Anda di halaman 1dari 4

3.

Perilaku Makhluk Hidup


Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus (Umar. 2012).
Ekologi tingkah laku adalah sebuah studi yang mempelajari tingkah laku dalam konteks
evolusi. Ekologi tingkah laku dapat digunakan untuk mendeskripsikan perilaku hewan
dengan detail dan bagaimana mereka berkembang dan berkontribusi terhadapa suksesnya
daya hidup dan reproduksinya (Reece,2012).
a. Perilaku Innate adalah perilaku yang dikontrol kuat oleh faktor genetik dan sama pada semua
individu pada spesies yang sama (Reece,2012).
b. FAP (Fixed Action Pattern) adalah perilaku yang terjadi akibat stimulus khusus. Misalnya
adalah tingkah laku angsa abu-abu dari Eropa yag akan meletakkan telurnya yang jauh untuk
berkumpul lagi dengan telur lainnya menggunakan kepalanya untuk menggiring telur
tersebut(Reece,2012).

4. Pola Perilaku Makhluk Hidup


Bumi ini di huni oleh berjuta jenis hewan yang berbeda dan setiap jenias memiliki
perbedaan sendiri. Demikian juga dengan perilaku hewan memiliki perilaku umum yang
dimiliki oleh banyak jenis, dan sedikit pola perilaku yang dimiliki oleh semua jenis. Untuk
sekian lama, seleksi alam juga memungkinkan jenis hewan tertentu memiliki kemampuan
untuk mencapai tujuan tujuan perilaku, termasuk perilaku komunikasi, perilaku penguasaan
wilayah, perilaku penyebaran dan perilaku social

Adapun pola pola perilaku hewan yaitu (Susanto. 2000) :

1 Perilaku reproduksi
Meskipun beberapa jenis hewan mampu untuk berbiak secara aseksual (seperti
beberap jenis serangga dan sedikit jenis kadal), kebanyakan hewan harus menemukan
pasangan agar mampu bereproduksi. Pada banyak kasus, satu individu hewan, pada
umumnya jantan, mencoba untuk berprilaku atraktif untuk menaarik lawan jenisnya.
Peristiwa ini merupakan perilaku yang dinampakkan seperti halnya pada merak dan banyak
jenis ikan ikan terumbu karang.
2 Perilaku mencari makan
Hewan memperlihatkan beberapa tipe perilaku mencari makan yang berbeda.
Beberapa jenis hewan sangat selektif terhadap apa yang mereka makan. Kelompok hewan ini
termasuk pencari makan khusus (foraging specialist). Contohnya beberapa jenis serangga
hanya akan memakan satu jenis tumbuhan saja. Hewan hewan lain merupakan hewan
generalis memakan banyak jenis tipe makanan. Contohnya, adalah opossum yang memakan
berbagai jenis serangga serta buah.
3 Perilaku bertahan
Semua jenis hewan sebenarnya memiliki peluang untuk dimangsa. Bahkan serigala
dan singa sering menjadi mangsa ketika mereka masih sangat muda. Beberapa hewan seperti
pada kebanyakan ulat dan kadal meleburkan warna dirinya dengan latar belakang di mana
mereka berada sehingga seringkali sulit untuk dilihat.
Beberapa jenis hewan lain memiliki kemampuan perilaku untuk melepaskan diri dari
pemangsaan, seperti berlari sangat cepat pada antelope dan berenang dengan cepat pada ikan.
Serta ada beberapa jenis hewan yang melakukan kamuflase (penyamaran) untuk melindungi
diri dari predator. Seperti Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih, dan pada
musim panas bulunya berbintik membuat tidak menarik perhatian karena warnanya sangat
sesuai dengan lingkungan.

Burung Ptarmigan pada saat Musim Dingin dan Musim Panas

Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang kompleks, tetapi
bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada nalurinya. Bentuk sarang ini adalah khas
untuk setiap spesies, walaupun sebelumnya tidak pernah dihadapkan pada pola khusus
tersebut.

Gambar Bentuk Sarang Laba-Laba

4 Perilaku komunikasi
Perilaku komunikasi memegang peranan penting bagi hewan. Di samping komunikasi
menggunakan tanda (signal) dan suara, beberapa jenis hewan melakukan komunikasi dengan
menggunakan bahan bahan kimia.
Contohnya pada ngengat yang menggunakan feromon pada saat akan kawin yang
dilepaskan ke udara oleh ngengat betina. Semut juga melakukan komunikasi dengan feromon
untuk mengenal semut lainnya. Serta berbagai serangga sosial seperti lebah dan rayap.
Hewan-hewan tersebut mempunyai berbagai feromon untuk setiap tingkah laku, misalnya
untuk perilaku kawin, perilaku mencari makan, perilaku adanya bahaya dll.
5 Perilaku teritorial
Perancangan dan pemeliharaan kawasan (territorial) merupakan perilaku yang
diperlihatkan oleh hewan, terutama oleh serangga, ikan, burung, reptil, dan mamalia.
Kawasan (territoria) digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk makanan, kawin,
dan keamanan. Pemilik kawasan pada umumnya mencoba untuk mengusir individu lain yang
memasuki kawasannya.
6 Perilaku sosial
Pola lain dari perilaku adalah termasuk perilaku penyabaran, yang diperluhatkan oleh
individu lain dengan menjauhi area di mana mereka dilahirkan. Perilaku sosial merupakan hal
umum yang ditemui pada berbagai jenis hewan terutama yang hidup dalam kelompok, seperti
semut, anai-anai, lebah, penguin, dan primata.
Perilaku sosial didefinisikan sebagai interaksi di antara individu, secara normal di
dalam spesies yang sama yang saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku sosial
berkembang di antaranya karena adanya kebutuhan untuk reproduksi dan bertahan dari
predator. Perilaku sosial dilakukan dengan banyak tujuan dan diperlihatkan oleh berbagai
macam hewan, mulai hewan yang tak bertulang belakang, ikan, burung, hingga mamalia.
7 Perilaku migrasi
Banyak jenis hewan melakukan perjalanan untuk bersarang atau berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya. Untuk melakukan hal ini, hewan harus melakukan sendiri jalur
terbang dengan stimulus lingkungan. Pergerakan dengan menggunakan ransangan ini disebut
dengan taxis. Pergerakan serangga ke arah sinar sebagai contoh, disebut dengan fototaksis
positif. Serangga yang menghindari cahaya disebut fototaksis negatif. Beberapa jenis hewan
bergerak dengan sebab yang belum jelas. Namun banyak juga yang bergerak disebabkan oleh
ransangan kimia yang intensif yang disebut dengan kinesis.
Perjalanan sekolompok hewan yang jarak jauh disebut dengan migrasi. Burung
burung dari daratan australia terbang jauh dengan melintasi lautan hingga ke pantai pantai
di baliran Jawa Timur, angsa dan bebek terbang jauh dari Canada ke Amerika Serikat. Tujuan
atau orientasi pergerakannya sudah jelas untuk menghindari kondisi lingkungan yang sangat
tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup populasinya atau untuk kegiatan
bereproduksi.

5. Seleksi Habitat
Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya menunjukkan totalitas dari corak
lingkungan yang di tempati populasi itu,termasuk faktor-faktor abiotik berupa ruang,tipe
substratum yang di tempati, cuaca dan iklimnya serta vegetasinya. Habitat suatu organisme
adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat kemana seseorang harus pergi untuk
menemukan organisme tersebut (Odum,1993).
Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan pinus). Istilah tipe
habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan hubungan antara satwa liar dan habitatnya.
Ketika kita ingin menunjukkan vegetasi yang digunakan oleh satwa liar, kita dapat
mengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi didalamnya. Penggunaan habitat merupakan
cara satwa menggunakan (atau mengkonsumsi dalam suatu pandangan umum) suatu
kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat.
Kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan untuk memberikan kondisi
khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus menerus. Kualitas habitat berdasarkan
kemampuan untuk memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan
kelangsungan hidup populasi secara terus menerus. Suatu habitat diaktakan memiliki kualitas
yang tinggi apabila kepadatan satwa seimbang dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan
pada umumnya habitat yang memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan satwa.
Seleksi merupakan proses satwa memilih komponen habitat yang digunakan
(Susanto,2000). Kesukaan habitat merupakan konsekuensi proses yang menghasilkan adanya
penggunaan yang tidak proporsional terhadap beberapa sumberdaya, yang mana beberapa
sumberdaya digunakan melebihi yang lain. Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas
komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan
sumberdaya yang hanya menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada
dalam habitat tersebut.
Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah laku di mana satwa menyeleksi atau
memilih suatu habitat untuk hidupnya (Wirakusumah,2003). Analisis seleksi habitat
merupakan salah satu aspek penting dalam penelitian satwa liar. Pengetahuan tentang seleksi
habitat (sering juga disebut preferensi habitat) dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas
habitat dan memprediksi pengaruh perubahan habitat terhadap populasi satwa liar
(Susanto,2000).
Asumsi yang digunakan dalam mempelajari seleksi habitat adalah:
1. Habitat dengan kepadatan satwa tinggi (paling banyak dipilih) memiliki kualitas yang
tinggi, sedangkan yang kepadatannyarendah berarti kualitas habitatnya rendah,
2. Populasi satwa merespon positif terhadap ketersediaan (availability) habitatdengan indeks
seleksi yang tinggi. Habitat yang paling banyak dipilih diasumsikan yang paling
menguntungkan oleh karena itu kegiatan pengelolaan diarahkan untuk menciptakan dan
memelihara habitat-habitat seperti ini (Umar,2012).

Sumber:

Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Umar, M., Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar: Universitas
Hasanuddin.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press

Reece, J.B., Taylor, M.R., Dickey, J.L.,Simon, E.J., And Campbell, N.A. 2012. Campbell
Biology Concepts and Connection. San Fransisco: Pearson Education Inc.

Anda mungkin juga menyukai