ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI)
Selain rangkaian penyangga penguat kelas A juga dapat dibuat menjadi rangkaian
penguat daya tinggi dengan menggunakan input sumber RF 50 ohm yang dihubungkan dengan
rangkaian impedansi C1, C2, dan L1. Output pada rangkaian ini cocok untuk beban 50 ohm
dengan rangkaian L2, L3, C3,and C4. Apabila transistor pada rangkaian ini diberikan heatsink,
maka transistor dapat membangkitkan daya hingga 100W dengan frekuensi 30MHz. Dari dua
contoh rangkaian tersebut dapat dikatakan bahwa penguat kelas A dapat mencapai efisiensi 50%
yang berarti hanya 50% dari daya input yang diubah ke RF dan sisanya terdisipasi oleh
transistor. Kebanyakan transistor pada daya RF memiliki batas beberapa ratus Watt, maka untuk
memproduksi lebih banyak daya lagi dapat digunakan rangkaian dua atau lebih prnguat yang
terhubung paralel.
Penguat linier kelas B menggunakan push-pull ditunjukkan pada gambar diatas. Sinyal
RF yang mengalir dan diproses oleh Q1 dan Q2 melewati transformator T1 sehingga
menghasilkan impedansi dan sinyal pada base mengalir ke Q1 dan Q2 yang memiliki fasa 180 o.
Output akan menuju pada transformator T2 yang dapat dihubungkan langsung ke antena maupun
beban.
Untuk operasi kelas B, Q1 dan Q2 harus berada pada titik cut-off transistor dimana
hubungan antara emitter dan base transistor tidak akan menghantarkan arus hingga nilai tegangan
tertentu (misalnya dioda silikon 0,7 V) agar bias maju. Ketika Q1 positif maka Q1 akan
menghantarkan setengah gelombang positif dari input. Sementara kondisi Q2 akan cut-off.
Begitu juga sebaliknya ketika Q2 negatif maka akan menghantarkan setengah gelombang negatif
sementara Q1 cut-off.
Penguat kelas C dibiaskan pada titik sedikit melampaui cut-off sehingga akan
menghantarkan sinyal kurang dari 180o biasanya antara 90o sampai 150o. Pada penguat kelas C
terdapat rangkaian resonansi untuk mengubah arus kecil pada kolektor menjadi gelombang
kontinu. Semua penguat kelas C memiliki beberapa rangkaian penala yang terhubung pada
kolektor. Tujuan utama rangkaian penala ini adalah untuk melengknedapi output berupa sinyal
AC sinusoidal. Rangkaian penala pada penguat kelas C juga dapat melakukan filter pada input
sinyal yang mengandung banyak gelombang harmonik.
Pada bagian receiver terdapat beberapa rangkaian khusus yaitu penguat RF dan IF, serta
rangkaian AGC dan AFC. Penguat RF yang biasa digunakan adalah rangkaian kelas A dimana
antena terhubung langsung ke base transistor sehingga transistor akan menguatkan sinyal yang
tertangkap oleh antena. Pada penguat ini kolektor juga ditala secara paralel dengan rangkaian
resonansi yang menyeleksi masukan untuk mixer.
Amplifier Common-base
Efek kapasitor umpan balik Ccb’ dapat dinul-kan sama sekali dengan menghubungkan
transisi dalam konfigurasi bommon-base. Resistans input untuk rangkaian CB jauh lebih kecil
daripada untuk rangkaian CE. Penguatan tegangan suatu rangkaian amplifier CB terlihat sebagai
berikut:
72. Sinyal masukan yang besar menyebabkan keuntungan dari penerima menjadi pengurang
AGC.
73. Sebuah rangkaian AFC mengoreksi pelayangan frekuensi di rangkaian osilator lokal.
74. Tegangan AFC kontrol berasal dari rangkaian demodulator dalam penerima.
75. Sebuah kapasitor variabel tegangan digunakan dalam rangkaian AFC untuk memvariasikan
LO frekuensi.
76. Sebuah sirkuit yang blok audio sampai sinyal yang diterima disebut sirkuit memadamkan.
77. Dua jenis sinyal yang digunakan untuk mengoperasikan sirkuit memadamkan audio noise.
78. Dalam sistem CTCS, frekuensi nada rendah untuk membangkitkan rangkaian pemadam.
79. Sebuah BFO diperlukan untuk menerima SSB dan sinyal CW.