Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MINGGU KE-6 FISIKA INTI

PELURUHAN ALFA

NAMA : Syafrinaldi

NIM/TM : 16033081/2016

PRODI : Pendidikan Fisika A 2016

DOSEN : Dra. Hidayati, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
PELURUHAN ALFA

Partikel Alfa (α) adalah bentuk radiasi partikel yang dapat menyebabkan ionisasi dan daya
tembusnya rendah. Partikel tersebut terdiri dari dua proton dan dua netron yang terikat menjadi
sebuah partikel yang identik dengan inti Helium (2He4). Partikel alfa sebenarnya adalah sebuah
inti helium. Inti helium merupakan inti stabil dengan nomor massa dan nomor atom yang kekal.
Peluruhan alfa dapat dianggap sebagai sebuah reaksi fisis nuklir sebab inti induk terpecah
menjadi dua inti "anak" (daughter).
Peluruhan alfa adalah salah satu bentuk dimana sebuah inti atom berat tidak stabil
melepaskan sebuah partikel alfa dan meluruh menjadi inti yang lebih ringan dengan nomor
massa empat lebih kecil dan nomor atom dua lebih kecil dari semula, menurut reaksi:

𝑨 𝑨−𝟒 ′
𝒁𝑿 → 𝒁−𝟐𝑿 + 𝟒𝟐𝑯𝒆𝟐+

Peluruhan alfa adalah salah satu contoh dari efek terowongan dalam mekanika kuantum.
Tidak seperti peluruhan beta, peluruhan alfa diatur oleh gaya nuklir kuat. Peluruhan alfa
dominan terjadi pada inti-inti tidak stabil yang relatif berat (Z > 80). Contoh Radium yang
menjadi gas Radon karena peluruhan alfa.

Proses puluruhan alfa secara simbolik dapat dituliskan melalui reaksi inti sebagai berikut:
𝑨 𝑨−𝟒 ′
𝒁𝑿 → 𝒁−𝟐𝑿 + 𝜶
A 4 A
Karena inti anak Y memiliki nomor atom yang berbeda dengan nomor atom inti induk
Z 2 Z X
berarti secara kimia inti anak juga berbeda dengan inti induk.
1. Energetika Peluruhan Alfa
Ketika sebuah inti memancarkan sinar alfa, inti tersebut kehilangan empat nucleon,
dua diantaranya adalah proton.

Dalam peluruhan alfa berlaku Hukum Kekekalan Energi dan Hukum Kekekalan
Momentum. Energi sistem sebelum dan sesudah peluruhan.
Energi sebelum peluruhan:
𝐸𝑖 = 𝑀𝑝 𝑐 2 + 𝐾𝑝 = 𝑀𝑝 𝑐 2 ; 𝐾𝑝 = 0
Energi sesudah peluruhan:
𝐸𝑓 = 𝑀𝑑 𝑐 2 + 𝐾𝑑 + 𝑀𝛼 𝑐 2 + 𝐾𝛼
Sesuai dengan prinsip kekekalan energi :
𝐸𝑖 = 𝐸𝑓
𝑀𝑝 𝑐 2 = 𝑀𝑑 𝑐 2 + 𝐾𝑑 + 𝑚𝛼 𝑐 2 + 𝐾𝛼

Dengan :
𝑀𝑝 = massa inti induk
𝑀𝑑 = massa inti anak
𝑀𝛼 = massa partikel α
Kp = 0 = energi kinetik inti induk dalam keadaan diam
𝐾𝛼 = energi kinetik inti alfa

Energi Disintegrasi (Q) dalam peluruhan alfa :


𝑄 = 𝐾𝑑 + 𝐾𝛼 = (𝑀𝑝 − 𝑀𝑑 − 𝑚𝛼 )𝑐 2

a. Syarat untuk peluruhan spontan


Untuk peluruhan yang spontan, nilai Q haruslah positif. Karena itu dapat diambil
kesimpulan bahwa peluruhan alfa hanya akan terjadi bilamana massa diam dari inti induk
lebih besar dari jumlah massa diam inti anak ditambah dengan massa partikel alfa. Inti-inti
semacam ini bila dilihat dari charta peluruhan nuklir, hanya terdapat pada daerah nomor
massa tinggi, sekitar ≥ 200.
Biasanya dalam praktek nilai Q tidak dinyatakan dalam massa inti, tetapi didalam
massa atom. Jika dinyatakan dalam massa atom nilai Q adalah
𝑄 = [𝑀(𝐴, 𝑍) − 𝑀(𝐴 − 4, 𝑍 − 2) − 𝑚(4,2)]𝑐 2

b. Energi Kinetik Partikel Alfa


Energi kinetik partikel alfa K dapat ditentukan dengan menggunakan hukum kekekalan
momentum dan hukum kekekalan energi.

Mp

(a) Sebelum peluruhan

𝑉𝑑
𝑣𝛼
𝑀𝑑
𝑚𝛼

(b) Sesudah peluruhan


Gambar.1 (a) Inti induk dalam keadaan diam sebelum peluruhan. (b) Inti anak dan partikel
alfa dipancarkan dalam arah yang berlawanan agar momentum liniernya kekal

𝑚𝛼 𝑣𝛼 = 𝑀𝑑 𝑉𝑑
Q  K d  K  12 M d Vd  12 m v
2 2

dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan mengeliminasi 𝑉𝑑 diperoleh


m 
Q  K     1
 Md 
Dari persamaan ini akan diperoleh
Q
K 
1  m / M d 
Persamaan di atas dapat juga ditulis sebagai
A4
K  Q
A
dimana A adalah nomor massa inti induk.

Jika sebuah partikel alfa bergerak dengan kecepatan v memasuki medan magnet B tegak
lurus, gaya magnet yang bekerja tegak lurus terhadap lintasan partikel alfa akan berperan
sebagai gaya sentripetal terhadap partikel sehingga partikel akan bergerak melingkar dengan
persamaan.
mv 2
qvB 
R
dimana R adalah jari-jari lintasan. Energi kinetik partikel alfa adalah
2
q 
K   BR 
1
2
m 

2. Pengukuran Energi

Ketelitian penentuan energi partikel α adalah penting dalam dua hal :


a. Membuktikan teori peluruhan α
b. Konstruksi inti dalam skema tingkat energi
Banyak teknik yang digunakan untuk mengukur energi partikel alfa. Metode-metode
berikut ini kenyataannya dapat digunakan untuk partikel berat proton, deutron, dan
sejenisnya. Metode tersebut dikategorikan kedalam :
a. Defleksi Magnetik
Salah satu metoda yang paling tua dan paling akurat dalam menentukan energi adalah
mengukur defleksi lintasan alfa dibawah pengaruh medan magnet. Jika sebuah partikel
bergerak dalam bidang yang tegak lurus terhadap arah medan magnet, partikel akan bergerak
dalam lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari r yang diperoleh melalui persamaan,

qvB  mv 2 / r
Dimana 𝐵 adalah induksi magnet, 𝑞 dan 𝑚 masing-masing adalah muatan dan massa
partikel. Kecepatan v diperoleh,

v
q
Br 
m
Dan energi kinetik adalah
2
E K  12 mv 2 q 
E K  12 m Br 
m 

b. Hubungan Range-Energi
Range partikel alfa didefinisikan sebagai jarak tempuh dari sumber sampai posisi dimana
energinya nol. Range dari partikel alfa dapat diukur dengan menggunakan kamar kabut, pelat
emulsi nuklir atau kamar ion. Nilai range tergantung pada energi kinetik awal dari partikel
bermuatan dan jenis material yang menyerap partikel alfa. Jika range ini diukur adalah
mungkin untuk memperoleh energi partikel alfa dari hubungan range-energi
c. Analisis Tinggi Pulsa
Prinsip dari metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa ukuran dari tinggi pulsa yang
dihasilkan sebanding dengan energi partikel alfa. Untuk memperoleh tinggi pulsa ini dapat
digunakan : (1) kamar ionisasi atau pencacah sebanding, (2) detector zat padat, (3) pencacah
sintilasi.

3. Interaksi Zarah Alfa dengan Materi

Pengukuran range merupakan metoda yang mudah dan akurat untuk menentukan energi
dari partikel bermuatan. Sebuah partikel bermuatan yang bergerak di dalam bahan penyerap
akan kehilangan energi kinetiknya oleh interaksi elektromagnetik dengan elektron atom dari
bahan penyerap. Jika dalam sebuah tumbukan sebuah elektron memperoleh cukup energi,
elektron akan keluar dari atom. Jika tidak, elektron akan tetap di dalam atom dalam keadaan
eksitasi. Kedua keadaan ini akan disebut sebagai ionisasi. Nilai energi rata-rata yang
diperlukan untuk ionisasi disebut sebagai potensial ionisasi rata-rata dan disimbulkan dengan
I.
Range partikel alfa didefinisikan sebagai jarak tempuh dari sumber sampai posisi
dimana energinya nol. Tergantung dari metoda pengukuran nilai dari range akan berbeda
sedikit. Karena itu kita akan mendefinisikan 3 jenis range : range ekstrapolasi, rang rata-
rata, dan range ionisasi. Nilai range tergantung pada nilai awal energi kinetik partikel
bermuatan, dan jenis bahan penyerap. Sebagai penyerap standar diambil udara pada suhu
150C dan tekanan 750 mmHg.
Pengukuran range dan ionisasi partikel alfa sepanjang lintasannya dapat digunakan
untuk menghitung energi awal partikel. Kita akan mendefinisikan ionisasi spesifik sebagai
jumlah ionisasi per satuan panjang dari berkas alfa. Interaksi ini akan menimbulkan tiga efek
yaitu:

a. Ionisasi
Ionisasi yaitu peristiwa tertariknya positron oleh elektron. Ionisasi bisa terjadi pada
saat radiasi berinteraksi dengan atom materi yang dilewatinya. Radiasi yang dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi disebut radiasi pengion. Yang termasuk dalam katagori
radiasi pengion ini adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron.
Pada saat menembus materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron orbit sehingga
elektron terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif dan ion negatif.
Menurut sifat kejadiannya, ionisasi dikelompokkan ke dalam ionisasi-langsung dan
ionisasi-tak-langsung. Ionisasi-langsung terjadi jika radiasi menyebabkan ionisasi pada
saat itu juga ketika berinteraksi dengan atom materi, dan proses ini bisa disebabkan oleh
partikel bermuatan listrik seperti alpha dan beta. Berbeda dengan yang terjadi pada
interaksi partikel bermuatan, interaksi radiasi yang berupa gelombang elektromagnetik
(sinar gamma atausinar-X) ataupun partikel yang tidak bermuatan listrik (neutron) tidak
secara langsung menimbulkan ionisasi. Partikel yang dihasilkan dalam interaksi yang
pertama ini kemudian menyebabkan terjadinya ionisasi. Proses seperti ini dikenal sebagai
ionisasi-tak-langsung.

b. Eksistasi
Eksistasi yaitu peristiwa terganggunya struktur atom materi. Apabila radiasi yang
berinteraksi dengan atom tidak cukup energinya untuk menghasilkan ionisasi langsung,
maka dapat mengakibatkan suatu elektron orbit tertentu berpindah ketingkat energi yang
lebih tinggi, atau ke keadaan tereksitasi. Energi eksitasi tersebut akan dilepaskan kembali
dalam bentuk radiasi elektromagnetis, pada saat elektron tersebut kembali ke orbit
dengan tingkat energi yang lebih rendah.

c. Absorbsi
Absorbsi yaitu peristiwa terserapnya zarah radiasi oleh materi. Radiasi pengion
yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada medium. Dalam hal ini
medium menyerap radiasi. Untuk mengetahui banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu
medium digunakan satuan dosis radiasi terserap atau Radiation Absorbed Dose yang
disingkat Rad. Jadi dosis absorbsi merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan
oleh radiasi pengion kepada medium.
Dosis absorbsi sebesar 1 Rad sama dengan energi yang diberikan kepada medium
sebesar 0,01 Joule/kg. Bila dikaitkan dengan radiasi paparan maka akan diperoleh
hubungan antaraRontgen (R) dan Rad sebagai berikut : Kalau 1 R = 0,00869 Joule/kg.
udara, maka 1 R akanmemberikan dosis absorbsi sebesar 0,00869/0,01 Rad atau sama
dengan 0,869 Rad. Jadi 1 R = 0,869 Rad.
Bila medium yang dikenai radiasi adalah jaringan kulit manusia, harga 1 R =
0,0096Joule/kg. jaringan, sehingga 1 R akan memberikan dosis absorbsi pada jaringan
kulit sebesar 0,0096/0,01 Rad = 0,96. Jadi dosis serap untuk jaringan kulit dengan
paparan radiasi sebesar 1 R = 0,96 Rad . Kedua harga konversi dari Rontgen ke Rad
tersebut diatas tidak begitu besar perbedaannya,sehingga dalam beberapa hal dianggap
sama. Untuk keperluan praktis dan agar lebih mudahmengingatnya seringkali dianggap
bahwa 1 R = 1 Rad.
Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray yang disingkat Gy.
Dalamhal ini 1 Gy sama dengan energi yang diberikan kepada medium sebesar 1
Joule/kg. Dengandemikian maka : 1 Gy = 100 Rad. Sedangkan hubungan antara Rontgen
dengan Gray adalah: 1 R = 0,00869 Gy.
Dibandingkan dengan radiasi yang lain, partikel α secara fisik maupun elektrik
relatif besar. Selama melintas di dalam bahan penyerap, partikel α ini sangat
mempengaruhi elektron-elektron orbit dari atom-atom bahan penyerap karena, adanya
gaya Coulomb.Oleh karena itu, radiasi α sangat mudah diserap di dalam materi atau daya
tembusnyasangat pendek. Radiasi α yang mempunyai energi 3,5 MeV hanya dapat
menembus 20 mm udara atau hanya dapat menembus 0,03 mm jaringan tubuh.
Interaksi radiasi α dengan materi yang dominan adalah proses ionisasi dan eksitasi.
Lnteraksi lainnya dengan probabilitas jauh lebih kecil adalah reaksi inti, yaitu perubahan
inti atom materi yang dilaluinya menjadi inti atom yang lain, biasanya berubah menjadi
inti atom yang tidak stabil.

4. Stopping Power & Range

Kuantitas lain yang penting yang berkaitan dengan penyerapan partikel bermuatan
adalah stopping power, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang hilang per satuan
panjang oleh sebuah partikel dalam suatu bahan.
𝑑𝐸
𝑆(𝐸) = − = 𝜔𝐼
𝑑𝑥
Dimana :
S(E) = Suatu fungsi dari energi kinetik (stopping power)
𝐸 = Energi dari partikel adalah berbeda untuk material berbeda
𝐼 = Rata- rata ionisasi spesifik dalam bentuk jumlah pasangan ion per satuan panjang
𝜔 = Energi yang diperlukan untuk menghasilkan pasangan ion.
Jika nilai stopping power diketahui maka range rata-rata dapat dihitung
1
 dE 
R E E
dE
R   dx      dE  
0
0
dx  S (E)

Pada pihak lain, jika range rata-rata R dari partikel alfa dalam sebuah medium yang
diketahui stopping powernya 𝑆(𝐸) diketahui maka energi dapat dihitung
1
 dE 
R R
E   ωI dR      dR
0
0
dx 

Juga mungkin untuk memperoleh stopping power dari suatu bahan, jika diketahui range
sebagai fungsi dari energi dalam bahan
𝑑𝑅/𝑑𝐸 = 1/𝑆(𝐸)
Pentingnya stopping power terletak pada kenyataan bahwa tidak perlu mengukur
stopping power secara eksperimen untuk berbagai bahan, karena dapat dihitung secara
teoritis baik secara mekanika klasik maupun secara mekanika kuantum. Energi yang hilang
oleh sebuah partikel nonrelativistik per satuan panjang lintasannya adalah
1⁄
𝑑𝐸 4𝜋𝑧 2 𝑒 4 2𝑚𝑣 2 2
𝑆(𝐸) = − =( ) 𝑁𝑍 ln ( )
𝑑𝑥 𝑚𝑣 2 𝐼
dimana 𝑣 adalah kecepatan partikel, 𝑧𝑒 adalah muatannya, dan 𝑚 adalah massa
elektron, 𝑁, 𝑍, 𝑑𝑎𝑛 𝐼 masing-masing adalah jumlah atom per satuan volume, nomor atom,
dan energi rata-rata ionisasi dari bahan penyerap.

5. Tingkat Energi Alfa dan Teori Peluruhan Alfa

Peluruhan alfa tak mungkin terjadi menurut fisika klasik. Namun kenyataannya
peluruhan alfa terjadi sebagai suatu cara untuk memperbesar kemantapan suatu atom yang
memiliki nukleon besar. Atom ber-nukleon besar memiliki gaya tolak antar proton yang
besar sehingga gaya nuklir berjangkau pendek yang mengikatnya tak dapat mengimbangi.
Maka terjadilah peluruhan alfa. Partikel alfa memiliki massa yang cukup kecil(jika
dibandingkan nukleon pembentuknya), dan memiliki energi kinetik yang cukup tinggi
sehingga dapat lolos dari inti sebuah atom. Lalu bagaimana penjelasan sebuah partikel alfa
dapat lolos dari inti?
Inti dari gambar ditas adalah agar partikel alfa dapat lolos dari inti,maka ia harus
memiliki energi minimal 25 MeV (setara dengan energi untuk membawa partikel alfa dari
jarak tak hingga ke dekat inti tapi masih diluar jangkauan gaya tarik inti). Namun peluruhan
alfa hanya memiliki energysekitar 4– 9 MeV, sehingga terjadi kekurangan energi sebesar
16 – 21 MeVuntuk meloloskan diri dari inti.
Persoalan kekurangan energi tersebut dapat dijawab secaramekanika kuantum (oleh
Gamow, Gurney, dan Condon). Ada tiga prinsip yang dikemukakan untuk menjawabnya:
1. Partikel alfa bisa ada sebagai partikel di dalam inti.
2. Partikel semacam ini terus menerus dalam keadaan gerak dan dibatasgeraknya hanya
dalam inti oleh rintangan potensial yang melingkupinya.
3. Terdapat peluang kecil tetapi tertentu untuk partikel ini melewatirintangan potensial
ini (meski kecil) setiap kali terjadi tumbukan
Peluang terjadinya tumbukan (  ) dirumuskan :

Konstanta peluruhan   v.T


dimana v adalah frekuensi tumbukan dan T adalah peluang partikel alfa menembus
rintangan potensial.
v
Frekuensi tumbukan partikel v
2 R0
dimana v adalah kecepatan partikel alfa dan Ro adalah jari-jari nuklir.

Karena v > K, maka dalam fisika klasik terjadi transmisi adalah tidak mungkin
(T=0). Sedangkan secara mekanika kuantumpartikel alfa bergerak dipandang sebagai
gelombang dengan peluangtransimisi T.
Adapun tabel jangkauan energy waktu paruh dan konstanta peluruhan dari
pengemisi partikel α dapat dilihat pada tabel berikut:
Mean
range, Cm Alpha Disintegration
Nuclide Of Disentegration Half-life Constant,
standard Energy, Mev Sec-1
air
Th232 2.49 4.06 1.39 x 1010 y 1.58 x 10-18
Ra226 (Ra) 3.30 4.86 1.62 x 103 y 1.36 x 10-11
Th228 (RdTh) 3.98 5.52 1.9 y 1.16 x 10-8
Em222(Rn) 4.05 5.59 3.83 d 2.10 x 10-6
Po218 (RaA) 4.66 6.11 3.05 m 3.78 x 10-3
Po216 (ThA) 5.64 6.90 0.16 s 4.33
Po214 (RaC’) 6.91 7.83 1.64 x 10-4 s 4.23 x 103
Po212 (ThC’) 8.57 8.95 3.0 x 10-7s 2.31 x 106

Gamow, Gurney dan condon pada tahun 1982 secara terpisah berhasil
menjelaskan peristiwa peluruhan alfa dengan menggunakan perhitungan mekanika
kuantum. Mereka mengasumsikan bahwa zarah alfa berada dalam inti dilingkupi oleh
sebuah potensial inti. Potensial didalam inti tersebut diasumsikan sama dengan nol untuk
mensimulasikan efek coulum di dalam inti. Kedalaman yang pasti dari sumur potensial
tersebut tidak berpengaruh pada hasil akhir dari perhitungan mekanika kuantum.
Menurut (Wiyatmo.2009:132) Tinjauan mekanika gelombang memberikan
deskripsi yang lebih akurat tentang peluruhan alfa. Jika dua buah proton dan dua neutron
bergabung membentuk zarah alfa dalam sebuah inti. Maka zarah ini akan terikat oleh
gaya inti, akan tetapi ia bebas bergerak didalamnya secara bolak-balik menumbuk
dinding inti, seolah-olah seperti zarah yang terperangkap dalam sumur potensial yang
tinggi, yang secara klasik zarah tersebut tidak mungkin dapat keluar dari sumur. Semakin
besar energi kinetik alfa dan semakin sering menumbuk dinding maka semakin besar
peluang alfa untuk lolos. Hal ini berarti bahwa peluang terjadinya peluruhan alfa
bergantung pada tenaga kinetik alfa.
Secara semi klasik, probabilitas peluruhan persatuan waktu 𝜆𝛼 sama dengan
jumlah tumbukan perdetik dimana zarah alfa menumbuk dinding dikalikan dengan
probabilitas P zarah untuk menerobos potensial perintang.
𝑣
𝜆𝛼 ≈ 𝑃
𝑅

Dengan v menyatakan kecepatan zarah alfa didalam inti. Pendekatan yang lain
yakni dengan menggunakan probabilitas P secara klasik :
𝑃 ≈ 𝑒 −𝛾
dengan 𝛾 diberikan oleh persamaan ze pada muatan zarah alfa
2 𝑏 𝑧𝑍𝑡 𝑒 2
𝛾= ∫ [2𝑀𝑂 ( − 𝑄𝛼 )] dr
ℏ 𝑅 𝑟
Jarak b disebabkan adanya efek pentalan (recoil) dari inti turunan pada saat peluruhan
maka terjadi reduksi massa zarah alfa yakni:
𝑚𝛼 𝑚𝑡
𝑀𝑂 =
𝑚𝑎 + 𝑚𝑡
Integral persamaan dapat ditentukan secara langsung dengan cara sebagai berikut:
4𝑧𝑍𝑡 𝑒 2
𝛾= [(𝑐𝑜𝑠 −1 √𝑦) − √𝑦(1 − 𝑦)1/2 ]
ℎ𝑣
Dengan v menyatakan kecepatan relatif zarah alfa terhadap inti turunan.
𝑅 𝑄𝑎
𝑦= =
𝑏 𝑏
Selanjutnya untuk energi peluruhan zarah alfa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1 𝑧𝑍𝑡 𝑒 2
𝑄𝑎 = 𝑀𝑜 𝑣 2 =
2 𝑏
Dengan b menyatakan titik balik. sehingga diperoleh konstanta peluruhan alfa
dalam potensial yang tebal adalah:
𝑣 4𝜋𝑍𝑡 𝑒 2 8 1
𝜆𝑎 ≈ 𝑒𝑥𝑝 [− + (𝑍𝑡 𝑒 2 𝑀𝑜 𝑅)2 ]
𝑅 ℎ𝑣 ℏ

Manfaat partikel Alfa


Partikel alfa ini menghasilkan ionisasi, dimana ionisasi ini dapat digunakan dalam bidang
biologi yaitu dapat menggantikan sel-sel yang rusak secara total. Partikel alfa tersebut
ditembakkan pada inti suatu atom maka akan menghasilkan radioisotope (yang lebih dan
sering digunakan untuk menembak adalah neutron).
Adapun Muatan positif dari partikel alfa sangat berguna dalam industri, misalnya:
1. Radium-226 dapat digunakan untuk pengobatan kanker, yakni dengan memasukkan
jumlah kecil radium ke daerah yang terkena tumor.
2. Polonium-210 berfungsi sebagai alat static eliminator dari paper mills di pabrik
kertas dan industri lainnya.
3. Beberapa Detektor asap memanfaatkan emisi alfa dari americium-241 untuk
membantu menghasilkan arus listrik sehingga mampu membunyikan alarm saat
kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai