Anda di halaman 1dari 21

GELOMBANG BERDIRI LONGITUDINAL

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gelombang

Dosen Pengampu:
Winda Setya, S.Si., M.Sc.

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Adytia Permana Putra 1152070006
Anisa Siti Ganjari 1152070011
Fini Alfionita Umar 1152070026
Pendidikan Fisika IV A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PMIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang dipanjatkan hanya kepada Allah yang telah
memberikan rahmat dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar dan tuntas. Selain itu, penulis sangat bersyukur masih
bisa diberi kekuatan, kesabaran, kelancaran, dan kenikmatan dalam hidup,
terutama di dalam mengerjakan laporan ini.

Penulisan laporan dengan judul Gelombang Berdiri Longituinal ini


disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Gelombang.
Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Winda Setya,
S.Si., M,Sc. selaku dosen mata kuliah Gelombang. Penulis juga berterima kasih
kepada semua pihak yang membantu dan mendukung dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat
menyelesaikan dalam penulisan laporan ini dengan tuntas.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya
yang membangun demi meningkatkan kualitas dari laporan ini.

Bandung, 13 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Definisi Gelombang Berdiri Longitudinal ................................................................ 3

B. Pegas Massa Bergandeng ......................................................................................... 4

C. Gelombang Longitudinal pada Zat Padat dan Gas ................................................. 10

BAB III APLIKASI ........................................................................................................ 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17

Simpulan ....................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sangat banyak pemanfaatan gelombang dengan mempertimbangkan
berbagai sifat gelombang yang ada disekitar kita, diantaranya gelombang TV
dan radio untuk komunikasi, gelombang micro yang dimanfaatkan untuk
memasak makanan (microwave), dan gelombang bunyi yang sangat
membantu dalam bidang kesehatan, yaituultrasonik pada peralatan USG
untuk memeriksa ada atau tidaknya penyakit.
Gelombang merupakan getaran yang merambat, baik melalui medium
ataupun tidak melalui medium. Perambatan gelombang ada yang memerlukan
medium, seperti gelombang tali melalui tali dan ada pula yang tidak
memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang tersebut dapat merambat
melalui vakum (hampa udara), seperti gelombang listrik magnet dapat
merambat dalam vakum.
Terdapat beberapa jenis-jenis dari gelombang, diantaranya jika dilihat
dari mediumnya terdiri dari gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik. Gelombang mekanik merupakan gelombang yang dalam
proses perambatannya memerlukan medium (zat perantara). Sedangkan
gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Jika dilihat dari
arah rambatnya gelombang terdapat gelombang transversal dan gelombang
longitudinal. Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah
rambatannya tegak lurus dengan arah getarannya, seperti gelombang pada tali.
Sedangkan gelombang longitudinal merupakan gelombang yang arah
rambatannya sejajar dengan arah getarannya, seperti gelombang bunyi.
Pada laporan ini, kami akan membahas salah satu dari jenis
gelombang, yaitu gelombang berdiri longitudinal.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang
akan dibahas adalah:

1. Apa definisi dari gelombang berdiri longitudinal?


2. Bagaimana konsep dari pegas massa bergandeng?
3. Bagaimana konsep dari gelombang bunyi pada medium zat padat dan
gas?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, terdapat tujuan penulisan
dalam laporan ini, yaitu:

1. Memahami definisi gelombang berdiri longitudinal.


2. Memahami konsep pegas massa bergandeng.
3. Memahami konsep gelombang bunyi pada medium zat padat dan gas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gelombang Berdiri Longitudinal


Gelombang yang terbatas pada ruang, ketika gelombang menjalar
akan ada pantulan gelombang pada kedua ujungnya, sehingga akan
menciptakan gelombang berjalan dalam dua arah. Gelombang dan
pantulannya berinterferensi sesuai dengan prinsip superposisi. Dengan
frekuensi yang tepat, gelombang akan terlihat seperti berdiri. Gelombang
inilah yang disebut dengan gelombang berdiri atau disebut juga dengan
gelombang stasioner. Sedangkan frekuensi-frekuensi yang menghasilkan
pola-pola tersebut isebut frekuensi resonansi. (Anonim: 45)

Terdapat beberapa sifat dari gelombang berdiri, yaitu:

1. Simpul: titik-titik yang selalu diam.


Simpul terjadi ketika dua buah gelombang berjalan memiliki besar
perpindahan yang sama, tetapi perpindahannya dalam arah yang
berlawanan.
2. Perut: titik-titik yang dapat mencapai simpangan maksimum.
Perut terjadi ketika gelombang berdiri bergetar dengan amplitudo
maksimum. (Anonim: 46)

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatannya


sejajar dengan arah getarannya. Salah satu contoh dari gelombang
longitudinal adalah gelombang bunyi. Pada gelombang longitudinal, getaran
partikel pada medium adalah sepanjang arah yang sama dengan gerak
gelombang. Gelombang longitudinal dibentuk pada pegas yang terentang
dengan secara bergantian menekan dan meregangkan satu ujung.

3
Serangkaian rapatan dan regangan merambat sepanjang pegas.
Rapatan adalah daerah-daerah dimana kumparan-kumparan mendekat selama
sesaat. Regangan (penipisan) adalah daerah-daerah dimana kumparan-
kumparan menjauh selama sesaat. Rapatan dan regangan berhubungan
dengan puncak dan lembah pada gelombang transversal. (Giancoli, 2001:
383-384)

B. Pegas Massa Bergandeng


Sistem pegas massa merupakan suatu sistem yang tersusun dari benda
yang memiliki massa dan terhubung dengan pegas. Rangkaian pegas dapat
disusun dari beberapa buah pegas yang dipasang secara seri maupun paralel
sesuai dengan kebutuhan. Pegas-pegas yang dipasang secara seri akan
menurunkan nilai konstanta pegas, sedangkan pemasangan pegas secara
paralel akan menaikan nilai konstanta pegas. (Vitaloka, dkk, 2013: 115)

Sistem pegas gandeng terdiri dari tiga pegas yang konstanta pegasnya
sama yakni k, dan dua benda yang massanya sama juga yakni m. Sistem ini
terletak pada permukaan datar tanpa gesekan.

4
1. Osilasi Longitudinal Sistem Satu Massa Tergandeng dengan Dua Pegas

Tinjau sebuah massa benda identik yang tergandeng dengan dua buah
pegas identik. (Budi, 2013, hal. 44) Massa m diletakkan di tengah antara dua
pegas yang bebas dari gesekan. AC = BC = L. Pada posisi C massa dengan
sama ditarik oleh kedua pegas dan berada dalam posisi setimbang.
(Subrahmanyam, 1974, hal. 37)

Gaya pegas kiri arah DA: F k ( X L)

Gaya pegas kanan arah DB: F k ((2 L X ) L) k (2 L X L)

Gaya Resultan pada m:

F F DA FDB k ( X L) k (2L X L)

2 K ( X L) ...(4.1)

Dengan menggunakan Hukum II Newton diperoleh:

5
d 2x
F m 2k X L (4.2)
dt 2

d 2 x 2k ( X L)
(4.3)
dt 2 m

d 2 x 2k ( X L )
0 (4.4)
dt 2 m

Misalkan ( X L) y (perpindahan) sehingga:

d 2x d 2 y
(4.5)
dt 2 dt 2

Kemudian jika persamaan (4.5) disubtitusikan ke persamaan (4.4), maka


diperoleh hasil:

d 2 y 2k
y0 (4.6)
dt 2 m

2k
Jika 2 , maka diperoleh:
m

d2y
2
2 y 0 (4.7)
dt

2k 2k
2 ; (4.8)
m m

2k 2 2k
2 f atau (4.9)
m T m

m
T 2 ..(4.10)
2k

6
2. Osilasi Longitudinal Sistem Dua Massa Tergandeng dengan Tiga Pegas
Tinjau dua massa benda identic yang tergandeng dengan tiga buah
pegas identik

Jika x2 x1 , maka:

d 2 x1
m k ( x1 ( x2 x1 )) ..(2.1)
dt 2

kx1 k ( x2 x1 )

d 2 x2
m k (( x2 x1 ) x2 ) ..(2.2)
dt 2

k ( x2 x1 ) kx1

Solusi kedua persamaan di atas masing-masing adalah :

x1 A1 cos(t ) ..(2.3)

x2 A1 cos(t ) ..(2.4)

Jika dilakukan operasi turunan pada kedua persamaan di atas maka diperoleh
hasil:

d 2 x1
2 x1 ..(2.5)
dt 2

7
d 2 x2
2
2 x2 ..(2.6)
dt

Jika kedua persamaan di atas di subtitusikan ke persamaan (2.1) dan (2.2)


diperoleh hasil:

m( 2 x1 ) kx1 k ( x2 x1 ) ..(2.7)

2k k
2 x1 x2 ..(2.8)
m m

x2

2k m 2

..(2.9)
x1 k m
m( 2 x2 ) kx2 k ( x2 x1 ) ..(2.10)

2k m x 2
2 (k ) x1
m

x2 (k )
m ..(2.11)
x1
2k 2
m
2k
2
m

Jadi:

(k )
m
2k 2
m ..(2.12)
2k
m
2 k
m
k m 2k m
2 2
2

2k m k m
2
..(2.13)

Dengan demikian :


12 2k m k m ..(2.14)

1 k m ..(2.15)

8

22 2k m k m

2 3k m ..(2.16)

1 dan 2 merupakan frekuensi dua modus normal (1 2 ) .

Modus 1:

1 k m

x2 2k / m k / m
..(2.17)
x1 (k / m)

x2 x1

Modus 2:

1 3k m

x2 2k / m 3k / m
x1 (k / m)

x2 x1

9
C. Gelombang Longitudinal pada Zat Padat dan Gas

Apabila frekuensi gelombang longitudinal terletak dalam jangkauan

pendengaran manusia, gelombang manusia dikenal sebagai bunyi. Jadi, bunyi

merupakan gelombang longitudinal. Semua alat musik tiup, misalnya seruling,

akan menghasilkan gelombang longitudinal (bunyi) yang merambat dalam

medium udara yang berada dalam pipa. Seperti pada pembahasan laju

gelombang transversal, laju gelombang longitudinal juga bergantung pada

sifat-sifat medium. Pada gelombang longitudinal pergeseran partikel-partikel

yang bergetar tidak tegak lurus terhadap arah perambatan, tetapi searah

dengan arah perambatan.

(a)

(b)

Laju gelombang longitudinal dalam fluida yang berada dalam pipa. (a) Fluida berada dalam
keadaan setimbang, (b) Pada fluida yang bergerak terdapat gaya sebesar
p p A pA pA yang arahnya ke kanan.
Kita akan membahas laju gelombang longitudinal dalam fluida yang
berada di dalam pipa. Gambar 1.5 menunjukkan fluida, baik zat cair maupun
gas, dengan kerapatan yang berada dalam pipa yang luang penampangnya
A. Dalam keadaan setimbang, fluida ini memiliki tekanan tetap p. Pada
gambar (a), fluida dalam keadaan diam. Ketika t = 0, piston di ujung kiri
digerakkan ke kanan dengan laju tetap vy. Hal ini menyebabkan gelombang
merambat ke kanan di sepanjang pipa. Gambar (b) menunjukkan keadaan
fluida pada saat t. Bagian fluida di sebelah kiri titik P bergerak ke kanan
dengan laju vy, sedangkan bagian fluida yang terletak di sebelah kanan titik P
tetap diam. Batas antara bagian fluida yang bergerak dan bagian fluida yang

10
diam berjalan ke kanan dengan kelajuan yang sama dengan laju gelombang,
yaitu v. Pada saat t piston telah bergerak sejauh vyt dan batas itu telah
bergerak sejauh vt. Kita akan menentukan laju gelombang longitudinal ini
dengan menggunakan teorema impuls-momentum.

Banyaknya fluida yang bergerak dalam waktu t sama dengan


banyaknya fluida yang mula-mula menempati bagian pipa dengan panjang vt
dan luas penampang A. Oleh karena itu, fluida yang bergerak memiliki
volume Avt dan massa Avt . Dengan mengingat momentum adalah massa

kali kecepatan, massa fluida ini memiliki momentum sebesar Avt vy .

Selanjutnya, kita akan menghitung perubahan tekanan p dalam


fluida yang bergerak. Fluida yang bergerak memiliki volume mula-mula
Vo Avt dan telah berkurang sebanyak V Av y t (tanda negatif

menunjukkan bahwa volume fluida telah berkurang). Untuk menghitung


perubahan tekanan fluida p , kita akan menggunakan besaran modulus Bulk
B yang didefinisikan sebagai nilai negatif dari perbandingan perubahan
tekanan p terhadap fraksi perubahan volume V / Vo . Secara matematis,
modulus Bulk dirumuskan dengan persamaan

p
B
V / Vo

Akan tetapi, Vo Avt dan V Av y t , sehingga

p vy
B atau p B
Av y t/ Avt v

Tekanan fluida yang bergerak adalah p p dan gaya yang diberikan

oleh piston pada fluida yang bergerak adalah p p A . Jadi, pada fluida

yang bergerak terdapat gaya sebesar p p A pA pA (Gambar (b)).

11
Jadi, fluida yang bergerak memiliki impuls sebesar pAt Bv y / v At .

Dengan mengingat teorema impuls-momentum, diperoleh

vy
B At vtAy
v

B
v

Jadi, laju gelombang longitudinal dalam fluida hanya bergantung pada


modulus Bulk dan massa jenis fluida.

Persamaan diatas merupakan perumusan gelombang longitudinal


dalam pipa. Akan tetapi, persamaan tersebut berlaku untuk gelombang
longitudinal secara umum. Laju gelombang bunyi di udara dan di air dapat

B
dihitung dengan menggunakan persamaan v .

Jika gelombang longitudinal merambat dalam zat padat, situasinya


sedikit berbeda. Sebatang zat padat dapat berekspansi sedikit ke samping
apabila penampang batang itu ditekan secara horizontal. Sebaliknya, fluida
yang berada dalam pipa tidak dapat berekspansi ke samping apabila
penampangnya ditekan secara horizontal. Kita dapat menunjukkan bahwa laju
gelombang longitudinal dalam zat padat dapat dihitung dengan menggunakan
rumus

Y
v

dengan Y adalah modulus Young zat padat, yaitu perbandingan antara


tegangan dan regangan, dan adalah massa jenis zat padat. (Ruwanto,
2010: 50-54)

12
BAB III
APLIKASI
Pipa Organa

Gelombang berdiri longitudinal dapat menghasilkan bunyi pada alat musik


tiup. Salah satu contoh alat musik tiup yang paling sederhana adalah pipa organa.
Ketika pipa organa ditiup, getaran bibir peniup membantu membangun getaran
kolom udara dalam pipa. Udara dalam pipa bergetar dalam bentuk gelombang
berdiri longitudinal.

Ketika peniup pipa organa memasukkan udara ke mulut pipa organa, udara
bergetar sehingga pada mulut pipa organa selalu terjadi titik perut karena di mulut
pipa ini udara dapat bergerak bebas. Selanjutnya, pola gelombang yang terbentuk
pada kolom udara di dalam pipa organa tergantung pada jenis pipa. Ada dua jenis
pipa organa, yaitu pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup. (Ruwanto, 2010:
50-54)

A. Pipa Organa Terbuka


Pipa organa yang terbuka pada kedua ujungnya dinamakan pipa
organa terbuka. Pada pipa organa terbuka kedua ujungnya merupakan titik
perut. Frekuensi dasar pipa organa terbuka f1 memiliki pola gelombang berdiri
dengan titik-titik perut pada kedua ujungnya dan sebuah titik simpul di
tengah-tengahnya. Jadi, frekuensi dasar pipa organa terbuka memiliki 2 perut
dan 1 simpul. Jarak antara dua titik perut yang berurutan selalu sama dengan
1 1
. Jarak ini sama dengan panjang pipa, yaitu L. Dengan demikian, L
2 2
v
atau 2L . Dengan mengingat rumus umum gelombang, f , diperoleh

v
f1
2L

13
(a)

(b)

(c)

Pipa oegana terbuka. (a) Pola harmonik pertama atau nada dasar, (b) Pola harmonik kedua
atau nada atas pertama, (c) Pola harmonik ketiga atau nada atas kedua.

Gambar (b) dan (c) menunjukkan pola harmonik kedua dan harmonik
ketiga (nada atas pertama dan nada atas kedua) sebuah pipa organa terbuka.
Pada harmonik kedua terdapat 3 perut dan 2 simpul, sedangkan pada harmonik
1
ketiga terdapat 4 perut dan 3 simpul. Pada harmonik kedua, L 2 .
2
Jadi
v v
f2 2 f1
L
1 3 2L
Pada harmonik ketiga, L 3 atau . Jadi
2 2 3
v v 3v
f3 3 f1
2
L
2L
3
Untuk setiap nada harmonik pipa organa terbuka panjang pipa L harus
memenuhi persamaan
n 2L
Ln atau n (n = 1, 2, 3, ...)
2 n
Oleh karena itu, setiap frekuensi nada harmonik pipa organa terbuka selalu
memenuhi persamaan
v v v
fn n nf1 (n 1, 2, 3,...).
n 2L / n 2L

14
Harga n 1 bersesuaian dengan frekuensi dasar f 1 , n 2 bersesuaian dengan
frekuensi nada atas pertama (harmonik kedua), dan seterusnya. (Ruwanto,
2010: 50-54)

B. Pipa Organa Tertutup


Pipa organa tertutup adalah pipa organa yang salah satu ujungnya
tertutup. Pada gambar dibawah menunjukkan penampang pipa organa yang
terbuka di ujung atas dan tertutup di ujung bawah. Ketika pipa organa tertutup
ditiup, ujung terbuka merupakan titik perut, tetapi ujung tertutup merupakan
titik simpul. Jarak antara titik perut dan titik simpul yang berdekatan adalah
seperempat panjang gelombang. Gambar (a) menunjukkan pola frekuensi

dasar atau frekuensi dasar, f1. Panjang pipa L atau 4L . Frekuensi
4
v
dasar f1 dapat diperoleh berdasarkan rumus gelombang f sehingga

v v
f1
4L
Jika persamaan di atas dibandingkan persamaan nada dasar untuk pipa organa
terbuka, tampak bahwa frekuensi dasar pipa organa tertutup sama dengan
setengah frekuensi dasar pipa organa terbuka yang panjangnya sama. Dalam
istilah musik, titik nada pipa organa tertutup adalah satu oktaf lebih rendah
daripada titik nada pipa organa terbuka yang panjangnya sama.

(a) (b) (c)

Penampang pipa organa tertutup yang menunjukkan pola (a) harmonik pertama, (b) harmonik
kedua, (c) harmonik ketiga.

15
Gambar (b) menunjukkan pola harmonik kedua, dengan panjang pipa
3 4L
L atau . Pola harmonik ini memiliki frekuensi f3, yaitu
4 3
v v v
f3 3 3 f1
4L / 3 4L
Gambar (c) menunjukkan pola harmonik ketiga, dengan panjang pipa
5 4L
L atau . Pola harmonik ini memiliki frekuensi f5, yaitu
4 5
v v v
f5 5 5 f1
4L / 5 4L
Secara umum, panjang gelombang yang mungkin dimiliki pipa organa tertutup
diberikan oleh persamaan
n 4L
Ln atau n (n = 1, 2, 3, ...)
4 n
Frekuensi-frekuensi harmonik pipa organa tertutup diperoleh berdasarkan
v
rumus gelombang f n , yaitu
n
v
fn n nf1 (n 1, 2, 3,...)
4L
v v
Dengan f1 diberikan oleh Persamaan f1 . Dalam pipa organa
4L
tertutup, harmonik kedua, harmonik keempat, dan semua harmonik genap
tidak muncul. Dengan kata lain, dalam pipa organa tertutup yang mungkin
terjadi hanya harmonik-harmonik gasal. (Ruwanto, 2010: 50-54)

16
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Gelombang berdiri longitudinal yaitu gelombang stasioner yang arah
rambatannya sejajar dengan arah getarannya. Getaran partikel pada
medium dalam gelombang longitudinal adalah sepanjang arah yang
sama dengan gerak gelombang.
Sistem pegas gandeng terdiri dari tiga pegas yang konstanta pegasnya
sama dan dua benda yang massanya sama juga. Sistem pegas massa
merupakan suatu sistem yang tersusun dari benda yang memiliki massa
dan terhubung dengan pegas. Rangkaian pegas dapat disusun dari
beberapa buah pegas yang dipasang secara seri maupun paralel sesuai
dengan kebutuhan. Contoh sederhana sebuah sistem bergandeng adalah
dua isolator harmonic yang dihubungkan oleh pegas.
Untuk mencari laju gelombang bunyi
1. Pada zat cair atau gas

B
v

2. Untuk zat padat

Y
v

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. _______. Fisika Dasar I: Osilasi dan Gelombang. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.

Budi, E. (2013). Gelombang. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Ruwanto, Bambang. 2010. Gelombang dan Bunyi. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta (Program Studi Fisika).

Subrahmanyam, N. (1974). Wave and Oscillations. 2nd revised. New Delhi:


Vikas Publishing House.

Vitaloka, D. C., dkk. 2013. Simulasi Sistem Pegas Massa. (Vol.4, No. 1, hal 115-
128).

18

Anda mungkin juga menyukai