Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM 2

ANALISIS DATA HASIL PENGUKURAN


FAKTOR LINGKUNGAN

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Ekologi


yang Dibina oleh Dr. Vivi Novianti.,
dan Indra Fardhani, S.Pd., M.Sc., M.I.L., Ph.D.

Disusun Oleh:
Cica Adelia Permatasari 180351619006

Kelompok 3/ Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Februari 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Faktor Lingkungan dalam Lingkup Ekologi 3

2.2 Analisis Varian (Anova) dan Uji Lanjut 4

2.3 Analisis Korelasi dan Regresi 5

BAB III METODE 7

3.1 Waktu dan Tempat 7

3.2 Alat dan Bahan 7

3.3 Prosedur Kerja 7

3.4 Analisis Data 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 10

4.1 Lembar Hasil Pengamatan 10

4.2 Hasil dan Pembahasan 14

BAB V PENUTUP 18

5.1 Kesimpulan 18

5.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Kata ekologi sendiri berasal
dari dua kata dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat
tinggal dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Sehingga, semula
ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari organisme di tempat
tinggalnya. Dalam pembelajaran sains termasuk ekologi keberadaan kegiatan
praktikum merupakan hal yang sangat penting. Dari praktikum tersebut
mahasiswa dapat mengalami pengalaman belajar sendiri dan melihat sesuatu
yang konkrit sesuai dengan yang sudah dipelajari sebelumnya pada teori.
Saat ini, ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya
mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Melainkan, saat ini
ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi alam
yaitu ekosistem, sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban
mengenai berbagai kejadian alam seperti jawaban terhadap terjadinya
tsunami, banjir, tanah longsor, global warming, kerusakan hutan dan lain-
lain. Belajar ekologi tidak hanya mempelajari ekosistem tetapi juga otomatis
mempelajari organisme pada tingkatan organisasi yang lebih kecil seperti
individu, populasi dan komunitas (Hanum, 2009).
Dengan adanya pengenalan praktikum ini diharapkan dapat
menganalisis data ekologi hasil pengukuran menggunakan uji anova beserta
lanjutannya. Selain itu juga untuk menganalisis hubungan antara dua variabel
dengan melakukan uji regresi dan korelasi sederhana. Uji-uji data ini
dilakukan dengan menggunakan software SPSS dan microsoft excel untuk
menginterpretasikan melalui tabel dan gambar.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menganalisis data ekologi hasil pengukuran
menggunakan Anova dan uji lanjutannya (post hoc) serta menganalisis
hubungan antara

2
2

dua variabel dengan menggunakan regresi dan korelasi sederhana


menggunakan SPSS.
2. Mahasiswa mampu merepresentasikan hasil analisis dalam bentuk tabel
dan gambar dengan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Lingkungan dalam Lingkup Ekologi


Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang organisme
dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain dapat dikatakan sebagai ilmu
yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak melakukan
percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam.
Ekologi memandang makhluk hidup sesuai dengan perannya masing-masing
dan memandang individu dalam spesies menjadi salah satu unsur terkecil di
alam. Semua mahluk hidup di alam memiliki peran yang berbeda dalam
menyusun keharmonisan irama keseimbangan (Fathir, 2011).
Saat ini, ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari
apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Melainkan, saat ini ekologi
berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi alam yaitu
ekosistem, sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban mengenai
berbagai kejadian alam seperti jawaban terhadap terjadinya tsunami, banjir,
tanah longsor, global warming, kerusakan hutan dan lain-lain. Belajar ekologi
tidak hanya mempelajari ekosistem tetapi juga otomatis mempelajari
organisme pada tingkatan organisasi yang lebih kecil seperti individu, populasi
dan komunitas (Hanum, 2009).
Struktur ekosistem menurut Odum (1983), terdiri dari beberapa indikator
yang menunjukan keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu.
Beberapa penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan),
biomassa, materi, energi, dan faktor-faktor fisik kimia lain yang mencirikan
keadaan sistem tersebut. Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab
akibat yang terjadi dalam sistem.
Faktor lingkungan erat kaitannya dengan ekologi. Misalnya saja, setiap
perairan memiliki kedalaman dan bentuk dasar perairan yang berbeda yang
menyebabkan pola distribusi suhu salinitas dan oksigen terlarut juga akan
berbeda. Selain itu, Banyaknya aktivitas dan adanya aliran sungai, menjadi

3
4

salah satu faktor eksternal yang berpotensi menyebabkan terjadinya perubahan


suhu perairan. Faktor eksternal dapat berasal dari laut lepas yang
mengelilinginya, maupun dari daratan yang berupa aliran sungai. Sedangkan
secara internal dapat dipengaruhi oleh bentuk perairan maupun bentuk
topografi dasar perairan.
Selain di dalam perairan, faktor lingkungan darat juga dapat
mempengaruhi ekologi, misalnya saja adanya perbedaan suhu, kelembaban dan
pH tanah di beberapa tempat. Perbedaan suhu tanah ini disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal. Sulistiawan (2017) menyatakan bahwa tekstur tanah,
struktur tanah, kandungan bahan organik dan kedalaman solum tanah
merupakan faktor yang mempengaruhi kelembaban tanah di suatu tempat.
Menurut Karamina (2017), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan pH tanah di suatu tempat berbeda yakni tanah yang mengandung
unsur-unsur mikro atau dengan kata lain tanah sudah tercemar beberapa unsur
sehingga dapat menyebabkan peningkatan keasaman tanah.

2.2 Analisis Varian (Anova) dan Uji Lanjut


Di dalam mempelajari ilmu ekologi, untuk dapat menganalisis data yang
diperoleh dapat dilakukan dengan ilmu statistika. Statistika adalah ilmu atau
seni yang berkaitan dengan tata cara (metode) pengumpulan data, analisis data
dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan
kesimpulan dan pengambilan keputusan. Metode statistik yang banyak
digunakan untuk menganalisis data dari suatu percobaan yang terancang adalah
teknik analisis ragam atau sering disebut dengan Anova.
Analisis ragam adalah sebuah metode untuk memeriksa hubungan antara
dua atau lebih set data. Dengan kata lain ada hubungan antara set data dengan
melakukan analisis varians. Analisis varian kadang-kadang disebut sebagai F-
test. Suatu ciri analisis ragam adalah model ini terparameterisasikan secara
berlebih, artinya model ini mengandung lebih banyak parameter dari pada yang
dibutuhkan untuk mempresentasikan pengaruh-pengaruh yang diinginkan.
Salah satu tipe dari analisis ragam adalah analisis varians satu jalur atau juga
dikenal dengan istilah one-way Anova. Analisis varians satu jalur adalah
5

proses menganalisis data yang diperoleh dari percobaan dengan berbagai


tingkat faktor, biasanya lebih dari dua tingkat faktor. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk mengidentifikasi variabel bebas yang penting dan bagaimana
variabel tersebut dapat mempengaruhi respons. Jika hasil dari uji Anova
tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka untuk
mengetahui nilai rerata kelompok yang menunjukkan perbedaan adalah dengan
melakukan uji lanjutan (Wackerly, 2008).
Dengan menggunakan desain eksperimental yang dipadukan dengan
desain lingkungan RAL, RAK dan RBL, hasil setiap studi eksperimen akan
didasarkan pada perbandingan antara F hitung dan F tabel pada hasil uji F. Jika
Fhitung < Ftabel atau nihil hipotesis diterima. Kesimpulan penelitian hanya diambil
berdasarkan hasil uji F. Namun jika Fhitung > Ftabel atau hipotesis nol ditolak,
karena hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan, maka kesimpulan
harus diambil berdasarkan hasil uji lanjutan. Tes tindak lanjut dirancang untuk
menguji perbedaan antara perawatan berdasarkan hasil studi, dan kecuali studi
tersebut hanya memiliki dua tingkat perawatan, tidak diperlukan pengujian
lebih lanjut. Karena tes lanjutan dirancang untuk menguji perbedaan antar
perawatan, tes ini sering disebut perbandingan ganda. Uji Lanjut Perbandingan
Ganda yang biasa digunakan ada 3 macam. Yaitu Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT), Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dan Uji Berganda Duncan (DMRT).
Pengujian Duncan didasarkan pada sekumpulan nilai perbedaan penting,
yang besarnya bergantung pada jarak antara pangkat dua nilai antara yang
dibandingkan. Ini dapat digunakan untuk menguji perbedaan antara semua
kemungkinan pasangan pengobatan, berapapun jumlah perawatannya. Adapun
untuk kriteria pengujian Duncan adalah sebagai berikut:
a) Bandingkan nilai mutlak selisih kedua rata-rata yang akan kita lihat
perbedaannya dengan nilai wilayah nyata terpendek (Rp) dengan kriteria
pengujian sebagai berikut:
b) Jika |μ1−μ 2|> R p=Tolak H 0 (Berbeda nyata)
c) Jika |μ1−μ 2|≤ R p=Terima H 0 (Tidak berbeda nyata)
6

2.3 Analisis Korelasi dan Regresi


Analisis korelasi sederhana (correlation bivariat) digunakan untuk
mengetahui kedekatan hubungan antara dua variabel dan menentukan arah
hubungan. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar
hubungan kedua variabel tersebut. Dalam SPSS terdapat tiga metode korelasi
sederhana (korelasi bivariat), yaitu korelasi Pearson, Kendall tau-b dan korelasi
Spearman. Korelasi Pearson digunakan untuk data interval atau rasio rasio,
sedangkan korelasi Kendall tau-b dan Spearman lebih cocok untuk data
sekuensial. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dan sebaliknya. Hubungan variabel X dan Y
bersifat: a) Positif, artinya jika X naik, maka Y naik dan b) Negatif, artinya jika
X naik, maka Y turun (Sambas, 2009).
Analisis atau pengujian regresi adalah studi tentang hubungan antara satu
variabel (yaitu variabel penjelas) dan satu atau lebih variabel (yaitu variabel
penjelas). Jika hanya ada satu variabel independen maka analisis regresi
disebut regresi sederhana. Jika variabel independen lebih besar dari satu maka
analisis regresi disebut regresi linier sederhana. Ini sederhana karena ada
beberapa variabel independen yang mempengaruhi variabel tersebut. Tujuan
dari metode ini adalah untuk memprediksi nilai Y untuk nilai X yang
diberikan. Analisis regresi memiliki banyak kegunaan, salah satunya adalah
untuk memprediksi variabel dependen Y. Bentuk hubungan antara peubah
bebas (X) dengan peubah tak bebas (Y) bisa dalam bentuk polinom derajat satu
(linear) polinom derajat dua (kuadratik). Polinom derajat tiga (Kubik) dan
seterusnya. Disamping itu bisa juga dalam bentuk lain misalnya eksponensial,
logaritma, sigmoid dan sebagainya. Bentuk-bentuk ini dalam analisis regresi-
korelasi biasanya dilakukan transformasi supaya menjadi bentuk polinom
(Sambas, 2009).
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


a. Hari/ Tanggal : 24 Februari 2021
b. Waktu : 07.00 – 08.40 WIB
c. Tempat : Online (daring)

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
No Nama Alat Jumlah

1 PC atau laptop 1

2 Modul panduan praktikum 1

3 Sowftware pengolah data 1


(SPSS 25.0)

4 Software pengolah kata 1


(Microsoft word 365)

5 Software pengolah angka 1


(Microsoft Excel 365)

b. Bahan
No Nama Bahan

1 Data hasil pengukuran pH

2 Data hasil pengukuran suhu tanah

3 Data hasil kelembapan tanah

4 Data hasil suhu udara

5 Data hasil kelembapan udara

6 Data hasil intensitas cahaya matahari

7 Data hasil pengukuran kedalaman air

7
8

3.3 Prosedur Kerja


A. Uji Anova dan Uji Lanjut

Dibaca dasar teori

Dilihat video tutorial penggunaan SPSS

Memasukkan data yang sesuai dengan modul ke


dalam SPSS

Dianalisis data faktor lingkungan sesuai data


apakah terdaapat perbedaan faktor lingkungan di
ketiga tempat

Direpresentasikan hasil analisis dalam bentuk tabel


yang berisi nilai rerata yang diikuti dengan nilai
standard deviasi dan hasil uji lanjutannya

Dilakukan interpretasi terhadap data analisis


tersebut

B. Uji Korelasi dan Regresi

Dibaca dasar teori

Dilihat video tutorial penggunaan SPSS untuk uji


korelasi dan regresi

Dianalisis data menggunakan analisis korelasi dan


regresi
9

Direpresentasikan hasil analisis dalam bentuk


grafik

Dilakukan interpretasi terhadap data analisis


tersebut

3.4 Analisis Data


Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kuantitatif, dengan
menggunakan statistik parametrik. Dikatakan data kuantitatif karena data
yang diperoleh berupa angka-angka yang akan diuji menggunakan software
SPSS. Dalam menganalisis data, kelompok parametrik memiliki karakteristik
tertentu, yaitu sebaran data keseluruhan normal atau mendekati normal
dengan jumlah data yang besar (biasanya lebih dari 30) dan tipe datanya
berupa interval atau rasio. Oleh karena itu, uji yang dilakukan menggunakan
SPSS yaitu uji:
a. Uji Anova dan Uji lanjut (duncan)
b. Uji Korelasi
c. Uji Regresi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lembar Hasil Pengamatan


4.1.1 Uji Anova dan Uji Lanjut (Duncan)
Tabel 4.1.1.a Hasil Pengukuran pH di tiga tempat berbeda
Lokasi pH
Lokasi 1 6,83±0,25b
Lokasi 2 4,57±1,01a
Lokasi 3 8,11±0,50c
Keterangan: Pada tabel tersebut, pH pada ketiga lokasi menunjukkan
bahwa nilai angka tersebut tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan dengan tingkat signifikansi 5% (rata-rata ± stdev; n=7)
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa pH dari ketiga lokasi
berkisar antara 4,57-8,11. Dari ketiga lokasi tersebut dapat dilihat bahwa
pH dari masing-masing lokasi berbeda secara signifikan.

Tabel 4.1.1.b Hasil Pengukuran Suhu Tanah di Tiga Lokasi Berbeda


Lokasi Suhu Tanah (oC)
Lokasi 1 27,79±0,70b
Lokasi 2 30,57±0,53c
Lokasi 3 24,86±0,62a
Keterangan: Pada tabel tersebut, suhu udara pada ketiga lokasi
menunjukkan bahwa nilai angka tersebut tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan dengan tingkat signifikansi 5% (rata-
rata ± stdev; n=7)
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa suhu tanah dari ketiga
lokasi berkisar antara 24,86 oC -30,57 oC. Dari ketiga lokasi tersebut dapat
dilihat bahwa suhu tanah dari masing-masing lokasi berbeda secara
signifikan.

10
11

Tabel 4.1.1.c Hasil Pengukuran Kelembaban Tanah di Tiga Lokasi


Berbeda
Lokasi Kelembapan Tanah (%)
Lokasi 1 89,29±5,34c
Lokasi 2 66,14±5,40a
Lokasi 3 77,86±4,88b
Keterangan: Pada tabel tersebut, kelembaban tanah pada ketiga lokasi
menunjukkan bahwa nilai angka tersebut tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan dengan tingkat signifikansi 5% (rata-
rata ± stdev; n=7).
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa kelembaban tanah dari
ketiga lokasi berkisar antara 66,14%-89,29%. Dari ketiga lokasi tersebut
dapat dilihat bahwa kelembaban tanah dari masing-masing lokasi berbeda
secara signifikan.

Tabel 4.1.1.d Hasil Pengukuran Suhu Udara di Tiga Lokasi Berbeda


Lokasi Suhu Udara (oC)
Lokasi 1 24,79±0,49a
Lokasi 2 25,71±0,76b
Lokasi 3 25,14±0,48ab
Keterangan: Pada tabel tersebut, suhu udara pada lokasi 1 dan 3 tidak
berbeda nyata atau sama, begitupun lokasi 2 dengan 3 tidak
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan tingkat
signifikansi 5% (rata-rata ± stdev; n=7).
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa suhu udara dari ketiga
lokasi berkisar antara 24,79 oC -25,71oC. Dari ketiga lokasi tersebut dapat
dilihat bahwa suhu udara dari lokasi 1 dan 3 tidak berbeda nyata atau
sama, begitupun untuk lokai 2 dan 3 terlihat tidak berbeda nyata secara
signifikan.

Tabel 4.1.1.e Hasil Pengukuran Kelembaban Udara di Tiga Lokasi


Berbeda
Lokasi Kelembaban Udara (%)
12

Lokasi 1 73,29±3,25b
Lokasi 2 76,86±2,41b
Lokasi 3 71,71±2,36a
Keterangan: Pada tabel tersebut, kelembaban udara pada lokasi 1 dan 2
tidak berbeda nyata atau sama, tetapi berbeda untuk lokasi 3
berdasarkan uji Duncan dengan tingkat signifikansi 5% (rata-
rata ± stdev; n=7).
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa kelembaban tanah dari
ketiga lokasi berkisar antara 71,71%-76,86%. Dari ketiga lokasi tersebut
dapat dilihat bahwa kelembaban udara pada lokasi 1 dan 2 tidak berbeda
nyata atau sama, tetapi berbeda secara signifikan untuk lokasi 3.

4.1.2 Uji Korelasi


Tabel 4.1.2 Hasil Pengukuran Hubungan antara Kelembapan Udara dengan
Suhu Udara
Faktor Lingkungan Pearson Correlation Sign.

Kelembaban udara (%) 0,16 0,381


Suhu udara (oC) 0,16 0,381

Keterangan: Pada tabel tersebut, kelembaban udara dengan suhu udara di


suatu lokasi memiliki hubungan ketergantungan antara variabel
Y (suhu udara) dan variabel X (kelembaban udara).
13

35

30

25 f(x) = 0.02 x + 24.48

SUHU UDARA (˚C) 20

15

10

0
55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
KELEMBABAN UDARA (%)

Grafik 4.1.2 Hasil Uji Korelasi Antara Kelembapan Udara dengan Suhu
Udara

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa koefisien korelasi antara


kelembaban udara dengan suhu udara adalah 0,16 dan nilai signifikansi
0,381 (>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban udara tidak
berpengaruh terhadap suhu udara di lokasi tersebut.

4.1.3 Uji Regresi


Tabel 4.1.2 Hasil Pengukuran Hubungan antara Kedalaman Perairan (m)
dengan Suhu (oC)
Faktor Lingkungan Sign.

Kelembaban perairan (m) 0,00

Keterangan: Pada tabel tersebut, kedalaman perairan dengan suhu di suatu


lokasi memiliki hubungan ketergantungan antara variabel bebas
(kedalaman perairan) dengan variabel terikat (suhu).
14

Uji Regresi
30
f(x) = − 0.74 x + 31.32
25 R² = 0.84

20
Suhu (°C)

15 Linear ()
Linear ()
10 Linear ()
5

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Kedalaman Perairan (m)

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa nilai signifikansi antara


kedalaman perairan dengan suhu udara adalah 0,00 lebih kecil (<) dari 0,05.
Dalam hal ini diketahui bahwa nilai R2 ini menunjukkan bahwa kelembaban
udara berpengaruh terhadap suhu di lokasi tersebut.

4.2 Hasil dan Pembahasan


4.2.1 Uji Anova dan Uji Lanjut (Duncan)
Data-data yang telah dianalisis merupakan data yang menunjukkan
faktor lingkungan di tiga lokasi berbeda. Faktor lingkungan yang menjadi
variabel di ketiga lokasi tersebut antara lain pH, suhu tanah ( oC),
kelembaban tanah (%), suhu udara (oC) dan kelembaban udara (%). Data
dari masing-masing faktor lingkungan ini diuji menggunakan Uji Anova
melalui software SPSS dengan tujuan untuk membandingkan nilai
perbedaan yang signifikan dari ketiga lokasi pengambilan sampel. Ketika
hasil dari masing-masing faktor menunjukkan nilai signifikansi yang <
0,05, maka dilakukan uji lanjut untuk mengetahui nilai rerata yang mana
yang menunjukkan taraf perlakuan yang berbeda.
Berdasarkan data pH yang telah dianalisis menunjukkan bahwa pH
di setiap tempat adalah berbeda. Perbedaan pH tersebut disebabkan karena
sifat tanah dari masing-masing lokasi. Menurut Karamina (2017),
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan pH tanah di
suatu tempat berbeda yakni tanah yang mengandung unsur-unsur mikro
15

atau dengan kata lain tanah sudah tercemar beberapa unsur sehingga dapat
menyebabkan peningkatan keasaman tanah. Keasaman (pH) tanah di
ketiga lokasi tersebut berkisar antara 4,57-8,11 (Tabel 4.1.1.a). Menurut
kriteria tingkat keasaman tanah dari Balitsa Lembang, pH tersebut
tergolong sedang yang artinya unsur-unsur hara cukup tersedia dalam
jumlah yang sedang (Sumarni, 2005).
Data faktor lingkungan yang kedua yaitu suhu tanah (oC). Dari data
tersebut menunjukkan bahwa suhu tanah di tiga lokasi adalah berbeda
secara signifikan. Perbedaan suhu tanah ini disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal. Lakitan (1994) menyatakan bahwa jika udara yang jenuh
uap air mengalami peningkatan suhu akibat dari radiasi matahari, maka
udara tersebut menjadi tak jenuh uap air. Suhu tanah di tiga lokasi tersebut
berkisar antara 24,86 oC -30,57 oC (Tabel 4.1.1.b). Menurut Lakintan
(1994), suhu tanah dengan skala tersebut merupakan skala suhu tanah
yang optimum.
Data faktor lingkungan yang ketiga yaitu kelembaban tanah (%).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelembaban tanah di tiga lokasi
adalah berbeda secara signifikan. Perbedaan suhu tanah ini disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal. Sulistiawan (2017) menyatakan bahwa
tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik dan kedalaman
solum tanah merupakan faktor yang mempengaruhi kelembaban tanah di
suatu tempat. Kelembaban tanah di tiga lokasi tersebut berkisar antara
66,14%-89,29% (Tabel 4.1.1.c).
Data faktor lingkungan yang keempat yaitu suhu udara ( oC). Dari
data tersebut menunjukkan bahwa suhu udara di ketiga lokasi tersebut
berkisar antara 24,79 oC -25,71oC (Tabel 4.1.1.d). Menurut Ramli (2016),
perbedaan suhu udara di masing-masing tempat ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: lamanya penyinaran matahari, ketinggian tempat,
jarak tempat dari laut, keadaan awan yang menutupinya serta sudut datang
sinar matahari. Suhu udara dari data tersebut dapat digolongkan suhu saat
cuaca normal (Tim Dosen, 2012).
16

Data kelima yakni mengenai faktor lingkungan kelembaban udara


(%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelembaban udara di ketiga
lokasi tersebut berkisar antara 71,71%-76,86% (Tabel 4.1.1.e). Menurut
Ramli (2016), perbedaan suhu udara di masing-masing tempat ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: suhu udara, tekanan udara,
ketersediaan air, ketinggian tempat serta kerapatan udara. Kelembaban
udara dari data tersebut dapat digolongkan tinggi, karena untuk
kelembaban udara yang normal yaitu berkisar antara 45%-64% (Ramli,
2016).

4.2.2 Uji Korelasi


Berdasarkan data kelembaban udara (%) dengan suhu udara ( oC)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.
Terlihat nilai signifikansi 0,381 atau dapat dituliskan > 0,05 (Tabel 4.1.2).
Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban udara tidak berpengaruh terhadap
suhu udara di lokasi tersebut. Menurut teori dari Tjasyono (2004) bahwa
kelembaban udara mempunyai hubungan suhu udara, yaitu berbanding
terbalik. Sehingga semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya
akan semakin kecil. Kemungkinan adanya hasil data dengan teori ini
disebabkan oleh faktor kesalahan yaitu misalnya keakuratan alat pengukur,
cuaca saat pengukuran yang berubah-ubah serta kerapatan udara yang
berbeda.

4.2.3 Uji Regresi


Berdasarkan data kedalaman perairan (m) dan suhu ( oC)
menunjukkan bahwa kedalaman perairan berpengaruh terhadap suhu. Hal
ini dibuktikan dari grafik tersebut bahwa kedalaman perairan berpengaruh
terhadap suhu yaitu penurunan nilai suhu seiring bertambahnya kedalaman
air. Menurut Sibudatar (2019), faktor internal yang mempengaruhi
distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut adalah kedalaman maupun
bentuk topografi dasar perairan. Setiap perairan memiliki kedalaman dan
17

bentuk dasar perairan yang berbeda yang menyebabkan pola distribusi


suhu salinitas dan oksigen terlarut juga akan berbeda.
Selain itu, Banyaknya aktivitas dan adanya aliran sungai, menjadi
salah satu faktor eksternal yang berpotensi menyebabkan terjadinya
perubahan suhu perairan. Faktor eksternal dapat berasal dari laut lepas
yang mengelilinginya, maupun dari daratan yang berupa aliran sungai.
Sedangkan secara internal dapat dipengaruhi oleh bentuk perairan maupun
bentuk topografi dasar perairan (Sibudatar, 2019).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data ekologi hasil pengukuran yang diuji menggunakan uji anova dan uji
lanjutan (Duncan) diperoleh sebagai berikut; a) pH dari ketiga lokasi berbeda
secara signifikan dengan kisaran antara 4,57-8,11, b) suhu tanah (oC) di ketiga
lokasi menunjukkan perbedaan signifikan dengan kisaran antara 24,86 oC-
30,57 oC, c) Kelembaban tanah (%) ketiga lokasi berbeda signifikan dengan
kisaran 66,14%-89,29%, d) Suhu udara ketiga lokasi berkisar antara 66,14%-
89,29%, dan e) Kelembaban udara di ketiga lokasi berkisar antara 71,71%-
76,86%. Untuk analisis korelasi didapatkan bahwa kelembaban udara tidak
berpengaruh terhadap suhu udara di lokasi tersebut, dengan nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 yaitu senilai 0,38. Sedangkan untuk analisis regresi
diperoleh bahwa kedalaman perairan berpengaruh terhadap suhu ( oC) yaitu
penurunan nilai suhu seiring bertambahnya kedalaman air, dimana nilai
signifikansinya didapatkan 0,00.

5.2 Saran

Dalam melakukan sebuah pengolahan data baik menggunakan software SPSS


maupun Microsoft excel haruslah dilakukan dengan penuh ketelitian, karena
ketika ada sedikit kesalahan dapat menyebabkan hasil akhir dari analisis data
tersebut menjadi tidak sesuai.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. 2016. Analisis Kesesuaian Lahan Di Universitas Pendidikan


Indonesia Untuk Tanaman Endemik Jawa Barat Menggunakan Gis
Arcview. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Fathir, A. 2011. Ekologi II. Jakarta: Erlangga.
Hanum, W. 2009. Ekologi. Jakarta : Erlangga
Karamina, H dkk. Kompleksitas Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Tanah
Terhadap Nilai pH Tanah di Perkebunan Jambu Biji Varietas Kristal
(Psidium guajava L.) Bumiaji, Kota Batu. Jurnal Kultivasi. Vol 16 No.
3.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo: Jakarta.
Marni, F dan Jumarang, M. 2016. Analisis Hubungan Kelembaban Udara dan
Suhu Udara Terhadap Parameter Tebal Hujan di Kota Pontianak. Jurnal
Prisma Fisika. Vol 4. No 3.
Odum, E. 1983. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajah Mada: Yogyakarta.
Ramli, A dan Martosenjoyo, T. Karakteristik Data Temperatur Udara dan
Kelembaban Udara di Makassar. Jurnal Temu Ilmiah.
Sambas, A. 2009. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur Anova dalam Penelitian.
CV Pustaka: Bandung.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sibudatar, E dan Handayani, M. 2019. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen
Terlarut Terhadap Kedalaman di Perairan Teluk Prigi Kabupaten
Trenggalek. Journal of Fisheries and Marine Research. Vol.3 No.1
Sumarni, N dan Muharam, A. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai
Penelitian Tanaman dan Sayuran (BALITSA): Bandung.
Tim Dosen Jurusan Tanah Universitas Brawijaya. 2012. Panduan Praktikum
Dasar Ilmu Tanah. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Wackerley, D.D., Mendenhall, W., Scheaffer, R. L., 2008. Mathematical
Statistics With Applications. Thompson Brooks/Cole: USA.
20

LAMPIRAN

1) Uji Anova dan Uji Lanjut


a. pH
21

b. Suhu Tanah

c. Kelembapan Tanah
22

d. Suhu Udara
23

e. Kelembapan Udara
24

2) Uji Korelasi

3) Uji Regresi
25

Anda mungkin juga menyukai