PELURUHAN ALFA
JURUSAN FISIKA
2019
PELURUHAN ALFA
A. Peluruhan Alfa
Partikel Alfa (α) adalah bentuk radiasi partikel yang dapat menyebabkan
ionisasi dan daya tembusnya rendah. Partikel tersebut terdiri dari dua proton dan dua
netron yang terikat menjadi sebuah partikel yang identik dengan inti Helium (2He4).
Partikel alfa sebenarnya adalah sebuah inti helium. Inti helium merupakan inti
stabil dengan nomor massa dan nomor atom yang kekal. Peluruhan alfa dapat
dianggap sebagai sebuah reaksi fisi nuklir sebab inti induk terpecah menjadi dua inti
"anak" (daughter).
Peluruhan alfa adalah salah satu bentuk dimana sebuah inti atom berat tidak
stabil melepaskan sebuah partikel alfa dan meluruh menjadi inti yang lebih ringan
dengan nomor massa empat lebih kecil dan nomor atom dua lebih kecil dari semula,
menurut reaksi:
Peluruhan alfa adalah salah satu contoh dari efek terowongan dalam mekanika
kuantum. Tidak seperti peluruhan beta, peluruhan alfa diatur oleh gaya nuklir kuat.
Peluruhan alfa dominan terjadi pada inti-inti tidak stabil yang relatif berat (Z >
80). Contoh Radium yang menjadi gas Radon karena peluruhan alfa.
Proses puluruhan alfa secara simbolik dapat dituliskan melalui reaksi inti sebagai
berikut:
2
A 4
Karena inti anak Z 2Y memiliki nomor atom yang berbeda dengan nomor atom inti
A
induk Z X berarti secara kimia inti anak juga berbeda dengan inti induk.
Dalam peluruhan alfa berlaku Hukum Kekekalan Energi dan Hukum Kekekalan
Momentum. Energi sistem sebelum dan sesudah peluruhan.
Energi sebelum peluruhan:
Dengan :
= massa inti induk
= massa partikel α
3
Untuk peluruhan yang spontan, nilai Q haruslah positif. Karena itu dapat
diambil kesimpulan bahwa peluruhan alfa hanya akan terjadi bilamana massa diam
dari inti induk lebih besar dari jumlah massa diam inti anak ditambah dengan massa
partikel alfa. Inti-inti semacam ini bila dilihat dari charta peluruhan nuklir, hanya
terdapat pada daerah nomor massa tinggi, sekitar ≥ 200.
Biasanya dalam praktek nilai Q tidak dinyatakan dalam massa inti, tetapi didalam
massa atom. Jika dinyatakan dalam massa atom nilai Q adalah
Mp
2 2
Q K d K 12 M d Vd 12 m v
diperoleh
m
Q K 1
Md
4
Dari persamaan ini akan diperoleh
Q
K
1 m / M d
C. Pengukuran Energi
Ketelitian penentuan energi partikel α adalah penting dalam dua hal :
a. Membuktikan teori peluruhan α
b. Konstruksi inti dalam skema tingkat energi
Banyak teknik yang digunakan untuk mengukur energi partikel alfa. Metode-
metode berikut ini kenyataannya dapat digunakan untuk partikel berat proton,
deutron, dan sejenisnya. Metode tersebut dikategorikan kedalam :
1. Defleksi Magnetik
Salah satu metoda yang paling tua dan paling akurat dalam menentukan energi
adalah mengukur defleksi lintasan alfa dibawah pengaruh medan magnet. Jika
sebuah partikel bergerak dalam bidang yang tegak lurus terhadap arah medan
magnet, partikel akan bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari
r yang diperoleh melalui persamaan,
qvB mv 2 / r
5
q
v Br
m
Dan energi kinetik adalah
2
q
E K 12 mv 2 EK 1
2 m Br
m
2. Hubungan Range-Energi
Range partikel alfa didefinisikan sebagai jarak tempuh dari sumber sampai
posisi dimana energinya nol. Range dari partikel alfa dapat diukur dengan
menggunakan kamar kabut, pelat emulsi nuklir atau kamar ion. Nilai range
tergantung pada energi kinetik awal dari partikel bermuatan dan jenis material
yang menyerap partikel alfa. Jika range ini diukur adalah mungkin untuk
memperoleh energi partikel alfa dari hubungan range-energi
3. Analisis Tinggi Pulsa
Prinsip dari metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa ukuran dari tinggi
pulsa yang dihasilkan sebanding dengan energi partikel alfa. Untuk memperoleh
tinggi pulsa ini dapat digunakan : (1) kamar ionisasi atau pencacah sebanding, (2)
detector zat padat, (3) pencacah sintilasi
6
Pengukuran range dan ionisasi partikel alfa sepanjang lintasannya dapat
digunakan untuk menghitung energi awal partikel. Kita akan mendefinisikan ionisasi
spesifik sebagai jumlah ionisasi per satuan panjang dari berkas alfa.
7
3. ABSORBSI
Absorbsi yaitu peristiwa terserapnya zarah radiasi oleh materi. Radiasi
pengion yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada medium.
Dalam hal ini medium menyerap radiasi. Untuk mengetahui banyaknya radiasi
yang terserap oleh suatu medium digunakan satuan dosis radiasi terserap atau
Radiation Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis absorbsi merupakan
ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium.
Dosis absorbsi sebesar 1 Rad sama dengan energi yang diberikan kepada
medium sebesar 0,01 Joule/kg. Bila dikaitkan dengan radiasi paparan maka akan
diperoleh hubungan antaraRontgen (R) dan Rad sebagai berikut : Kalau 1 R =
0,00869 Joule/kg. udara, maka 1 R akanmemberikan dosis absorbsi sebesar
0,00869/0,01 Rad atau sama dengan 0,869 Rad. Jadi 1 R = 0,869 Rad.
Bila medium yang dikenai radiasi adalah jaringan kulit manusia, harga 1 R =
0,0096Joule/kg. jaringan, sehingga 1 R akan memberikan dosis absorbsi pada
jaringan kulit sebesar 0,0096/0,01 Rad = 0,96. Jadi dosis serap untuk jaringan
kulit dengan paparan radiasi sebesar 1 R = 0,96 Rad . Kedua harga konversi dari
Rontgen ke Rad tersebut diatas tidak begitu besar perbedaannya,sehingga dalam
beberapa hal dianggap sama. Untuk keperluan praktis dan agar lebih
mudahmengingatnya seringkali dianggap bahwa 1 R = 1 Rad.
Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray yang
disingkat Gy. Dalamhal ini 1 Gy sama dengan energi yang diberikan kepada
medium sebesar 1 Joule/kg. Dengandemikian maka : 1 Gy = 100 Rad. Sedangkan
hubungan antara Rontgen dengan Gray adalah: 1 R = 0,00869 Gy.
Dibandingkan dengan radiasi yang lain, partikel α secara fisik maupun elektrik
relatif besar. Selama melintas di dalam bahan penyerap, partikel α ini sangat
8
mempengaruhi elektron-elektron orbit dari atom-atom bahan penyerap karena,
adanya gaya Coulomb.Oleh karena itu, radiasi α sangat mudah diserap di dalam
materi atau daya tembusnyasangat pendek. Radiasi α yang mempunyai energi 3,5
MeV hanya dapat menembus 20 mm udara atau hanya dapat menembus 0,03 mm
jaringan tubuh.
Interaksi radiasi α dengan materi yang dominan adalah proses ionisasi dan
eksitasi. Lnteraksi lainnya dengan probabilitas jauh lebih kecil adalah reaksi inti,
yaitu perubahan inti atom materi yang dilaluinya menjadi inti atom yang lain,
biasanya berubah menjadi inti atom yang tidak stabil.
Dimana :
= Rata- rata ionisasi spesifik dalam bentuk jumlah pasangan ion per
satuan panjang
Jika nilai stopping power diketahui maka range rata-rata dapat dihitung
R E 1 E
dE dE
R dx dE S (E)
0 0
dx
Pada pihak lain, jika range rata-rata R dari partikel alfa dalam sebuah medium
R R 1
dE
E ωI dR dR
0 0
dx
9
Juga mungkin untuk memperoleh stopping power dari suatu bahan, jika diketahui
range sebagai fungsi dari energi dalam bahan
Pentingnya stopping power terletak pada kenyataan bahwa tidak perlu mengukur
stopping power secara eksperimen untuk berbagai bahan, karena dapat dihitung secara
teoritis baik secara mekanika klasik maupun secara mekanika kuantum. Energi yang
hilang oleh sebuah partikel nonrelativistik per satuan panjang lintasannya adalah
10
Inti dari gambar ditas adalah agar partikel alfa dapat lolos dari inti,maka ia
harus memiliki energi minimal 25 MeV (setara dengan energi untuk membawa
partikel alfa dari jarak tak hingga ke dekat inti tapi masih diluar jangkauan gaya
tarik inti). Namun peluruhan alfa hanya memiliki energy sekitar 4– 9 MeV,
sehingga terjadi kekurangan energi sebesar 16 – 21 MeV untuk meloloskan diri
dari inti.
Persoalan kekurangan energi tersebut dapat dijawab secara mekanika kuantum
(oleh Gamow, Gurney, dan Condon). Ada tiga prinsip yang dikemukakan untuk
menjawabnya:
1. Partikel alfa bisa ada sebagai partikel di dalam inti.
2. Partikel semacam ini terus menerus dalam keadaan gerak dan
dibatasgeraknya hanya dalam inti oleh rintangan potensial yang
melingkupinya.
3. Terdapat peluang kecil tetapi tertentu untuk partikel ini melewatirintangan
potensial ini (meski kecil) setiap kali terjadi tumbukan
Peluang terjadinya tumbukan ( l ) dirumuskan :
Karena v > K, maka dalam fisika klasik terjadi transmisi adalah tidak
mungkin (T=0). Sedangkan secara mekanika kuantumpartikel alfa bergerak
dipandang sebagai gelombang dengan peluangtransimisi T.
Adapun tabel jangkauan energy waktu paruh dan konstanta peluruhan
dari pengemisi partikel α dapat dilihat pada tabel berikut:
Mean
range, Cm Alpha
Disintegration
Nuclide Of Disentegration Half-life Constant,
Sec-1
standard Energy, Mev
air
Th232 2.49 4.06 1.39 x 1010 y 1.58 x 10-18
Ra226 (Ra) 3.30 4.86 1.62 x 103 y 1.36 x 10-11
Th228 (RdTh) 3.98 5.52 1.9 y 1.16 x 10-8
Em222(Rn) 4.05 5.59 3.83 d 2.10 x 10-6
11
Po218 (RaA) 4.66 6.11 3.05 m 3.78 x 10-3
Po216 (ThA) 5.64 6.90 0.16 s 4.33
Po214 (RaC’) 6.91 7.83 1.64 x 10-4 s 4.23 x 103
Po212 (ThC’) 8.57 8.95 3.0 x 10-7s 2.31 x 106
Gamow, Gurney dan condon pada tahun 1982 secara terpisah berhasil
menjelaskan peristiwa peluruhan alfa dengan menggunakan perhitungan
mekanika kuantum. Mereka mengasumsikan bahwa zarah alfa berada dalam
inti dilingkupi oleh sebuah potensial inti. Potensial didalam inti tersebut
diasumsikan sama dengan nol untuk mensimulasikan efek coulum di dalam
inti. Kedalaman yang pasti dari sumur potensial tersebut tidak berpengaruh
pada hasil akhir dari perhitungan mekanika kuantum.
Menurut (Wiyatmo.2009:132) Tinjauan mekanika gelombang
memberikan deskripsi yang lebih akurat tentang peluruhan alfa. Jika dua buah
proton dan dua neutron bergabung membentuk zarah alfa dalam sebuah inti.
Maka zarah ini akan terikat oleh gaya inti, akan tetapi ia bebas bergerak
didalamnya secara bolak-balik menumbuk dinding inti, seolah-olah seperti
zarah yang terperangkap dalam sumur potensial yang tinggi, yang secara
klasik zarah tersebut tidak mungkin dapat keluar dari sumur. Semakin besar
energi kinetik alfa dan semakin sering menumbuk dinding maka semakin besar
peluang alfa untuk lolos. Hal ini berarti bahwa peluang terjadinya peluruhan
alfa bergantung pada tenaga kinetik alfa.
Secara semi klasik, probabilitas peluruhan persatuan waktu sama
12
Jarak b disebabkan adanya efek pentalan (recoil) dari inti turunan pada saat
peluruhan maka terjadi reduksi massa zarah alfa yakni:
DAFTAR PUSTAKA
13
Harnanto, Arie dan Ruminten. 2009. Kimia I. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Dwijananti, Pratiwi. 2012. Diktat Mata Kuliah Fisika Inti. Semarang : UNNES.
Hidayati, Mahrizal. 2009. Pendahuluan Fisika Inti. Padang : UNP Press.
14