Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya dalam kehidupa sehari-hari kita sering menggunakan
mauapun menjumpai benda-benda seperti kacamata, mikroskop, Lup (kaca
pembesar), kamera dan masih banyak lagi. Tetapi tentunya kit belum begitu paham
bagaimana cara kerja dan masih banyak lagi fungsi yang belum kita ketahui dari
alat-alat tersebut. Selain itu, juga masih kurang paham bagaimana benda-benda
tersebut.
Optik yang sangat berguna itu adalah lensa. Lensa merupakan bidang bening
yang dibatasi oleh dua atau lebih permukaan bias dengan minimal satu permukaan
merupakan bidang lengkung. Jenis lensa dibagi menjadi dua yaitu lensa positif dan
lensa negatif. Lensa positif (konveks) memiliki bagian tengah lebih tebal daripada
tepinya da bersifat mengumpul (konvergen) sedangkan lensa negatif (konkaf)
memiliki bagian tengah lebih tebal daripada tepiny dan bersifat memancar
(divergen). Lensa mampu membelokkan atau membiaskan berkas-berkas cahaya
yang melewatinya, sehingga jika suatu benda berada pada lensa muka bayangan
dari benda tersebut akan terbentuk. Jika bicara tentang lensa maka erat kaitannya
dengan cahaya dimana sangat membutuhkan cahaya untuk mendapatkan suatu
bayangan.
Oleh karena itu, percobaan sistem ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui
dasar-dasar sistem lensa, untuk mengetahui sifat-sifat bayangan yang terbentuk
antara lensa positifi dan lensa negatif serta gabungan dan untuk megetahui aplikasi
sistem lensa dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui hubungan antara focus sebuah lensa dengan jarak bayangan yang
dihasilkan pada lensa negatif
2. Mengetahui bayangan yang terbentuk pada lesa negatif dan lensa positif
3. Mengetahui hasil dari jarak bayangan dengan lensa gabungan
1.3 Manfaat Percobaan
1. Dapat mengetahui hubungan antara fokus sebuah lensa dengan jarak bayangan
yang dihasilkan pada lensa negatif
2. Dapat mengetahui bayangan yang terbentuk pada lesa negatif dan lensa positif
3. Dapat mengetahui hasil dari jarak bayangan dengan lensa gabungan

1.4 Batasan Masalah


1. Mengetahui jenis-jenis lensa
2. Mengetahui jarak bayangan yang terbentuk pada lensa cembung
3. Mengetahui jarak bayangan yang terbentuk pada lensa cekung
4. Mengetahui sifat bayangan yang terbentuk pada lensa positif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cahaya Optik Geometri


Indra penglihatan sangat penting bagi kita, karena memberikan sebagian
besar informasi. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa cahaya berjalan
menempuh garis lurus pada berbagai keadaan. Sebagai contoh, sebuah sumber
cahaya titik seperti matahari menghasilkan bayangan, dan sinar lampu senter
tampak merupakan garis lurus. Kenyataannya, kita menentukan posisi benda di
lingkungan kita dianggap bahwa cahaya bergerak dari benda tersebut ke mata
dengan lintasan garis lurus. Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian
cahaya dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda atau, jika benda tersebut transparan
seperti kaca atau air, sebagian diteruskan. Untuk benda-benda yang sangat
mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari 99% cahaya bisa dipantulkan
ketika suatu berkas cahaya sempit menimpa permukaan yang rata kita definisikan
sudut dating , sebagai sudut yang dibuat berkas sinar-sinar dating dengan garis
normal terhadap permukaan berarti tegak lurus dan sudut pantul, r sebagai sudut
yang dibuat berkas sinar pantul dengan normal. Pantulan internal sempurna adalah
prinsip dibalik serat optic. Serat kaca dan plastic setipis beberapa micrometer untuk
diameternya sekarang bisa dibuat. Sekumpulan serat-serat kecil seperti itu disebut
pipa cahaya atau kabel, dan cahaya dapat ditransmisikan sepanjang kabel tersebut
dengan hampir tidak ada kebocoran karena pantulan internal sempurna. Aplikasi
penting dari serat optik adalah pada telekomunikasi dan kedokteran. Serat ini
digunakan untuk mentransmisikan percakapan telepon, sinyal audio, dan data
kompte. Sinyal merupakan berkas cahayayang dimodulasikan dan ditransmisikan
dengan kecepatan yang jauh lebih besar dan dengan kebocoran yang lebih kecil dan
interferensi yang lebih kecil dari sinyal listrik di kawat tembaga. Alat optik
sederhana yang paling penting tentu saja adalah lensa tipis. Lensa tipis biasanya
berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya melengkung. Parameter yang paling
penting dari lensa adalah panjang fokus f. Untuk lensa konvergen, f diukur dengan
mudah dengan mencari titik bayangan untuk matahari atau benda jauh lainnya.
Begitu fi diketahui, posisi bayangan dapat ditemukan untuk benda apa pun. Untuk
menemukan titik bayangan dengan menggambar berkas-berkas cahaya akan sulit
jika kita harus menentukan sudut bias. Daripada melakukan hal tersebut, kita dapat
mempermudahnya dengan menggunakan fakta-fakta tertentu, seperti bahwa berkas
yang parallel dengan sumbu lensa akan melewati titik fokus (Giancoli, 2001).

2.2 Lensa Tipis


Lensa memusat (konvergen), atau positif, lebih tebal pada ditengahnya
dibandingkan pinggirnya dan akan memusatkan berkas cahaya sejajar ke suatu
fokus nyata. Lensa cahaya sejajar ke suatu fokus nyata. Lensa sejajar (divergen),
atau negatif lebih tipis pada bagian tengahnya dibandingkan pinggirnya dan akan
menyebarkan cahaya sejajar dari suatu fokus nyata. Fokus utama sebuah lensa tipis
dengan permukaan melengkung adalah titik F dimana sejajar terhadap dan di dekat
sumbu pusat atau sumbu optik diarahkan menuju suatu fokus. FOkus ini adalah
bentuk lensa konvergen dan maya untuk diverge. Panjang fokus f adalah jarak fokus
utama ke lensa. Jari-jari kelengkungan R adalah positif positif ketika pusat
kelengkungannya terletak disebelah kanan permukaan, dan negatif jika pusat
kelengukannya terletak di sebelah kiri permukaan. Jika sebuah lensa dengan indeks
relatif n1 dicelupkan ke dalam sebuah medium dengan indeks n2, maka dalam
persamaan pembuat lensa harus diganti dengan ln2 (Bueche, 2012).

2.3 Sifat-sifat Lensa


Alat optik yang paling umum dikenal dan palingsering digunakan adalah lensa.
Lensa adalah sebuah sistem optik dengan dua permukaan yang menefraksikan.
Lensa yang paling sering sederhana mempunyai dua permukaan bola yang cukup
dekat satu sama lain sehingga kita dapat mengabaikan jarak diantara kedua
permukaan itu. Kita menamakan ini lensa tipis. Kita dapat menganalisis lensa tipis
secara rinci dengan menggunakan hasil-hasil untuk refraksi oleh sebuah permukaan
bola tunggal. Akan tetapi, kita menunda analisis ini sampai pada akhir subbab ini
sehingga kita dapat membicarakan lebih dulu sifat-sfiat lensa tipis. Sebuah lensa
mempunyai sifat bahwa bila seberkas sinar yang paralel dengan dengan sumbu
melalui lensa itu. Beberapa hal sangat perlu di perhatikan untuk membantu
menerangkan apa yang terjadi dalam pengarahan kamera ke titik fokus. Supaya
sebuah potret berada dalam titik fokus yang tajam, maka bayangan yang dibuat oleh
lensa kamera itu harus diletakkan pada posisi yang sama seperti film tersebut.
Dengan mendekatkan benda itu, jarak dari lensa ke bayangan nyata bertambah,
sehingga film itu digerakkan lebih jauh kebelakang lensa. Sinar-sinar parallel yang
muncul ke luar akan dating dari tak terhingga. Dalam jarak benda lebih kecil
daripada panjang fokus. Sinar-sinar yang keluar itu kebelakang. Dalam kasus ini
jarak bayangan S itu adalah negatif. Sinar-sinar yang datang tidak terpencar dari
sebuah benda nyata tetapi berkumpul seakan-akan sinar-sinar itu akan bertemu di
ujung dari benda maya O pada sisi kanan. Jarak benda s adalah negatif dalam kasus
ini (Halliday, 2008).
2.3 Persamaan Lensa
Sekarang kita menurukan persamaan yang menghubungkan jarak bayangan
dengan jarak benda dan panjang fokus lensa persamaan ini akan membuat
penentuan posisi bayangan lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan dengan
pemelusuran berkas ditentukan do sebagai jarak bayangan. Jarak bayangan dari
pusat lensa dan ditentukan ho dan hi sebagai panjang benda dan bayangan segitiga
FII dan FBA. Kita samakan ruas kanan persamaan-persamaan ini bagi, bagi dengan
di, dan susun kembali untuk mendapatkan persamaan lensa (Priyambodo, 2009).
2.4 Lensa tipis, penelusuran berkas
Alat optik sederhana yang paling penting tentu saja adalah lensa tipis
perkembangan alat-alat optik dengan menggunakan lensa berawat dari abad ke-16
dan 17. Walaupun catatan mengenai kacamata yang paling tua berasal dari akhir
abad ke tiga belas. Sekarang kita menemukan lensa pada kacamata, kamera,
kacamata pembesar, teleskop, teropong, mikroskop, dan peralatan kedokteran lensa
tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaan lengkung. Walaupun
permukaan silinder juga mungkin, kita akan berkonsentrasi pada steris. Kedua
permukaan bisa berbentuk cekung, cembung, atau datar. Beberapa jenis
diperlihatkan dalam bentuk penimbangan lintangnya. Keutamaan lensa adalah
karena ia membentuk bayangan benda. Ketiga berkas bisa tampak muncul dari satu
titik di kiri lensa. Inilah bayangan, I karena berkas-berkas tersebut lensa
(Priyambodo,2009).
2.6 Persamaan Pembuat Lensa
Jari-jari kelengkungan bayangan kedua permukaan lensa. Persamaan ini berlaku
untuk semua jenis lensa tipis. Jari-jari kelengkungan, R adalah positif ketika pusat
kelengkungan terletak disebelah kanan permukaan dan negatif jika pusat
kelengkungan terletak disebelah kiri permukaan. Jika sebuah lensa dengan indeks
relatif n1 dicelupkan kedalam sebuah medium dengan indeks n2, maka n dalam
persamaan pembuat lensa harus diganti dengan n1/n2. Daya lensa dalam dioptre (m-
1
) adalah setara dengan 1/f, di mana f adalah panjang fokus yang dinyatakan dalam
medium. Lensa-lensa bersentuhan jika dua lensa tipis dengan panjang fokus f1 dan
f2 saling bersentuhan, panjang fokus (Halliday, 1992).
2.7 Hubungan benda dan hubungan bayangan
Untuk lensa tipis yang memusat dan menyebar dimana So adalah jarak benda
dari lensa Si adalah jarak bayangan dari lensa dan f adalah panjang fokus lensa.
Lensa tersebut diasumsikan tipis, dan sinar cahaya bersifat paraksial (dekat dengan
sumbu utama). Maka, jika cahaya yang masuk dari sebelah kiri:
So adalah positif jika benda berada disebelah kiri lensa
So adalah positif untuk suatu benda nyata, dan negatif untuk suatu benda maya
Si adalah positif jika bayangan berada disebelah kanan lensa.
Si adalah positif untuk suatu bayangan nyata, dan negatif untuk suatu bayangan
maya
f adalah positif untuk suatu lensa konvergen, dan negatif (Halliday, 1992).
2.8 Jenis Lensa
Sebagaimana tampak lensa memusat (konvergen), atau positif, lebih tebal pada
bagian tengahnya dibandingkan pinggirnya dan akan memusatkan berkas cahaya
sejajar ke suatu fokus nyata menyebar (divergen), atau negatif lebih tipis pada
bagian tengahnya dibandingkan pinggirnya dan akan menyebarkan berkas cahaya
sejajardari suatu fokus maya. Fokus utama (atau titik fokus) sebuah lensa tipis
dengan permukaan melengkung adalah titik F dimana sinar-sinar sejajar terhadap
dan didekatkan sumbu pusat atau sumbu optik diarahkan menuju suatu fokus,
fokus ini adalah nyata untuk lensa konvergen dan maya untuk divergen. Panjang
fokus f adalah jarak fokus utama ke lensa. Karena setiap lensa dapat dibalik tanpa
mengubah sinar-sinarnya, terdapat dua titik fokus (titik a untuk lensa) (Giancoli,
2001).
2.9 Optik
Optik adalah cabang fisika yang menggambarakan perilaku dan sifat cahaya
dan interaksi cahaya dengan materi. Optik menerngkan dan mewarnai oleh gejala
optis. Kata optik berasal dari bahaa latin, yang artinya bearti tampilan. (Prasetio,
dkk, 1991)
Bidanng optik biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak, inframerah dan
ultraviolet, tetapi karena cahaya adalah gelombang elektromegnetik, gejala yang
sama juga terjadi di sinar-x, gelombang mikro, gelombang radio dan bentuk lain
dai radiasai elektromagnetika dan juga gejala serupa seperti pada sorotan partikel
muatan (charged baem). Optik secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari
keelektromagnetan. Beberaa gejala optok bergantung pada sifat kuantum cahaya
yang terkait dengan beberapa bidang optika hingga mekanika kuantum. Dalam
prakteknya, kebanyakan dari gejala optis dapat dihitung dengan menggunakan sifat
keelektromagnetik dari cahaya, seperti yang dijelaskan oleh persamaan Maxwell.
(Soedoro, 2004)
Persamaan maxwell adalah himpunan keempat persamaan deferensial parsial
yang mendeskripsikan sifat sifat medan listrik dan magnet dan hubungannya
dengan sumber sumbernya, muatan listrik dan arus listrik, menurut teori
elektromagnetika klasik. Keempat persamaan ini digunakan untuk menjelaskan
bahwa cahaya adalah elektrodinamika. Secara terpisah, keempat persamaan ini
masing masing disebut sebagai hukum Gauss. Hukum Gauss untuk magnetisme,
hukum induksi faraday, dan hukum ampere. Keempat persamaan ini dengan hukum
Lorentz merupakan kumpulan hukum lengkap dari elektrodinamika klasik.
(Prasetio dkk, 1991)
Bidang optika memiliki identitas, masyarakat, dan konferensinya tersendiri.
Aspek keilmuannya sering disebut ilmu optik. Ilmu optik terpan sering disebut
rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik yang terkait khusus dengan sistem
iluminasi disebut dengaan rekayasa pencahayaan. Setiap disiplin cabang sedikit
berbeda dalam aplikasi, keterampilan teknis, fokus, dan aplikasi professionalnya.
Inovasi lebih baru dalam rekayasa optik sering dikatagorikan sebagai fotonika atau
opteolektronika. Batas batas antara bidang ini dan optik sering tidak jelas, dan
istilah yang digunakan berbeda diberbagai belahan dunia dan dalam berbagai
bidang industri. (Soedoro, 2004)
Karena aplikasi yang luas dari ilmu cahaya untuk aplikasi dunia nyata, bidang
ilmu optika dan rekayasa optik merupakan bagian dari berbagai disiplin terkait
termasuk elektro, fisika, psikologi, kedokteran (khususnya optalmologi dan
optometri), dan lain lainnya. Selain itu penjelasan yang paling lengkap tentang
perilaku optis, tidak selalu rumit untuk kebanyakan masalah, jadi modul sederhana
dapat digunakan. Model sederhana ini cukup untuk menjelaskan sebagian gejala
optis serta mengabaikan perilaku yang tidak relevan atu tidak terdeteksi pada suatu
sistem. (Soedoro, 1987)
Diruang bebas suatu gelombang berjalan pada kecepatan C = 3x108meter /
detik. Ketika memasuki medium tertentu (dielectric atau maconducting) gelombang
berjalan dengan suatu kecepatn V yang mana adalah karakteristik dari bahan dan
kurang dari besarnya kecepatan cahaya itu sendiri (c). Perbaningan kecepatan
cahaya didalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya dimedium adalah indeks
bias n sebagai berikut :
n = C/V...................................................................................................(1)
(Suedoro, 1987)
3.0 Optika Klasik
Sebelum optika kuanum menjadi penting, dasarnya terdiri dari aplikasi
elektronika klasik dan pendekatan frekuensi tinggi untuk cahaya. Optik klasik
terbagi menjadi dua cabang utama yaitu : optik giometris dan optik fisis. (Suedoro,
1987)
Optika geometris atau optika sinar menjelaskan propagasi cahaya dalam bentuk
sinar. Sinar dibelokkan diantara muka antara dua medium yang berbeda dan dapat
berbentuk kurva didalam medium yang mana indeks refraksinya merupaka fungsi
dari posisi. Sinar dalam optik geometris merupakan objek abstrak, atau instrumen,
yang sejajar degan muka gelombang dalam gelombang optis sebenarnya. (Suedoro,
1987)
Optik geometris menyediakan aturan untuk penyebaran sinar ini mellui
sistem optis, yang menunjukkan bagaimana sebenarnya muka gelombang akan
menyebar. Ini dalam penyederhanaan optik yang signifikan, dan gagal untuk
menghitungkan banyak efek optis yang penting seperti difraksi (penyebaran
gelombang) dan plarisasi (salah satu sifat cahaya yang gerak secara osulasi dan
menuju titik tertentu). Namun hal ini merupakan pendekatan yang baik, jika
panjang gelombang cahaya tersebut angat kecil ukurannya dibandingkan dengan
ukuran sruktur yng berinteraksi dengannya. Optik geometris dapat digunakan untuk
menjelaaskan asek geometis dari penggambaran cahaya (imaging), termasuk
aberasi optis. (Typler, 1991)
Opika geometris sering disederhanakan lebih lanjut oleh pendekatan
paraksial ( adalah sebuah pendekatan yang digunakan dala penulusuran sinar
cahaya dalam sistem optis), atau pendekatan sudut kecil. Perilaku matematika yang
kemudian menjadi linier, memungkinkan menjadi linier, memungkinkan kelompok
dan sistem optis dijelaskan dalam bentuk matrik sederhana. Ini mengaarah pada
teknis optik gaus dan penelusuran sinar paraksial, yang digunakan untuk order
uama dari siste optis, misalnya memperkirakan posisi dan magnifikasi dari gambar
dan objek. Propagarasi sortan gaus merupakan perluasan dari optik paraksial yang
menyediakan objek atau model lebih akurat dari radiaasi koheren melalui sorotn
laser. Walaupun masih menggunakan pendekatan paraksial teknik ini
memperhitungkan difraksi dan memungkinkan perhitungan perbesaran sinar laser
yang sebandig dengan jarak, serta ukuran minumum yang dapat difokus. Propagarsi
sorotan gaus menjebatani kesenjangan antara optik geometris dan fisis. (Typler,
1991)
Optik fisis atau optika gelombang membentuk prinsip huigens yaitu prinsip
yang menerangkan bahwa setiap muka gelombang (bidang tegak lurus arah rambat
gelombang) dapat dianggap memproduksi gelombang gelombang baru dengan
panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang sebelumnya. Dan
memodelkan propagarasi dari muka gelombang kompleks melalui sistem optis,
termasuk amplitudo dan fase dari gelombang. Teknik ini biasanya diharapkan
secara numerik pada komputer, dapat menghitung efek difraksi, interferensi,
polarisasi, serta efek efek komples lain. Akan tetapi pada umumnya aproksimasi
masih digunakan, sehingga tidak secara lengkap memodelkan teori gelombang
eektromagnetik dari proarasi cahaya. Model lengkap tersebut jauh lebih menuntut
komputasi, akan tetapi dapat digunakan untuk memecahkan lebih akurat. (Typler,
1991)
3.1 Sinar Istimewa
Untuk mendapatkan bayangan yang baik dari suatu objek atau benda
digunakan tiga sinar istimewa dari lensa cembung atau positif dan lensa cekung
atau negatif yaitu antara lain :
Pada lensa positif berkas sinar istimewa yaitu
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui fokus utama
2. Sinar datang melalui sumbu uama dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui pusat opik dan akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Tiga berkas sinar istimewa pada lensa negatif yaitu
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah olah sinar bias itu
berasal dari fokus tama F1
2. Sinar datang menuju F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui sinar optik akan diteruskan anpa dibiaskan.
(Tipler, 1991)
3.2 Cahaya
Segala sesuatu yang memancarkan keluar dari suatu sumber tetapi bukan
zat (tidak memiliki masa disebut radiasi ,cahaya, sinar inframerah pada remot
control, atau sinar ultra violet ketiganya termasuk radiasi. Chaya dapat dilihat oleh
mata sedangkan inframerah dan ultra violet iidak bisa, karena itu, cahaya adalah
warna yang diberikan untuk radiasi yang dapat dilihat oleh mata manusia. Kita tahu
bahwa cahaya termasuk gelombang elektromagnetik , yang getarannya (berupa
medan listrik dan medan magnetik) tegak lurus terhadap arah rambatnya. Karena
itu, gelombang elektromagnetik (termasuk cahaya) tergolong sebagai gelombang
transversal.
Ketika cahaya yang merambat lurus dihalangi oleh benda tidak tembus
cahaya maka akan terbentuk bayangan dari benda ada layar yang diletakkan
dibelakang benda. Contoh, ketika kupu-kupu yang diawetkan kita sorot dengan
cahaya senter, terbentuklah sebuah bayangan kupu-kupu yang ukurannya lebih
besar daripada kupu-kupu aslinya. Bentuk bayangan yang sebangun dengan bentuk
benda memperkuat pernyataan bahwa cahaya merambat lurus. (Soedojo, 2004)
Pembelokan seberkas cahaya yang merambat dari suatu medium ke medium
lainnya yang berbeda kerapatannya dinamakan pembiasan ( Refraksi ) atau
pembelokan berkas cahaya ketika lewat dari suatu medium bening kemedium
bening lainnya disebut Pemisahan Cahaya. (Soedojo, 2004)
Sudut antara sinar datang dan garis normal disebut sudut datang ( I ),
sedangkan sudut antara sinar bias dan garis normal disebut sudut bias ( r ). Tampak
bahwa sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada suatu bidang datar
dan ketiganya berpatokan pada sebuah titik. Pernyataan itu dikemukakan pertama
kali oleh Melleboard, sehingga dikenal sebagai hukum snellius atau pembiasan.
(Soedojo, 2004)
Hukum II snellius atau hukum pembiasan, yang berbunyi :sinar datang dari
medium kurang rapat menuju ke medium yang lebih rapat dibiarkan mendekati
garis normal, sebaliknya sinar datang dari medium lebih rapat menuju ke medium
yang kurang rapat dibiarkan menjauhi garis normal. (Soedojo, 2004)
Cahaya dibiaskan karena beda kerapatan antara kedua medium. Ternyata
cepat rambat cahaya juga berbeda untuk medium yang berbeda. Cepat rambat
cahaya paling besar dalam udara yaitu = 300.000.000 makin rapat
mediumnya maka makin kecil rambat cahaya. Menurut Chistien Huggens, ketika
cahaya lewat dari suatu medium ke medium lain yang berbeda, cahaya dibiaskan
karena cepat rambatnya cahaya dalam kedua medium adalah berbeda. (Soedojo,
2004)
Jika cepat rambat cahaya dalm medium yang indeks biasnya ini adalah1
dan cepat rambat cahaya dalm medium yang indeks biasnya = adalah 2 , berlaku
persamaan
1 1 = 2 2 . (2)
(Soedojo, 2004)
Ketika cahaya lewat dari suatu dalam ke medium lainnya , besaran indeks
bias dan cepat rambat cahaya, tetapi frekuensi cahaya tetap. Telah diketahui bahwa
= sehingga persamaan ( 2.1 ) diperoleh
1 (1 ) = 2 (2 )
1 1 = 2 2 (3)
(Soedojo, 2004)
Dengan 1 , 2 berturut- berturut adalah panjang gelombang cahaya dalam
medium 1 dan 2 . Untuk udara atau vakum, indeks bias = 1 dan cepat rambat
cahaya = = 3108 .
(Soedojo, 2004)
3.3 Pengertian lensa dan sejarahnya
Lensa atau kanta adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau
menyebarkan cahaya, biasanya dipotong dari sebentuk gelas yang dibentuk. Alat
yang sejenis digunakan dengan jenis lain dari radiasi elektromagnetik juga disebut
lensa, misalnya lensa gelombang mikro dapat dibuat dari paraffikin wax.
(Soedojo, 2004)
Lensa paling awal tercatat di yunani kuno dengan sandiwara Aristophanes
The Clouds ( 421 sm ) menyebutkan sebuah gelas pembakar ( sebuah lensa konveks
) digunakan untuk menfokuskan cahaya matahari untuk menciptakan api. (Soedojo,
2004)
Tulisan Pliny The Flder (23 73 ) juga menunjukan bahwa gelas pembakar
juga dikenal kekaisaran roma dan disebut juga apa yang kemungkinan adalah
sebuah penggunaan pertama dari lensa pemantul . Neno juga diketahui menonton
gladiator melalui sebuah emerald berbentuk konkave ( kemungkinan untuk
memperbaiki myopra). (Soedojo, 2004)
Secara The Younger (35m 65 ) menjelaskan efek pembesaran dari sebuah
gelas bulat yang diisi oleh air . Matematikawan muslim berkebangsaan arab
Alhazan (Abu Ali Al- Hasan bin Ali Haltham ) (1965 1038) menulis teori optikal
pertama dan utama yang menjelaskan bahwa lensa dimata manusia membentuk
sebuah gambar diretina. Penyebaran menggunakan lensa tidak terjadi sampai
penemuan kaca mata, mungkin di Italia pada sekitar 1280. (Soedojo, 2004)
Lensa adalah alat yang terdiri dari beberapa cermin yang berfungsi
mengubah benda menjadi bayangan terbalik dan nyata. Lensa terletak didepan
kamera. Ada beberapa jenis lensa, lensa normal, lensa lebar (uide), dan lensa
panjang atau biasa disebut dengan lensa hole. (Soedojo, 2004)
Sebelum optika kuantum menjadi penting, asalnya terdiri dari aplikasi
elektromagnetik klasik dan pendekatan frekunsi tinggi untuk cahaya optik klasik
berbagi menjadi dua cabang utama : optika geometris dan optika fisis. Optika
geometris, atau optika sinar , menjelaskan propogensi cahaya dalam bentuk sinar
. Sinar dibelokkan diantara muka antara dua medium yang berbeda , dapat
berbentuk kurva didalam medium yang mana indeks refraksinya merupakan objek
abstrak atau instrumen yang sejajar dengan muka gelombang dari gelombang optis
sebenarnya. Optika geometris menyediakan aturan untuk penyebaran sinar ini
melalui sistem optis, yang menunjukan bagaimana sebenarnya muka gelombang
akan menyebar. (Soedojo, 2004)
Ini adalah penyederhanan optik yang signifikan , dan gagal untuk
memperhitungkan banyak efek optik penting seperti difraksi dan polirisasi. Namun
hal ini merupakan pendekatan yang baik. Jika panjang gelombang cahaya tersebut
sangat kecil dibandingkan dengan ukuran struktur yang terinteraksi dengan nya.
misalnya memperkirakan posisi komponen dan sistem optis dijelaskan dalam
bentuk metrik sederhana ini mengarah pada teknik optik gauss dan penelusuran
sinar paraksial, yang digunakan untuk order pertama dari sistem optis. (Soedojo,
2004).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar II tentang Sistem Lensa dilakukan pada hari senin,
tanggal 21 April 2012 pukul 16.00 18.00 WITA, Bertempat di Laboratorium
Fisika Dasar Gedung C Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan


1. Bangku optik
2. Sebuah lampu
3. Penggaris
4. Sebuah layar
5. Lensa positif
6. Lensa negatif

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Lensa positif
1. Dipasang posisi benda sesuai petunjuk asisten lalu diukur jarak dari
layar ke benda sesuai (L).
2. Dipasang lensa biconvex diantara benda dan layar
3. Digeser lensa hingga didapat bayangan yang jelas terdapat dilayar
4. Dicatat posisi lensa sebgai kedudukan lensa pertama (1 )
5. Digeser lagi lensa hingga diperoleh bayangan yang jelas kedua
(posisi benda dan layar jangan diubah )
3.3.2 Lensa negatif
1. Dipasang benda dengan jarak seusai petunjuk asisten dan dicatat
jarak benda
2. Dipasang lensa negatif diantaranya layar dan benda.
3. Digeser lensa sehingga didapat bayangan jelas pada layar, lalu
dicatat posisi lensa ke layar
4. Diamati sifat bayangan
5. Diulangi langkah 1-4 dengan diubah jarak benda

3.3.3 Lensa Gabungan


1. Dipasang posisi benda diantara layardan lampu.
2. Dicatat jarak diantara layar dan benda sebagai (L)
3. Dipasang lensa positif dan negatif dengan jarak yang rapat diantara
layar dan benda
4. Digeser kedua lensa secara bersamaan untuk mendapatkan
bayangan yang jelas pada dilayar dan dicatat posisi pertama
5. Digeser lagi lensa secara bersamaan sehingga didapat bayangan
jelas pada layar
6. Dicatat sebagai posisi kedua
7. Diulangi langkah 1-6 dengan mengubah jarka benda dan layar sesuai
petunjuk asisten.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Lensa Positif
No. L (m) (m) (m) d( )
1 0,90 0,80 0,79 0,01
2 0,85 0,75 0,74 0,01
3 0,80 0,70 0,69 0,01
4 0,75 0,65 0,64 0,01
5 0,70 0,60 0,58 0,02
4.1.2 Lensa Negatif
No. Jarak benda Jarak bayangan Sifat Bayangan
(s)(m) ( )(m)
1 0,95 0,82 Maya, diperkecil, terbalik
2 0,9 0,76 Maya, diperkecil, terbalik
3 0,85 0,73 Maya, diperkecil, terbalik
4 0,8 0,67 Maya, diperkecil, terbalik
5 0,75 0,6 Maya, diperkecil, terbalik
4.1.3 Lensa Gabungan
No. L (m) (m) (m) d( )
1 0,90 0,84 0,825 0,015
2 0,85 0,78 0,77 0,1
3 0,80 0,73 0,72 0,1
4 0,75 0,68 0,67 0,1
5 0,70 0,63 0,62 0,1

4.2 Analisis Data


4.2.1 Perhitungan tanpa KTP
4.2.1.1 Lensa positif
Ln2 dn2
Fn = 4Ln
L12 d12
F1 = 4L1
(90)2 (1)2
= 4(90)

= 0,22 m

L22 d22
F2 = 4L2
(85)2 (1)2
= 4(85)

= 0,21 m

L32 d32
F3 = 4L3
(80)2 (1)2
= 4(80)

= 0,19 m

L42 d42
F4 = 4L4
(0,75)2 (0,01)2
= 4(0,75)

= 0,18 m

L5d5
F5 = 4L5
(0,7)2 (0,01)2
= 4(0,7)

= 0,17 m

4.2.1.2 Lensa Negatif


Sn Sn
Fn =
Sn + Sn
S1S1 0,95 0,82
F1 = S1+S1 = = 0,44 m
0,95 + 0,82

S2 S2 0,9 0,76
F2 = S2 + S2 = 0,9 + 0,76 = 0,41 m
S3 S3 0,85 0,73
F3 = S3 + S3 = 0,85 +0,73 = 0,39 m
S4 S4 0,80 0,67
F4 = = = 0,36 m
S4 + S4 0,80 + 0,67

S5 S5 0,75 0,6
F5 = = 0,75 + 0,6 = 0,33 m
S5 + S5

4.2.1.3 Lensa Gabungan


Ln2 dn2
= 4L
Ln12 d12 (0,95)2 (0,15)2
1 = = = 0,22 m
4L 4(0,9)
L22 d22 (0,85)2 (0,1)2
2 = = = 0,21 m
4L 4(0,85)

L32 d32 (0,8)2 (0,1)2


3 = = = 0,19 m
4L 4(0,8)

L42 d42 (0,75)2 (0,1)2


4 = = = 0,18 m
4L 4(0,75)

L52 d52 (0,7)2 (0,1)2


5 = = = 0,17 m
4L 4(0,7)

4.2.2 Perhitungan dengan KTP


1
L = nst
3
1
= 0,1 3

= 0,033 m
4.2.2.1 Lensa Positif
1
2
1 d2 2 2d 2 2
F = {4 (4L2 ) (L) + ( 4L ) L}
1
2
1 d2 2 2d 2 2
F1 = {4 (4L2 ) (L) + ( 4L ) (L)}
1
2
1 (0,01)2 2(0,01) 2 2
= {4 (4(0,9)2 ) (0,033)2 + ( ) (0,033)2 }
4(0,9)

= 9,68 x 1016
= 3,11 x 108 m
1
2
1 d2 2 2d 2 2
F2 = {4 (4L2 ) (L) + ( 4L ) (L)}
1
2
1 (0,01)2 2(0,01) 2 2
={ ( ) (0,033)2 + ( ) (0,033)2 }
4 4(0,85)2 4(0,85)

= 9,68 x 1016
= 1,9 x 104 m
1
2
1 d2 2d 2 2
F3 = {4 (4L2 ) (L)2 + ( 4L ) (L)2 }
1
2
1 (0,01)2 2 2(0,01) 2 2
= {4 (4(0,8)2 ) (0,033) + ( ) (0,033)2 }
4(0,8)
= 0,25 x104
= 0,5 x 102 m
1
2
1 d2 2 2d 2 2
2
F4 = {4 (4L2 ) (L) + ( 4L ) (L) }
1
2
1 (0,01)2 2(0,01) 2 2
= {4 (4(0,75)2 ) (0,033)2 + ( 4(0,75) ) (0,033)2 }

= 0,25 x 104
= 0,5 x 102 m

4.2.2.2 Lensa Negatif

1 S 2 (S S ) 2
F = ( 2
) (L)2 + ( ) (L)2
(S + S) (S + S)2

1 S 2 (S S ) 2+(
2
F1 = ( ) (L) ) (L)2
(S + S)2 (S + S)2

1S2 (SS) 2 2 2
= ( 2 ) (L) +( 2) (L) = 0,000228024

(S +S) (S +S)

= 0,015 m

(S + S) (S S ) (S + S) (S S )
F2 = S ( ) (L)2+( ) (L)2
(S + S)2 (S + S)2

(28 + 40) (40 28) 28(28 + 40) (40 28)


= 28 ( 2
) (0,16)2 + ( ) (0,16)2
(28 + 40) (28 + 40)2

= 0,000175416
= 0,013 m

(S + S) (S S ) (S + S) (S S )
F3 = S ( ) (L)2+( ) (L)2
(S + S)2 (S + S)2

(32 + 45) (45 32) 32(32 + 45) (45 32)


= 32 ( 2
) (0,16)2 + ( ) (0,16)2
(32 + 45) (32 + 45)2

= 0,000138089
= 0,011 m

(S + S) (S S ) 2
(S + S) (S S )
F4 = S ( ) (L) + ( ) (L)2
(S + S)2 (S + S)2

(37 + 50) (37 50) 37(37 + 50) (50 37)


= 37 ( ) (0,16)2 + ( ) (0,16)2
(37 + 50)2 (37 + 50)2

= 0,000110722
= 0,010 m
4.2.2.3 Lensa Gabungan
1
2
1 d2 2 2d 2 2
2
F = {4 (4L2 ) (L) + ( 4L ) (L) }
1
2
1 d2 2d 2 2
F1 = {4 (4L2 ) (L)2 + ( 4L ) (L)2 }
1
2
1 (23)2 2(23) 2 2
= {4 (4(35)2 ) (0,16)2 + ( 4(35) ) (0,16)2 }

= 0,00268544
= 0,005 m
1
2
1 d2 2 2d 2 2
2
F2 = {4 (4L2 ) (L) + ( 4L ) (L) }
1
2
1 (29)2 2(29) 2 2
= {4 (4(40)2 ) (0,16)2 + ( 4(40) ) (0,16)2 }

= 0,00342592
1
2
1 d2 2d 2 2
F3 = {4 (4L2 ) (L)2 + ( 4L ) (L)2 }
1
2
1 (35)2 2(35) 2 2
= {4 (4(45)2 ) (0,16)2 + ( 4(45) ) (0,16)2 }

= 0,00384064
= 0,006 m
1
2
1 d2 2d 2 2
F4 = {4 (4L2 ) (L)2 + ( 4L ) L}
1
2
1 (40)2 2(40) 2 2
= {4 (4(50)2 ) (0,16)2 + ( 4(50) ) (0,16)2 }
= 0,00425984

4.2.3 Perhitungan Ketidakpastian Mutlak


4.2.3.1 Lensa positif
(F1 F1 )m = (0,22 3,11 x 108 )m
(F2 F2 )m = (0,20 1,9 x 104 )m
(F3 F3 )m = (0,19 0,5 x 102 )m
(F4 F4 )m = (0,18 0,5 x 102 )m
(F5 F5 )m = (0,17 0,5 x 102 )m

4.2.3.2 Lensa negatif


(F1 F1 )m = (0,44 3,13 x 102 )m
(F2 F2 )m = (0,41 2,96 x102 )m
(F3 F3 )m = (0,39 2,8 x 102 )m
(F4 F4 )m = (0,36 2,75 x 102 )m
(F5 F5 )m = (0,33 2,47 x 102 )m

4.2.3.3 Lensa Gabungan


(F1 F1 )m = (0,22 3,0 x 102 )m
(F2 F2 )m = (0,21 1,9 x104 )m
(3 3 ) = (0,19 0,5 x 102 )m
(F4 F4 )m = (0,18 0,5x 102 )m
(F5 F5 )m = (0,17 0,5x 102 )m

4.2.4 Perhitungan KTP Mutlak


4.2.4.1 Lensa positif
1 3,11 x 108
100% = 100% = 4,7%
1 0,22
2 1,9 x 104
100% = 100% = 9,5%
2 0,20
3 0,5 x 102
100% = 100% = 2,6%
3 0,19
4 0,5 x 102
100% = 100% = 2,6%
4 0,18
5 0,5 x 102
100% = 100% = 2,9%
5 0,17

4.2.4.2 Lensa negatif


1 3,13 x 102
100% = 100% = 7,1%
1 0,44
2 2,96 x 102
100% = 100% = 7,2%
2 0,41
3 2,8 x 102
100% = 100% = 7,1%
3 0,39
4 2,75 x 102
100% = 100% = 7,6%
4 0,36
5 2,47 x 102
100% = 100% = 7,4%
5 0,33

4.2.4.3 Lensa gabungan


1 3,0 x 103
100% = 100% = 1,3%
1 0,22
2 1,9 x 103
100% = 100% = 0,9%
2 0,21
3 0,5 x 104
100% = 100% = 2,6%
3 0,19
4 0,5 x 102
100% = 100% = 2,7%
4 4,5
4 0,5 x 102
100% = 100% = 2,9%
4 0,17
4.3 Pembahasan
Lensa merupakan benda benng yang dibatasi oleh dua buah bidang lengkung.
Dua buah bidang lengkung yang membatasi lensa berbentuk silindrs maupun bola
lensa silindris bersifat memusatkan cahaya dari sumber titik yang jauh pada suatu
garis, sedangkan lensa yang berbentuk bola yang melengkung kesegala arah
memusatkancahaya dari sumber yang jauh pada suatu titik.
Bangku optic berfungsi sebagai alat untk meletakkan lensa. Sebuah lampu
digunakan sebagai sumber cahaya yang akan membentuk bayangan sebuah
penggaris yang berfungsi sebagai alat ukur sejauh mana lensa dapat memfokuskan
bayangan yang dibentuk. Sebuah layar sebagai media memancarkan cahaya yang
akan dilihat. Lensa positif dan lensa negatif digunakan sebagai objek.
Sistem lensa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu seperti
penggunaan kamera, kaca pembesar, teropong (teleskop), mikroskop, periskop dan
masih banyak lagi.
Faktor kesalahan pada percobaan ini adalah kurang teliti dalam membaca skala
pada penggaris, dan kurang teliti dalam membaca dan melihat letak fokus
bayangan.
Pada percobaan digunakan lensa positif dan lensa negatif. Pada lensa positif,
lensa positif menunjukkan bahwa semakin jauh jarak benda ke layar. Semakin kecil
jarak fokusnya sehingga dapat.
Dari data pengamatan dan analisis data, dapat dilihat bahwa pada lensa positif
sebagian besar menunjukkan bahwa semakin kecil jarak fokusnya maka semakin
besar jarak jauh benda ke layar.Begitu pula pada lensa gabungan, semakin besar
nilai L, semakin kecil nilai F (fokus). Pada lensa negatif, terjadi sebaliknya,
semakin jauh L dari pusat kelengkungan, maka semakin besar F
Adapun factor kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan data yaitu:
Kesalahan dalam menentukan bayangan
Kesalahan meletakkan benda
Pengaruh tempat yang kurang gelap, sehingga berpengaruh pada pengamatan
data.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada lensa positif jarak fokus dengan jarak bayangan akan berbanding lurus
dengan itu maka jika fokus diperbesar maka jarak bayangan yang akan
dihasilkan pun besar..
2. Lensa negatif membentuk bayangan yang bersifat maya, terbalik, diperkecil
sedangkan lensa positif membentuk bayangan yang bersifat nyata, tega,
diperbesar
3. Hasil jarak yang didapatkan yaitu d1= 1,5 cm/1,5 x 102, d2= 1 cm/ 1 x
102 m, d3= 1 cm/ 1 x 102m, d4= 1 cm/ 1 x 102m, d5= 1 cm / 1 x 102m.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan cermin cembung datar
sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan cembung lensa.

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, C. Douglas. 2001. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga
Prasetio, Lea dan Setiawan, Sandi. 1991. Mengerti Fisika. Yogyakarta : Andi
Offset
Soedojo, Petter. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi Offset
Soedoro, Petter. 1987. Fisika Dasar. Yogykarta : Andi Offset
Tipler, Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai