Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN


Disusun Oleh:
1. Gita Fitri Rusliani
2. Defi Yulianti
3. Siti Sadiah

0661-15-055
0661-15-058
0661-14-135

Kelas

:B

Tanggal Percobaan

: 22 Desember 2015

Asisten

:1. Desi Tri Sulasih, S.Si


2. Anggun A Sulis, S.Si
3. Mentari Firdha K.P, S.Si

Laboratorium Fisika

Dasar

Program Studi

Farmasi

Fakultas Matematika

Dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
Bogor
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan

1.
2.
3.
4.

Mengenal dan memahami sifat-sifat pembiasan cahaya pada lensa.


Menentukan jarak fokus lensa.
Mengamati cacat bayangan (aberasi) dan penyebabnya.
Mengurangi terjadinya cacat-cacat bayangan.

1.2 Dasar Teori


Lensa adalah benda transparan yang mampu membelokkan atau
membiaskan berkas-berkas cahaya yang melewatinya, sehingga jika suatu benda
berada di depan lensa, maka bayangan dari benda tersebut akan terbentuk. Lensa
umumnya tersebut dari kaca atau plastik.
Lensa memiliki dua permukaan di mana bentuk permukaannya ada yang
cembung, cekung atau datar.Bentuk permukaan cembung memiliki permukaan
yang melengkung keluar.Bentuk permukaan cekung memiliki permukaan yang
cekung ke dalam.Dan bentuk permukaan datar memiliki permukaan yang datar.
Berdasarkan bentuk permukaan ini,maka ada lensa yang kedua lensanya memiliki
permukaan yang cembung,lensa yang kedua permukaannya cekung,dan ada yang
memiliki salah satu permukaannya yang cekung dan yang lain permukaannya
cembung (cekung-cembung atau cembung-cekung),dan cekung atau datar.
Pada umumnya, sebuah lensa memiliki bagian-bagian yang disebut titik
fokus pertama dan ke dua, pusat kelengkungan permukaan pertama dan ke dua,
radius kelengkungan pertama dan kedua, serta pusat lensa. Titik fokus, pusat
kelengkungan, dan radius kelengkungan pertama merupakan titik nyata atau titik
yang berada di depan lensa. Sedangkan titik fokus, pusat kelengkungan, dan
radius kelengkungan kedua merupakan titik yang ada di belakang lensa, atau titik
pada bayangan yang terbentuk.
Nilai jari-jari atau radius kelengkungan suatu lensa dapat bernilai positif,
negatif atau tak berhingga.
Berikut ini aturan untuk menunjukkan radius kelengkungan ( diasumsikan
bahwa sinar datang dari arah kiri) :

Permukaan yang memiliki titik pusat ada di sebelah kanan pusat lensa,
jari-jari atau radiusnya (R) bernilai positif.

Permukaan yang titik pusatnya ada di sebelah kiri pusat lensa, jari-jari atau
radiusnya (R) bernilai negatif.

Untuk lensa yang permukaannya datar, memiliki radius atau jari-jari (R)
tak berhingga.

Berdasarkan aturan tersebut, maka lensa cembung-cembung memiliki R1


positif dan R2 negatif.Pada lensa cembung-datar memiliki R1 positif dan R2 tak
berhingga.Dan pada lensa cekung-cekung R1 negatif dan R2 positif.
Dari pernyataan di atas, maka dikenal istilah lensa positif untuk lensa
cembung dan lensa negatif untuk lensa cekung.
Lensa Cembung (Lensa Positif)
Lensa cembung (convex) yang biasa disebut juga lensa positif merupakan
lensa yang memiliki bagian tengah yang lebih tebal dari pada bagian
tepinya.Lensa cembung terdiri atas tiga macam bentuk, yaitu lensa biconvex
(cembung rangkap), lensa planconvex (cembung-datar), dan lensa convexconcave (cembung-cekung).
Lensa cembung memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya sehingga
disebut juga lensa konvergen. Apabila ada berkas cahaya sejajar sumbu utama,
mengenai permukaan lensa, maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui
satu titik. Sinar bias akan mengumpul ke satu titik fokus di belakang lensa.
Berbeda dengan cermin yang hanya memiliki satu titik fokus, lensa memiliki dua
titik fokus.Titik fokus yang merupakan titik pertemuan sinar-sinar bias disebut
fokus utama (f1) yang disebut juga fokus aktif. Karena pada lensa cembung sinar
bias berkumpul di belakang lensa, maka letaknya juga di belakang lensa.
Sedangkan fokus pasif berada di belakang lensa.

Pada lensa cembung terdapat tiga sinar-sinar istimewa yang menjadi dasar
pembentukan bayangan pada lensa cembung, yaitu:

Sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus.

Sinar datang yang melalui titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

Sinar yang melalui pusat lensa, tidak mengalami pembiasan.

Titik fokus lensa cembung dengan rumus yang disebut rumus pembuat lensa,
yaitu:
1/f =(n-1)(1/R1 - 1/R2 ).........................(2.1.1)
Dengan :
f = jarak titik fokus lensa cembung
n = indeks bias lensa
R1= radius kelengkungan pertama
R2= radius kelengkungan permukaan kedua
Berapapun nilai R1 dan R2 dari lensa cembung, titik fokusnya akan selalu positif.
Mencari dua posisi lensa yang menghasilkan bayangan yang jelas pada lensa
positif, dapat juga dilakukan dengan cara yang disebut Bessel. Jika pada posisi
satu didapat bayangan yang jelas pada layar, dan kemudian jika dengan
menggeser lensa, pada posisi kedua diperoleh lagi bayangan yang jelas pada layar.
Jika jarak antara kedua titik, yaitu titik pertama lensa dan titik kedua lensa
cembung yang menghasilkan bayangan yang jelas adalah e, maka menurut
Bessel:
f=(L2-e2)/4L........................(2.1.2)

Dengan:
f =fokus lensa
e =jarak antara posisi satu dan posisi dua
L=jarak benda dari pusat lensa
Lensa Cekung
Lensa cekung atau concave adalah lensa yang memiliki bagian tengah
lebih tipis dari pada bagian pinggirnya.

Lensa cekung ada tiga macam, yaitu

lensa biconcave (cekung rangkap), lensa plan concave (cekung datar), dan lensa
concave-concex (cekung-cembung). Lensa cekung disebut juga lensa negatif dan
memiliki sifat yang dapat menyebarkan cahaya atau yang disebut juga divergen.
Seperti halnya lensa cembung, lensa cekung juga memiliki tiga sifat sinarsinar istimewa , yaitu :

Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah datangnya


dari titik fokus.

Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus, akan dibiaskan sejajar sumbu
utama.

Sinar yang melalui titik pusat kelengkungan tidak akan mengalami


pembiasan
Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s' ), dan titik fokus (f )

secara matematis dirumuskan sebagai berikut:


1/f= 1/s+1/s'........................(2.2.1)
Dengan:
f = titik fokus lensa
s = Jarak benda ke titik pusat lensa

s' = Jarak bayangan yang terbentuk dari titik pusat lensa


Dan untuk mencari perbesaran bayangan pada pemantulan ini, dapat
menggunakan rumus berikut:
M=h'/h.......................(2.2.2)
= -s'/s..................... (2.2.3)
Dengan:
M = Perbesaran bayangan
h' = tinggi bayangan
h = tinggi benda
jika s bertanda positif, benda berada di depan lensa (nyata). Sedang jika s
bertanda negatif, benda berada di belakang lensa (maya).
Dan

jika

s'

bertanda

positif,

sifat

bayangan

yang

terbentuk

nyata.Sedangkan jika s' bertanda negatif, bayangan yang terbentuk berarti bersifat
maya. Hal yang sama pada M, jika hasilnya bertanda negatif, berarti bayangan
yang terbentuk bersifat nyata dan terbalik terhadap bendanya. Sedang jika
hasilnya bertanda positif, maka bayangan yang terbentuk bersifat maya dan tegak
terhadap bendanya.

Lensa Gabungan
Lensa gabungan adalah penggabungan antara lensa positif dan lensa
negatif.
Lensa gabungan sering digunakan pada alat-alat optic dengan maksud
mengurangi cacat bayangan.

Untuk lensa gabungan yang terdiri dari dua lensa tipis, dengan jarak fokus
masing-masing f1 dan f2 , serta dipisahkan oleh jarak d, maka untuk mencari
jarak fokus gabungan kedua lensa dapat menggunakan rumus berikut:
Untuk fokus depan berlaku,
F (gabungan depan) = (f1 (d-d_2)) / (d-(f1+f2))..................(2.3.1)

Dan untuk fokus belakang berlaku,


f(gabungan belakang)= (f2(d-d_2)) / (d-(f1+f2))................(2.3.2)
Dengan:
f = jarak titik fokus kedua lensa
f1 = titik fokus lensa pertama
f2 = titik fokus lensa kedua
d = jarak antara kedua titik fokus pertama lensa
d2= jarak antara kedua titik fokus lensa kedua
Kita dapat menentukan bayangan akhir dengan menentukan jarak bayangan
untuk lensa pertama dan menggunakannya bersama dengan jarak antara lensa
untuk menentukan jarak objek bagi lensa kedua.
1/f= 1/f' +1/f...................... (2.3.3)
Persamaan pada lensa pertama:
1/f' =1/s+1/s'......................(2.3.4)
s2 = -s1' , sehingga :
persamaan lensa kedua,

1/-s1' +1/s' =1/f2....................(2.3.5)


Dan persamaan akhirnya adalah:
1/s+1/s' =1/f' +1/f2 = 1/f ........(2.3.6)
Sedang untuk mencari perbesaran pada lensa gabungan, dapat menggunakan
rumus berikut:
M=M1+M2.............................(2.3.7)
Lensa adalah sebuah benda bening yang tembus cahaya dan dibatasi oleh
dua bidang permukaan yang lengkung dua-duanya, atau satu lengkung atau satu
rata. Berdasarkan bidang batas ini lensa dibagi atas:
a) Lensa cembung (konveks)
Lensa ini bersifat :
Mengumpulkan berkas cahaya (konvergen)
Fokus positif
Bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya
Sinar-sinar istimewa pada lensa ini adalah :
Sinar sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus lensa kedua

Sinar melalui titik fokus utama akan dibiaskan sejajar sumbu utama
Sinar yang melalui titik pusat optik lensa akan diteruskan tanpa
pembiasan
`b) Lensa cekung (konkaf)
Lensa ini bersifat :
menyebarkan berkas cahaya
fokus negatif
bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian pinggirnya
Sinar-sinar istimewa pada lensa ini adalah:
Sinar yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik fokus kedua.
Sinar-sinar yang menuju titik fokus utama akan dibiaskan sejajar sumbu
utama
Sinar yang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa pembiasan
A. Menentukan jarak fokus lensa positif (konvergen)

Sebuah benda O diletakkan disebelah kiri lensa positif dan


bayangan O yang terbentuk disebelah kanan lensa dapat diamati
pada sebuah layar. Jika m pembesaran bayangan (perbandingan
paniang O dan O), dan L jarak antara benda dan bayangan (layar),
maka jarak fokus lensa f dapat ditentukan dari persamaan:

Jarak fokus f juga ditentukan dengan persamaan :

Jika S jarak bayangan (layar) terhadap lensa (gb. 1-1), dan m perbesaran
bayangan.
Cara lain untuk menentukan jarak fokus f sebuah lensa positif adalah
sebagai berikut. Sebuah benda O diletakan pada jarak L dari layar (L tetap).
Kemudian lensa positif yang akan ditentukan jarak fokusnya digeser-geserkan
antara benda O dan layar, sehingga diperoleh kedudukan (misalnya kedudukan I
dan II) dimana lensa pada masing-masing kedudukan tersebut dapat memberikan
bayangan yang jelas dari benda O pada layar (O). Bayangan yang satu diperbesar
dan yang lain diperkecil . Jika e = jarak antara dua kedudukan lensa yang dapat
memberikan bayangan yang jelas pada layar , maka jarak fokus f dari lensa
menurut Bessel dapat ditentukan dengan rumus:

B.

Menentukan jarak fokus f lensa negatif (divergen)

Dengan pertolongan lensa positif dapat dibuat sebuah bayangan dari benda
pada layar. Tempatkan lensa negatif yang akan ditentukan jarak fokusnya antara
lensa positif dan layar. Bayangan pada layar oleh lensa positif merupakan benda
lensa negatif dengan jarak benda S = jarak antara lensa negatif dan
layar. Menggeser-geserkan layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada
layar, maka jarak lensa negatif ke layar dalam hal ini merupakan jarak bayangan
S. Jarak fokus lensa negatif dapat ditentukan dengan persamaan:

C.

Jarak fokus lensa bersusun

Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2


digabungkan (dirapatkan), akan diperoleh satu lensa bersusun yang jarak fokusnya
f dapat ditentukan dengan persamaan:

D. Cacat bayangan
Aberasi sferis
Disebabkan oleh kecembungan lensa.Sinar paraksial atau sinar dari
pinggir lensa membentuk bayangan di P. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan
mempergunakan diafragma yang diletakan di depan lensa atau dengan lensa
gabungan atlantis yanng terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
Aberasi koma
Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan
dari sinar di tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi
koma sebuah titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala
koma ini tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.
Kelengkungan medan
Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layar letaknya tidak dalam satu
bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Disebut kelengkungan medan atau
lengkungan bidang bayangan.
Distorsi
Atau gejala terbentuknya bayangan palsu terjadi bayangan palsu ini oleh
karena di depan atau di belakang lensa diletakan diafragma. Rumus-rumus
persamaan lensa yang telah diberikan di atas diturunkan dengan syarat
hanya berlaku untuk sinar paraksial , jika syarat tersebut tidak dipenuhi,
akan terjadi cacat-cacat bayangan (aberasi).
Hukum- hukum yang digunakan dalam percobaan:
1) Hukum Snellius ( Hukum Pembiasan )
Jika sinar diarahkan ke satu bidang batas antara medium 1 ( indeks bisa nomor 1 )
dan medium 2 ( indeks bias nomor 2 ), dimana n2>n 1 (medium 2 lebih rapat
daripada medium 1 ) maka sebagian sinar dipantulkan dan sebagian lagi
dibiaskan.
Hukum pembiasan adalah sebagai berikut :

o Sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan
terletatak pada satu bidang datar.
o Hubungan sudut datang dan sudut bias dinyatakan oleh persamaan: n1 sin 1 =
n 2 sin 2.
2) Hukum Gauss
Denga menganggap tebal lensa dapat diabaikan terhadap jarak (baik jarak benda
ke lensa maupun jarak benda ke lensa ), maka dapat ditentukan formulasi dasar
permulaan yang menghubangkan jarak fokus lensa (f), jarak benda ke lensa (S)
dan jarak bayangan ke lensa (S).
3) Hukum Bessel
Hal ini biasanya digunakan untuk menghitung jarak titik api lensa positif.
Persamaannya adalah:

L = jarak benda terhadap layar


e = jarak antara dua kedudukan lensa dimana kedudukan I diperoleh bayangan
tajam dan kedudukan II diperoleh bayangan besar tajam.

BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat

Lensa positif kuat (++)


Lensa positif lemah (+)
Lensa negatif
Benda yang berupa anak panah
Lampu fajar untuk benda
Layar untuk menangkap bayangan
Diafragma
Bangku optik
Kabel-kabel penghubung dan sumber tegangan listrik

2.1 Bahan

BAB III
METODE PERCOBAAN

D1. Menentukan Jarak Fokus Lensa


1) Diukurlah tinggi atau panjang anak panah yang dipergunakan sebagai benda.
2) Disusunlah sistem optic berurutan sebagai berikut:
Benda dengan lampu di belakangnya.
Lensa positif lemah (tanda +).
Layar.
3) Diambil lah jarak layar lebih besar dari satu meter.
4) Diukur dan catat jarak benda ke layar.
5) Digeser-geserkan lensa didapat bayangan yang tegas/jelas pada layar.
6) Dicatatlah kedudukan lensa dan ukurlah tinggi bayangan pada layar.
7) Digeserkan lagi kedudukan lensa sehingga didapat bayangan jelas yang lain (jarak
benda ke layar L jangan dirubah).
8) Diulangi percobaan no. 3 s/d 7 beberapa kali(ditentukan assisten) dengan harga L
yang berlainan.
9) Diulangi percobaan 2 s/d 8 untuk lensa positif kuat (tanda++).
10) Untuk menentukan jarak lensa negatif buatlah bayangan yang jelas dari benda O pada
layar dengan pertolongan lensa positif.
11) Diletakkan lensa negatif antaralensa positif dan layar. Diukur jarak lensa negatif ke
layar(=S).
12) Digeserkan layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada layar. Diukur jarak
lensa negatif ke layar(=S).
13) Diulangi percobaan no. 10 s/d 12 beberapa kali (ditentukan oleh assisten).
14) Untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun, di rapatkan lensa positif kuat(++)
dengan lensa positif lemah (+) serapat mungkin.
15) Digunakan cara bessel (gambar 1-2) untuk menentukan jarak fokus bersusun tersebut.
Ulangi beberapa kali dengan harga L yang birdbath-ubah.
D2. Mengamati Cacat Bayangan
1) Untuk mengamati aberasi khromatik gunakan lensa positif kuat(++) dan lampu fijar
sebagai benda.(anak panah sebagai benda disingkirkan).
2) Digeser-geserkan layar, maka anda akan dapat mengamati bahwa suatu kedudukan
akan terdapat bayangan dengan tepi merah dan pada kedudukan lain bayangan dengan
tepi biru.
3) Dicatat masing-masing kedudukan lensa yang memberikan bayangan dengan tepi
berbeda warna.
4) Dipasang diafragma didepan lampu fijar. Ulangi percobaan apa yang terjadi pada
bayangan dari lampu.
5) Diulangi percobaan no. 14 dengan menggunakan diafragma yang berlainan.

6) Untuk mengamati astimatisme letakkan benda miring terhadap sumbu sistem layar.
Letakkan kaca baur (benda) di depan lampu.
7) Digeser-geserkan layar dan amatilah bayangan dari benda (letak garis tegak tak sama
dengan letak garis datar).
8) Diletakkan diafragma di depan benda(kaca baur), dan digeser-geserkan lagi layar.
Perubahan apa yang terjadi pada bayangan dari benda.

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1

Tabel Pengamatan

Keadaan Ruangan

P (cm) Hg

T (oC)

Sebelum percobaan

cmHg

Sesudah ppercobaan

cmHg

C (%)

C
C

1. Lensa Cembung
No. Jenis Lensa
1.

L(cm)

S1

S1`

F1

h1

h1`

M1

S (cm)

S1`

S2

S2`

F2

Cembung
Kuat (++)

2.

Cembung
Lemah (+)

2. Lensa Cekung
No.

Jenis Lensa

1.

Lensa Cekung (-)

h`

3. Lensa Bersusun
No.

Jenis Lensa L (cm)

1.

(++)...(+)

4. Aberasi Khromatik
No.

Warna

1.

Merah

2.

Biru

5. Astigmatisma

L (cm)

S (cm)

S` (cm)

h2

h2`

M2

No.

Posisi

1.

Vertikal

2.

Horizontal

L (cm)

S (cm)

S` (cm)

4.2 Perhitungan

BAB V
PEMBAHASAN
Dalam Percobaan ini, kami melakukan pengamatan terhadap berbagai macam lensa,
untuk lensa cembung terbagi lensa cembung kuat dan cembung lemah . Kuat lemahnya lensa
dilihat dari kecembungannya , semakin cembung lensa itu maka lensa tersebut termasuk lensa
cembung kuat, sedangkan sebaliknya jika kecembungannya kurang, maka termasuk lensa
cembung lemah. Setelah percobaan dengan menggunakan lensa cembung kuat dan lensa

lemah, membuktikan bahwa jarak titik fokus kedua benda (f) yang dihasilkan oleh lensa
cembung lemah lebih besar dibandingkan lensa cembung kuat .
Percobaan pada lensa cekung dilakukan dengan bantuan lensa cembung kuat, hal itu
dilakukan karena lensa cekung/negatif memberikan bayangan semua pada benda, dengan
bantuan lensa cembung akan membantu dalam menentukan titik fokusnya .
Percobaan pada lensa bersusun, lensa bersusun maksudnya digunakan 2 buah lensa
positif atau cembung, dengan susunan lensa cembung kuat-cembung lemah , dengan jarak
antara lensa kuat dan lensa cembung sejauh......cm didapat jarak titik fokus di titik....cm .
Abrasi Khromatis adalah abrasi yang terjadi jika dispersi variasi indeks
biasmenghasilkan warna merah dan biru, pada percobaan ini kami mendapat bayangan merah
ada pada jarak 86,8cm dengan jarak titik fokus 15,23cm , sedangkan untuk bayangan biru
terdapat pada jarak 87cm dengan jarak titik fokus 15,98cm .
Astigmatisme adalah posisi dimana bayangan yang dihasilkan telah membentuk garis
vertikal da horizontal , pada percobaan yang kami lakukan panjang jarak yang digunakan
adalah 124cm, jarak benda / jarak lensa pada saat terjadi bayangan vertikal ada pada posisi
26,4cm dengan jarak bayangan sepanjang 97,6cm dan didapat jarak titik fokus sebesar 20,78 .
sedangkan jarak lensa pada bayangan horizontal ada di posisi 27,9cm dengan jarak bayangan
sepanjang 96,1cm dan didapat jarak titik fokus sebesar 21,62cm .

BAB VI
KESIMPULAN
Pada praktikum percobaan sifat lensa dan cacat bayangan dapat disimpulkan bahwa :

Percobaansistem lensa sangat membutuhkan ruangan yang gelap, dengan sumber


cahaya hanya dari satu fokus. Karena itu berpengaruh pada pembentukan bayangan.
Sumber cahaya dapat berupa lampu atau senter.

Pada lensa positif sebagian besar menunjukkan bahwa semakin jauh jarak benda ke

layar, semakin kecil jarak fokusnya.


Pada lensa gabungan, semakin besar nilai L, semakin kecil nilai f (fokus).
Pada lensa negatif, terjadi sebaliknya, semakin jauh L dari pusat kelengkungan, maka

semakin besar f.
Faktor kesalahan dalam percobaan ini:
1. Kesalahan dalam menentukan bayangan.
2. Kesalahan meletakkan benda.
3. Pengaruh tempat yang kurang gelap, sehingga berpengaruh pada pengambilan
data.
4. Kesalahan dalammengukur bayangan.

TUGAS AKHIR
1.

Hitunglah jarak fokus lensa positif lemah dan lensa positif kuat dengan persamaan (1-3) !
Jawab :
Cembung Kuat :
e1 = S` - S
e2 = S S`
= 105,5 18,5
= 101,1-22,9
= 87
= 78,2

F1 =

L e
4L

F1 =

124 87
4(124 )

F1 =

7807
496

F2

F2

78,2

2
=
1242

F2

9260,76
496

F1 = 15,73 cm

F2

L e
4L

= 18,67 cm

Cembung Lemah
e1 = S` - S
= 64,7 56
= 8,7

F1 =

L2e2
4L

e2 = S S`
= 70,5-50,2
= 20,3

F2

L2e2
4L
20,3

2
=
120,72

F1 =

120,7 28,72
4(120,7)

F1 =

14492,8
482,8

F2

F1 = 30,02 cm

F2

= 29,32 cm

F2

14156,4
482,8

DAFTAR PUSTAKA

Gabrielle, J.F. Fisika Kedokteran, Erlangga-Jakarta.

Giancoli : 2001Fisika 2000, Erlangga-Jakarta.

Zaelani, Ahmad, dkk : 2006 Fisika, Yrama Widya-Bandung.

Depdikbud : 2002 Petunjuk Praktikum Ilmu Fisika.

Kanginan, Marthen : 2007 Fisika Erlangga-Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai