( )
Disusun Oleh :
Abdullah Ubaid
103224025/
Aunun Jannah
113224003
Ria Novita
113224014/
Vita Retu M
113224016
Ria Inus S
113224020/
M.Sholachuddin
113224022
Dina Mila T
113224028/
Yonita Fadila
113224201
Usayidah
113224204/
Ria Septitis
113224208
SUB BAB 1
Peluruhan Spontan
A. Kondisi pada peluruhan spontan
A
Tinjau inti Z X dengan massa Mp kemudian mengalami peluruhan menjadi inti
lain
A4
Z2
A4
Z2
Y +
4
2
He
Karena inti induk diam sebelum peluruhan, anak partikel dan x-partikel harus
terpancar dalam arah yang berlawanan setelah peluruhan untuk menghemat
momentum (Gambar 1.1). Ei (Energi pada induk) dan Ef (Energi setelah terjadi
peluruhan) adalah total energi sistem sebelum dan sesudah peluruhan. Berdasarkan
prinsip energy.
Mp
(a) sebelum
Vd
Md
(a)Sesudah
Gambar 1.1(a) nukleus inti sebelum peluruhan dan (b) anak inti dan partikel alfa
bertumbukan saling menjauh.
Ei= Ef
1.1
atau
Mpc2+Kp= Mdc2+Kd+Mzc2+Ka
Mpc2+0 = Mdc2+Kd+Mzc2+Ka
Kd + Ka= Mdc2+Mzc2- Mpc2
1.2
dimana Kp adalah energi kinetik dari inti induk partikel, tetapi karena induk
partikel dalam keadaan diam maka nilai K p = 0. Kd dan Ka adalah energi kinetik
dari inti anak partikel dan partikel alfa. Dengan demikian energi disintegrasi, Q,
pada proses ini diberikan sebagai berikut:
Q = Kd+Ka = (Mp-Md-Ma)c2
Peluruhan Alfa
Page 2
1.3
Untuk peluruhan spontan, Q harus positif. Dari Persamaan (1.3), sehingga kita
dapat menyimpulkan bahwa peluruhan akan berlangsung hanya jika jumlah
massa pada inti induk yang dalam kondisi diam lebih besar dari jumlah massa sisa
inti anak partikel kemudian ditambah dengan partikel alfa.
B. Energi kinetik dari bagian partikel alfa
Dari kekekalan momentum dan kekelan energi, kita telah lihat pada (gambar 1.1)
p1= p2
MpVP = Mv - Mdvd
dan
Q = Kd+Ka=
M v
Md
vd
1
2
MdVd2+
1
2 mava
1.6
dimana rx dan Vd adalah kecepatan dari partikel alfa dan inti partikel. Dengan
substitusi Vd dari persamaan (1.5) ke persamaan (1.6), kita mendapatkan
1
1
Q = 2 Md(Mzvz/Md)2 + 2 mzvz2
=
1
2
Q = Kx
Kx=
mz
mzvz2+ ( M d +1)
mz
+1)
Md
1.7
Q
1+ ( M z / M d )
1.8
Jika A dan A-4 adalah nomor massa dan inti, masing-masing, m x / Md = 4 / (A-4),
dan Pers. (1.8) menjadi
Peluruhan Alfa
Page 3
Kz =
A4
Q
A
1.9
Untuk nilaiyang besar A, A-4 / Ahampir kesatuan, dan partikel alfa, sebagai
hasilnya, akan mengambil sebagian besar energi disintegrasi, Q, tetapi tidak secara
keseluruhan.
Peluruhan Alfa
Page 4
SUB BAB 2
+++++++++++++++++++++++++++++++++
Muatan
Pengamat
------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Peluruhan Alfa
Page 5
Fe =qE
(2.1)
dimana :
Fe
= Muatan
E = Medan Listrik
++++++++++++++++++++++++++++++
+++
Medan
Magne
t
Ketikapartikelbergerakbermuatan di ujungkanan
x
Muatan
x
x
Pengamat
------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Gambar 2.2 Terdapat medan magnet yang berfungsi membelokkan arah dari
muatan alfa
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa medan magnet berfungsi untuk
membelokkan arah muatan partikel alfa. Muatan partikel yang ditembakkan
melewati garis lurus dari pengamat, sehingga pengamat dapat melihat muatan
partikel alfa yang ditembakkan.Kecepatan partikel alfa adalah konstan, sehingga
percepatannya bernilai 0. Gaya yang berpengaruh pada eksperiment tersebut
adalah gaya listrik dan gaya magnet, maka persamaannya menjadi :
F=m. a
F=m.0
Fe + F m=0
Fe =F m
Peluruhan Alfa
Page 6
Fe =F m
qE=qvH
(2.1)
Persamaan diatas tidak digunakan dalam pembahasan sub bab pada makalah
ini,karena pembahasan pada sub bab masalah ini menitik beratkan pada
pembelokan partikel alfa karena pengaruh medan magnet. Jadi gaya yang
digunakan adalah gaya medan magnet, sehigga perumusannya menjadi :
F=m. a
qvH =
mv
r
qH=
mv
r
v=
q
(Hr)
m
(2.3)
Energi kinetik yang berlaku pada persamaan ini adalah
1
K= mv 2
2
1
q
m
Hr
2
m
(2.4)
Karena pergerakan dari partikel sangat cepat sehingga berlaku rumus relativitas
sebagai berikut :
m=
v=
Peluruhan Alfa
m0
1v 2 /c 2
q
( Hr )
m
Page 7
q
m0
Hr
1v2 /c 2
v
qHr 1 2
c
m0
v=
qHr
v2
1 2
m0
c
1 q2
2
m 2 Hr
2 m
q2 1v 2 /c 2 2
Hr
2 m0
v 2 m02 1v 2 /c 2
v
2 1 2 . m0
c
2
1 v m0
2 1v 2 / c2
(2.5)
B. Range energy relationship
Peluruhan Alfa
Page 8
Kisaran partikel alfa dapat diukur dengan memanfaatkan ruang awan, piring
emulsi nuklir, atau ruang sebagai ion.Gambar 1.5 menunjukkan foto jejak partikel
alfa dalam ruang hampa.
Gambar 2.3 Tracks of alfa particles from thorium (C+C) in a Wilson Cloud
Chamber showing the two ranges Rutherford, Chadwick, and Ellis.
Peluruhan Alfa
Page 9
Gambar 2.5. Pulse height spectra of alfa particles from a source containing Am241,
Am243, and Cm244 obtained by using a solid state detector of 25 mm2 sensitive area
Gambar 2.6. Pulse height spectra of alfa particles from the U230 series, obtained by
using a NaI crystal.
Peluruhan Alfa
Page 10
Gambar 2.5 dan 2.6 menunjukkan alfa spektrum (Am241 + + Am243 Cm244) danseri
U230 diperoleh dengan menggunakan counter solid state dan pencacah sintilasi,
masing-masing. Perhatikan perbedaan yang nyata dalam resolusi dua detektor
Peluruhan Alfa
Page 11
SUB BAB 3
Peluruhan Alfa
Page 12
Gambar 3.1 Tabung ionisasi untuk pembuktian adanya sinar alfa (Hordway, M. G. And M. S.
Livingston, Phys. Vol.54, pp. 18, 1938)
Ketika sumber memancarkan partikel alfa, partikel alfa akan masuk dalam ruang
ionisasi. Dimana dalam ruang ionisasi ini akan terjadi tabrakan antar partikel yang
menyebabkan partikel akan mengalami proses ionisasi, yaitu proses pelepasan atau
pengikatan electron. Laju hitungan diukur untuk jarak yang berbeda antara sumber
danbagian depanruang. Kurva 3.2 menunjukkan kurva jarak untuk Po210 partikel alfa
(hanya bagian ujung kurva yang ditampilkan). Itu menunjukkan bahwa jumlah partikel
alfa mencapai ruangan tetap konstan untuk jarak sekitar 3,7 cm,setelah itu laju hitungan
jatuh sangat tajam menjadi sekitar 3,85 cm dan kemudian menuju nol.Kisaran
ekstrapolasi, Rcdidefinisikan sebagai jarak dari titik asal ke titik di mana bersinggungan
ditarik ke kurva A. pada titik belok, memotong sumbu jarak. seperti ditunjukkan pada
gambar. 3.2 untuk Po210 partikel alfa, Rc = 3,897 cm.
Kurva B pada gambar 3.2 disebut kurva kisaran diferensial dan diperoleh dengan
mengambil turunan dari nomor - kurva jarak A pada jarak yang berbeda. kurva yang
R
dihasilkan menunjukkan maksimum pada titik infleksi A. kisaran rata-rata, ,
didefinisikan sebagai jarak dari asal ke maksimum kurva kisaran diferensial. dalam hal ini
R 3,482
cm. Sebuah makna penting dari kisaran rata-rata adalah bahwa setengah dari
R
partikel alfa memiliki rentang lebih dari dan kurang dari setengah
lebih sering digunakan daripada kisaran ekstrapolasi.
Page 13
. kisaran rata-rata
(3.1)
Dimana f(x)dx adalah nomor fraksi total yang mempunyai kisaran akhir antara xdan
x+dx,
adalah mean range, dan x adalah parameter range straggling. yang terakhir
R
didefinisikan sebagai setengah dari lebar kurva distribusi pada 1/e maksimal, dan /
adalah koefisien dimensi dari range straggling yang disimbolkan dengan .
Menggunakan persamaan (3.1) kita dapat menunjukkan bahwa kuantitas S, yang
didefinisikan sebagai selisih antara kisaran rata-rata dan kisaran ekstrapolasi, diberikan
oleh
1
S= RR
c =
(3.2)
2
Untuk partikel alfa Po210, nilai eksperimen dari = 0,060 cm memberikan S = 0,055 cm.
R
S juga dapat dihitung langsung dari selisih antara dan Rc, dalam kondisisuhu dan
tekanan standar, memberikan S = 0,070cm . yang dihitung dari gradien garis lurus yang
digunakan dalam interpolasi perhitungan nilai setengah maksimum, S = 0.074 cm. dengan
demikian, stragglingparameter total untuk partikel alfa Po210 diberikan oleh
1
t 0,074 / 0,084cm
2
Total pengamatan straggling ini sebenarnya jumlah dari banyaknya bagian efek
straggling, beberapa diantaranya adalah: (i) range straggling, (ii) noise straggling, (iii)
ionization straggling, (iv) angular straggling, (v) chamber-dept straggling, (vi) source
straggling.
C. Kisaran Ionisasi
Perhitungan dari kisaran dan ionisasi sepanjang garis dari partikel alfa dapat
digunakan untuk menghitung energi awal. Didefinisikan ionisasi spesifik sebagai jumlah
ionisasi persatuan panjang dari garis balok. Relatif spesifik ionisasi dihasilkan oleh sinar
partikel alfa pada jarak yang berbedadari sumber dapat diukur dengan bantuan ruang
ionisasi dan gkal yang dijelaskan sebelumnya. Untuk tujuan ini, amplifier dari ruang
Peluruhan Alfa
Page 14
bertabrakan dengan elektron, Sebagian besar dari energinya diberikan kepada elektron
dalam tabrakan tunggal. Elektron yang dihasilkan dengan cara ini disebut sinar delta.
Peluruhan Alfa
Page 15
Peluruhan Alfa
Page 16
SUB BAB 4
dE
=I
dx
(4.1)
Dimana S(E) adalah fungsi energi kinetik dari partikel E, nilainya berbeda untuk
material yang berbeda pula. I adalah nilai rata-rata ionisasi jenis khususnya dalam hal
jumlah pasangan ion yang dibentuk per satuan panjang. adalah energi yang dibutuhkan
dE
dx adalah laju dari hilangnya energi partikel
bermuatan dalam melewati bahan. Jika nilai stopping power diketahui jangkauan rata-rata
energinya dapat dihitung sebagai berikut.
R
( )
= dx= dE
R
dx
0
0
dE=
0
dE
S(E)
(4.2)
berhubungan dengan titik maksimum dan kurva integral , energinya bisa dihitung sebagai
berikut.
R
E=
0
Peluruhan Alfa
dR
( dE
dx )
Page 17
(4.3)
Jika diketahui jangkauan energi stopping power sebagai fungsi dari energi(muatan
dan massa ion) pada bahan maka memungkinkan juga untuk mencari nilai stopping power
dari suatu bahan sebagai berikut:
dR
1
=
dE S ( E)
(4.4)
dE 4 z 2 e 4
2 m v2
=
NZ
ln
dx
I
m v2
) ( )
(4.6)
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa laju hilangnya energi semua partikel
bermuatan yang bergerak dengan laju yang sama pada suatu penyerap adalah berbanding
lurus dengan kuadrat muatannya. Dengan demikian laju hilangnya energi proton yang
berenergi E, deuteron yang berenergi 2E, dan triton yang berenergi 3E adalah sama satu
dengan yang lain, dan sama dengan seperempat 3He yang berenergi 3E atau partikel alfa
berenergi 4E. Ketentuan tersebut berlaku jika radiasi ion positif dapat mengambil
(mengosongkan) semua elektron dari atom penyusun penyerap (=l) dan hilangnya energi
karena penghentian nuklir dapat diabaikan. Ion-ion yang sangat ringan seperti hidrogen dan
helium dapat mengambil dan mengosongkan semua elektronnya pada energi diatas
Peluruhan Alfa
Page 18
MeV/amu.Untuk boron sampai dengan neon, energi yang diperlukan sekitar 10 MeV/amu,
sedangkan untuk uranium mendekati beberapa ratus MeV/amu.
Seperti yang dijelaskan pada persamaan di atas, stopping power adalah fungsi dari
kecepatan. Stopping power relative yang dimana kecepatannya sendiri didefinisikan sebagai
rasio stopping power dari penyerap untuk beberapa penyerap standar. Jika di bawah 0
menunjuk ke substansi standar maka
relative stopping power (RSP )=
S(E)
Zln ( 2 mv 2 ) ln I
2
2
=
r = r
S 0 ( E) Z 0 ln ( 2 m v 2 )ln I 0
(4.7)
Juga
RSP=
S( E)
jangkauan partikel alfa( )diudara
=
S 0 (E) jangakauan partikel alfa( ) peredam
(4.8)
Secara eksperimental, kita akan lebih tertarik untuk mengetahui ketebalan suatu bahan
yang diperlukan untuk menyerap sejumlah partikel alfa. Hal ini biasanya disebut ketebalan
setara pada satuan mg/cm2 yang didefinisikan sebagai
equivalent t h ickness
mg
=range x density x 1000
2
cm
(4.9)
Jika stopping power relatif bahan dan jangkauan selanjutnya di udara diketahui,
ketebalan setara bisa dihitung dengan menggunakan persamaan (4.8) dan (4.9).
Peluruhan Alfa
Page 19
SUB BAB 5
Peluruhan Alfa
Page 20
(ii)
Fxdt= Fxdt
(5.1)
Py =
Fydt=
Z e2
sin dt
r2
( )
(5.2)
-vt/b = cos
dt = (b/v) csc2
dari persamaan 1.22 dan integrasi, kita dapatkan
Py = 2Ze2/bv
(5.3)
Energi yang memberikan elektron tunggal jarak b, selama,
2
Ee =
P y
2m
2 Z2 e 4
mb2 v 2
(5.4)
Peluruhan Alfa
Page 21
Z Na 2 Z 2 E2
Am b 2 v2
(5.6)
Sehingga total energi yang hilang per satuan unit panjang elektron
semuanya terikat pada kulit dengan dampak parameter minimum adalah
b min dan dampak maksimum parameternya adalah bmax
2
bmax
dE 4 z e NapZ
db 4 z e NZ bmax
=
ln
2
2
- dx =
bmin
mv A
mv
bmin b
Dimana
pNa
A
(5.7)
m (2v)2 = 2mv2
(5.8)
(5.9)
Page 22
I = 2z2e4/mbmax2v2
bmax = ze2/v(2/mI)1/2
(5.10)
Untuk alternatif b max/bmin didapatkan dari pendekatan mekaanika
kuantum.
Nilai bmin : gelombang dengan elektron dan kecepatan v didapatkan
1b2
= h/p = h
m0 v
Ini terjadi valid, yang manahanya hukum colom partikel yang terjadi
tidak ada dimensi yang lain
(bmin)Q,M
1b2
m0 v
Jika 1/ < v ,
1b2 / v
1b2 / v
Atau
bmax = v/v b
1b2
4z e
NZ ln(2 mv 2 / I )
2
S = -dE/dx =
mv
(5.11)
Peluruhan Alfa
Page 23
4 z2 e4
2m v 2
v2 v2
NZ
[ln
ln
1
]
I
m v2
c2 c2
) (
(5.12)
Dimana mo adalah massa elektron. Massa yang datang
menimbulkan partikel tidak mengalir, nilai berasal dari biaya partikel
alfa, deutron, proton, mesons, dan yang keempat. Membandingkan
teorema yang menghentikan energi dengan hasil percobaan,
dengan pertimbangan partikel alfa z=2, untuk mengambil dari
2
S(E) = -dE/dx = 16 e4/mv2 NZ ln (2 m v / I )
(5.13)
Dengan menulis didapatkan
m v2
S(E) = - 16 e 4 N dE/dx =
NZ ln (2 m v 2 / I )
(5.14)
Untuk nilai S(E) gambar 5.3 menunjukhan hubunagn antara S(E)
dengan Z. Garis padat gambar 5.2 yang mana membuka poin.
Menggunakan antara teori dan percobaan yang terbaik,
menggunakan ekspresion, A. Beiser menghitung energinya berhenti
yang berbeda, nilai dari gambar 5.4 untuk alfa partikel, deutron,
proton, pimesons, mu-mesons, dan elektron, menggunakan
penyerapan.
Peluruhan Alfa
Page 24
Peluruhan Alfa
Page 25
Peluruhan Alfa
Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Array, Atam P., tahun...., Judul...... pp. 189-198
Buechner, W. W. 1995. Program Nuclear Physics..Vol.5, p.1
Hinds, S., and R. Middleron. 1959. Proc. Physics Society. Vol.73, p.501
Rutherford, Chadwick, and Ellis. 1930. Radiaion from radioactive substances.
New York: Cambridge University Press
Blankenship, J. L., and C. J. Borkowski, I. R. E. 1961. Trans. NS-8, p. 17
Stephen, F. Jr., F. Asaro, and I. Periman. 1954. Physics Rev. Vol.96, p. 1568
Holloway, M. G., and M. S. Livingston. 1938. Physics Rev. Vol.54, p. 18
Kaplan, I. 1963. Nuclear Physics. Reading, Mass.:Addison Wesley Publishing Co., p.
315
Beiser, A. 1952. Revsl Modern Physics. Peluruhan Alfa. Vol.24, p. 273
Peluruhan Alfa
Page 27