Penguat Daya
Di susun oleh :
Ferdian Yoga Perdana
NPM 20201121002
Teknik Elektro 2021
Istilah penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang
elektronika maka yang diperkuat adalah amplitudo dari sinyal. Untuk mengerti bagaimana
penguat bekerja perlu dimengerti dua tipe penguatan yang utama yaitu :
1. Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal masukan.
2. Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan.
Sedangkan penguat daya yaitu kombinasi dari dua tipe penguat di atas. Meskipun pada
kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa adanya
daya kecuali jika impedansinya tak terhingga.
Efisiensi dari penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima
beban dengan daya yang diberikan oleh catu daya.
Rangkaian penguat daya yang dibahas hanya penguat daya pada bagian akhir dari
rangkaian transmitter pada sistim komunikasi. Daya yang akan dikirimkan ke antena harus
mempunyai level yang cukup tinggi, sehingga informasi yang dipancarkan antena ini, yang
berupa gelombang elektromagnetika, akan bisa merambat sampai ke tempat tujuannya (receiver)
yang terpisah jauh dari transmitter dan masih mempunyai level daya tertentu yang
memungkinkan adanya pendeteksian sinyal tersebut.
Macam -macam Penguat Daya Penguat daya diklasifikasikan menurut titik kerjanya.
Titik kerja (titik Q) yaitu titik pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat
tidak ada sinyal masukan.
BAB II
DASAR TEORI
Penguat Kelas A
Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Besarnya disipasi daya
pada transistor dirumuskan :
Daya keluaran maksimum dapat dicari dari persamaan :
sehingga
Penguat daya kelas A mempunyai titik kerja di titik A, di tengah garis karakteristik
yang linier. Titik kerja ini menghasilkan arus kolektor DC sisa yang besar yang akan
menghasilkan daya kerugian DC yang besar, yang mengakibatkan efisiensi maksimal yang
bisa dicapai hanya 50% (secara teoretis). Tetapi pada prakteknya hanya akan dicapai 20% -
40%. Pada dasarnya penguat daya kelas A sama dengan penguat sinyal lemah.
Penguat kelas B
Penguat dengan letak titik Q di titik cut off garis beban. Kelemahannya yaitu adanya
cacat penyeberangan (crossover distortion) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada
dioda basis emitor. Sehingga saat sinyal masukan belum bernilai sebesar tegangan on dari
dioda basis emitor maka tidak akan ada sinyal keluaran. Karena letak titik Q penguat kelas B
di titik cut-off maka untuk satu transistor hanya bisa menguatkan setengah siklus dari sinyal
masukan. Sehingga untuk penguat kelas B digunakan konfigurasi Push-pull dimana dua
transistor akan bergantian bekerja menguatkan masing-masing setengah siklus sinyal
masukan.
Rangkaian dasar penguat klas B menggunakan dua transistor, yang satu transistor
jenis NPN dan yang satunya lagi transistor jenis PNP. Emitor kedua transistor tersebut
berhubungan dengan tahanan beban, RL. Sedangkan sinyal input dimasukkan pada basis dari
kedua transistor tersebut. Gambar dari rangkaian dasar penguat klas B ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :
Gambar 3. Penguat Daya Klas B
Jika diberi sinyal input positif, maka transistor NPN (Q1) akan aktif dan transistor
PNP (Q2) cutoff. Begitu juga sebaliknya, jika diberi sinyal input negatif, maka transistor
NPN (Q1) cut-off dan transistor PNP (Q2) aktif. Jadi transistor NPN (Q1) meneruskan sinyal
input positif dan transistor PNP (Q2) akan meneruskan sinyal input negatif, sehingga akan
dihasilkan sinyal output yang lengkap. Perhitungan daya penguat kelas B adalah sebagai
berikut ini : Tegangan rms diketahui sebagai berikut :
Sehingga dari sini diketahui bahwa daya yang keluar ke speaker (Prms) atau daya beban
adalah sebagai berikut :
Bila penguat menerapkan dual power supply maka tegangan dihitung dari –Vcc sampai +Vcc
Tegangan DC:
Arus DC :
Karena menggunakan double supply maka daya total dari power supply adalah :
Oleh karena itu efisiensi daya maksimum dari penguat klas B adalah :
Rangkaian penguat daya Kelas B Terdiri atas pasangan komplemen transistor yang
terhubung sedemikian rupa. Sehingga kedua transistor tidak pernah konduksi dalam waktu
yang sama.
Penguat Kelas AB
Penguat Kelas AB
Penguat Kelas C
Penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat
yang disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang
hanya memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat
frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C
bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada
puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi
L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut
ini.
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja
dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan ber-
resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input menjadi
sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat
menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada pemancar. Penguat kelas C
memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya memang
lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat
jenis ini.
Karena posisi dari titik kerja di C yang berada di bawah kaki dari karakteristik
transistor, maka arus kolektor ada pada interval yang lebih kecil dari setengah perioda.
Efisiensi yang dicapai >85%. Untuk mendapatkan sinyal sinus (dengan band untuk sinyal
informasinya) pada output penguat daya kelas C ini dipasangkan rangkaian resonansi.
Penguat Kelas D
Penguat kelas D menggunakan teknik PWM (pulse width modulation), dimana lebar dari
pulsa ini proporsioal terhadap amplituda sinyal input. Pada tingkat akhir, sinyal PWM men-drive
transistor switching ON dan OFF sesuai dengan lebar pulsanya. Transistor switching yang
digunakan biasanya adalah transistor jenis FET. Konsep penguat kelas D ditunjukkan pada
gambar-11. Teknik sampling pada sistem penguat kelas D memerlukan sebuah generator
gelombang segitiga dan komparator untuk menghasilkan sinyal PWM yang proporsional
terhadap amplituda sinyal input. Pola sinyal PWM hasil dari teknik sampling ini seperti
digambarkan pada gambar-12. Paling akhir diperlukan filter untuk meningkatkan fidelitas.
Urutan blok rangkaian sistem audio yang benar dari A, B, C, dan D adalah …
a. pengatur nada (tone control) - penguat awal (Pre-amp) - penguat akhir (power amp) –
loudspeaker
b. penguat awal (Pre-amp) - penguat akhir (power amp) - pengatur nada (tone control) -
loudspeaker
c. penguat akhir (power amp) - pengatur nada (tone control) - penguat awal (Pre-amp) -
loudspeaker
d. penguat awal (Pre-amp) - pengatur nada (tone control) - penguat akhir (power amp) –
loudspeaker
8. Butuh berapa transistorkah penguat daya kelas B untuk mendapatkan daya yang
baik?
a. 4
b. 1
c. 3
d. 2
9. Sebuah penguat daya kelas A dengan gain 20 dB memiliki impedansi input 100 ohm
dan impedansi output 4 ohm. Berapa besar daya output jika daya inputnya adalah 2 watt?
a. 200watt
b. 600watt
c. 100watt
d. 500watt
10. Sebuah penguat daya kelas A mempunyai impedansi input 50 ohm dan impedansi
output 8 ohm. Hitunglah besar arus drain jika daya inputnya adalah 10 watt dan tegangan
drainnya adalah 20 volt.
a. 4,98A
b. 2,83A
c. 2,25A
d. 3,18A