Pada bab ini kita akan mempelajari penggunaan penggunaan prosedur fisika statistik
yang dijelaskan pada bab III untuk sistem kuantum yang mempunyai tingkatan energi diskrit.
Seperti dijelaskan sebelumnya, pada sistem kuantum (energi diskrit) prinsip ekuipartisi energi
tidak dapat digunakan. Efek kuantum seperti sifat tak bisa dibedakan atau indistinguishable,
degenerasi tingkatan energi (degenerate) dan jenis statistika atau simetri dari partikel harus
diperhatikan dalam penentuan probabilitas dan fungsi partisi.
Partikel-partikel dalam suatu sistem kuantum dapat dibagi menjadi dua kasus yaitu :
Partikel yang bisa dibedakan berarti kita mampu secara fisis membedakan antara partikel
yang satu dengan partikel yang lain. Mungkin kita bisa membedakan dari segi ukuran, massa,
dan muatan, atau komposisisi partikel. Atau dengan kata lain kita mampu melakukan sebuah
eksperimen untuk dapat membedakan jenis partikel tersebut. Dari segi mekanika klasik
walaupun bendanya sama, kita mampu membedakan partikel dengan melihat lokasi dan
kecepatan partikel tersebut. Dalam mekanika kuantum ini tidaklah mungkin.
𝑍 = ∑ exp(−𝛽𝐸)
𝑚𝑠
𝑍= ∑∈𝑖
𝑖=1
Fungsi partisinya menjadi
𝑍 = ∑ exp(−𝛽 ∑ ∈ 𝑖 )
𝑚𝑠 𝑖=1
= ∏ ∑ exp( − 𝛽 ∈1 )
𝑖=1 ∈1
Karena partikel tidak bisa dibedakan, maka kita tidak bisa memberi label pada partikel,
tetapi kita bisa memberikan tingkatan energi. Kita dapat menentukan jumlah partikel pada
tingkatan energi tertentu. Simbol yang kita gunakan adalah ns yang artinya jumlah partikel pada
tingkatan energi s, dan jumlah partikel adalah N.
Sekarang keadaan mikro (microstate) dapat dideskripsikan degan nilai nilai ns. sebagai
contoh (n1, n2, n3,…).
𝐸𝑚𝑠 = ∑ 𝑛𝑠 𝐸𝑠
𝑠=1
Dan jumlah partikel
𝑍 = ∑ 𝑛𝑠
𝑠=1
Fungsi partisi
𝑍 = ∑ exp(−𝛽𝐸)
𝑚𝑠
= ∑ exp[−𝛽 (𝑛1 ∈1 + 𝑛2 ∈2 + 𝑛3 ∈3 + ⋯ )]
(𝑛1 ,𝑛2 ,𝑛3,… )
Dalam asumsi ini, kita akan memulai menghitung fungsi partisi dengan contoh dengan
nilai N yang terkecil terlebih dahulu. Jika N = 1, keadaan mikronya yaitu (1, 0, 0, 0, …), (1, 0, 0,
0, …),(0, 0, 1, 0, …),(0, 0, 0, 1, …) dan seterusnya.
𝑍= ∑ exp[−𝛽 (𝑛1 ∈1 + 𝑛2 ∈2 + 𝑛3 ∈3 + ⋯ )]
(𝑛1 ,𝑛2 ,𝑛3,… )
= ∑ exp(−𝛽 ∈𝑠)
𝑠
dengan cara yang sama, untuk N = 2 dan melakukan pengisian seperti untuk N = 1, kita
memperowh keadaan mikronya yaitu (1, 1, 0, 0, …), (1, 0, 1, 0, …)
𝑍= ∑ exp[−𝛽 (𝑛1 ∈1 + 𝑛2 ∈2 + 𝑛3 ∈3 + ⋯ )]
(𝑛1 ,𝑛2 ,𝑛3,… )
= [∑𝑠 exp(−𝛽 ∈𝑠 ]2
1
[(𝑁 = 1)]2
2!
1
Begitu pula untuk N = 3, kita mendapatkan Z = [𝑧(𝑁 = 1)]3, dan seterusnya. Jadi
3!
1
𝑍(𝑁) ≈ 𝑁! [𝑍(𝑁 = 1)]N
Jadi ada faktor 1/N!, karena kita tidak bisa membedakan partikel. Dengan kata lain, jika
kita melihat fungsi partisi untuk sistem partikel yang bisa dibedakan, untuk mengubah ke bentuk
fungsi partisi untuk partikel yang tidak bisa dibedakan kit harus membagi fungsi partisinnya
dengan N! karena ada N! keadaan mikro yang sama.
Contoh sistem
Dengan,
𝑧 = ∑ exp(−𝛽𝜖𝑠 )
𝑠
Untuk molekul, energi dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti energi translasi, energi
rotasi dan energi vibrasi
Fungsi partisinya
Indeks i, j, dan k adalah indeks untuk tingkatan energi translasi, rotasi dan vibrasi. Karena
penjumlahan indeks i, j, dan k dapat dilakukan secara independen, maka
ln 𝑍 ≈ ln 𝑧 − ln 𝑁