PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan
lingkungannya. Perilaku dapat terjadi akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk
mendekati stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor untuk
melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga terjadi karena adanya stimulus dari dalam, misalnya
rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benar
terlihat atau tercium. Umumnya perilaku suatu organisme merupakan gabungan stimulus dari
dalam dan luar.
Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama
kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup harus mampu melakukan
adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer.
Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan. Selain itu juga
untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu berusaha melindungi
diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki bagian tubuh untuk
melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi diri dengan tingkah laku.
1.3 Tujuan
1. Mengatahui serta memahami definisi pertahanan hewan
2. Mengetahui serta memahami pola-pola perilaku dari pertahanan hewan.
3. Mengetahui serta memahami contoh-contoh perilaku hewan untuk mempertahankan diri
BAB II
PEMBAHASAN
Mimikri dibagi menjadi mimikri Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif.
Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan hewan yang tidak
dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak mengandung racun dalam tubuhnya dan
enak dimakan seperti roti bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang mempunyai racun
dalam tubuhnya.
Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan lain yang berbahaya.
Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya memiliki warna seperti ular tanah yang
sangat berbisa.
Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk mengelabui mangsanya.Ikan anglerfish
(Antennarius) dari Filipina mempunyai satu pemikat yang mirip ikan kecil untuk memikat
mangsanya, pemikat tersebut adalah perkembangan dari duri pada sirip punggung
pertama. Kunang-kunang jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya kelap-kelipnya,
pola kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada suatu spesies kunang-kunang
betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain, bila jantan spesies yang lain itu
datang akan dimakan.
Mimikri pada serangga :
Mimikri didefinisikan sebagai pemiripan atau peniruan secara fisik atau perilaku oleh satu
spesies terhadap spesies yang lain yang menguntungkan dirinya, atau secara tidak langsung juga
keduanya. Organisme yang meniru disebut mimik, sedangkan organisme yang ditiru
disebut model. Di alam ini, cukup banyak jenis organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang
melakukan mimikri untuk tujuan pertahanan maupun mendapatkan pakan. Serangga adalah salah
satu jenis hewan yang melakukan mimikri, dan pada banyak kasus terbukti efektif.
Mimikri Batesian
Mekanisme dari mimikri ini adalah peniruan oleh serangga peniru yang tergolong tidak
berbahaya pada model-model serangga yang tergolong berbahaya atau beracun. Contoh yang cukup
terkenal adalah lalat syrphid genus Eristalis spp. yang morfologi dan perilakunya amat mirip dengan
lebah spesies Apis mellifera (Golding dan Edmunds, 2000). Pada penelitian yang dilakukan
keduanya, sang lalat syrphid terbukti mampu menirukan perilaku lebah dengan sangat mirip dari
aspek waktu kunjungan ke bunga tumbuhan-tumbuhan tertentu, di samping memang secara
morfologis sangat mirip. Contoh lainnya, misalnya pada kumbang staphylinid myrmecophilous, Pella
comes yang mampu menirukan morfologi semut inangnya, dan bahkan menghindarkannya dari
pemangsaan oleh predator (katak pohon).
Mimikri Browerian
Fenomena ini dianggap mirip dengan mimikri Batesian, namun terjadi di antara individu
dalam satu spesies. Fenomena ini ditemukan oleh Lincoln P. Brower dan Jane Van Zandt Brower,
dan disebut juga automimicry. Mimikri ini muncul pada spesies-spesies kupu-kupu, misalnya D.
plexippus yang makan tumbuhan milkweed yang kadar racunnya bervariasi. Keuntungan dari mimikri
ini adalah, jika predator makan pada beberapa individu larva atau imago, dan kemudian menemukan
bahwa salah satu individu berasa sangat tidak enak, maka predator tersebut akan segera berhenti
menyantapnya, dan meninggalkan koloni kupu-kupu tersebut. Artinya, beberapa individu menjadi
tumbal bagi keselamatan seluruh individu yang tersisa.
Mimikri Peckhamian
Serangga yang menerapkan mimikri jenis ini (disebut mimikri Peckhamian merujuk pada
penemunya, George dan Elizabeth Peckhman) akan meniru ciri-ciri serangga yang tidak berbahaya
atau mungkin berguna untuk menipu inang atau mangsanya, sehingga memudahkannya memangsa
tanpa dicurigai oleh anggota koloni mangsanya. Contohnya misal pada tiga spesies lalat syrphid
predator genus Microdon yang meniru pupa semut inangnya (genus Camponotus dan Formica).
Pengamatan oleh Garnett et al (1985) membuktikan bahwa larva instar 1 dan 2 Microdon mampu
menirukan morfologi, bahkan bau khas pupa kedua spesies semut tersebut dengan sangat mirip,
sehingga memungkinkan mereka dapat memangsa pupa-pupa semut tersebut. Contoh lain adalah
pada kunang-kunang Photuris betina yang mampu mengeluarkan pola kerlip cahaya yang mirip
dengan pola kerlip cahaya kunang-kunang jenis Photinus. Akibatnya, kunang-kunang
jantan Photinusterpikat oleh ajakan kawin si Photuris, yang berujung pada maut, karena begitu
sampai, sang betina ternyata adalah calon pemangsanya! Yang lebih hebat lagi, dengan
memangsa Photinus, betina Photuris akan mendapatkan senyawa steroid lucibufagins yang
bermanfaat sebagai senyawa pertahanan dari si mangsa.
B. Kamuflase
Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit dengan
lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari makan. Ada
beberapa jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, ada
juga yang tidak menyembunyikan sama sekali, tapi menakuti hewan lain dengan
menyamarkan diri sebagai sesuatu yang berbahaya atau tidak menarik.
Lingkungan menjadi faktor paling penting dalam proses kamuflase. Teknik kamuflase
sederhana adalah dengan mencocokkan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini,
berbagai elemen dari habitat alami dapat disebut sebagai model untuk kamuflase. Karena
tujuan akhir dari kamuflase adalah untuk bersembunyi dari hewan lain, fisiologi dan perilaku
predator hewan atau mangsa sangat signifikan. Binatang tidak akan mengembangkan setiap
kamuflase yang tidak membantu bertahan hidup, jadi tidak semua hewan berbaur dengan
lingkungan dengan cara yang sama. Misalnya, tidak ada gunanya binatang mereplikasi warna
sekitarnya jika predator utamanya buta warna.
C. Autotomi
Autotomi adalah teknik
bertahan hidup dengan cara
mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa
hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan
ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-
gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor
yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
2. Bunglon
Bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus,
Pseudocalotes dan lain-lain. Bunglon bisa mengubah-ubah warna kulitnya, biasanya berubah
dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap,
kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon dapat mengubah warna kulit sesuai dengan lingkungannya. Misalnya di daun
yang berwarna hijau, bunglon berwarna hijau. Ketika berada di batang pohon berwarna
cokelat, bunglon akan berubah menjadi cokelat. Tindakan hewan mengubah warna kulitnya
saat melindungi diri dinamakan mimikri.
5. Landak
Landak mempunyai kulit berduri dan kaku. Saat menghadapi bahaya, landak
mengembangkan durinya. Selain itu, landak juga berusaha membelakangi musuh. Dengan
demikian, apabila musuhnya menyerang, tubuh musuh akan tertusuk duri. Walaupun duri
landak ini tidak beracun, tetapi dapat membuat lawannya terluka.
7. Belalang
Belalang daun biasanya hinggap di dedaunan untuk mencari makanan. Tubuh belalang
daun berwarna hijau mirip warna daun sehingga tersamarkan. Hal ini menyulitkan musuhnya
untuk mengetahui keberadaan belalang tersebut.
8. Malaysia Ant (Semut Malaysia)
Kebanyakan orang yang akrab dengan semut api dan sengatan menyakitkan, tetapi
serangga-serangga merah itu mungkin tampak jinak jika Anda membandingkan dengan
sepupunya, semut Malaysia. Juga dikenal sebagai semut meledak, serangga kecil ini benar-
benar mengambil pekerjaan sebagai seorang prajurit yang ekstrim. Semut Malaysia adalah
sama kecilnya dengan semut biasa, tapi dibangun untuk melayani dan melindungi seluruh
koloninya. Dianggap sebagai semut prajurit, di dalam tubuhnya terisi dengan kantong
beracun dari kepala hingga ke bawah punggungnya. Ketika predator muncul, otot semut akan
kontraksi untuk mempersiapkan racun. Lalu akan menyemprot racun pada musuhnya. Musuh
yang terkena bisa mati karena racun, atau jika memiliki kemampuan cukup besar untuk
bertahan hidup, ia akan berpikir dua kali sebelum mendekati semut lain di daerah tersebut.
9. Skunk (Sigung)
Mamalia hitam dengan garis putih Ini telah mendapatkan gelar hewan terbau di dunia.
Menurut Humane Society dari Amerika Serikat, makhluk yang telah disalah artikan ini tidak
selalu bau dan hanya mengeluarkan bom bau ketika terancam. Bahkan kemudian, mereka
akan memberikan sinyal beberapa peringatan, seperti mendesis, menghentakkan kaki mereka,
atau mengangkat ekor mereka di udara sebelum mengeluarkan bau mereka. Semprotan
berbahaya Sigung dapat menyebar sejauh 10 kaki (3 meter), tetapi mereka hanya dapat
menggunakan 5 sampai 6 kali semprotan sebelum mereka mengisi pasokan bom bau, yang
dapat berlangsung hingga 10 hari. Semprotan ini tidak mematikan, namun bau sigung cukup
untuk membuat predator apapun mengevakuasi daerah tersebut, dan bau tetap terasa selama
berhari-hari, yang dapat membuat korban merasa sangat tidak nyaman.
10. Humpback Whale (Paus Bungkuk)
Ketika salah satu mamalia laut terbesar hendak mencari makan yang benar-benar besar,
hanya satu atau dua ikan yang tidak akan melakukannya. Ikan paus bungkuk sering
berkumpul dengan sesamanya, dan menggunakan metode yang lebih cerdik untuk
menangkap ikan prasmanan. Paus mulai dengan melingkari sekelompok ikan, dan kemudian
mereka membuang napas untuk menjebak ikan di semacam jaring yang terbuat dari
gelembung. Jaring ini cukup kuat dan mampu menangkap ikan seperti jaring sungguhan.
Setelah ikan terjebak, ikan paus bungkuk bergiliran menyelam ke bagian bawah jaring, lalu
berenang cepat-cepat dengan mulut yang terbuka lebar, mengambil sejumlah besar ikan ke
dalam mulut mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perilaku mempertahankan diri pada hewan yaitu pola Perilaku yaitu perilaku pertahanan hewan yang
berkisar pada melarikan diri dari pemangsa potensialnya agar tidak akan di mangsa.
2. Pola perilaku pertahanan diri pada hewan terbagi atas 2 yaitu, Pola perilaku
mempertahankan diri dan Pola perilaku Bertahan hidup dalam lingkungan fisik
3. Jenis-jenis pola perilaku bertahan pada hewan yaitu Mimikri, Kamuflase, Autotomi,
Hibernasi dan Mengeluarkan cairan atau bau busuk dari dalam tubuhnya
3.2 Saran
Etologi hewan tepatnya pola-pola perilaku pertahanan hewan perlu di pelajari lebih
seksama untuk lebih memahimanya. Namun semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu para pembaca atau pendengar untuk mengetahui tentang materi pola perilaku
pertahanan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Microsoft Encarta Encyclopedia Standard 2005.
Wikipedia. 2016. Hibernasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Hibernasi. diakses pada
tanggal 6 desember 2016, pukul 12:23 wita
Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press.
Campbell, Neil A. dkk.2004.Biologi Jilid III(edisi.5). Jakarta : Erlangga.
note**)
**yang ingin mengunduh pptnya silahkah klik link di bawah ini :
http://www.slideshare.net/yoesvic/pola-pertahanan-pada-hewan