Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ANALISIS PENGUAT DAYA KELAS A

Dosen Pengampu:

Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D.

Nama : R. Achmad Nafi’ Firdausi

NIM : 205090801111026

Mata Kuliah : Elektronika Dasar II

Kelas/No. Absen : C/28

Prodi : Instrumentasi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Penguat Daya Kelas A

Gambar rangkaian penguat daya kelas A (Malvino & Bates, 2016).

Penguat (amplifier) memiliki beberapa jenis kelas jika ditinjau dari segi cara
pengoperasiannya. Salah satu jenisnya adalah penguat daya kelas A. Penguat kelas A adalah
suatu jenis penguat dimana kondisi transistor akan tetap bekerja di area aktif tanpa batasan
waktu. Hal ini berarti arus kolektor yang mengalir membentuk siklus 360° secara penuh pada
siklus AC. Selama siklus penuh, penguat kelas A menghasilkan sinyal output yang besarnya
sesuai dengan besar sinyal input yang masuk. Meskipun tidak sinyal input yang masuk, arus
pada kolektor (output) akan tetap mengalir sehingga menyebabkan transistor menyerap panas
karena adanya ICQ.

Gambar grafik arus kolektor yang mengalir pada penguat kelas A (Schultz, 2016).

Penguat kelas A disebut sebagai penguat linier karena hanya dapat bekerja apabila
rangkaian yang digunakan menghasikan sinyal output. Selain itu, transistor tidak boleh
beroperasi dalam kondisi cut-off maupun saturasi karena akan menyebabkan bentuk gelombang
output akan terputus pada salah satu atau kedua puncak. Jika transistor mendekati keadaan
saturasi, maka akan terjadi pengguntingan penjenuhan (saturation clipping) pada setengah
siklus positif/negatif. Selain itu, jika sinyal AC meningkat, maka akan terjadi cut-off clipping.
Kedua kondisi ini dapat disebut dengan kondisi sinyal yang tidak diinginkan (cacat). Sehingga
hal ini merupakan hal yang harus dihindari dalam menggunakan penguat kelas A karena salah
satu syarat dari penggunaan penguat kelas A adalah bentuk sinyal output harus sempurna tidak
terpotong. Agar mendapatkan sinyal yang optimal, titik Q harus harus diletakkan di garis beban
AC seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar garis beban AC pada penguat kelas A (Malvino & Bates, 2016).

Untuk menempatkan titik Q di tengah garis beban AC, maka dapat menggunakan dua
jenis rumus, yaitu:

𝐼𝐶 𝑆𝑎𝑡 = 2. 𝐼𝐶𝑄 (1.1)


𝑉𝐶𝐸 𝐶𝑢𝑡 = 2. 𝑉𝐶𝐸𝑄 (1.2)

Gambar perbandingan garis beban DC dari dua rangkaian CE yang berbeda.

Terdapat perbedaan dan persamaan dari kedua rangkaian di atas. Perbedaannya yaitu,
rangkaian penguat yang atas tidak memiliki pembagi tegangan dan arus kolektornya (IC)
dipengaruhi oleh tegangan pada kaki kolektor (VCC) dan hamatan pada kaki kolektor (RC).
Sedangkan, rangkaian penguat yang bawah memiliki bias pembagi tegangan di kaki emitornya
dan arus kolektornya (IC) dipengaruhi oleh tegangan pada kaki kolektor (VCC), hambatan pada
kaki kolektor (RC), dan hambatan pada kaki emitor (RE). Di lain sisi, kedua rangkaian tersebut
memiliki persamaan di antaranya adalah sama-sama rangkaian penguat kelas A yang memiliki
sinyal input maupun output dan letak dari titik Q sama-sama berada di pusat garis beban DC.

Pembagi tegangan merupakan suatu cara yang dipakai untuk menganalisis bagaimana
pembagian arus maupun tegangan pada rangkaian yang tertutup. Fungsinya adalah untuk
membagi tegangan atau arus yang masuk menjadi satu atau beberapa keluaran (output) untuk
dialirkan ke komponen lain pada rangkaian. Adanya pembagi tegangan pada rangkaian penguat
CE tentunya memiliki beberapa pengaruh yang tidak ditemukan pada rangkaian penguat CE
tanpa pembagi tegangan. Pengaruh yang mungkin untuk terjadi adalah makin kecilnya arus
yang mengalir pada kaki kolektor (IC) karena sesuai rumus yang berlaku, makin besar hambatan
pada kaki kolektor (RC) atau emitor (RE) maka nilai IC akan makin kecil. Adapun rumus
pembagi tegangan, yaitu:

𝑅1 (1.3)
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 × ( )
(𝑅1 + 𝑅2 )

Pada penguat kelas A, yang bisa diperkuat tidak hanya tegangan saja.
Penguat/amplifiers jenis apapun juga memiliki penguat daya (power gain) di dalamnya dan
sebanding pembagi tegangan output AC dan berbanding lurus dengan tegangan input AC, yang
secara matematis dapat dinyatakan sebagai:

𝑝𝑜𝑢𝑡 (1.4)
𝐴𝑝 =
𝑝𝑖𝑛
Ketika tidak ada sinyal yang masuk ke penguat, maka akan terjadi penghilangan daya
(power dissipation) yang secara matematis dapat ditulis dengan:

𝑃𝐷𝑄 = 𝑉𝐸𝑄 𝐼𝐶𝑄 (1.5)


Sedangkan jika ada sinyal yang masuk, disipasi daya transistor akan berkurang karena
transistor mengubah sebagian daya yang diam menjadi daya sinyal. Oleh karena itu, kondisi
power dissipation ini merupakan hal yang harus dihindari.

Untuk menentukan efisiensi dari penguat kelas A dengan beban resistor, terdapat
beberapa variabel yang nilainya perlu diketahui terlebih dahulu. Variabel-variabel tersebut
adalah daya rata-rata pada beban (PL) dan daya rata-rata dari sumber tegangan (PCC). Rumus
daripada PL yang disebabkan oleh sinyal AC dapat ditulis sebagai:
1 𝑇 2 (1.6)
𝑃𝐿 = ∫ 𝐼𝐶 𝑅𝐿 𝑑𝑡
𝑇 0
Jika terdapat sinyal keluaran yang mengalir pada beban dan arus pada kolektor (IC)
berbentuk sinus dan ICm adalah arus maksimum dari sinyal output IC, maka rumusnya menjadi:

2
𝐼𝐶𝑚 𝑅𝐿 (1.7)
𝑃𝐿 =
2
Selanjutnya adalah menentukan daya rata-rata dari sumber tegangan (PCC) yang
rumusnya dapat dinyatakan dengan:

1 𝑇 (1.8)
𝑃𝐶𝐶 = ∫ 𝑉 𝐼 𝑑𝑡
𝑇 0 𝐶𝐶 𝐶
Jika sinyal yang terbentuk berbentuk sempurna tanpa cacat (sinus), maka persamaan
PCC menjadi:

𝑃𝐶𝐶 = 𝑉𝐶𝐶 𝐼𝐶𝑄 (1.9)


Agar penguat kelas A dapat bekerja dengan optimal, titik kerja harus berada di pusat
garis beban, maka persamaan ICQ dapat ditulis sebagai:

𝑉𝐶𝐶 (1.10)
𝐼𝐶𝑄 =
2(𝑅𝐿 + 𝑅𝐸 )
Jika nilai ICQ ini disubstitusi ke persamaan 1.9 dan nilai RL >> RE, persamaannya
menjadi:

2
𝑉𝐶𝐶 (1.11)
𝑃𝐶𝐶 =
2𝑅𝐿
Setelah kedua variabel yang dibutuhkan telah ditentukan, kita dapat menentukan rumus
efisiensi dari penguat kelas A, dimana efisiensi adalah ukuran seberapa baik sebuah penguat
dalam mengkonversikan daya DC dari sumber tegangan ke dalam daya output AC. Rumusnya
yaitu:

2 𝑅𝐿 (1.12)
𝑃𝐿 𝐼𝐶𝑚
𝜂= = 2
𝑃𝐶𝐶 2
𝑉𝐶𝐶
2𝑅𝐿
Efisiensi penguat akan bernilai maksimum jika sinyal keluaran maksimum ICm = ICQ dan
ICQ berposisi di pusat garis beban. Nilai hambatan pada beban RL dianggap jauh lebih besar
daripada hambatan pada kaki emitor RE, maka efisiensi maksimum dari penguat kelas A dengan
beban resistor dapat ditulis sebagai:
2
𝑃𝐿 𝑚𝑎𝑥 𝑉𝐶𝐶 /8𝑅𝐿 1/8 (1.13)
𝜂= = 2 = = 0,25
𝑃𝐶𝐶 𝑉𝐶𝐶 /2𝑅𝐿 1/2
Sehingga, dapat diperoleh kesimpulan, efisiensi maksimum dari penguat kelas A
dengan beban resistor adalah 0,25 atau 25% yang berarti rentangnya adalah dari 0% sampai
dengan 25%. Efisiensi dari penguat kelas A merupakan tergolong yang paling rendah jika
dibandingkan dengan efisiensi penguat kelas lainnya.

Kemudian, penguat kelas A juga memiliki efisiensi daya searah (DC) yang dialirkan ke
penguat kelas A oleh sumber DC tentunya memiliki efisiensi yang dapat dinyatakan dengan:

𝑃𝑑𝑐 = 𝑉𝐶𝐶 𝐼𝑑𝑐 (1.14)


Kemudian untuk membandingkan antara daya output dengan daya pada sumber
tegangan DC, dapat menggunakan rumus:

𝑝𝑜𝑢𝑡 (1.15)
𝜂= × 100%
𝑃𝐶𝐶
Jika sumber tegangannya tunggal, maka rumusnya menjadi:

𝑝𝑜𝑢𝑡 (1.16)
𝜂= × 100%
𝑉𝐶𝐶 . 𝐼𝐶
Sedangkan, jika sumber tegangannya ganda, maka rumusnya menjadi:

𝑝𝑜𝑢𝑡 (1.17)
𝜂= × 100%
(𝑉𝐶𝐶 + 𝑉𝐶𝐸 ). 𝐼𝐶
Semakin tinggi efisiensi, semakin baik penguat dalam mengubah daerah DC ke daerah
AC. Dalam beberapa penerapan, efisiensi Kelas-A yang rendah masih dapat ditoleransi.
Contohnya, tahap sinyal kecil di dekat bagian depan sistem biasanya bekerja dengan baik
dengan efisiensi rendah karena adanya daya input DC kecil.

Salah satu aplikasi penerapan dari penguat daya kelas A rangkaian transistor common
emitter (CE). Jenis rangkaian ini memiliki beban RL yang dapat berupa loudspeaker, kumparan,
penggerak, ataupun komponen lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Malvino, A. & Bates, D. 2016. Electronic Principles. Eight Edition. New York: McGraw Hill
Education

Ponto, H. 2018. Dasar Teknik Listrik. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

Schultz, M. E. 2016. Grob’s Basic Electronics. Twelfth Edition. New York: McGraw Hill
Education

Surjono, H. D. 2008. Elektronika Analog. Jember: Penerbit Cerdas Ulet Kreatif

Anda mungkin juga menyukai