Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Koefisien Muai Panjang)

(PERCOBAAN-FP2)

Nama : R. Achmad Nafi’ Firdausi

NIM : 205090801111026

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 06

Tgl.Praktikum : 16 Oktober 2020

Nama Asisten : Surani Ulfa

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Koefisien Muai Panjang)

Nama : R. Achmad Nafi’ Firdausi

NIM : 205090801111026

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 06

Tgl. Praktikum : 16 Oktober 2020

Nama Asisten : Surani Ulfa

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari melakukan praktikum ini adalah untuk dapat diketahuinya perubahan
panjang/ukuran, perubahan suhu, dan nilai koefisien muai panjang dari suatu benda yang
dipanaskan sehingga benda tersebut mengalami pemuaian.

1.2 Dasar Teori

Sebagian besar bahan atau benda akan mengalami perubahan ukuran jika dipanaskan. Contoh,
ada suatu botol yang terisi penuh dan ditutup dengan rapat akan mengalami keretakan jika
dipanaskan. Untuk melonggarkan tutup botol agar mudah dibuka adalah dengan dengan
merendamnya di air panas. Kedua fenomena ini merupakan sebagian contoh dari pemuaian
(Young&Freedman, 2016).

Jika diamati dari segi mikroskopis, pemuaian disebabkan oleh kenaikan suhu, dimana
kecepatan gerak bolak-balik atom dari posisi keseimbangan akan meningkat dengan seiring
meningkatnya suhu. Peningkatan gerakan atom-atom ini akan menyebabkan partikel yang saling
bertabrakan dan mendorong atom sehingga menyebabkan pertambahan panjang atau volume dari
suatu benda (Ohanian&Markert, 2007).

Muai Panjang

Dapat diketahui bahwa mayoritas logam/benda dapat bertambah panjang jika dipanaskan.
Koefisien muai panjang dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan pertambahan panjang per
pertambahan suhu per panjang awal yang dapat dinyatakan sebagai berikut: (Satriawan, 2012)

∆𝑙
𝛼= … . (1)
𝑙0 . ∆𝑇

atau berarti

𝑙 = 𝑙0 + 𝛼. 𝑙0 (𝑇 − 𝑇0 )
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan antara lain seperangkat alat pemuaian, termometer, kuningan,
baja, gelas, cawan petri, selang karet, dan generator uap.

2.2 Tata Laksana Percobaan

2.2.1 Kuningan, baja, dan gelas

Seperangkat alat pemuaian dan kuningan disiapkan.

Suhu ruangan diukur terlebih dahulu dan dituliskan sebagai 𝑇0 . Lalu panjang kuningan
yang belum dipanaskan diukur dengan meteran sebagai 𝑙0 .

Alat-alat yang sudah tersedia dirangkai sesuai dengan petunjuk. Kemudian kuningan
diletakkan dimana ujung kuningan terbuka diletakkan pada sandaran tetap dan ujung
kuningan tertutup diletakkan pada sandaran pengarah.

Langkah berikutnya, jarum pada busur dikalibrasi terlebih dahulu dimana jarum harus
diposisikan di 0°.

Lalu, ujung kuningan terbuka disambungkan dengan selang karet yang terhubung ke
generator uap.

Setelah itu, cawan petri diisi air sampai ¾ bagian dan penutup cawan ditutup rapat
dengan sekrup.
Kemudian, generator uap dipanaskan dengan dihubungkan ke stop kontak.

Panjang kuningan diukur dengan cara diukurnya sudut pada jarum busur yang sudah
dirangkai. Jika panjang pipa diperpanjang, maka jarum akan diarahkan ke atas. Lalu
hasilnya dikonversi dari sudut menjadi meter. Hal yang sama dilakukan sebanyak 4 kali
tiap perubahan 5°𝐶 terhadap kuningan yang sudah dipanaskan tersebut.

Langkah-langkah yang sama juga dilakukan pada baja dan gelas.


BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

3.1.1 Kuningan, baja, dan gelas.

Kuningan Baja Gelas


L0 = 64 mm L0 = 64,1 mm L0 = 63,9 mm

No T0 = 26,2 0C T0 = 26,4 0C T0 = 26,3 0C


T1 (0C) θ (0) T1 (0C) θ (0) T1 (0C) θ (0)
1 33,1 19 38 9 30,7 4
2 50,1 20 48 10 35,7 4
3 55,4 20 58 11 40,7 5
4 63,9 20 68 13 43,7 5

Konversi besaran sudut ke translasian 1°(𝜃) = 0,03 𝑚𝑚.

3.2 Perhitungan

3.2.1 Kuningan

No. ∆𝐿 (𝑚) ∆𝑇 (𝐾) 𝛼 = (/𝐾) |𝛼 − 𝛼̅|2

1. 57 × 10−5 6,9

2. 6 × 10−4

3. 6 × 10−4

4. 6 × 10−4 37,7 2,4 × 10−4 1,056 × 10−7


Perhitungan pertambahan panjang:

a. ∆𝐿1 = 𝜃1 × 3 × 10−5 b. ∆𝐿2 = 𝜃2 × 3 × 10−5 c. ∆𝐿3 = 𝜃3 × 3 × 10−5


= 19× 3 × 10−5 = 20 × 3 × 10−5 = 20 × 3 × 10−5
= 5,7× 10−4 m = 6 × 10−4 𝑚 = 6 × 10−4 𝑚

d. ∆𝐿4 = 𝜃4 × 3 × 10−5
= 20 × 3 × 10−5
= 6 × 10−4 𝑚

Pengkonversian suhu: Pengkonversian panjang dan suhu awal:


a. 𝑇1 = 33,1°𝐶 + 273 = 306,1 𝐾 a. 𝐿0 = 64 𝑚𝑚 = 6,4 × 10−2 𝑚
b. 𝑇2 = 50,1°𝐶 + 273 = 323,1 𝐾 b. 𝑇0 = 26,2°𝐶 + 273 = 299,2 𝐾
c. 𝑇3 = 55,4°𝐶 + 273 = 328,4 𝐾
d. 𝑇4 = 63,9°𝐶 + 273 = 336,9 𝐾

Perhitungan perubahan suhu: Perhitungan nilai koefisien muai panjang:

∆𝐿
a. ∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0 = 306,1 − 299,2 = 6,9 𝐾 𝛼=𝐿
0 ×∆𝑇

5,7×10−4
b. ∆𝑇2 = 𝑇2 − 𝑇0 = 323,1 − 299,2 = 23,9 𝐾 a. 𝛼1 = 6,4×10−2 ×6,9 = 1,3 × 10−3
6×10−4
c. ∆𝑇3 = 𝑇3 − 𝑇0 = 328,4 − 299,2 = 29,2 𝐾 b. 𝛼2 = 6,4×10−2 ×23,9 = 4 × 10−4
6×10−4
d. ∆𝑇4 = 𝑇4 − 𝑇0 = 336,9 − 299,2 = 37,7 𝐾 c. 𝛼3 = 6,4×10−2×29,2 = 3,2 × 10−4

6×10−4
d. 𝛼4 = 6,4×10−2 ×37,7 = 2,4 × 10−4

Perhitungan pengukuran dan ralat:

Σ𝛼 𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 0,0013 + 0,0004 + 0,00032 + 0,00024


∗ 𝛼̅ = = = = 5,65 × 10−4
𝑛 4 4

*|𝛼1 − 𝛼̅|2 = (0,0013 − 0,000565)2 = 5,402 × 10−7

*|𝛼2 − 𝛼̅|2 = (0,0004 − 0,000565)2 = 2,7225 × 10−8

∗ |𝛼3 − 𝛼̅|2 = (0,00032 − 0,000565)2 = 6,0025 × 10−8


*|𝛼4 − 𝛼̅|2 = (0,00024 − 0,000565)2 = 1,056 × 10−7

̅ |2
Σ|𝛼−𝛼 7,33×10−7 7,33×10−7
*𝛿𝛼 = √ =√ =√ = 0,00049 ≈ 0,0005
𝑛−1 4−1 3

𝛿𝛼 0,0005
∗ 𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 88%
𝛼̅ 0,000565

∗ 𝛼 = 𝛼̅ ± 𝛿𝛼 = 0,000565 ± 0,0005

3.2.2 Baja

No. ∆𝐿 (𝑚) ∆𝑇 (𝐾) 𝛼 = (/𝐾) |𝛼 − 𝛼̅|2

1.

2.

3.

4. 2,58 × 10−4

Perhitungan pertambahan panjang

a. ∆𝐿1 = 𝜃1 × 3 × 10−5 b. ∆𝐿2 = 𝜃2 × 3 × 10−5 c. ∆𝐿3 = 𝜃3 × 3 × 10−5


= 9× 3 × 10−5 = 10 × 3 × 10−5 = 11 × 3 × 10−5
= 2,7 × 10−4 𝑚 = 3 × 10−4 𝑚 = 3,3 × 10−4 𝑚

d. ∆𝐿4 = 𝜃4 × 3 × 10−5
= 13 × 3 × 10−5
= 6,9 × 10−4 𝑚
Pengkonversian suhu:
a. 𝑇1 = 38°𝐶 + 273 = 311 𝐾 c. 𝑇3 = 58°𝐶 + 273 = 331 𝐾
b. 𝑇2 = 48°𝐶 + 273 = 321 𝐾 d. 𝑇4 = 68°𝐶 + 273 = 341 𝐾
Pengkonversian panjang dan suhu awal: Perhitungan nilai koefisien muai panjang:

∆𝐿
a. 𝐿0 = 64,1 𝑚𝑚 = 6,41 × 10−2 𝑚 𝛼=𝐿
0 ×∆𝑇

2,7×10−4
b. 𝑇0 = 26,4°𝐶 + 273 = 299,4 𝐾 a. 𝛼1 =6,41×10−2×11,6 = 3,63 × 10−4

3×10−4
Perhitungan perubahan suhu: b. 𝛼2 = 6,41×10−2 ×21,6 = 2,16 × 10−4

3,3×10−4
a. ∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0 = 311 − 299,4 = 11,6 𝐾 c. 𝛼3 = 6,41×10−2×31,6 = 1,62 × 10−4
6,9×10−4
b. ∆𝑇2 = 𝑇2 − 𝑇0 = 321 − 299,4 = 21,6 𝐾 d. 𝛼4 = = 2,58 × 10−4
6,41×10−2 ×41,6

c. ∆𝑇3 = 𝑇3 − 𝑇0 = 331 − 299,4 = 31,6 𝐾


d. ∆𝑇4 = 𝑇4 − 𝑇0 = 341 − 299,4 = 41,6 𝐾

Perhitungan pengukuran dan ralat:

Σ𝛼 𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 0,000363 + 0,000216 + 0,000162 + 0,000258


∗ 𝛼̅ = = =
𝑛 4 4

= 2,5 × 10−4

*|𝛼1 − 𝛼̅|2 = (0,000363 − 0,00025)2 = 1,27 × 10−8

*|𝛼2 − 𝛼̅|2 = (0,000216 − 0,00025)2 = 1,156 × 10−9

∗ |𝛼3 − 𝛼̅|2 = (0,000162 − 0,00025)2 = 7,744 × 10−9

*|𝛼4 − 𝛼̅|2 = (0,000258 − 0,00025)2 = 6,4 × 10−11

̅ |2
Σ|𝛼−𝛼 2,1664×10−8 2,1664×10−8
*𝛿𝛼 = √ =√ =√ = 8,5 × 10−5
𝑛−1 4−1 3

𝛿𝛼 8,5 × 10−5
∗ 𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 34%
𝛼̅ 2,5 × 10−4

∗ 𝛼 = 𝛼̅ ± 𝛿𝛼 = 0,00025 ± 0,000085
3.2.3 Gelas

No. ∆𝐿 (𝑚) ∆𝑇 (𝐾) 𝛼 = (/𝐾) |𝛼 − 𝛼̅|2

1. 1,2 × 10−4

2. 1,2 × 10−4

3. 1,5 × 10−4

4. 1,5 × 10−4

Perhitungan pertambahan panjang:

a. ∆𝐿1 = 𝜃1 × 3 × 10−5 b. ∆𝐿2 = 𝜃2 × 3 × 10−5 c. ∆𝐿3 = 𝜃3 × 3 × 10−5


= 4× 3 × 10−5 = 4 × 3 × 10−5 = 5 × 3 × 10−5
= 1,2 × 10−4 𝑚 = 1,2 × 10−4 𝑚 = 1,5 × 10−4 𝑚

d. ∆𝐿4 = 𝜃4 × 3 × 10−5
= 5 × 3 × 10−5
= 1,5 × 10−4 𝑚

Pengkonversian suhu: Pengkonversian panjang dan suhu awal:


a. 𝑇1 = 30,7°𝐶 + 273 = 303,7 𝐾 a. 𝑙0 = 63,9 𝑚𝑚 = 6,39 × 10−2 𝑚
b. 𝑇2 = 35,7°𝐶 + 273 = 308,7 𝐾 b. 𝑇0 = 26,3°𝐶 + 273 = 299,3 𝐾
c. 𝑇3 = 40,7°𝐶 + 273 = 313,7 𝐾
d. 𝑇4 = 43,7°𝐶 + 273 = 316,7 𝐾

Perhitungan perubahan suhu:

a. ∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0 = 303,7 − 299,4 = 4,3 𝐾


b. ∆𝑇2 = 𝑇2 − 𝑇0 = 308,7 − 299,4 = 9,3 𝐾
c. ∆𝑇3 = 𝑇3 − 𝑇0 = 313,7 − 299,4 = 14,3 𝐾
d. ∆𝑇4 = 𝑇4 − 𝑇0 = 316,7 − 299,4 = 17,3 𝐾
Perhitungan nilai koefisien muai panjang:

∆𝐿
𝛼=𝐿
0 ×∆𝑇

1,2×10−4
a. 𝛼1 = 6,39×10−2×4,3 = 4,36 × 10−4

1,2×10−4
b. 𝛼2 = 6,39×10−2×9,3 = 2,01 × 10−4

1,5×10−4
c. 𝛼3 = 6,39×10−2×31,6 = 7,43 × 10−5
1,5×10−4
d. 𝛼4 = 6,39×10−2×41,6 = 5,64 × 10−5

Perhitungan pengukuran dan ralat:

Σ𝛼 𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 0,000436 + 0,000201 + 0,0000743 + 0,0000564


∗ 𝛼̅ = = =
𝑛 4 4

= 1,91 × 10−4

*|𝛼1 − 𝛼̅|2 = (4,36 × 10−4 − 1,91 × 10−4 )2 = 6,0025 × 10−8

*|𝛼2 − 𝛼̅|2 = (2,01 × 10−4 − 1,91 × 10−4 )2 = 10−10

∗ |𝛼3 − 𝛼̅|2 = (7,43 × 10−5 − 1,91 × 10−4 )2 = 1,36 × 10−8

*|𝛼4 − 𝛼̅|2 = (5,64 × 10−5 − 1,91 × 10−4 )2 = 1,81 × 10−8

̅ |2
Σ|𝛼−𝛼 9,1825×10−8 9,1825×10−8
*𝛿𝛼 = √ =√ =√ = 1,7 × 10−4
𝑛−1 4−1 3

𝛿𝛼 1,7 × 10−4
∗ 𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 89%
𝛼̅ 1,91 × 10−4

∗ 𝛼 = 𝛼̅ ± 𝛿𝛼 = 1,91 × 10−4 ± 1,7 × 10−4


3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisis Prosedur


3.3.1.1 Fungsi Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: seperangkat alat pemuaian,
termometer, kuningan, baja, gelas, cawan petri, selang karet, busur, dan generator uap. Suhu
ruangan dan suhu pipa (kuningan, baja, dan gelas) dapat diukur dengan termometer. Dimana
tingkat ketelitian dari termometer tersebut sebesar 0,5°𝐶 atau 1°𝐶. Sumber panas yang dihasilkan
berasal dari generator uap yang berfungsi sebagai sumber dari pertambahan kalor. Lalu, di atas
generator uap terdapat cawan petri yang berfungsi sebagai wadah dari air yang dipanaskan.
Kemudian, pipa bisa bertambah panas karena dihubungkannya generator uap dan pipa dengan alat
selang karet. Lalu, pertambahan panjang pipa bisa diketahui karena adanya busur, dimana
pertambahan panjangnya dapat diketahui dengan dikonversikan terlebih dahulu (dari derajat ke
meter). Fungsi yang sama juga dimiliki oleh ketiga pipa (kuningan, baja, dan gelas), yaitu sebagai
media atau objek untuk dapat diketahuinya pertambahan panjang pada masing-masing pipa jika
dipanaskan dan dapat diketahuinya nilai koefisien muai panjang tiap pipa yang berbeda.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan


Fungsi yang dimiliki oleh ketiga pipa ini sama dan tahapan percobaan pada tiap pipa
juga sama. Langkah pertama adalah diukurnya suhu ruangan dan panjang pipa agar dapat diketahui
suhu dan panjang mula-mula dari tiap pipa. Lalu, jika alat-alatnya sudah dirangkai sesuai petunjuk
ujung pipa yang terbuka diletakkan di sandaran tetap sedangkan ujung pipa tertutup diletakkan di
sandaran pengarah, dimana langkah-langkah ini bermaksud agar panas yang disalurkan pada pipa
dapat berlangsung lancar. Langkah berikutnya, busur dikalibrasi sampai jarumnya berada di posisi
sudut 0° yang bermaksud agar pengukuran pertambahan panjang pipa didapatkan hasil yang lebih
akurat dan presisi. Kemudian, ujung pipa terbuka disambungkan dengan selang karet yang
berfungsi agar perpindahan panas/kalor dapat disalurkan. Setelah itu, cawan petri yang terletak di
atas generator uap tersebut diisi dengan air sampai ¾ bagian yang berfungsi sebagai perantara
selang karet dengan generator uap yang panas uap airnya akan disalurkan dengan selang karet.
Lalu, generator uap dipanaskan karena generator uap merupakan sumber dari panas/kalor. Panjang
pipa yang sudah dipanaskan diukur agar dapat diketahuinya panjang akhir pipa setelah dipanaskan
yang nantinya dibutuhkan dalam pencarian nilai pertambahan panjang pipa dan nilai koefisien
muai panjang.
3.3.2 Analisis Hasil
Dalam praktikum yang sudah dilakukan ini, telah didapatkan beberapa data yang dibutuhkan
dalam penentuan nilai koefisien muai panjang dari tiap pipa. Berdasarkan perhitungan yang sudah
dilakukan, didapatkan rata-rata koefisien muai panjang kuningan adalah 5,6 × 10−4 . Sedangkan
berdasarkan literatur, nilai koefisien muai panjang kuningan adalah 1,9 × 10−5 . Selisihnya cukup
jauh karena pengukuran pada nilai pertambahan panjang dan pertambahan suhu mungkin kurang
akurat dan presisi. Pada baja, didapatkan nilai 2,5 × 10−4 . Sedangkan pada literatur, nilai
koefisiennya adalah 1,1 × 10−5 . Kemudian, pada gelas diperoleh nilai koefisien muai panjang
sebesar 1,91 × 10−4 . Sedangkan pada literatur, gelas nilainya sebesar 9 × 10−6 . Dapat ditarik
kesimpulan bahwa, terdapat kesalahan pengukuran di beberapa data, terutama pada kuningan dan
gelas. Karena selisih koefisien muai panjang yang didapat dengan yang sebenarnya sangat jauh
dan nilai koefisien ralatnya juga tinggi, yaitu 88% untuk kuningan dan 89% untuk gelas. Dimana
jika nilai koefisien ralat itu >50%, maka pengukuran tidak akurat dan tidak presisi.
Pemuaian sendiri dapat diartikan sebagai perubahan ukuran suatu benda yang bisa jadi
bertambah panjang, lebar, luas, bahkan volume yang disebabkan adanya kalor. Pemuaian dapat
dibagi 3, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume. Pemuaian juga bisa
terjadi pada zat cair dan gas, tidak hanya zat padat saja. Pada tiap zat/benda, terdapat suatu
koefisien muai yang nilainya berbeda-beda. Dalam praktikum ini melibatkan pemuaian panjang
benda padat yang berbeda.
Pada benda uji yang berbeda-beda ini pasti terdapat suatu karakteristik yang berbeda-beda
pula. Kuningan adalah campuran dari tembaga (Cu) dan seng (Zn) sebagai perpaduannya. Pada
umumnya, kadar tembaga yang terdapat pada kuningan berkisar 60-90% dari massa totalnya.
Warna dari kuningan sangat dipengaruhi oleh unsur Zn pada kuningan. Kemudian, baja adalah
sebuah logam hasil dari perpaduan logam besi sebagai unsur utama dengan unsur O, N, Si, Ni, Cr,
dan P. Unsur karbon (C) juga salah satu unsur utama pada baja yang kandungannya berkisar 0,2%-
2,1%. Menurut standar nasional Indonesia, berat jenis yang dimiliki baja berkisar 7850 kg/m3.
Baja juga dikenal sebagai logam dengan sifat penghantar panas yang baik dan konduktivitas
listriknya juga baik. Baja juga bisa tahan panas dan korosi dengan ditambahkannya beberapa unsur
seperti Chrom (Cr), Nikel (Ni), dan molybdenum (Mo). Kuningan dan baja sama-sama perpaduan
dari suatu logam sehingga terdapat beberapa karakteristik yang mungkin sama. Benda uji terakhir
adalah gelas, dimana gelas ini dibuat dari reaksi dan peleburan silika (SiO2), kapur (CaO), dan
soda abu (Na2O). Selain itu, ada Al2O3, B2O3, titanium, dan zirconium agar ketahanan dan
kekerasan gelas kuat. Lalu, Na2SO4 atau As2O3 untuk penghalusan dan penjernihan struktur gelas.
Warna gelas dapat diatur dengan ditambahkannya unsur-unsur logam seperti Cr, Co, dan Fe.
Penambahan unsur-unsur ini dapat dilakukan saat proses dibuatnya wadah gelas. Gelas juga
bersifat tahan panas dan kedap gas.
Aplikasi pemuaian dalam kehidupan sehari-hari pastinya cukup banyak. Retaknya
ubin/keramik pada kondisi tertentu merupakan salah satu contohnya. Hal ini disebabkan karena
terlalu minimnya rongga antara dasar keramik dengan lapisan semen, sehingga saat terjadi
pemuaian keramik/ubin bisa retak/pecah. Hal ini tentunya didasari oleh prinsip pemuaian volume
pada zat padat. Kemudian, cara pemasangan jendela. Pada bingkai jendela terdapat celah kecil
yang berfungsi sebagai tempat diletakkannya kaca. Kaca dipasang di celah ini dengan ukuran kaca
yang lebih kecil daripada celah atau tempat kaca tersebut agar dapat dicegahnya kaca pecah saat
pemuaian di siang hari maupun musim kemarau. Fenomena ini termasuk pada prinsip pemuaian
volume pada zat padat. Contoh ketiga, ada kawat telepon dan kawat listrik. Pada siang hari, kabel
pada tiang-tiang listrik dibiarkan kendor agar tidak putus karena pemuaian di siang hari dan
penyusutan di malam hari. Hal ini dilakukan berdasarkan prinsip pemuaian panjang pada zat padat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat memahami bagaimana konsep dari
pemuaian panjang pada zat padat. Selain itu, peserta praktikum dapat mengetahui bagaimana cara
menemukan nilai koefisien muai panjang dari suatu benda. Praktikan juga dapat menerapkan
pengetahuan mengenai teori pengukuran dan ralat dengan menghitung koefisien ralat dari tiap
pengukuran pada benda uji yang berbeda.

4.2 Saran

Saat praktikum berlangsung, terdapat sedikit kendala. Video yang ditayangkan mengalami
sedikit lag pada penayangannya, sehingga para praktikan kurang dapat memahami isi video secara
maksimal. Untuk praktikum kedepannya diharapkan bisa lebih baik untuk penayangan video
praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ohanian, Hans C. & Markert John T. 2007. Physics For Engineers and Scientists. Third edition.
New York: W.W. Norton & Company, Inc.

Young, Hugh D. & Freedman Roger A. 2016. University Physics With Modern
Physics.Fourteenth edition. USA: Pearson Education, Inc.

Satriawan, Mirza. 2012. Fisika Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


LAMPIRAN

1. Data Hasil Percobaan

2. Screenshot ebook untuk dasar teori


a. Ohanian & Markert, 2007
b. Young & Freedman, 2016

c. Satriawan, 2012
3. Tugas Pendahuluan
4. Pretest

Anda mungkin juga menyukai