik mempunyai naluri takut
terhadap burung hantu tetapi tidak takut terhadap ular, tetapi pada
spesies burung yang lain sejak lahir sudah takut terhadap ular, tetapi
tidak takut terhadap predator yang lain. Juga respon terhadap predator
bervariasi, karena meskipun predatornya sama akan memberikan
tanda yang berbeda pada waktu yang tidak sama. Misalnya antelop
tidak akan melarikan diri bila melihat singa yang berjalan ke arahnya,
tetapi antelop baru bereaksi kalau singa mengendap-endap pada
semak-semak.

CARA MENGHINDARI PREDATOR

1.

Perilaku Altruistik

Perilaku ini lebih mementingkan keselamatan kelompok daripada


dirinya sendiri.

Rusa (Muskoxen) di daerah tundra di Antartika, bila tidak bisa


melarikan diri dari predator (serigala) akan mengirimkan bau dari jari
kakinya yang disebut karre.

Kera (Baboon) di Afrika bila ada bahaya misalnya dengan datangnya


singa atau leopard, maka akan membentuk formasi kera yang yang
tua, betina dan anak-anak ditengah dikelilingi oleh kera-kera muda

jantan. Sedangkan kera jantan yang menjadi raja akan berusaha


mengusir atau menyerang predator tersebut.

Induk ayam akan bersuara ribut sebagai tanda bahaya bila dilihat ada
burung elang yang datang, anaknya dipanggil untuk disembunyikan.

Semut yang sarangnya terganggu akan mengeluarkan feromon (asam


formiat) dari taringnya, untuk memberi tanda kepada semut-semut
yang lain, bila keadaan sudah reda asam formiat tidak dikeluarkan lagi
dan kembali lagi ke sarang.

2. Kamuflase (penyamaran)

Yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih, dan pada musim
panas bulunya berbintik membuat tidak menarik perhatian karena
warnanya sangat sesuai dengan lingkungan.

Kupu-kupu daun mati (Kallima) dari Amerika Selatan sayapnya sangat


mirip dengan daun yang dihinggapi sehingga dapat terhindar dari
burung pemangsanya, tetapi karena sangat mirip dengan daun maka
kadang-kadang ada insekta lain yang bertelur di atas sayapnya.

3.

Mimikri

Yaitu menyerupai hewan yang lain, dapat dibagi menjadi mimikri Miller,
mimikri Bates dan mimikri agresif.

Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan
hewan yang tidak dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak
mengandung racun dalam tubuhnya dan enak dimakan seperti roti
bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang mempunyai racun
dalam tubuhnya.

Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan


lain yang berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak
berbahaya memiliki warna seperti ular tanah yang sangat berbisa.

Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk mengelabui


mangsanya. Ikan anglerfish (Antennarius) dari Filipina mempunyai satu
pemikat yang mirip ikan kecil untuk memikat mangsanya, pemikat
tersebut adalah perkembangan dari duri pada sirip punggung pertama.
Kunang-kunang jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya kelapkelipnya, pola kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada
suatu spesies kunang-kunang betina yang dapat meniru kelap-kelip
spesies yang lain, bila jantan spesies yang lain itu datang akan
dimakan.

Banyak hewan yang mempunyai adaptasi melindungi dirinya terhadap


serangan pemangsa, misalnya :

Duri pada landak

Bau pada celurut

Spirobolus (kaki seribu) mensekresi asam hidrosianat yang beracun jika


diganggu.

Bila hewan telah mempunyai senjata tetapi tidak ada pemangsa yang
tahu, maka hewan tersebut berevolusi sehingga mempunyai warna
yang mencolok tanpa penyamaran sedikitpun, disebut
aposematik.Misalnya pada larva kupu-kupu raja berwarna mencolok
tanpa penyamaran sedikitpun, dan di dalam badannya terdapat zat
kimia yang beracun untuk predator yang memangsanya.Zat beracun
tersebut berasal dari tumbuhan (milkweed) yang biasa dimakan.Racun
tersebut tetap disimpan sampai larva mengalami metamorfosis. Maka
burung yang memakan kupu-kupu raja akan memuntahkannya dan
tidak akan makan lagi.

Wilayah Jelajah (Home Range)

Adalah wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat


mensuplai makanan, minum, serta mempunyai fungsi sebagai tempat
berlindung atau bersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin.Tempattempat minum dan tempat-tempat mencari makanan pada umumnya
lebih longgar dipertahankan dalam pemanfaatannya, sehingga satu

tempat minum dan tempat makan seringkali dimanfaatkan secara


bergantian ataupun bersama-sama.

Etologi Hewan atau Tingkah laku Hewan

A.

Tingkah Laku Hewan

Tingkah laku khusus ternak yaitu tingkah laku ini merupakan bawaan
sejak lahir atau sebagai refleksi karakteristik ternak tersebut, yang
tidak berubah oleh proses belajar. Tingkah laku lainnya dapat berubah.
Etogram yaitu gambaran tingkah laku khusus ternak adalah sebagai
berikut: merupakan katalog yang tepat dan terinci yang memuat
respons yang membentuk tingkah laku, untuk mengetahui bagaimana
hewan mengatasi bermacam-macam lingkungan dan pengalaman. dan
terbentuk dari tiap elemen pola reaksi.
Beberapa Istilah Dalam Etogram yaitu:
a)
Ingestif. Tingkah laku yang berhubungan dengan makan,
merumput, menyusu, menjilati garam untuk memenuhi kebutuhan
hidup
b)
Pencarian tempat berteduh (shelter-seeking). Mencari lingkungan
tau tempat yang optimal bagi dirinya, misal : berteduh di bawah pohon
(mamalia), mencari pohon untuk bersarang (burung).
c)
Penyidikan (investigatory). Merupakan karakteristik yang penting
untuk memudahkan mereka melihat keadaan bahaya atau menemukan
temannya, misal : mengangkat kepala, mengarahkan mata, telinga dan
hidung kearah gangguan, mencium dan menjilati temannya.
d)
Alelomimetik (kelompok). Tingkah laku yang sama dalam satu
satuan waktu, misal : merumput, berjalan, berlari, tidur, terbang.
e)
Agonistik (artinya berjuang). Tingkah laku yang ada hubungannya
dengan agresivitas, kepatuhan, dan pertahanan, misal: menakutnakuti, pdkt, berkelahi, melarikan diri
f)
Eliminatif. Tingkah laku yang meliputi kencing dan buang kotoran
yang berbeda-beda antara spesies dan jenis kelamin, misal : sapi,
anjing, jantan dan betina, dapat juga menandai daerah kekuasaannya
dan bagian dari komunikasi antara temannya.
g)
Epimeletik (care giving) dan Et-epimeletik (care-soliciting).
Tingkah laku keindukan / keibuan, misal : menjilati dan menggigit
placenta pada anak setelah melahirkan, mencium dan menjilati
anaknya, berteriak /mengembik bila terpisah dari kelompoknya,

sedangkan pada burung dan kera hewan jantan menunjukkan sifat


yang sama seperti betina tehadap anaknya.
h)
Seksual atau reproduksi. Tingkah laku yang beragam yang
diperlukan sebelum kopulasi.
i)
Bermain. Tngkah laku hewan muda dalam proses mempelajari
beberapa kejadian yang berguna kelak pada saat dewasa.

B.

Tingkah Laku Social

Tingkah laku sosial adalah tingkah laku yg biasa & dpt diduga yg terjadi
antara dua at lebih individu pada kelompok. Dalam setiap kelompok
spesies ternak selalu terdpt tingkahlaku sosial & peringkat sosial (order
sosial) yg terorganisir dg baik. Order sosial pertama kali dipelajari pd
ayam.
Peck order : bila sejumlah ayam yg belum saling mengenal
ditempatkan dlm 1 kandang, akan terjadi pertarungan 2 pihak yg
belum saling mengenal tsb yg akhirnya dpt melibatkan semua individu.
Pemenang dr pertarngan awal akan mendominasi tertakluk & si
tertakluk akan selalu menghindar dr penakluk).
Order sosial ini kurang penting di alam bebas (banyak terdpt makanan
& air).

Tingkah laku order sosial yg menonjol adalah pada anak babi yg


baru lahir (Ia menyusu pd induknya & memilih puting susu yg paling
depan).

Tingkah laku order sosial sgt penting bila ternak diberi makan
bersama dlm kandang. Ternak yg dominan akan mengusir individu-2
subordinan dr T4 makan shg mereka kelaparan. Hal ini terjadi di feedlot
sapi potong dan dipembibitan.
1.

Dominasi & Hararki

Dominasi yaitu Ternak yg dominan biasanya mempertahankan tingkat


hidup yg terbaik.
Contoh : Sapi yg subordinat tidak hanya berjalan lebih jauh, tetapi juga
tdk bisa makan sblm sapi betina dominan selesai makan
Tingkah laku dominasi biasanya dicapai dgn cara :
a.

tingkah laku agresif,

b.
ternak yg memiliki kepercayaan diri yg lebih besar ditunjukkan
dgn bentuk tubuh yg besar (tanpa tingkah laku agresif).
Ternak subordinat memperlihatkan tingkah laku patuh/menurut (ternak
yg lemah & lebih muda), hal ini memberi kesempatan pada mereka
utuk tetap tinggal dlm kelompok & berbagi sumber pakan at air.
2.

Pengenalan & Ingatan

Peringkat & dominasi yg stabil akan terjadi jika telah terjadi


pengenalan yg baik terhadap sesama anggota dlm satu kelompok.
Contoh : * Seekor ayam betina dpt mengenal 25 ekor ayam lainnya.
* Sapi betina dpt mengenal lebih dari 100 ekor anggota lain dlm
kelompoknya Ternak
dominan akan diingat lebih lama.
Pd ternak ayam betina, pada segala tingkatan, kepala merup bagian yg
paling penting untuk proses pengenalan. Mengubah atau mewarnai
kepala seekor ayam menyebabkan ayam tersebut diperlakukan
sebagai seekor ayam asing. Pd Ternak unggas, proses pengenalan
dilakukan lewat penglihatan & suara. Ternak selain unggas adalah
penglihatan, penciuman & suara.
3.

Implikasi Manajemen

Manajer/peternak yg baik : memperhatikan peningkatan tingkah laku


keganasan dlm suatu kelompok & memperhatikan ternak subordinat.
Pembuatan kandang dengan memperhatikan tempat pakan dgn
perlindungan kepala & dinding dpt melindungi ternak subordinat dari
serangan & memberi kesempatan lebih panjang baginya untuk
mendptkan pakan & air.
a.
Pola pemeliharaan ternak dalam kandang ada beberapa hal yg
perlu diperhatikan adalah : pemisahan bermacam-macam kelas ternak
berdasarkan status fisiologinya yaitu pemisahan ternak muda dan
sedang tumbuh dari ternak-ternak yg lebih besar dan tua ;
b.
Pemisahan ternak bunting sebelum kelahiran dan selama periode
kelahiran serta periode masa sapih.

4.

Tingkah Laku Menjilat

Tidak seluruh interaksi dlm satu kelompok ternak bertipe


dominan/kalah atau agresif/mengalah. Dlm satu kelompok dgn
domiansi tetap dpt dilihat anggotanya saling menjilati. Bila seekor

ternak menjilati ternak yang lainnya, Ternak yg menjilati memiliki


status sosial di bawah ternak yg dijilatinya.

Hasil penelitian :
a.
seekor ternak yg menjilati ternak lainnya ut menikmati rasa
asing pd lapisan kulit luar ternak yg dijilatinya,
b.
tingkah laku menjilati menjadikan ternak dpt mendekati ternak
lainnya tanpa rasa takut,
c.
tingkah laku menjilati merup suatu gerakan dua arah & terlepas
dari hub dominasi (ternak subordinat tdk perlu takut pd ternak
dominan).
Tingkah laku menjilat merup suatu faktor ikatan sosial yg
menyebabkan ikatan kelompok didasarkan pd hub yang baik dan
bertentangan dg sifat agonistik. Tingkah laku menjilat merup hal yg
sangat penting ut mengurangi ketegangan dan stress.

Makalah Tingkah Laku Sapi (Animal Behavior)


BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang

Tingkah laku atau etologi hewan praktis telah merupakan hal yang
penting sejak masa prasejarah. Tingkah laku ini dimanfaatkan oleh
para pemburu dan kemudian oleh masyarakat untuk menjinakkan
hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini, para
ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku
hewan baik secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai
hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Banyak penelitian yang pada mulanya telah dilakukan memuat
deskripsi mengenai aspek-aspek tingkah laku yang telah didefinisikan
dengan baik. Para ilmuwan yang mempelajari hewan dalam lingkungan
asalnya disebut ethologist.Beberapa sumbangan pemikiran dibuat oleh
para ilmuwan psikologi yang mempelajari hewan dalam lingkungan
laboratorium yang terkontrol, yang kemudian mengubah factor-faktor
lingkungannya satu demi satu dan mencatat pengaruh tersebut pada
tingkah laku hewan.
Sapi merupakan jenis ternak yang tergolong dalam famili Bovidae atau
ruminansia, yang memiliki sistem pencernaan dan siklus reproduksi
kompleks dan terintegras. Pemahaman perilaku sapi dan respon
perilaku terhadap perubahan apapun yang terjadi sangat penting untuk
mengetahui dampak yang akan ditimbulkan akibat perubahan
tersebut, baik dari segi kesehatan maupun tingkat produksinya. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai perilaku dan perubahan perilaku
pada hewan ruminansia tersebut.

I.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,


antara lain:
a.

Bagaimana tingkah laku normal pada sapi?

b.
Bagaimana tanda-tanda yang ditunjukkan pada sapi yang
normal?
c.
Apa saja penyakit yang sering terjadi pada sapi yang
menyebabkan perubahan perilaku?

I.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:


a.
Untuk mengetahui tingkah laku atau animal behavior normal
pada sapi.
b.
Untuk mengetahui dan memahami tanda-tanda sapi yang
normal.
c.
Untuk mengetahui dan memahami penyakit yang sering terjadi
pada sapi.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1

Perilaku Normal Sapi

Perilaku dasar pada hewan seperti makan, minum, tidur, istirahat,


aktivitas seksual, eksplorasi, latihan, bermain, ekplorasi, aktivitas
melarikan diri, pemeliharaan dan sebagainya sangat penting untuk
diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan memberi rasa
nyaman serta aman terhadap diri mereka. Kondisi dimana perilaku
dasar tersebut tidak terpenuhi akan berdampak pada kinerja dan
produktivitas dari hewan. Beberapa perilaku dapat merugikan
kesehatan dan produksi bahkan jika penyebab perubahan perilaku
semakin meningkat maka secara tidak langsung dapat menyebabkan
kerusakan sehingga kembali perlu ditekankan tentang pentingnya
memahami perilaku normal sapi sebagai indikator untuk mengetahui
respon perilaku umum. Kondisi yang menghambat perilaku dasar
memaksa menciptakan suatu penggiatan atau intensifikasi untuk
mengatasi hal tersebut.
Contohnya:
Ketersediaan pakan yang terbatas akan cenderung
meningkatkan perilaku sapi yang menyentuhkan bagian mulutnya ke
benda seperti tempat air, memainkan lidahnya, atau menggertakkan
giginya.
Terjadi respon pertahanan atau ingin melarikan diri dengan
intensif yang ditandai dengan menendang atau menyapukan ekor pada
tiang penyangga secara terus menerus apabila ada hal yang
mengancam atau mengganggu.

Pedet yang mengisap benda lain yang ada disekitarnya ketika


tidak tersedia induk untuk menyusu.
Ternak yang tidak dibiarkan keluar dari kandangnya untuk
jangka waktu yang lama akan jauh lebih antusias saat digembalakan
untuk pertama kali dibandingkan dengan yang
digembalakan setiap hari.
Adapun perilaku sapi secara umum dibagi menjadi lima kategori yang
masing-masing dijabarkan sebagai berikut :
a.

Merumput (Grazing)

1.

Pola merumput : stereotip (konstan)

Berjalan melintasi padang rumput,, hidung selalu dekat


dengan tanah pada saat merenggut rumput, dibulat-bulatkan, lalu
ditelan
Cara : rumput dibelit dengan lidah, ditarik, dipotong dengan
gigi dengan dibantu oleh hentakan kepala
2.

Sikap merumput

Berdiri dengan kepala tunduk

Anak : kadang-kadang berbaring

Rumput yang diambil paling pendek 1,25 cm

3.

Jarak jelajah : selama 24 jam akan bertambah dua kali, bila ;

Cuaca jelek

Padang becek

Rumput jarang

Banyak ektoparasit (kutu, caplak, tungau) hinggap di tubuh

4.

Siklus merumput

Dalam 24 jam : 4-5 periode merumput

Paling lama : saat fajar dan senja

Dapat berlangsung pada malam hari

Periode merumput : jalan, lalu istirahat, kemudian ruminasi,


dan merumput lagi
5.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola merumput

Ras : perah atau potong (pedaging)

Adaptasi terhadap iklim. Misalnya bison pada musim dingin


lebih sangat aktif, sapi Eropa pada iklim sedang lebih aktif, dan sapi
Zebu pada iklim tropis dan sub tropis sangat kurang aktif.
Kapasitas saluran pencernaan atau kemampuan perut (onase).
Misalnya pada sapi Zebu kapasitas saluran pencernaannya lebih kecil,
sehingga lebih efisien menerima bahan organis atau dengan kata lain
proses ruminasinya lebih cepat.
Spesies. Misalnya pada sapi Frisien Holstein (FH) dan Jersey,
suhu nyaman ketika periode merumput sama dan suhu naik ketika pola
merumput Jersey lebih lama daripada Frisien Holstein (FH)
Perlakuan oleh manusia. Misalnya sapi perah, setelah diperah
di pagi hari kegiatan merumputnya akan berangsur turun sampai
pemerahan sore hari dan pada anak sapi yang dikurung akan
merumput dua jam lebih lama karena selektif memilih hijauan (biasa
diberikan).
Umur. Untuk anak sapi yang baru lahir hanya menyusu saja
dan bila merumput belum secara sempurna maka akan sangat selektif.
Keadaan cuaca lingkungan. Cuaca yang buruk akan
menyebabkan aktivitas merumput terhenti, sedangkan bila
temperature lingkungan meningkat, akan terjadi perubahan struktur
kelompok dimana jarak antar individu menjadi renggang.

Gertakan yang menimbulkan perilaku merumput, antara lain:


1. Defoliasi, yaitu pemilihan bagian-bagian yang paling baik atau
spesies tertentu dari rumput yang ada di padang rumput.
-

Defoliasi progresif : memilih rumput muda.

Defoliasi creaning : memilih spesies rumput yang paling


disukai
2.

Kebijakan nutrisi

Tingkah laku khas dari hewan yang kekurangan salah satu zat
nutrisi.
Rangsangan dari dalam tubuh untuk memilih apa yang
diperlukan oleh tubuh, dalam usahanya menjaga keseimbangan
mineral dalam tubuhnya.

Rangsangan yang menimbulkan perilaku merumput, antara lain :


1. Rangsangan terhadap indera perasa sapi akan memberikan reaksi
terhadap rasa pahit.
2. Rangsangan terhadap penciuman dan perabaan bau suatu spesies
rumput dapat mempengaruhi selektivitas merumput.
b.

Meranggas (Browsing)

Sapi menggunakan 40% dari waktu makannya untuk meranggas guna


memilih tanaman yang nilai gizinya tinggi, biasanya makan bagianbagian dari semak atau pohon.
c.

Makan (Feeding)

Yang dimaksud dengan makan disini adalah proses makan di dalam


kandang atau makan rumput segar dan konsentrat (di Indonesia) atau
hay, silage (di daerah bermusim empat/temperate/sub-tropis). Untuk
ruminansia yang memiliki empat kompartemen lambung dikenal istilah
ruminasi yaitu dimana hewan golongan tersebut setelah memakan
rumput akan memuntahkan (regurgitasi) kembali rumput dari rumen
dan reticulum tersebut, setelah itu akan mengunyah (mastikasi)
kembali makanan yang telah dimuntahkan tersebut yang dilakukan
sambil istirahat, dan menelan kembali makanan yang sudah halus
dikunyah tersebut. Kelebihan dari ruminansia adalah bisa makan lebih
banyak dalam waktu singkat.
Untuk minum sendiri, perilaku ini dipengaruhi oleh dua daktor, yaitu
faktor dalam berupa rasa haus dan faktor luar yaitu karena melihat air.
Adapun jumlah air yang diminum tergantung pada :
-

Temperature lingkungan

Kondisi makanan : kadar air kurang (kering), kadar protein,


kadar garam, dan komposisi ransum.
-

Umut kebuntingan

Bangsa

Tingkat laktasi

Keseimbangan NaCl (garam dapur) dalam tubuh harus diimbangi


dengan banyak minum sehingga jumlah air disekitar lingkungan sapi
harus berlebih atau lebih dikenal dengan istilah ad-libitum.
d.
-

Perilaku seksual
Pada sapi jantan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual sapi jantan,


antara lain ; penciuman, penglihatan, dan pendengaran.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi libido pada sapi jantan, antara
lain:
-

Ada tidaknya betina birahi

Seks rasio, dan

Dominan/subordinan

3.

Factor-faktor yang menurunkan libido seksual jantan, antara lain:

Gangguan psikologis,

Penyakit,

Kekurangan nutrisi, dan

Perubahan iklim

Pada sapi betina

Tanda-tanda umum saat estrus, antara lain:

Sangat reaktif,

Nafsu makan turun/terganggu,

Produksi susu turun,

Tidak tenang/gelisah,

Ingin dinaiki dan menaiki

Sering melenguh,

Mengibas-ibaskan ekornya,

Frekuensi urinasi meningkat, dan

Keluar lender berahi dari vulva: liat, bening, dan transparan.

e.

Laktasi

Anak sapi mulai menyusu 2-5 jam setelah kelahiran, yang


dimana harus diberikan colostrums.

Posisi badan pedet saat menyusu harus sejajar badan induk


disebelah kiri atau kanan, tegak lurus dari samping, dan bisa dari
belakang.
Proses : putting susu dijepit diantara lidah dan langit-langit
atas (pallatum) sampai rapat sehingga tidak tembus udara yang
menyebabkan terjadi tekanan dalam mulut sehingga air susu masuk ke
mulut, kemudian ditelan.
-

Lama menyusui antara 10-15 menit

Frekuensi menyusui antara 5-8 kali per 24 jam

Umumnya makin tua umur anak, maka frekuensi menyusu


mulai berkurang karena sudah mulai makan rumput dan konsentrat.
II.2

Tanda Sapi Normal

Banyak perilaku yang ditunjukkan dengan keras sebagai sebuah


respons menuju stimulus fisik dan fisiologis, tapi pada kenyataannya
pengaruh psikologis sekuat fisiologis atau fisik. Sebagai contoh, sapi
alaminya digembalakan, dan konsekuensinya memakan lebih dari apa
yang seharusnya mereka konsumsi.
Hal ini sangat penting untuk dimengerti bahwa pengaruh psikologis
dari keterkejutan seperti mungkin lebih penting daripada terkejut
biasa. Pengaruh psikologis sangat besar dampaknya menimbulkan
stress.
Stimulus psikologis menimbulkan tidak hanya beberapa respon
hormonal individu, tapi biasanya menimbulkan sebuah perluasan dari
respon ganda yang terjadi bersamaan, sedangkan stimulus fisik
biasanya ditimbulkan dari sebuah respon spesifik yang berusaha untuk
menstabilkan keadaan homeostasis untuk sebuah partikel entitas
(seperti tekanan darah atau suhu tubuh). {3, p. 294}
Efek psikologis biasanya lebih kuat dan lebih persisten dari pengaruh
negative lainnya.
Beberapa landasan keadaan psikologis dan fisik sapi yang perlu di
pahami dengan baik, antara lain sebagai berikut :
Pahami respon pertahanannya (survival response). Sapi dalam
evolusi kehidupannya selalu menjadi hewan yang dimangsa (prey
animal). Dengan mengandalkan indera penciuman dan penglihatan
mereka mendeteksi adanya bahaya dari predator, kemudian
melakukan reaksi atau respon dengan cara melarikan diri.

Sapi selalu merasa khawatir terhadap segala sesuatu yang


baru dan belum mereka kenali. Hal ini merupakan dasar psikologis
pertahanan diri sapi. Sapi baru akan merasa tenang setelah mereka
mengenali dan mengetahui bahwa hal tersebut tidak berbahaya.
Dilingkungan peternakan hal ini dapat berupa adanya orang baru yang
mendekati atau ada sesuatu hal yang berbeda dari biasanya pada
lingkungan pertenakan tersebut. Hal baru tersebut biasanya tidak
disadari oleh peternak, yang terlihat hanyalah sapi tersebut
berperilaku lain dari biasanya, bisa berupa tidak mau segera makan,
berkumpul di sudut kandang, atau menjadi tidak penurut. Sapi yang
lebih tenang biasanya hanya akan menatap sesuatu yang mereka
takuti dan hal ini dapat menjadi petunjuk dimana sumber ketakutan
dari sapi tersebut. Untuk sapi yang lebih liar, biasanya akan secara
langsung bereaksi dengan melarikan diri dari sesuatu yang ditakutinya.
Indera pendengaran sapi sangat sensitif, jauh lebih sensitive
dibanding dengan pendengaran manusia, terutama pada suara
frekuensi tinggi.
Kedua mata sapi terpisah berjauhan, sehingga masing-masing
matanya bisa melihat ke arah sudut yang berbeda. Letak kedua mata
tersebut memungkinkan mereka dapat melihat kebelakang tanpa
menoleh, sehingga mereka bisa tetap waspada terhadap predator yang
datang dari belakang saat merumput.

II.3
a.

Penyakit pada Sapi


Penyakit Brucellosis (Keluron Menular)

Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer


menyerang sapi, kambing, babi, dan sekunder pada berbagai jenis
ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit ini dikenal sebagai
penyakit Kluron atau pengakit Bang. Brucellosis yang menimbulkan
masalah pada ternak terutama disebabkan oleh tiga spesies,
yaitu Brucella melitensis, yang menyerang kambing, Brucella abortus,
yang menyerang sapi, dan Brucella suis, yang menyerang babi dan
sapi.

Tanda umum: pada sapi betina akan memperlihatkan perilaku


berupa lesu, nafsu makan menurun dan tubuh yang kurus serta terjadi
keguguran.
b.

Mastitis atau radang ambing

Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit yang sering terjadi


pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia.
Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan
perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu
saapi penderita mastitis klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan
konsistensi.
Gejala klinis : bentuk ambing yang asimetris, bengkak, ada
luka, dan rasa sakit pada sapi ketika ambing dipegang.
c.

Antraks atau radang limpa

Penyakit antraks (Anthrax) merupakan penyakit zoonosis yang


disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Tanda umum pada tipe akut dan kronis: demam, sesak nafas
(dyspnea), depresi, dan lemah serta kadang disertai kejang. Tandatanda ini biasanya berbeda pada tiap spesies.

d.

Pneumonia (radang paru)

Penyakit radang paru ini terutama disebabkan oleh mikroorganisme


seperti bakteri dan virus. Namun, cuaca yang ektrim dan perubahan
lingkungan seringkali mendorong timbulnya pneumonia.
Tanda umum: hidung terus-menerus mengeluarkan lendir,
cekung hidung kering, demam, batuk-batuk, frekuensi pernapasan
cepat dan dangkal bahkan terkadang terjadi kesulitan bernapas, nafsu
makan dan berat badan menurun.
e.

Septicemia Epizootica (SE)/ Ngorok

Penyakit Sepricemia Epizootica adalah penyakit menular terutama


pada kerbau, sapi, babi, dan kadang-kadang pada domba dan kuda
yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida tipe tertentu.
Tanda umum: kematian, nafsu makan berkurang, penurunan
berat badan serta kehilangan tenaga untuk membantu pertanian dan
pengangkutan.
f.

Penyakit Pink Eye

Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi,
domba maupun kambing, biasanya bersifat epizootic dan ditandai
dengan memerahnya conjungtiva dan kekeruhan mata. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri, virus, ritketsia maupun Chlamydia, namun
yang paling sering ditemukan adalah akibat bakteri Maraxella bovis.
Tanda umum: mata berair, kemerahan pada bagian mata yang
putih dan kelopaknya, bengkak pada kelopak mata dan cenderung
menjulingkan mata untuk menghindari sinar matahari. Kadang-kadang
terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata yang dimana
borok tersebut dapat pecah dan mengakibatkan kebutaan.

g.

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Penyakit mulut dan kuku (PMK) disebut juga foot and mouth
disease (FMD) atau Aphtae Epizooticae (AE). Penyakit ini merupakan
penyakit akut dan sangat menular yang menyerang sapi, kerbau, babi,
kambing, domba, dan hewan berkuku genap lainnya. Infeksi ditandai
dengan pembentukan lepuh yang kemudian berkembang menjadi erosi
pada selaput lendir mulut, diantara kuku, lekuk koroner kaki dan
putting susu. Penyebab PMK adalah virus RNA, berdiameter 20 mu.
Tanda umum: lesu, suhu tubuh dapat mencapai 41 oC,
hypersalivasi (karena erosi selaput lendir mulut dan lidah), nafsu
makan berkurang, enggan berdiri (karena luka pada interdigital),
penurunan produksi susu secara mendadak, penurunan berat badan
yang terjadi serentak pada suatu kelompok hewan. Selain itu gejala
khas berupa lepuh-lepuh diruang mulut terutama bagian atas , bibir
bagian dalam, gusi, langit-langit, dan sekali-kali pada selaput lendir
mata.
h.

Keropos kuku atau kuku busuk

Penyakit ini walaupun tidak mematikan namun mengganggu produksi.


Disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri atau kuman.
-

Tanda umum: kepincangan, kuku koyak, dan berbau busuk.

BAB III
KESIMPULAN
III.1

Kesimpulan

1.
Perilaku dasar pada hewan seperti makan, minum, tidur,
istirahat, aktivitas seksual, eksplorasi, latihan, bermain, ekplorasi,
aktivitas melarikan diri, pemeliharaan dan sebagainya sangat penting
untuk diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan
memberi rasa nyaman serta aman terhadap diri mereka. Kondisi
dimana perilaku dasar tersebut tidak terpenuhi akan berdampak pada
kinerja dan produktivitas dari hewan.
2.
Perilaku sapi secara umum dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
Merumput (Grazing), Meranggas (Browsing), Makan (Feeding), Perilaku
seksual, dan Laktasi.
3.
Efek psikologis biasanya lebih kuat dan lebih persisten dari
pengaruh negative lainnya.
4.

Adapun beberapa penyakit pada sapi, antara lain:

Penyakit Brucellosis (Keluron Menular)

Mastitis atau radang ambing,

Antraks atau radang limpa

Pneumonia (radang paru)

Septicemia Epizootica (SE)/ Ngorok

Penyakit Pink Eye

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Keropos kuku atau kuku busuk

DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan Dan Koordinasi
Perbibitan Tahun 2012. Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal
Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian 2012.

Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor Barat. 2010. Syarat Kesehatan


Hewan Sapi Bibit Ditinjau dari Penyakit Bakteri.
Diakses http://www.bbalitvet.org/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=298&Itemid=1 pada tanggal 02 Oktober 2013 pukul
16.00 WITA.
Dellmeier, G.R., et al. 1985.Comparison of Four Methods of Calf
Confinement: II)Behavior. Journal of Animal Science, 60(5):1102-1109.
Friend, T. 1991. Behavioral Aspect of Stress. Journal of Dairy Science,
74:292-303.
http://tonysapi.multiply.com. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2013
pukul 16.20 WITA
Krohn, C.C. 1994. Behavior of Dairy Cows Kept in Extensive (loose
housing/pasture) or Intensive (tie stall) Environments:III) grooming,
Exploration and Abnormal Behavior. Applied Animal Behavior Science.
Munksgaard, 1995. Conversation on Dairy-L electronic bulletin boars.
Vande, Nursholeh. 2011. Human Physiology. Company, Tanjung Jabung
Timur. Unja Nanda, 2012. Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo.

TINGKAH LAKU AYAM


AYAM termasuk hewan OMNIVORA
SPECIES
Beebe (1926)
Gallus gallus, Linneus
Gallus ferrugineus
Gallus sonnratii, Temminick
Gallus lafayetti, Lesson
Hutt (1949)
Gallus gallus
Gallus domesticus (ayam piaraan hasil persilangan dari species-species lainnya)
Berbagai species tersebut diatas saat ini diklasifikasikan sebagai species-species:
ASIA
MEDITERANIA
INGGRIS
AMERIKA
HUBUNGAN ANAK - INDUK :
SECARA ALAMIAH:
15 menit setelah menetas anak ayam menciap-ciap bila tidak menemukan induknya
butuh kehangatan
induk merasa terpanggil oleh ciapannya : IMPRINTING
Penglihatan kurang berperan:
Percobaan dengan cungkup gelas
anak ayam dalam cungkup tidak tembus suara, anak ayam tidak akan didekati oleh
induknya, meskipun jelas terlihat
anak ayam di balik dinding akan terus dicari induknya, karena terdengar suaranya
KOMUNIKASI paling penting pada hubungan anak ayam dengan induk adalah
melalui PENDENGARAN.
Letak induk dan anak berjauhan induk dapat mengetahui keadaan anaknya
melalui suaranya.
misal: anak ayam menciap karena:
kesulitan/kesakitan/terjepit
tidak ada makanan
ketakutan: ada elang / tersesat
kegirangan karena mendapat cacing

Induk akan mengutruk sebagai tanda :


memanggil anaknya : ada makanan
memanggil anaknya : untuk mengikuti,
memberitahu adanya bahaya
memberitahu posisi/keberadaannya.
Induk mengasuh anak : anak tidur / berlindung dibawah lpatan sayap induknya
Bila anak sudah berumur 12 16 minggu :
penyapihan dimulai, hubungan antara induk - anak mulai renggang
pada umur tersebut anak aayam mampu mencari makan sendiri, menghindari
bahaya
bila tidak mau pisah dipatuk/diusir.
PENCAMPURAN ANAK
Umur ternak waktu dicampur sama
1 s.d 16 hari, dicampur tenang
setelah 16 hari saling mematuk
gejala kanibalisme muncul
setelah 16 hari tenang, bila jumlah pendatang lebih banyak dari penghuni asal
Umur ternak waktu dicampur berbeda
tua dominan
muda subordinan : tersisih, pertumbuhan terhambat
JANGAN mencampur hewan yang umurnya berbeda.
Sampai anak dewasa : induk dominan
Sesudah anak dewasa : akan dominan walau terhadap induknya
Dominan : ayam jantan tua, besar
Pemimpin : tidak jelas
Pada itik : jantan sebagai pemimpin
TINGKAH LAKU INGESTIF
1. M A K A N
anak ayam baru menetas : mematuk segala , lama-lama bisa memilih objek yang
harus dipatuk
proses belajar: < 30 jam setelah menetas : cerebellum
30 jam kemampuan mengingat menurun

pilihan ayam: bentuk, warna, sentuhan


PERIODE GUGUP : periode mencoba

bila sering terjadi, akan berpengaruh terhadap produksi


(biasa terjadi pada pemberian pakan yang berubah-ubah)
Nafsu makan meningkat bila melihat temannya makan

2. M I N U M
Anak ayam tidak belajar minum, tetapi belajar makan, mematuk.
Mula-mula mematuk serpihan ringan (dedak) yang meng-apung di atas air, dari
pengalaman itu ayam belajar minum
Praktis:
Makan dan minum diberikan dalam waktu 24 jam setelah menetas, makin cepat
belajar makin baik
Ayam sangat membutuhkan air
TINGKAH LAKU SOSIAL
1. HIERARKI KASTA
Jantan : tua besar, bentuk bagus mempunyai hak mematuk / peck order
HIERARKI berubah:
setiap diadakan perubahan kelompok
sekitar 2 minggu stabil kembali
2. PENCAMPURAN KELOMPOK
jumlah kelompok baru < jumlah kelompok lama
produksi turun 25 %
jumlah kelompok baru > jumlah kelompok lama
produksi turun 75 %
2 minggu normal kembali
Pembentukan kelompok sejak umur 1 hari sampai umur 2 minggu
Ayam dewasa 10 hari dipisah asing
3. PENGARUH TINGKAT SOSIAL
Ternak dengan tingkat sosial yang tinggi memilih makanan terlebih dahulu
Anggota kelompok berebut tentang : makanan, jodoh dan fasi-litas lainnya (tempat
tidur, sarang, dll).
TINGKAH LAKU SEKSUAL
Tingkah laku seksual termasuk tingkah laku sosial, sebab:
Menyangkut lebih dari satu ekor

Ayam adalah hewan poligami


JANTAN
Tarian WALTZ: merendahkan sayap
mendekati betina
melangkah ke samping betina hingga dekat sekali
Ada 3 macam tarian WALTZ diperlihatkan kepada BETINA
Sebagai pinangan
Yang sudah siap kawin
Setelah selesai kawin
Aktivitas pengganti mengalihkan dorongan seksual
Bila pinangan tidak ada tanggapan, JANTAN mematuk-matuk batu/mengais-ais
sambil memanggil BETINA.
Jika tetap tidak ada tanggapan, BETINA dikejar.
Penegakkan bulu
Leher jantan ditinggikan, bulu ditegakkan, bulu seluruh badan bergetar dilakukan
sebelum & sesudah kawin
Gerakan Ekor
Ekor si jantan digerakkan dengan cepat dalam arah horizontal
Gerakan Kepala
Kepala dimiringkan, kemudian digerakkan membuat satu lingkaran
Penyisiran Bulu
Menggosok-gosokkan kepala pada sayapnya
Hentakan Kaki
Jantan berlari dengan kaki dibengkokkan, sayapnya direndahkan, sehingga
menyentuh tanah, leher dipendekkan
Biasanya dilakukan sebelum jantan mengejar betina.
Gerakan Abnormal
Jantan mengitari betina sambil mengawasinya dengan seksama
Jantan mendekati betina dari belakang lalu mematuk kepala/leher betina sambil
mengepakkan sayapnya dengan cepat
BETINA
Menolak dikawini : lari
Menerima : dada, ekor merapat ke tanah, sayap dikem-bangkan untuk menjaga
keseimbangan.

Bersarang
Akan bertelur, gelisah
Proses bertelur mempengaruhi jiwa ayam
tenang bila ada sarang yang ada telurnya.
Mengeram
Dapat dihilangkan melalui seleksi
Untuk mencegah ayam betina mengeram:
Kandang jangan terlalu gelap
Suhu jangan terlalu tinggi
Litter jangan terlalu tebal
Dikeluarkan dari kelompok
Menghentikan ayam betina mengeram:
Dilepas, dibiarkan jalan-jalan
Kandang yang sejuk
Dimandikan (suhu tubuhnya diturunkan).
Mengasuh Anak
Induk umumnya agresif
Penyapihan terjadi pada umur anak 12 16 minggu, induk berahi lagi
Komunikasi
Penglihatan untuk pengenalan dan ingatan
bentuk dan warna kepala (jengger dan pial)
warna bulu sayap/tubuh
Pendengaran
Suara (kokok) sebagai alat komunikasi antara induk dengan anak, atau betina
memberi tanda pejantan.
TINGKAH LAKU BABI
Class : Mammalia
Orde : Atroodactyla
Famili : Suidae
Genus : S U S
Spesies : S. Scrofa Eropah
S. Vitatus Asia
Sus Vitatus badan lebar
kaki pendek
daya reproduksi tinggi
Terdapat 2 type babi :

a. Type pedaging (meat)


b. Type lemak (bacon)
type pedaging (meat) : duroc, minnesota, polad china, barkshire, hereford.
type lemak (bacon) : American Landrace, tam worth, york shire
TINGKAH LAKU INGESTIF
babi termasuk hewan omnivora
makanan : akar, umbi, kecambah, rmput, daun-daunan, cacing, katak, ular, bekicot,
anak burung, telur, daging
A. MENGAKAR
Dipadang pengemalaan babi membongkar tanah dengan moncong untuk mencari
akar umbi-umbian dan cacing.
B. MAKAN
Babi suka terhadap manis (tetes tebu) kurang suka asin dan butuh minum tempat
amakn sebaiknya dekat dengan tempat minum.
Rangsangan makan :
a. melihat temannya bergerombol,
b. mendengar suara teman
c. banyak cahaya (kandang terang)
Sifat makan babi : rakus/saling seruduk, sehingga pertumbuhan cepat.
tempat makan (ripel) harus sebanding dengan jumlah babi dan kandang, misal :
ideal tmk : babi = 1 : 5
babi kecil tmk : babi = 1 : 7
daging babi termasuk cepat empuk dengan pemanasan daging matang larva
cacing tidak mati.
Babi sebagai carier parasit cacing pita larva cacing (cysticersusu ciyste) diam
disela-sela otot tidak mati karena pemanasan sebentar termakan berkembang
dewasa didalam usus induk semang (manusia) bisa masuk ke otak epilepsi/ayan.
cacing pita pada sapi Taenea saginata
cacing pita pada babi Taenea solium
C . MINUM
tingkah laku makan dan minum berselang : makan minum dsl.
Jumlah konsumsi air dipengaruhi oleh suhu udara, berat badan, keadaan tubuh,
fisiologis (bunting) dan pathologis (sakit).
1. TINGKAH LAKU SEKSUAL
A. JANTAN

Umur pubertas sekitar 7 bulan. sperma sudah tumbuh pada umur 4 bulan sampai
umur 1 tahun belum mampu membuahi.
Pada umur 5 8 bulan biasanya belum bisa ejakulasi. Babi jantan puber menaiki apa
saja :
betina berahi/tidak berahi
jantan lain
benda lain panthom
indera : penciuman/olfactory, kurang
penglihatan & pendengaran utama
Bila jantan melihat reaksi betina diam saja baru jantan mencium : urin, vulva betina
birahi maka libido seksualnya meningkat.
pengalaman hubungan sosial sebelumnya sangat penting dalam libido seksualis
jantan.
bagus : jantan dipelihara bersama jantan lain
B. BETINA
babi termasuk hewan multipara
Umur pubertas 6 8 bulan. tergantung ras ditandai dengan timbul perhatian
terhadap jantan.
sejak awal puber berperilaku astr
gelisah, menaiki temannya, tapi
tidak mau menaiki jantan
1. Panjang siklus birahi 21 hari.
2. ovulasi hari ke 1 5 hari. fase estrus, mulai banyak hari ke 2 estrus.
3. lama periode estrus 1 5 hari
4. Lama mengandung 3 bulan, 3 minggu, 3 hari.
tanda-tanda estrus :
a. gelisah menaiki jantan lain
b. nafsu makan turun
c. lebih atraktif
d. urinasi bila ada jantan
e. vulva merah dan bengkak 2-8 hari sebelum estrus
f. keluar lendir berahi
TINGKAH LAKU INDUK
1. membuat sarang ; tiga hari sebelum partus tiba, tempat diluar kandang menggali
tanah (lekukan), tempatdidalam kandang mebuat tumpukan jerami.

2. Waktu partus ; senja hari,


Tanda-tanda sebelum partus ; vulva bengkak, ambing membersar, air susu mulai
keluar, berguling-guling, frekwensi nafas meningkat, suhu tubuh meningkat.
Partus :
posisi dilakukan dengan berbaring,
tiap anak dibungsus plasenta,
anak dibersihkan plc. Dimakan,
lama melahirkan 3 4 jam, tergantung jumlah anak,
sering karena gugup, kanibal,
perhatian ke anak post partus, kurang.
3. pemeliharaan anak ; perhatian terhadap anak kurang jaga 1 4 hari post partus
supa anak tidak terjepit induk, setelah 4 10 hari post partus diasuh keluar
kandang.
4. Menyusui ; posisi induk menyusui berbaring/berdiri, biasa terjadi suckling order
diantara anak, biasanya ambing pectoral (dada) lebih besar dari pada ambing
inguinal (perut), anak dg. Berat badan tinggi dapat ambing yang pectoral, frekwensi
menyusu : 18 28 kali/hari 4 8 menit
TINGKAH LAKU LAINNYA
A. AGONISTIK
ribut dan suka berebut ambing, makanan, dan tempat nyaman
B. DOMINAN DAN SUBORDINAN
Anak makin besar makin dominan, jantan dan betina cepat tumbuh, membuat
kelompok sendiri-sendiri, dominasi.
C. ELIMINASI
Tempat defakasi terkonsentrasi pada satu tempat.
TINGKAH LAKU DOMBA DAN KAMBING
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactila
Famili : Bovidae
Genus : Ovis (domba) ; Capra (kambing)
Spesies : Ovis aries (domba)
: Capra hircus (kambing)

Domba Piaraan :
ekor : lebih panjang
bulu penutup hilang, tinggal bulu bagian bawah : wool
Kambing Piaraan :
tidak berbeda jauh dengan kambing liar
tanduk : lebih sederhana
I. TINGKAH LAKU INGESTIF
1. MERUMPUT:
* BIBIR
* GIGI SERI BAWAH merupakan alat-alat vital
* GUSI ATAS
Domba dan Kambing merumput bisa sampai ke dekat tanah.
daun-daun dan rumput dijepit GISERBA dan GUSTAS gerakan moncong ke depan
dan kepala ke atas rumput terpotong
Domba dan Kambing digembalakan siang hari, setelah tengah hari, karena :
a. pagi hari : larva cacing masih berada di pucuk rumput,rumput masih basah karena
embun.
b. digembalakan oleh anak petani setelah pulang sekolah.
2. RUMINASI
Jumlah periode ruminasi domba dan kambing : 8 - 15 kali/24 jam
Lama ruminasi (total) : 8 - 10 jam/24 jam.
Pusat Ruminasi : Medula oblongata
Dipengaruhi oleh emosi :
keadaan tenang : ruminasi teratur
keadaan takut : ruminasi tidak teratur, jarak antara
menelan dan regurgitasi diperpanjang
DOMBA
A. Rumput dipotong : ruminasi lebih banyak
Konsentrat : ruminasi lebih sedikit
3. MENYUSU
B. Anak mulai menyusu : 2 - 3 jam post natal

Kedua puting dihisap bergantian : 2 - 3 kali @ 20 - 30 detik/puting


Anak yang baru lahir sering kelaparan karena :
tidak berhasil menemukan puting susu semangat turun
induk belum berpengalaman menolak anak menyusu
DOMBA KAMBING
merumput lebih tekun merumput kurang tekun
jarak jelajah pendek jarak jelajah lebih panjang/jauh
makan rumput banyak rumput sedikit, daun-daunan lebih banyak
selektif : protein tinggi dan SK rendah kurang selektif
tidak bisa membedakan rasa dapat membedakan rasa : pahit, asam, asin, manis
menyukai padang rumput datar menyukai daerah berbukit-bukit
Treshold (ambang rasa) terhadap rasa pahit : Kambing > Sapi.
Kambing masih mau makanan rumput/daun yang mempunyai rasa pahit sedangkan
sapi tidak mau.
Domba dan Kambing di padang penggembalaan membentuk kelompok-2 :
keluarga
Merumput tidak kontinyu : diselingi ruminasi, istirahat dan bermalasmalasan
Kegiatan merumput : pagi dan senja lebih intensif saat udara sejuk.

Fajar Tengah hari Sore


Puncak aktivitas merumput terjadi pada saat SENJA.
Makin tua umur anak, aktivitas menyusu makin jarang :
saat menyusu pagi
Anak baru lahir : menyusu lama sore hari
Produksi susu induk dipengaruhi oleh :
Faktor makanan, terutama menjelang partus
Jumlah anak : anak banyak, produksi susu lebih banyak.
4. M I N U M
Domba cenderung minum di satu tempat yang tetap.
Ke tempat minum : membuat jalan.
Anak domba gelisah : kurang minum.

II. TINGKAH LAKU SEKSUAL


Di daerah tropis : polyestrus
Di daerah sub tropis : polyestrus bermusim.
Musim kawin terjadi : akhir musim panas, sepanjang musim gugur atau permulaan
musim dingin.
JANTAN :
Tidak begitu dipengaruhi oleh musim
Musim semi dan musim panas : kualitas semen dan libido sedikit menurun
Bisa kawin sebanyak 12 - 48 kali/hari selama 3 hari
Dipengaruhi oleh : kondisi badan, umur, breed
Terangsang melalui penglihatan dan penciuman
Lebih menyukai betina berahi yang belum dikawini. Domba jantan mampu
membedakan betina yang belum/sudah dikawin.
Lebih sering mengawini betina di awal berahi.
BETINA
Di Indonesia : polyestrus
Tanda-tanda berahi :
menggosokan badan dan leher kepada jantan
mencium penis
mengikuti jantan
menyiapkan diri untuk dinaiki
saling seruduk sesama betina : untuk menarik perhatian jantan
Pubertas terjadi pada umur 6 - 16 bulan, tergantung : breed, gizi, iklim
Berahi pertama biasanya tidak jelas. Berahi berikutnya baru jelas.
Panjang siklus berahi 16 - 19 hari (rata-rata : 17 hari)
Lama periode berahi 20 - 30 jam.
Berahi biasanya timbul pada pagi hari.
III. TINGKAH LAKU SOSIAL
1. INDUK - ANAK
Anak lahir dibersihkan induk, plasenta dimakan oleh induknya
Anak menyusu : timbul ikatan sosial.
Bila anak dipisahkan dari induk :
induk mau menerima bila pemisahan hanya selama 4 - 5 menit, anak diciumciumkan dahulu.

induk menolak kalau pemisahan lebih dari 4,5 jam.


Makin tua umur anak, ikatan sosial makin longgar.
2. KEPEMIMPINAN
Pemimpin Kelompok
DOMBA : betina tua yang paling banyak keturunannya
KAMBING : pejantan tua.
Kalau ada bahaya ?
TINGKAH LAKU KUDA
Nenek moyang : Equus (Amerika Utara)
Menyebar ke Asia, Eropa, Afrika
Akhir Pleistocine, Equus musnah
Type : Berat, ringan, pony
Ras : Asia, Eropa Torpan, Przwalsky
Bibir atas tebal (dewasa) dan aktif ,
Mendorong rumput ke antara gigi seri atas dan gigi seri bawah dipotong
dikunyah.
Rumput yang lepas dikumpulkan dengan bibir dan lidah.
Rumput diberikan ad libitum makan tidak teratur, mengunyah rumput kering (2
kg) 60/65 70/80 kali tiap menit.
Apabila kelelahan kuda tidak mau langsung makan.
Jika terjadi defensiesi gizi (mineral), kuda menggigit palang pintu atau apa saja,
walau rumput banyak.
Anak kuda mencoba makan pada umur 5 10 hari (meniru) apa yang dilakukan
induknya.
Ikatan sosial induk dan anak kuat.
Anak kuda biasa makan berak (coprophagi) dewasa yang masih segar : mikroba
perut.
(DEFEKASI/URINASI)
Tahap-tahap :
1. Apetitif : mencium-cium tempat
2. Konsumatoris : ekor diangkat, kemudian defakasi
3. Refraktoris : tempat berak dicium-cium lalu ditinggalkan
Jantan biasanya membelakangi lahan tempat defekasi, sementara betina meng-

hadapi lahan dan beraknya.


Betina beranak posisi beraknya lebih hati-hati agar tidak mengotori putting susu.
Kuda yang sehat berak : 5 12 kali/ hari. kuda lemah / sakit : 7 11 kali/hari.
Defekasi dipengaruhi oleh iklim dan sifat makanan.
A. INVESTIGATORI
pengenalan terhadap benda-benda sekitarnya (saat kecil : imprinting)
home range : mengenal wilayah
( = kucing, anjing penciuman)
menggunakan semua indera
objek yang ditakuti dikelilingi didekati diciumnya menerima/menolaknya
belo nafsu ingin tahu besar, sedikit takut, induk menjaganya.
Agak besar mengenal lingkungan rasa takut timbul / muncul.
Kuda, anjing, kucing :
mengenal home range
penciuman : mengenal home range
urinasi, defekasi
di alam : tetap berada dalam home range
pergi jauh : kembali ke home range.
Kuda terlatih (kuda cowboy) mampu mencium bau sapi s.d. 700 m
B. MEMBERSIHKAN DIRI
saling memberikan gigitan enteng terhadap sahabat yang lama berpisah
badan kotor / gatal : digosokkan pada benda lain
menolak : digosok di sekitar kepala, telinga, dan bawah perut
untuk kuda yang baru dikenal sebaiknya di-gosok di bagian leher, gumba dan
punggung.
C. ISTIRAHAT
Dalam kelompok tidak semuanya istir-ahat / tidur seekor tetap terjaga meskipun kelihatannya tidur, dan akan bereaksi terhadap gerakan asing, meskipun ringan.
Dua sikap berbaring
A. Kaki depan ditekuk dibawah badan, dada kontak dengan tanah tetapi tidak
menahan badan, kepala terangkat/tegak
B. Berbaring di salah satu sisi, kaki dijulurkan, kepala diletakkan di atas tanah pada
sebelah pipi.
Bangun : bagian depan lebih dahulu diangkat

D. T I D U R.
Kuda bisa tidur :
Selama 7 24 jam
Berdiri / berbaring di bawah panas matahari
Jarak dan lama tidur teratur tergantung pada derajar lapar dan iklim
Anak kuda : cara beristirahat lebih sering dengan berbaring (sampai dengan usia 3
bulan)
Kuda dewasa : istirahat berdiri struktur otot kaki depan sangat kuat
Pada masa pertumbuhan :
Istirahat makin kurang
Menyusu kurang
Kegiatan merumput meningkat
Diselingi tingkah laku main dengan temannya
Umur 2 minggu bermain sendiri/dengan induk.
Umur 8 minggu bermain dengan teman, manusia, anjing.
Anak yang baru lahir acuh terhadap tingkatan sosial. Induk menghalanginya bila
bergaul anak mampu menghindar.
Menaruh perhatian terhadap teman sekelompok tetapi tidak acuh terhadap
anggota lain kelompok.
Dalam Kelompok Besar :
dapat ditemukan kelompok kecil yang merumput dan beristirahat bersama.
tingkat sosialnya sama.
suatu saat terjadi perkelahian tetapi pada saat lain saling tidak acuh.
Empat Tahap Perkenalan Bila Dua Ekor Kuda Bertemu:
1. Kedua kuda saling mengelilingi dalam jarak tertentu,
2. Saling menciumkan hidung meneliti badan dan ekor masing-masing dengan
hidungnya.
3. Bila bisa berteman saling memberi gigitan kecil di leher lawannya.
Di alam liar : ada musuh lari atau melawan, tergantung pada keadaan .
Di Peternakan : lari / menyerang tergantung pada dominasi.
Perkelahian terjadi pada tingkat sosial yang sama.
Kuda berkelahi dengan cara :
menggigit, menendang, mencakar, atau menerkam.

1. TINGKAH LAKU SEKSUAL


A. JANTAN
Tahap perkawinan : merayu, ereksi, naik, intromisi, ejakulasi. Birahi pertama umur 6
8 bulan. Perkawinan sempurna terjadi pada umur 10 12 bulan. Libido seksual
jantan sepanjang tahun ( musim semi lebih tinggi dari musim gugur). Libido seksual
trangsang melalui penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan.
muda dan tua berbeda pengalaman
bila mata, telinga, hidung tertutup bila menyentuh : kuda bertina, Dummy walau
sapi sekalipun bereaksi.
B. BETINA
Tiga katagori estrus pada betina :
a. monoestrus,
- kuda liar daerah 4 m
- berahi pada hari-hari paling panjang
- anak lahir pada periode tertentu.
b. setengah polyestrus,
- kuda peliharaa, betina tertentu
- kesediaan kawin sepanjang tahun
- ovulasi waktu tertentu (Breeding Season)
- anak alhir apda periode tertentu
c. polyestrus
- kuda peliharaan didaerah tropis
- kesediaan kawin disertai ovulasi sepanjang tahun
- anak-anak lahir sepanjang tahun
- termasuk kuda di Indonesia
Lama periode estrus
kuda ringan : 5-9 hari.
kuda berat : lebih lama
Puncak intensitas estrus saat sebelum ovulasi malam hari

Tingkah Laku Ternak

Tugas Terstruktur : Tingkah Laku Ternak (2008)


Penulis : Intan Nur Ilhami Rasyid, S.Pt
Lokasi

Fakultas

Peternakan

Universitas

Jenderal

Soedirman Purwokerto
Tingkah laku atau etologi hewan praktis telah merupakan hal
yang penting sejak masa prasejarah. Tingkah laku ini dimanfaatkan
oleh para pemburu dan kemudian oleh masyarakat untuk menjinakkan
hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini, para
ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku
hewan baik secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai
hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Banyak penelitian yang pada mulanya telah dilakukan memuat
deskripsi mengenai aspek-aspek tingkah laku yang telah didefinisikan
dengan baik. Para ilmuwan yang mempelajari hewan dalam lingkungan
asalnya disebutethologist. Beberapa sumbangan pemikiran dibuat oleh
para ilmuwan psikologi yang mempelajari hewan dalam lingkungan
laboratorium yang terkontrol, yang kemudian mengubah factor-faktor
lingkungannya satu demi satu dan mencatat pengaruh tersebut pada
tingkah laku hewan.
Etogram merupakan catalog yang tepat dan terperinci yang
memuat respons yang membentuk tingkah laku hewan. Etogram
sangat berguna untuk mengetahui hewann mengatasi macam-macam
lingkungan dan pengalaman. Perincian dapat dengan mudah dikenal
melalui film dan kaset video. Selanjutnya, etogram terbentuk dari tiap
elemen pola reaksi. Perlu diketahui para ilmuwan etologi terdahulu
tidak mempunyai metode yang canggih untuk mengumpulkan dan
menganalisa data tetapi dapat menghasilkan etogram yang sangat

baik

dengan

pengamatan

yang

teliti

yang

dilakukan

dengan

menggunakan sebatang pensil dan sebuah buku catatan.


Salah satu dari banyak klasifikasi tingkah laku hewan adalah
tingkah laku ingestif. Tingkah laku ini mempunyai arti yang lebih luas
dari sekedar mencari makan, seperti halnya ternak mamalia yang
masih mukda yang mendapat makanan dalam bentuk susu cair. Lagi
pula, pengertian ini lebih luas mengarah ke seluruh jenis kegiatan ini.

BAB II

PEMBAHASAN
Istilah tingkah laku ingestif ini meliputi bukan hanya
memakan pakan solid tetapi juga menyusui anak dan meminum pakan
cair. Mempertahankan konsumsi pakan yang cukup untuk hidup dan
suksesnya reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi semua
spesies ternak. Karena itu, mengerti pola tingkah laku yang digunakan
oleh hewan untuk mencari, mendapatkan, menyeleksi dan memakan
pakan

penting

sekali

untuk

berhasilnya

pengembangan

usaha

peternakan.
Seleksi pakan pada kondisi penggembalaan bebas sangat
tergantung pada pola dasar tingkah laku ingestif. Manusia bisa
menggunakan beberapa control dengan beberapa usaha seperti
pemagaran atau pengawetan pakan pada saat persediaan pakan
banyak untuk dipergunakan pada waktu kekurangan pakan.
Dalam keadaan dikandangkan secara intensif, seperti system
potong-angkut

yang

umumnya

berlaku

di

Indonesia,

manusia

mengontrol kebanyakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku


ingestif. Hal ini meliputi jenis dan jumlah pakan yang tersedia dan
tempatnya, periode waktu selama pakan tersedia bagi ternak dan
kelompok social ternak yang bersaing untuk mendapatkan pakan.

Tetapi walaupun dalam keadaan yang terbatas dan bahkan bila ternak
diberi makan secara individu, faktor-faktor social mempengaruhi
tingkah laku ingestif dan jumlah pakan yang dimakan.

2.1

Pola makan sapi pada saat penggembalaan bebas


Ketika ternak sapi diberi pakan dalam jumlah yang terbatas

dalam waktu tertentu, mereka tidak punya pilihan kecuali memakan


semua

pakan

yang

diberikan.

Pada

pemberian

pakan

secara

berlebihan, pola makan sehari-hari akan berkembang.


Pada sapi dengan penggembalaan sub-tropis, periode merumput
terjadi paling banyak ketika rumen diisi dengan rumput yang baru dan
hal ini terjadi menjelang pagi sampai pagi, senja sampai matahari
terbenam dengan satu periode lebih singkat kira-kira tengah malam.
Periode 24 jam dibagi secara jelas menjadi periode merumput,
mengunyah dan beristirahat. Di daerah tropis, siklus merumput
biasanya sebaliknya. Pada waktu tengah hari yang panas, sapi
beristirahat di bawah naungan atau dekat tempat air dan terdapat
periode merumput yang panjang pada malam hari. Sapi berhenti
merumput pada saat dia kepanasan, terutama bagi sapi yang berasal
dari daerah sub-tropis. Di daerah tropis, sapi yang di tempatkan dalam
kandang tertutup pada malam hari tanpa persediaan pakan atau air,
konsumsi pakannya sering menurun secara nyata, terutama pada sapi
yang mempunyai adaptasi yang kurang baik yang berasal dari daerah
sub-tropis seperti sapi Frisiean Holstein, yang tidak diberi pakan
selama hari panas.
Secara
merumput,

umum,
tetapi

sapi

meluangkan

mempunyai

waktu

fleksibilitas

8-10

yang

jam

untuk

cukup

untuk

menyesuaikan waktu merumput untuk mempertahankan jumlah pakan


yang dimakan pada periode banyak angin dan hujan, cuaca panas
ketika merumput terhenti. Mereka juga bisa mengatasi peningkatan

kebutuhan fisiologis dari periode akhir kebuntingan dan laktasi apda


beberapa keadaan yang beda.
Dalam keadaan cuaca panas dan lembab, aktivitas makan sapi
tertinggi pada waktu suhu udara lebih rendah yaitu pada pagi hari.
Terdapat suatu hal yang menarik tetapi tidak ada pengamatan yang
pasti yang menyatakan bahwa domba dan sapi bisa meramalkan
keadaan panas yang akan terjadi dan dengan demikian mereka
merumput lebih dini dalam satu hari di bandingkan dengan tipe Zebu
yang mempunyai daya adaptasi yang lebih baik dalam keadaan panas.

2.2

Penyesuaian diri terhadap jumlah pakan yang dimakan

oleh sapi
Waktu

yang

digunakan

oleh

sapi

untuk

makan

tergantung pada spesies ternak itu sendiri, status fisiologisnya (seperti


pertumbuhan, periode akhir kebuntingan, laktasi dan juga ternak yang
tidak bunting, tidak laktasi dan ternak dewasa), serta tipe dan
persediaan pakan. Iklim yang sangat ekstrim juga berpengaruh.
Sementara jumlah pakan yang dimakan meningkat pada keadaan
cuaca dingin.
Pada

saat

sapi meningkatkan

padang
waktu

rumput
untuk

dalam

merumput

keadaan
(contoh

kering,

pada

sapi

biasanya merumput 12 jam tetapi dalam keadaan padang rumput


kering berubah menjadi 14 jam). Semua hewan bisa juga bervariasi
dalam jumlah pakan yang dimakannya dengan mengubah jumlah
gigitan per menit dan meningkatkan besarnya regutan tersebut.

2.3

Perbedaan spesies ternak dalam preferensi pakan di

padang rumput
Preferensi atau pemilihan pakan adalah berbeda di
antara jenis ternak herbivora. Tetapi, semua jenis lebih suka memakan

daun daripada batang atau bahan dengan warna hijau (muda) daripada
bahan yang kering (tua). Bila jumlah pakan yang tersedia berkurang,
maka akan terdapat kecenderungan bahwa ternak menjadi kurang
selektif, walaupun pakan yang terletak sekitar kotoran dan kencing
tidak dipilih sebisa mungkin terutama oleh ternak sapi.
Sapi

lebih

menyenangi

daun-daunan

yang

lebih

panjang

dibandingkan dengan domba dan kambing dan hal ini mungkin


disebabkan oleh lebih besarnya ukuran rahang. Kambing yang
diberikan suatu pilihan lebih suka memakan daun pucuk muda dan
menguliti kayu-kayu tanaman atau gulma. Saat ini mere digunakan di
Australia dan Selandia Baru untuk mengontrol hutan belukar yang
begitu banyak.

2.4

Sapi yang diberi makan di kandang dan kemudahan social


dari makan
Pada system potong dan angkut, peternak mempunyai control
yang lengkap terhadap pakan apa yang dimakan oleh sapi piaraannya
dan berapa banyak yang dimakan. Dimungkinkan untuk memberi
pakan dengan komposisi yang seimbang, memotong pakan menjadi
potongan kecil untuk menghindari terbuangnya pakan tersebut dan
sebagainya. Tetapi, walaupun dalam keadaan demikian, tingkah
ingestif dipengaruhi oleh tingkah laku social. Pada saat sapi diberi
makan dalam kelompok, dua factor social bisa mempengaruhi jumlah
pakan yang dikonsumsi. Tingkah laku agonistic bisa mengurangi jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh sapi yang tidak dominan dan kemudahan
social bisa meningkatkan jumlah pakan yang dimakan tersebut.
Masalah yang berhubungan dengan sapi subordinat yaitu tidak
mendapatkan cukup pakan yang dimakan atau tidak cukup mendapat
pakan dengan kualitas baik yang tidak terkontaminasi oleh kotoran
atau parasit. Cara yaing disarankan untuk mengurangi pengaruh ini,
yaitu dengan memanipulasi komposisi kelompok dan rencana kandang.

Dalam suatu penelitian, dimana para ahli genetika ingin


menggunakan

keadaan

pemberian

pakan

secara individu

untuk

memilih konversi pakan yang efisien atau dimana ahli makanan ingin
menggunakan kandang metabolism individu atau calorimeter untuk
mendapatkan pengukuran yang tepat untuk pertukaran metabolism,
maka kemudahan social makan harus diperhitungkan. Ternak sapi
dalam kandang metabolisme akan makan hanya 50%-60% dari jumlah
yang dimakan sapi yang dipelihara dalam kelompok.

2.5

Pilihan terhadap pakan


Seekor ternak dapat mengontrol jumlah pakan yang dimakan

dengan cara lain, ia bisa menolak untuk memakan satu pakan atau
pakan lainnya. Ada kelompok pakan tradisional, yang dapat dimakan
ternak dengan enak, ada pula beberapa apkan lain yang bernilai gizi
tinggi dan harganya murah tetapi terbak tidak dapat merasakan
enaknya selama memakan pakan tersebut untuk pertama kalinya.
Kesenangan terhadap bermacam-macam prosduk pakan telah
diuji dalam 20 jenis pakan. Terlihat bahwa pakan dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1.

Pakan hijauan atau lebih dikenal sebagai pakan tradisional,

2.

Pakan yang telah diproses yang disukai oleh rata-rata ternak,


dan

3.

Pakan yang tidak disenangi.


Akan tetapi, dalam beberapa keadaan (misalnya kekurangan garam),
ternak akan lebih suka memakan garam blok.
Kilgour dan Dalton (1984) menyarankan bahwa skala ini dapat
digunakan sebagai suatu dasar terhadap pakan baru, murah dan
potensi manfaatnya dapat diuji. Ada cara yang efektif untuk membuat
ternak dapat memakan pakan yang bernilai gizi tinggi dan murah

tetapi baunya tidak disukai ternak yaitu dengan menutup hidung


ternak tersebut.
Lobato dan kelompok penelitinya dan juga Lynch dan kelompok
penelitinya telah mendapatkan bahwa ternak mampu belajar pada
awal kehidupannya dan emmpunyai ingatan yang baik dalam jangka
waktu yang panjang. Melihat teman dalam kelompok yang telah
berpengalaman memakan pakan yang baru, dapat membantu ternak
yang belum berpengalaman untuk memakan pakan baru tersebut.
Fenomena ini disebut sebagai transmisi social dalam tingkah laku
makan atau belajar berdasarkan pengalaman.
Memberikan masa perkenalan bagi ternak terhadap pakan atau
suplementasi yang mungkin diharapkan untuk dimakan dalam keadaan
darurat merupakan hal yang sangat berguna. Metode sederhana dapat
digunakan untuk mengecek ternak yang mana yang memakan dan
tidak memakan pakan yang baru. Hal ini bisa dikerjakan denagn
menggunakan satu tempat pakan. Pada tempat pakan ini, ternak harus
menempatkan kepalanya dan menekan sepotong spons yang diisi
pewarna atau menyentuh benang yang diwarnai. Dengan teknik ini
ternak yang cepat menangkap pelajaran dipindahkan untuk memberi
kesempatan yang lebih lama dan mengurangi persaingan bagi mereka
yang lebih ,lambat belajar. Ternak yang lambat menangkap pelajaran
mendapatkan beberapa pakan yang disenanginya untuk tetap menjaga
fungsi rumennya, sementara ternak ini lambat memulai memakan
pakan yang abru.
Masalah baru yang timbul adalah jika pakan tambahan yang
mahal lebih disukai daripada pakan dasar yang murah. Peternak
mungkin menghendaki pakan tersebut sebagai suplementasi, tetapi
ternak itu sendiri memperlakukan pakan tersebut sebagai pakan
pengganti, misalnya pada saat kurangnya rumput lapangan atau
rumput gajah yang dipotong dan lebih banyak tambahan konsentrat
yang harganya mahal.

Pencampuran antara pakan yang enak dan tidak enak yang


kemudian menjadi sedikit enak, pemberian pakan yang murah pertama
kali, atau dan pemberian makan tambahan pada waktu yang tidak
teratur sehingga ternak tidak mempunyai pengharapan dan menunggu
untuk makan pada waktu tertentu adalah merupakan jalan pemecahan
problem tersebut diatas.

Anda mungkin juga menyukai