Peluruhan Spontan
A. Kondisi pada peluruhan spontan
Tinjau sebuah inti zXA dengan massa Mp mengalami peluruhan menjadi inti
lain z-2YA-4 dengan massa Md dan partikel alfa dengan massa
zX
z-2Y
A-4
+2
.................................. 1.1
Karena inti induk diam sebelum peluruhan, anak partikel dan partikel alfa
harus terpancar dalam arah yang berlawanan setelah peluruhan berlangsung untuk
mengurangi momentum (Gambar 1). Ei dan Ef adalah total energi sistem sebelum
dan sesudah peluruhan. Berdasarkan prinsip energy :
Ei= Ef .................................................................. 1.2
atau
Mp.c2= Mdc2+Kd+
dimana Kd dan
c2+
......................................................1.3
adalah energi kinetik dari inti anak partikel dan partikel alfa.
Dengan demikian energi disintegrasi, Q, pada proses ini diberikan sebagai berikut:
Q = Kd+
= (Mp-Md-
Mp
(a)sebelum
Vd
Md
(b)Sesudah
Gambar 1.1(a) nukleus inti sebelum peluruhan dan (b) anak inti dan partikel alfa bertumbukan
saling menjauh.
0 = Mv - Mdvd
Mva = Mdvd
=
........................................................... 1.6
dan
Q = Kd+Ka
Q = MdVd2+ Mava2........................................... 1.7
Dimana
Q = K
.................................................. 1.8
K=
................................................... 1.9
Jika A dan A-4 masing masing adalah nomor massa induk dan nomor massa
anak partikel, M / Md = 4 / (A-4), dan Pers. (1.9) menjadi:
K =
...................................................... 1.10
SUB BAB 2
Pengukuran Energi dari Partikel Alfa
Terdapat dua hal penting dalam penentuan energi partikel alfa secara akurat;
pertama, untuk mengaplikasikan teori yang mengatur peluruhan alfa, dan kedua,
untuk membuat skema tingkat energi nuklir yang tepat. Banyak metode yang
telah digunakan untuk melakukan pengukuran energi partikel alfa. Metode yang
digunakan untuk pengukuran energi partikel alfa pada setiap partikel bermuatan
seperti proton, neutron, dan sejenisnya, dapat dikategorikan sebagai berikut : (a)
defleksi magnetik, (b) hubungan jangkauan energi, dan (c) analisis pulsa-tinggi
A. Defleksi Magnetik
Salah satu metode tertua dan paling tepat untuk penentuan energi partikel alfa
adalah pengukuran defleksi dari jalur partikel alfa di bawah pengaruh medan
magnet.
++++++++++++++++++++++++++++++++
+
Muatan
Pengamat
------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ---
Pada gambar 2 menjelaskan eksperimen pada dua plat yang dialiri listrik.
Terdapat muatan partikel alfa yang ditembakkan pada dua plat yaitu plat positif
dan plat negatif. Pengamat tidak mampu melihat berkas partikel alfa yang
ditembakkan karena arah dari muatan partikel alfa jatuh kebawah (kearah plat
negatif). Berkas partikel alfa jatuh sesuai dengan arah arus listrik yang dialirkan
pada plat tersebut yaitu dari positif ke negatif. Pengamat hanya mampu melihat
berkas partikel alfa yang sejajar dengan posisi pengamat. Gaya yang berlaku pada
dua plat tersebut adalah sebagai berikut :
3
dimana :
= Gaya listrik (N)
= Muatan (C)
E = Medan Listrik (N/C)
++++++++++++++++++++++++++++++++
+
Ketikapartikelbergerakbermuatan di ujungkanan
x
Muatan
x
x
Medan
Magnet
Pengamat
------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ---
Gambar 3. Terdapat medan magnet yang berfungsi membelokkan arah dari muatan alfa
Persamaan diatas tidak digunakan dalam pembahasan sub bab pada makalah ini,
karena pembahasan pada sub bab masalah ini menitik beratkan pada pembelokan
partikel alfa karena pengaruh medan magnet. Jadi gaya yang digunakan adalah
gaya medan magnet, sehigga perumusannya menjadi :
....................................................... 1.11
Energi kinetik yang berlaku pada persamaan ini adalah
.............................................. 1.12
Karena pergerakan dari partikel sangat cepat sehingga berlaku rumus relativitas
sebagai berikut :
....................................................... 1.13
Cloud Chamber yang sederhana terdiri atas ruangan yang terisolasi, sumber
radioaktif, dry ice dan beberapa jenis sumber alkohol.
ruangan yang berisi uap jenuh dari air atau alkohol. Ketika partikel bermuatan
berinteraksi dengan kabut dalam ruangan, kemudian kabut tersebut akan
terionisasi. Ion yang dihasilkan berlaku sebagai atom embunan di sekitar kabut.
Partikel bermuatan dengan energi tinggi mengionisasi kabut sepanjang lintasan
yang ditempuh. Lintasan memiliki bentuk yang berbeda untuk muatan partikel
yang berbeda. Bila di sekitarnya terdapat medan magnetik yang tegak lurus
dengan permukaan cloud chamber, muatan positif dan negatif akan berbelok ke
arah elektroda yang berlawanan. Adapun gambar yang menunjukan jejak partikel
alfa dalam ruang hampa, sebagai berikut:
Pada gambar 6 menunjukkan jalan partikel alfa di piring emulsi nuklir pada
peristiwa cloud chamber. Jika kisaran tersebut diukur, adalah untuk mendapatkan
energy partikel alfa dari hubungan jarak-energi, yang akan kita bahas secara rinci
pada bagian berikutnya. Bentuk modifikasi dari ruang ionisasi (juga dibahas
dalam bagian berikutnya) adalah perangkat yang nyaman untuk mengukur
rentang partikel alfa.
7
Sumber
Intensitas
Elektron-elektron primer yang terbentuk dari hasil proses ionisasi dalam detektor
dioperasikan pada daerah tegangan kerja proporsional yang tertarik ke elektroda
positif dan negatif akan mengakibatkan proses ionisasi sekunder sehingga faktor
amplifikasi akan menjadi lebih besar, dikarenakan bertambahnya ion sekunder
atau dengan kata lain terjadi multiplikasi gas dalam detektor yang kita kenal
dengan nama Avalance.
Semakin besar
(ii)
Mengukur energi pada partikel alfa dengan menggunakan metode high pulse
analysis pada counter solid state sama dengan cara mengukur energi partikel alfa
pada counter proportional, yang membedakan hanya pada bagian depan detector
diberi lempengan padatan sehingga sumber radiokatif sebelum masuk kedalam
detector melewati lempengan padatan tersebut.
Lempengan
Padatan
Sumber
Intensitas
Pada counter solid state sumber radioaktif berupa partikel alfa yang ditembakkan
kebagian dalam detector melewati lempengan padatan. Kemudian electronelektron yang ada didalam detector terionisasi. Semakin besar tegangan maka
elektroda positif dan negatif akan terionisasi lagi (ionisasi sekunder) sehingga
faktor amplifikasi akan menjadi lebih besar, dikarenakan bertambahnya ion
sekunder atau dengan kata lain terjadi multiplikasi gas dalam detektor yang kita
kenal dengan nama Avalance. Biasanya tegangan yang digunakan pada counter
solid state lebih dari 500 volt.
(iii)
Gambar 10. Pulse height spectra of alfa particles from a source containing Am241, Am243, and
Cm244 obtained by using a solid state detector of 25 mm2 sensitive area
Gambar 11. Pulse height spectra of alfa particles from the U230 series, obtained by using a NaI
crystal.
10
11
SUB BAB 3
Range dan Ionisasi
Pengukuran jangkauan merupakan metode yang mudah dan akurat untuk
menentukan energi partikel yang bermuatan. Partikel bermuatan bergerak lalu
menyerap atau kehilangan energi kinetik sebesar interaksi elektromagnetik dengan
elektron dari atom yang menyerap. Jika bertabrakan, sebuah elektron mendapatkan
energi yang cukup, elektron tersebut mungkin akan melepaskan diri dari atom.
sebaliknya elektron yang tersisa dalam keadaan terikat. Dalam pembahasan berikut
istilah "ionisasi" akan berarti baik tingkat terikat dan terikat eksitasi. energi ratarata yang dibutuhkan untuk ionisasi disebut potensial ionisasi rata-rata, dan
dilambangkan dengan I.
Jangkauan partikel alfa dapat didefinisikan sebagai jarak dari sumber ke
titik di mana energi kinetik bernilai nol, bergantung pada metode pengukuran nilai
jangkauan akan sedikit berbeda. Ada tiga jenis jangkauan antara lain : jangkauan
ekstrapolasi, jangkauan rata-rata, dan jangkauan ionisasi. Nilai jangkauan
bergantung pada energi kinetik inti dari partikel bermuatan, serta jenis bahan
penyerap. Standart penyerapan di udara yaitu pada 15C dan 760 mmHg.
A. Measurement of the Range of Alpha Particles (Pengukuran Jangkauan
Partikel Alfa)
Untuk pengukuran akurat dari jangkauan partikel alfa di udara ditunjukkan
oleh percobaan Holloway dan Livingstone pada tahun 1938 dan ditunjukkan pada
Gambar. 7.9. Terdiri dari ruangan ionisasi yang terisolasi (kedalaman 1-2 mm).
Kedalaman ruang dapat diubah dengan memasang kembali pelat pada sekrup 1 mm
pitch, yang menentukan kedalaman dengan akurasi yang lebih dari 0,005 mm.
Pelat belakang bergerak, yang terhubung ke amplifier, merupakan piringan
kuningan dengan diameter 3/4 inci dan dikelilingi oleh cincin penjaga. Bagian
depan. yang membentuk elektroda potensial tinggi, adalah layar nikel tenunan erat
dengan lubang persegi panjang 0,20 x 0.40 mm. Sumber partikel alfa dipasang
diantara mesin penjaga yang tegak lurus dengan ruangan (chamber). Jarak antara
ruang dan sumber dapat diubah dengan memindahkan sekrup baja. Celah
ditempatkan di depan sumber untuk mendapatkan sinar collimated partikel alfa
atau untuk memfokuskan sinar.
12
Ketika sumber memancarkan partikel alfa, partikel alfa akan masuk dalam
ruang ionisasi. Dimana dalam ruang ionisasi ini akan terjadi tabrakan antar partikel
yang menyebabkan partikel akan mengalami proses ionisasi, yaitu proses
pelepasan atau pengikatan electron. Laju hitungan diukur untuk jarak yang berbeda
antara sumber dan bagian depan ruang. Kurva 7.10 menunjukkan kurva jarak untuk
Po210 partikel alfa (hanya bagian ujung kurva yang ditampilkan). Itu menunjukkan
bahwa jumlah partikel alfa mencapai ruangan tetap konstan untuk jarak sekitar 3,7
cm, setelah itu laju hitungan jatuh sangat tajam menjadi sekitar 3,85 cm dan
kemudian menujujangkauan nol. Jangkauan ekstrapolasi, Rc didefinisikan sebagai
jarak dari titik asal ke titk yang bersinggungan ditarik ke kurva A. pada titik belok,
memotong sumbu jarak. seperti ditunjukkan pada gambar. 7.10 untuk Po 210
partikel alfa, Rc = 3,897 cm.
Kurva B pada gambar 7.10 disebut kurva jangkauan diferensial dan diperoleh
dengan mengambil turunan dari nomor - kurva jarak A pada jarak yang berbeda.
kurva yang dihasilkan menunjukkan maksimum pada titik infleksi A. jangkauan
rata-rata, R , didefinisikan sebagai jarak dari asal ke maksimum kurva jangkauan
13
diferensial. dalam hal ini R 3,482 cm. Sebuah makna penting dari jangkauan
rata-rata adalah bahwa setengah dari partikel alfa memiliki rentang lebih dari R dan
kurang dari setengah R . Jangkauan rata-rata lebih sering digunakan daripada
jangkauan ekstrapolasi.
Gambar 13. Relative ionization vs distance curves for Po210 alpha particles
B. Straggling
Sebagaimana telah disebutkan, bahwa partikel alfa kehilangan energy melalui
proses ionisasi dan eksitasi. Kehilangan energy, terjadi dalam jumlah diskrit dan
akan menunjukkan fluktuasi statistik tentang rata-rata atau jangkauan yang paling
mungkin. Hal ini cukup jelas dari kurva A dan B pada Gambar 7.10 yang
menunjukkan bahwa semua partikel alfa tidak memiliki range yang sama. Jika
semua partikel alfa memiliki range yang sama, akan ada penurunan di akhir.
Fluktuasi dalam range disebut range straggling (kisaran terurai). Efek kisaran
terurai juga terlihat dari gambar. 7.5 , yang menunjukkan bahwa semua lintasan
tidak memiliki panjang yang sama. kurva distribusi B dapat diperkirakan ketat oleh
fuction gausian , yaitu :
Dimana f(x)dx adalah nomor fraksi total yang mempunyai kisaran akhir antara x
dan x+dx, R adalah mean range, dan x adalah parameter range straggling. yang
14
terakhir didefinisikan sebagai setengah dari lebar kurva distribusi pada 1/e
maksimal, dan / R adalah koefisien dimensi dari range straggling yang
disimbolkan dengan .
Menggunakan persamaan (7.16) kita dapat menunjukkan bahwa kuantitas S, yang
didefinisikan sebagai selisih antara kisaran rata-rata dan kisaran ekstrapolasi,
diberikan oleh:
t 0,074 /
1
0,084cm
2
ekstrapolasi , Ri, didefinisikan sebagai jarak dari titik asal ke titik dimana kurva
ionisasi bersinggungan, pada titik infleksi, memotong sumbu axis. dari kurva D
pada gambar 7.10 kita mendapatkan Ri = 3,870 cm.
Pada kurva 7.12 dimana koreksi telah dibuat untuk kedalaman ruang yang
terbatas. Dalam hubungan ini kita mendefinisikan perbedaan ionisasi spesifik
sebagai nilai yang didekati oleh ionisasi spesifik. Dalam semua diskusi kita
sebelumnya, kita telah membahas tentang jenis dari tabrakan. Ketika partikel
bermuatan dengan energi tinggi bertabrakan dengan elektron, Sebagian besar dari
energinya diberikan kepada elektron dalam tabrakan tunggal. Elektron yang
dihasilkan dengan cara ini disebut sinar delta.
16
SUB BAB 4
STOPPING POWER DAN JANGKAUAN PARTIKEL
17
habis.
Puncak
grafik
hubungan
stopping
power
terhadap
jarak
18
........... 1.15
Sedangkan bila diketahui jarak terjauh, nilai energi dapat dicari melalui persamaan
berikut.
............................................. 1.16
Dan stopping power dapat dicari dengan mendiferensialkan energi terhadap jarak
sebagai berikut.
..................................................... 1.17
Dengan tanda minus (-) merepresentasikan bahwa energi berkurang seiring dengan
bertambahnya jarak. Adanya tanda minus pada persamaan tersebut membuat
berharga positif.
Untuk jenis medium yang berbeda, perhitungan stopping power tidak perlu
dilakukan secara eksperimental karena dapat dianalisa melalui perhitungan secara
klasik maupun kuantum (secara detail akan dibahas di sub bab berikutnya). Berikut
adalah persamaan yang menyatakan besarnya stopping power berdasarkan
mekanika kuantum.
...... 1.18
Dengan
elektron, dan
adalah muatan
dalam penyerap, Z adalah nomor atom bahan penyerap, adalah potensial ionisasi
efektif .
kecepatan cahaya,
adalah
ion positif .
Jika energi kinetik ion positif sangat kecil dibandingkan dengan energi massa
rehatnya atau
19
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa laju hilangnya energi semua partikel
bermuatan yang bergerak dengan laju yang sama pada suatu penyerap adalah
berbanding lurus dengan kuadrat muatannya. Dengan demikian laju hilangnya
energi proton yang berenergi E, deuteron yang berenergi 2E, dan triton yang
berenergi 3E adalah sama satu dengan yang lain, dan sama dengan seperempat 3He
yang berenergi 3E atau partikel alfa berenergi 4E. Ketentuan tersebut berlaku jika
radiasi ion positif dapat mengambil (mengosongkan) semua elektron dari atom
penyusun penyerap (
diabaikan. Ion-ion yang sangat ringan seperti hidrogen dan helium dapat
mengambil dan mengosongkan semua elektronnya pada energi diatas MeV/u.
Untuk boron sampai dengan neon, energi yang diperlukan sekitar 10 MeV/amu,
sedangkan untuk uranium mendekati beberapa ratus MeV/u.
Seperti yang dijelaskan pada persamaan di atas, stopping power adalah fungsi
dari kecepatan. Stopping power relative yang dimana kecepatannya sendiri
didefinisikan sebagai rasio stopping power dari penyerap untuk beberapa penyerap
standar. Jika angka 0 menunjuk ke substansi standar maka:
Dengan
medium.
20
SUB BAB 5
TEORI STOPPING POWER
Dalam mengkaji teori stopping power digunakan interaksi gaya Coulomb di
antara partikle alfa dengan atom berelektron. Partikel alfa bergerak jauh lebih cepat
dalam melewati atom berelektron. Meskipun partikel alfa bergerak jauh lebih
cepat, namun atom berelektron tetap jauh lebih massive daripada partikel alfa
sehingga atom berelektron tidak bergerak selama terjadi interaksi antara keduanya.
21
...................................................... 1.21
Dengan besar momentum partikel yang diasosiasikan pada arah komponen sumbu
Y sebesar
22
................................ 1.22
Persamaan di atas mengasumsikan bahwa partikel tidak akan bergerak jauh relatif
terhadap parameter dampak (b).
Selanjutnya ditinjau pergerakan partikel di dalam tabung ionisasi sebagai berikut.
Dalam proses penyerapan ion, batas gerak partikel hanya sebatas parameter
dampak saja. Seiring dengan kehilangan energi, jumlah eletron dalam medium
penyerap akan berubah. Oleh karena itu untuk mendapatkan stopping power (S),
harus diketahui perubahan jumlah elektron dalam dinding penyerap sebagai
berikut.
Sesuai gambar ilustrasi di atas maka dapat dihitung perubahan jumlah elektron
dalam medium penyerap dengan nomor atom bahan Z sepanjang
dan setebal
adalah
Jika
23
............. 1.23
Untuk nilai parameter dampak (b) minimal dapat dihitung berdasarkan fakta bahwa
kecepatan minimal yang dapat dialami elektron dalam tumbukan tatap muka adalah
sehingga energi kinetiknya menjadi
Jika nilai ini disubstitusikan pada persamaan energi kinetik partikel maka:
Sedangkan nilai maksimal parameter dampak (b) dihitung berdasarkan fakta bahwa
sebelum bertumbukan partikel meloncat dengan energi potensial eksitasi minimal
(I)
24
................. 1.24
Dalam tinjauan mekanika kuantum nilai
Sinar alfa datang dalam gelombang yang diasosiasikan dengan elektron bermassa
m dan kelajuan v memiliki panjang gelombang
Panjang gelombang dari partikel tidak akan lebih besar daripada parameter dampak
sehingga
Dengan periode sebesar itu, tidak akan terjadi penyerapan energi. Penyerapan
energi terjadi bila
sehingga
Dengan
Jadi melalui analisa mekanika kuantum yang memberikan nilai yang berbeda
terhadap batas parameter dampak dapat dituliskan persamaan stopping power
sebagai berikut
25
Lebih spesifik dengan memasukkan nomor atom partikel alfa z=2 didapatkan
stopping power untuk partikel alfa adalah sebagai berikut
................. 1.25
Gambar berikut menunjukkan hubungan antara besarnya stopping power yang
dialami partikel alfa dalam medium yang berbeda-beda
Gambar 19. Hubungan besarnya stopping power seiring dengan bertambahnya nilai nomor atom
26
DAFTAR PUSTAKA
Ziegler, J.F. 1999. The Stopping of Energetic Light Ions in Elemental Matter.
Journal of Application Physics vol. 85. p. 1249-1272
Arya P, Atam. 1996. Fundamental of Nuclear Physics. Boston: Allyn& Bacon Inc
Beiser, A.1992. Konsep Fisika Modern, edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
http://en.wikipedia.org/wiki/Proportional_counter
http://books.google.co.id/books?id=7mxvGduPeagC&pg=PA104&lpg=PA104&dq
=defleksi+magnetik&source=bl&ots=rcOkd_XUQr&sig=XQhmDP03hnQyHIrfZG8XLYfxZg&hl=en&sa=X&ei=vy9gVOPaCYyYuQTd9oG
ABg&redir_esc=y#v=onepage&q=defleksi%20magnetik&f=false
http://id.wikipedia.org/wiki/Tabung_sinar_katode
http://en.wikipedia.org/wiki/Cloud_chamber
http://en.wikipedia.org/wiki/Proportional_counter
http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/solid-state+counter
http://www.youtube.com/watch?v=O9l3epZDR-Q
27