Anda di halaman 1dari 49

“ELEKTRON

DALAM LOGAM”
Program Studi Fisika FMIPA
Universitas Udayana
TIM 01 Contents
NIM. 16085210
PENYUSUN
01 Contents
NIM. 16085210

01 Contents
NIM. 16085210

01 Contents
NIM. 16085210

01 Contents
NIM. 16085210

01 Contents
NIM. 16085210

01 Contents
NIM. 16085210

01 Contents
NIM. 16085210
PETA PEMBAHASAN
ELEKTRON DALAM LOGAM

1 2 3 4
Elektron Bebas Tingkat Energi Pengaruh Temperatur thd Gas Elektron Bebas
Gas Bumi Dalam 1 Dimensi Distrib. Fermi-Dirac Dalam 3 Dimensi

5 6 7 8
Kapasitas Panas Konduktivitas Listrik Gerakan di dalam Konduktivitas
Gas Elektron dan Hukum Ohm Medan Magnet TermalLogam
PEMBAHASAN
ELEKTRON BEBAS GAS
5.1 FERMI
 Memahami sifat-sifat fisis logam dapat dipahami berdasarkan model elektron bebas.
Berdasarkan model ini, elektron valensi dari atom-atom menjadi elektron konduksi dari bergerak
secara hampir bebas di dalam volume logam. Model elektron bebas dapat bekerja dengan
sangat baik, distribusi muatan elektron pada elektron konduksi mencerminkan potensial
elektrostatis dan inti ion (ion core). Susunan periodik dari ion core positif.
 Setiap core terdiri atas inti atomik dan elektron-elektron yang membangun sel tertutup di mana
elektron dalam sel tertutup tersebut mengorbit mengelilingi atom memenuhi prinsip larangan
Pauli. Kuasi-serba sama (quasi-uniform) rapat muatan negatif disebabkan oleh elektron terluar
yang mana membentuk suatu “gas elektron”. Pemakaian model elektron bebas paling banyak
untuk sifat-sifat yang secara sensual tergantung pada sifat-sifat kinetis adalah logam-logam
alkali-lithium, sodium, potassium, cesium dan rubidium.
Pada atom bebas sodium, elektron valensinya dalam kedudukan 3s. untuk logam,
elektron ini menjadi elektron konduksi.

Gambar 5.1. Skema mode; Kristal logam sodium. Inti (core) atomik adalah ion-ion Na+, yang tersebar di
dalam “lautan elektron konduksi”. Elektron konduksinya berasal dari elektron valensi 3s atom bebas. Inti
atomik mengandung 10 elektron dalam konfigurasi 1s22s22p6. Pada logam alkali, inti atomik hanya
menempati ruang yang relatif kecil (~ 15%) dari volume total Kristal, tetapi dalam logam mulia (Cu, Ag, Au)
inti atomik relative lebih besar dan ada kemungkinan saling menyinggung satu sama lain. Struktur Kristal
biasanya pada temperature ruang adalah BCC untuk logam-logam alkali dan FCC untuk logam-loham mulia.
Kristal monovalen yang mengandung N atom akan mempuyai N elektron
konduksi dan N inti ion positif. Inti ion Na+ mengandung 10 elektron yang
mnempati kulit 1s,2s dan 2p daei balik pada logam maupun pada ion bebas.

Inti ion hanya mengisi sekitar 15% dari volume kristal sodium, seperti dalam
Gambar 5.1. Jari-jari dari ion bebas Na+ adalah 0.98 Å, padahal setengah dari
jarak tetangga terdekat dari logam adalah 1,83 Å.

Interpretasi dari sifat-sifat logam dalam hubungan dengan gerakan elektron


bebas dikembangkan jauh sebelum penemuan mekanika kuantum. Teori klasik
mempunyai beberapa keberhasilan, khususnya yang terkait dengan asal mula dari
bentuk hukum Ohm dan hubungan antara konduktivitas listrik dan termal. Teori
klasik gagal menjelaskan kapasitas panas dan suseptibilitas magnet dari elektron
konduksi. Hal ini bukan merupakan kegagalan model elektron bebas, tapi
kegagalan dari fungsi distribusi Maxwell.
• Masih ada kesulitan yang lebih besar. Dari berbagai tipe
eksperimen, jelas bahwa elektron konduksi dalam logam dapat
bergerak secara bebas dalam lintasan yang lurus tanpa
dibelokkan oleh tumbukan dengan elektron konduksi lainnya,
atau oleh tumbukan dengan inti atom. Dalam sampel yang
sangat murni pada temperatur rendah, rata-rata lintasan bebas
adalah sekitar 108 jarak interatomik lebih dari 1 cm.
• Mengapa bahan-bahan terkondensasi (condensed matter)
dapat dengan baik dijelaskan dengan elektron konduksi ?
Jawaban untuk pertanyaan ini mengandung dua bagian, yaitu
 Elektron konduksi tidak dibelokkan oleh inti-inti ion yang
tersusun pada kisi periodik karena gelombang merambat
secara bebas dalam struktur periodik.
 Elektron konduksi jarang dihamburkan oleh elektron
konduksi lainnya.
TINGKAT-TINGKAT ENERGI
5.2
DALAM SATUAN DIMENSI
Gas elektron bebas dalam satu dimensi,
memenuhi teori kuantum dan prinsip
Pauli. e seperti terlihat pada Gambar 5.2,
electron dengan massa m dapat
bergerak di sepanjang lintasan L saja
karena dibatasi oleh penghalang tak
terhingga pada x = 0 dan x = L. Fungsi
gelombang 𝜓𝑛 (𝑥 dari electron adalah Gambar 5.2. Tiga tingkat energy pertama dan fungsi
merupakan penyelesaian dari persamaan gelombang dari electron bebas bermassa m
Schrodinger sepanjang garis L. Tingkat energy ditandai
berdasarkan bilangan kuantum n. Energi 𝜖𝑛 pada
𝐻𝜓𝑛 𝑥 = 𝜀𝜓𝑛 𝑥 (5.1) tingkat bilangan kuantum n adalah sama dengan
(ℏ2 /2𝑚)(𝑚/2𝐿)2 .
Dengan mengabaikan bagian energy potensialnya, kita dapatkan bahwa
𝐻 = 𝑝2 /2𝑚,
dimana p adalah momentum. Dalam teori kuantum, p dapat diwakili oleh
− 𝑖ℏ𝑑/𝑑𝑥, sehingga :

ℏ𝟐 𝒅𝟐 𝝍𝒏
𝑯𝝍𝒏 = − = 𝝐𝒏 𝝍𝒏 (5.2)
𝟐𝒎 𝒅𝒙𝟐

Dimana 𝜖𝑛 adalah energy dari electron pada orbit ke n. kita gunakan istilah orbital
untuk meyatakan penyelesaian dari persamaan gelombang pada system dengan
satu electron. Kita bedakan dengan system N electron pada N orbital yang
berbeda. Dalam hal ini setiap orbital adalah penyelesaian dari persamaan
gelombang untuk satu electron.
Model orbita ini sesungguhnya hanya tepat bila tidak ada interaksi di antara
electron-elektron.
Syarat batas 𝜓𝑛 0 = 0 dan 𝜓𝑛 𝐿 = 0 adalah sebagai akibat dari penghalan
potensial yang tak terhingga pada x=0 dan x=L. Ini dipenuhi jika fungsi
gelombangnya adalah fungsi gelombang sinus dimana bilangan bulan n kali
setengah panjang gelombang sama dengan jarak antara 0 samapai dengan L,
yaitu
𝟐𝝅 𝟏
𝝍𝒏 𝒙 = 𝑨 𝐬𝐢𝐧 𝒙 ; 𝒏𝝀𝒏 =𝑳 (5.2)
𝝀𝒏 𝟐

Dimana A adalah konstanta. Kita dapat lihat bahwa persamaan (5.2) adalah
penyelesaian dari persamaan (5.1), karena
𝒅𝝍𝒏 𝒏𝝅 𝒏𝝅 𝒅𝝍𝒏 𝒏𝝅 𝟐 𝒏𝝅
=𝑨 𝑪𝒐𝒔 𝒙 = 𝑨 𝑺𝒊𝒏 𝒙
𝒅𝒙 𝑳 𝑳 𝒅𝒙𝟐 𝑳 𝑳

Dimana energi 𝜖𝑛 diberikan oleh :


ℏ𝟐 𝒏𝝅 𝟐
𝝐𝒏 = (5.3)
𝟐𝒎 𝑳
Berdasarkan prinsip larangan Pauli tidak dimungkinkan dua electron dapat
mempunyai seluruh bilangan kuantum yang identic. Ini berarti bahwa setiap
orbital hanya bisa ditempati paling banyak oleh satu electron. Hal ini berlaku juga
untuk eletron untuk dalam atom, molekul, atau zat padat.

Pada zat padat, bilangan kuantum dari orbital electron konduksi adalah n dan
𝑚𝑠 , dimana n adalah bilangan kuantum utama, bulat positif dan bilangan
kuantum magnetic spin 𝑚𝑠 = ±1/2, tergantung dari orientasi spin electron .
Pasangan orbital yang ditandai dengan bilangan kuantum n dapat diisi dua
electron, yaitu satu spin ke atas (spin up) dan yang kain ke bawah (spin down).
Energi yang sama mungkin dimiliki oleh lebih dari satu orbit. Orbit-orbit yang
memiliki energy yang sama disebut terdegenerasi.
Jika nf menyatakan tingkat energy tertinggi yang terisi penuh, dimana kita mulai
mengisi dari tingkat/keadaan dasar (n=1) dan berlanjut mengisi ke tingkat yang
lebih tinggi dengan elektron sampai semua N electron terakomodasi. Andaikan
bahwa N adalah bilangan genap. Kondisi 2 nF=N dimana nF adalah nilai n bagi
tingkat teratas yang telas terisi.
Energi Fermi 𝜖𝐹 adalah didefenisikan sebagai energy dari tingkat tertinggi
yang telah terisi dalam keadaan dasar pada system N electron. Dari persamaan
(5.3) dengan n= nF , maka satu dimensi,
ℏ 𝟐 𝒏𝑭 𝝅 𝟐 ℏ𝟐 𝑵𝝅 𝟐
𝝐𝑭 = = (5.4)
𝟐𝒎∗ 𝑳 𝟐𝒎 𝟐𝑳
PENGARUH TEMPERTUR TERHADAP
5.3
DISTRIBUSI FERMI-DIRAC
 Besaran 𝜇 adalah suatu fungsi terhadap temperatur, 𝜇
harus dipilih untuk jumlah total partikel dalam sistem
• Keadaan dasar adalah keadaan keluar yang tepat yaitu, sama dengan 𝑁.
sistem elektron 𝑵 pada nol mutlak .  Pada nol absolut 𝜇 = 𝜀𝐹, karena dalam batas T→0
• Apa yang terjadi ketika temperatuer fungsi 𝑓(𝜀) berubah secara tidak kontinyu dari nilai 1
meningkat? solusinya diberikan oleh (terisi) ke nilai 0 (kosong) pada 𝜖 = 𝜖𝐹 = 𝜇.
distribusi Fermi - Dirac yang  Pada semua temperatur f(𝜀) adalah sama dengan ½
memberikan probabilitas bahwa ketika 𝜀 = 𝜇, dimana penyebut pada persamaan (5.5)
orbital di energi 𝜺 akan ditempati akan bernilai sama dengan 2.
dalam gas elektron yang ideal dalam  Besaran 𝜇 adalah potensial kimia dan pada temperatur
kesetimbangan termal. absolut sama dengan nol potensial kimia tersebut
• Fungsi distribusi Fermi Dirac sama dengan energi Fermi, yang didefinisikan sebagai
dinyatakan sebagai : energi dari orbital paling atas yang telah terisi.
 Daerah dimana 𝜖 − 𝜇 ≫ 𝐾𝐵 𝑇; suku eksponensial
𝟏
𝑭 ∈ = akan dominan pada penyebut persamaan (5.5),
𝐞𝐱𝐩 ∈ −𝝁 Τ𝑲𝑩 𝑻 + 𝟏 sehingga 𝑓(𝜀) ≅ 𝑒𝑥𝑝 [(𝜇 − 𝜖)/𝐾0 𝑇].
Gambar 5.3 Fungsi Fermi - Dirac distribusi persamaan (5.5) pada berbagai suhu
berlabel . Untuk Tf=εfkb=50000 K. Hasil berlaku untuk gas dalam tiga dimensi. Total
jumlah partikel konstan , tergantung pada suhu. Kimia potensi μ pada setiap
temperatur dapat dibaca dari grafik sebagai
energy dengan f=0.5.
GAS ELEKTRON BEBAS
5.4
DALAM TIGA DIMENSI
Persamaan Schrodinger partikel bebas dalam Fungsi gelombang Ψn(r) adalah memenuhi syarat batas
tiga dimensi ditunjukkan oleh : periodik. Sekarang kita memerlukan fungsi gelombang
yang periodik dalam x, y, z dengan periode L, yaitu :
ħ𝟐 𝝏𝟐 𝝏𝟐 𝝏𝟐
- + + 𝜳k (r) = ∈k 𝜳k (r) (5.6) Ψ(x + L,y,z) = Ψ(x,y,z) (5.8)
𝟐𝒎 𝝏𝒙𝟐 𝝏𝒚𝟐 𝝏𝒛𝟐

Demikian juga untuk koordinat y dan z. Fungsi gelombang


Jika elektron dibatasi oleh kubus dengan sisi L, memenuhi kondisi keperiodikan adalah berbentuk
fungsi gelombangnya adalah seperti : gelombang datar berjalan seperti.
𝜋𝑛𝑥 𝑥 𝜋𝑛𝑦 𝑦
𝛹n (r) = A sin sin sin Ψk(r) = eksp(ik,r) (5.9)
𝐿 𝐿
𝜋𝑛𝑧 𝑧
(5.7) dimana komponen dari vektor gelombang k memenuhi :
𝐿
2𝜋 4𝜋
kx = 0 ; ± 𝐿 ; ± 𝐿 (5.10)
dimana nx, ny, nz adalah bilangan bulat positif. demikian juga untuk ky dan kz
Titik asal berada pada salah satu sudut dari
kubus.
Setiap komponen k memiliki bentuk 2n /L, dimana n adalah bilangan bulat positif atau
negatif. Komponen k adalah bilangan kuantum bersama dengan bilangan kuantum m s
untuk spin. Nilai-nilai kx yang memenuhi persamaan (5.8), untuk :

𝒙+𝑳
exp 𝒊𝒌 𝒙 + 𝑳 = exp 𝒊𝟐𝝅𝒏
𝑳
𝒊𝟐𝒏𝝅𝒙+𝑳
= exp exp (i2nπ)
𝑳
𝒊𝟐𝒏𝝅𝒙+𝑳
= exp = exp (i2nπ) (5.11)
𝑳

Dengan mensubstitusikan persamaan (5.9) ke persamaan (5.6) maka diperoleh energi k


dari orbital dengan vektor gelombang k.
ħ𝟐 ħ𝟐
∈k = k2 = (kx2 + ky2 + kz2) (5.12)
𝟐𝒎 𝟐𝒎

Besar vektor gelombang dihubungkan dengan panjang gelombang oleh relasi k =2π/λ. .
Momentum linier p direpresentasikan dengan mekanika kuantum dengan operator
p=-iħ𝛻, dengan demikian untuk orbital Persamaan (5.9), akan dipenuhi :
p 𝜳k (r) = -iħ𝜵 𝜳k (r) = ħk 𝜳k (r) (5.13)
Untuk sistem N elektron bebas dalam keadaan
dasar, elektron elektron yang menempati orbital
dapat direpresentasikan sebagai titik-titik di
dalam suatu bola dalam ruang k. Energi pada
permukaan bola adalah energi Fermi. Vektor
gelombang pada permukaan Fermi mempunyai
besar sama dengan kF, seperti (Gambar 5.4),
sedemikian rupa sehingga :

ħ2
∈k = k2 (5.14)
2𝑚

Dari Persamaan (5.10) terdapat satu vektor Gambar 5.4. Dalam keaadaan dasar
gelombang yang diijinkan untuk elemen volume sistem N elektron bebas menempati orbital
(2π/L)3 pada ruang k. Jadi dalam bola dengan sistem mengisi bola dengan jari-jari kF,
volume 4π𝑘𝐹3 /3, jumlah total orbit adalah dimana ∈k = ħ2ħ2𝐹 / 2m adalah energi
3 elektron yang mempunyai vektor
4𝜋𝑘𝐹 /3 𝑣
2 = 𝑘𝐹3 = N (5.15) gelombang kF
(2𝜋/𝐿)3 3𝜋3
Dimana faktor 2 pada ruas sebelah kiri berasal
dari dua harga yang diperbolehkan pada ms,
yaitu bilangan kuantum spin, untuk setiap harga
k yang diijinkan. Selanjutnya kita dapatkan :
𝟏ൗ
𝟑𝝅𝟐 𝑵 𝟑
kF = (5.16)
𝑽
dimana hanya tergantung pada konsentrasi
partikel. Dengan menggunakan Persamaan
(5.14) dapat ditulis sebagai berikut.
𝟐ൗ
ħ𝟐 𝟑𝝅𝟐 𝑵 𝟑
∈F = (5.17)
𝟐𝒎 𝑽
Persamaan (5.17) menjelaskan ubungan antara Gambar 5.4. Dalam keaadaan dasar
energi Fermi dengan konsentrasi elektron sistem N elektron bebas menempati orbital
N/V. Kecepatan elektron vF pada permukaan sistem mengisi bola dengan jari-jari kF,
Fermi adalah sebagai berikut. dimana ∈k = ħ2ħ2𝐹 / 2m adalah energi
𝟏ൗ elektron yang mempunyai vektor
ħ𝒌𝑭 ħ 𝟑𝝅𝟐 𝑵 𝟑
𝑽F = 𝒎
=
𝒎 𝑽
(5.18) gelombang kF
Beberapa hasil perhitungan untuk Persamaan
untuk Persamaan (5.14), (5.16), dan (5.17)
diberikan bagi beberapa logam, juga diberikan
hasil perhitungan TF yang didefinisikan sebagai
∈𝐹
.
𝐾0
Selanjutnya kita lakukan perhitungan terhadap
jumlah orbital per satuan daerah energi, yaitu
kerapatan keadaan D( ∈ ). Kita gunakan
persamaan (5.17) untuk jumlah total orbital pada
energi ≤ ∈ :
𝟑ൗ
𝑽 𝟐𝒎∈ 𝟐
N= (5.19)
𝟑𝝅𝟐 ħ𝟐
sehingga kerapatan keadaan seperti Gambar 5.5
Gambar 5.5. Kerapatan keadaan partikel adalah :
Kurva garis mewakili kerapatan f( ∈, 𝑇) 𝐷(∈) dari 𝟑ൗ
𝒅𝑵 𝑽 𝟐𝒎 𝟐 𝟏ൗ
orbital yang terisi pada nol absolut. Energi rata-rata
D(∈) ≡ = = .∈ 𝟐 (5.20)
bertambah ketika temperatur bertambah dari 0 𝒅∈ 𝟐𝝅𝟐 ħ𝟐
menjadi T, sehingga elektron tereksitasi secara
termal dari daerah 1 ke daerah 2.
𝟑ൗ
𝒅𝑵 𝑽 𝟐𝒎 𝟐 𝟏ൗ
D(∈) ≡ = = .∈ 𝟐 (5.20)
𝒅∈ 𝟐𝝅𝟐 ħ𝟐

Persamaan (5.20) dapat disederhanakan


dengan menulis persamaan (5.19) seperti
berikut :
3
lnN = ln∈ + konstan ;
2

𝑉 2𝑚∈ 2
N= (5.21)
3𝜋2 ħ2

dengan demikian

𝑑𝑁 3𝑁
D(∈) ≡ = (5.22)
𝑑∈ 2∈
Gambar 5.5. Kerapatan keadaan partikel
Sehingga jumlah orbital per unit energi Fermi
adalah jumlah total elektron konduksi dibagi
oleh energi Fermi, seperti yang diharapkan.
5.5 KAPASITAS PANAS GAS
ELEKTRON
“Ketika kita memanaskan suatu bahan dari nol
absolut, tidak semua elektron mendapat energi ~k0T
seperti yang diharapkan secara klasik, tetapi hanya
elektron-elektron dalam orbital-orbital dapat dieksitasi
secara termal pada temperatur T dan elektron-elektron
ini mendapat tambahan energi sebesar k0T, seperti
Gambar 5.5 memberikan pemecahan kualitatif pada
masalah kapasitas panas gas elektron konduksi”
Jika N adalah jumlah total elektron, hanya beberapa elektron dalam orde
T/TF dapat dirangsang secara termal pada temperatur T, karena hanya ini
yang berada di dalam daerah energi dalam orde k0T pada bagian atas
dari distribusi energi. Setiap fraksi NT/TF ini elektron mempunyai
energi termal sebesar k0T. Energi kinetik termal elektronik total U
adalah dalam orde
(5.22)
𝑈 ≈ (𝑁𝑇/ 𝑇𝐹 ) 𝑘0 𝑇

Kapasitas panas elektron adalah sebagai berikut


𝜕𝑈 𝜕 𝑁𝑇 (5.23)
𝐶𝑒𝑙 = ≈ 𝑘0 𝑇 = 𝑁𝑘0 ( 𝑇 / 𝑇𝐹 )
𝜕𝑇 𝜕𝑡 𝑇𝐹
Ungkapkan kuantitatif untuk kapasitas panas elektronik pada temperatur
rendah 𝑘0 𝑇 <<∈𝐹 . Penambahan ∆𝑈 ≡ 𝑈 𝑇 − 𝑈 0 terhadap energi
total(Gambar 5.5) pada sistem N elektron jika dipanaskan dari 0 ke T
adalah :
∞ ∈𝐹 (5.24)
∆𝑈 = න 𝑑 ∈ 𝐷 ∈ 𝑓 ∈ − න 𝑑 ∈∈ 𝐷(∈)
0 0

• dimana f(∈) adalah fungsi Dirac-Fermi dan D(∈) adalah jumlah orbital
persatuan energi. Kita kalikan identitas
∞ ∈𝐹 (5.25)
𝑁 = න 𝑑 ∈ 𝐷 ∈ 𝑓 ∈ = න 𝑑 ∈ 𝐷(∈)
0 0
Dengan ∈𝐹 untuk memperoleh
∈𝐹 ∞ ∈𝐹
‫׬‬0 + ‫∈׬‬ 𝑑𝜖 ∈𝐹 𝑓 𝜖 𝐷 𝜖 = ‫׬‬0 𝑑𝜖 ∈𝐹 𝐷(𝜖)
𝐹
(5.26)

Kita Gunakan
∞ ∈𝐹
∆𝑈 = ‫׬‬0 𝑑𝜖 𝜖−∈𝐹 𝑓 𝜖 𝐷 𝜖 + ‫׬‬0 𝑑𝜖 ∈𝐹 −𝜖 1 − 𝑓 𝜖 𝑑(𝜖)
(5.27)

Hasil 𝑓 𝜖 𝐷 𝜖 𝑑𝜖 di dalam integral pertama adalah jumlah elektron


yang meloncat ke orbital dalam daerah energi 𝜖. Faktor [1 − 𝑓 𝜖 ]
dalam integral kedua adalah probabilitas elektron yang telah
berpindah dari orbital ∈
𝑑𝑈 ∞ 𝑑𝑓
𝐶𝑒𝑙 = = ‫׬‬0 𝑑 ∈ ∈ −∈𝐹 𝐷(∈) (5.28)
𝑑𝑇 𝑑𝑇
Gambar 5.3 bahwa turunan 𝑑𝑓/𝑑𝑇 akan besar hanya pada energi-energi
dekat ∈𝐹 Ini adalah pendekatan yang baik untuk mengevaluasi rapat
keadaan D(∈) pada ∈𝐹 dan menempatkannya di luar integral.
∞ 𝑑𝑓
𝐶𝑒𝑙 ≅ 𝐷(∈𝐹 ) ‫׬‬0 𝑑 ∈ (∈ −∈𝐹 ) 𝐷(∈) (5.29)
𝑑𝑇

Jika variasi dari µ dengan T menyarankan bahwa bila 𝑘0 𝑇 <<∈𝐹 kita


abaikan ketergantungan temperatur potensial kimia µ pada fungsi
distribusi Dermi-Dirac dan µ diganti dengan konstan ∈𝐹 . Kita dapatkan
kemudian dengan 𝜏 ≡ 𝑘𝐵 𝑇,
𝑑𝑓 ∈−∈𝐹 exp[(∈−∈𝐹 )/ 𝜏 ]
= (5.30)
𝑑𝜏 𝜏2 {exp[ ∈−∈𝐹 / 𝜏]+1}2
Jika variasi dari µ dengan T menyarankan bahwa bila 𝑘0 𝑇 <<∈𝐹 kita
abaikan ketergantungan temperatur potensial kimia µ pada fungsi
distribusi Dermi-Dirac dan µ diganti dengan konstan ∈𝐹 . Kita dapatkan
kemudian dengan 𝜏 ≡ 𝑘𝐵 𝑇,

𝑑𝑓 ∈−∈𝐹 exp[(∈−∈𝐹 )/ 𝜏 ]
= (5.30)
𝑑𝜏 𝜏2 {exp[ ∈−∈𝐹 / 𝜏]+1}2

Kita Ambil
𝑥 = (∈ −∈𝐹 )/𝜏 (5.31)
Dan dari persamaan (5.29) dan (5.30) maka
∞ 𝑒 𝑥
2
𝐶𝑒𝑙 = 𝑘0 𝑇𝐷(∈𝐹 ) ‫׬‬0 𝑑𝑥 𝑥2 𝑥 2 (5.32)
(𝑒 +1)
Gambar 5.6 Ketergantungan temperatur pada energi dari gas fermion
yang tidak saling berinteraksi dalam 3 dimensi. Energi diplot dalam
keadaan ternormalisasi ∆𝑈/𝑁𝜀𝐹 , dimana N adalah jumlah elektron.
Gambar 5.7 Grafik potensial kimia µ terhadap temperatur 𝑘0 T untuk
gas Fermi yang tidak saling berinteraksi dalam tiga dimensi. Untuk
ketepatan dalam memplot, satuan dari µ dan 𝑘0 T adalah 0,763∈𝐹 .
Dengan mengganti batas bawah dengan -∞ karena faktor 𝑒 𝑥
di dalam pengintregalan adalah sangat kecil pada 𝑥 =
−∈𝐹 / 𝜏 jika kita berbicara pada temperatur rendah
sedemikian rupa ∈𝐹 / 𝜏~100 atau lebih integral menjadi
∞ 𝑒 𝑥 𝜋2
‫׬‬−∞ 𝑑𝑥 𝑥2 𝑥 2 =
(𝑒 +1) 3
(5.33)
Dengan demikian kapasitas panas gas elektron persamaan
(5.32) menjadi
1 2
𝐶𝑒𝑙 = 𝜋 𝐷(∈𝐹 )𝑘0 𝑇 (5.34)
3
Dari persamaan (5.21) kita dapatkan bahwa

𝐷 ∈𝐹 = 3𝑁/2 ∈𝐹 = 3𝑁/2𝑘0 𝑇𝐹 (5.35)


Untuk gas elektron bebas dengan 𝑘0 𝑇𝐹 ≡∈𝐹 . Selanjutnya,
persamaan (5.34) menjadi

1 2
𝐶𝑒𝑙 = 𝜋 𝑁𝑘0 𝑇/𝑇𝐹 (5.36)
2
Temperatur Fermi, 𝑇𝐹 sesungguhnya bukanlah
temperature yang nyata tetapi hanya notasi dari
temperatur referensi.
KAPASITAS PANAS LOGAM SECARA EKSPERIMEN
Untuk temperatur jauh di bawah temperatur Debye dan
temperatur Fermi,kapasitas panas logam dapat ditulis sebagai
penjumlahan kapasitas panas yang diakibatkan oleh elektron dan
photon : C= 𝛾𝑇 + 𝐴𝑇 3 , dimana 𝛾 dan A adalah tetapan
karakteristik dari bahan. Titik-titik hasil pengukuran akan terletak
sepanjang garis lurus dengan kemiringan A dengan memotong
sumbu C/T pada titik 𝛾. Grafik untuk potasium telah diperlihatkan
dalam Gambar 5.9. Nilai koefisien 𝛾 hasil eksperimen besarnya
sesuai dengan yang diharapkan, tetapi sering tidak cocok
dengan perhitungan dengan elektron bebas bermassa-m dengan
memakai Persamaan (5.34). Perbandingan masa efektif termal
𝑚𝑡ℎ dan masa elektron m dimana 𝑚𝑡ℎ didefinisikan sebagai
𝑚𝑡ℎ 𝛾(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛)
• = (5.38)
𝑚 𝛾(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠)
Gambar 5.9 Kapasitas panas untuk potasium, sesuai eksperimen
dimana digambar dalam C/T terhadap T² (W.H. Lien dan N.E. Philips).
Berangka 5 dari satu kesatuan yang melibatkan tiga efek yang terpisah :

• Interaksi dari elektron konduksi denga potensial periodik dari kisi kristal
yang kaku. Massa efektif sebuah elektron dalam potensial disebut massa
efektif pita, (band effective mass) dan akan dijelaskan kemudian.
• Interaksi dari elektron konduksi dengan phonon. Elektron cenderung
terpolarisasi tau mendistorsi kisi sekitarnya sedemikian rupa sehingga
gerak elektrin berusaha menarik ion terdekat, dengan demikian
memperbesar masa efektif elektron.
• Interaksi dari elektron konduksi dengan elektron konduksi sesamanya.
Elektron yang bergerak menyebabkan reaksi terhadap gas elektron
sekitarnya yang mengakibatkan bertambahnya massa efektif elektron.
KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN
5.6
HUKUM OHM
• Hubungan antara momentum elektron bebas denag vektor
gelombang adalah 𝑚𝑣 = ħ𝑘 . Gaya F yang dialami oleh elektron
bermuatan -e dalam medan listrik E dan medan magnet B adalah
− 𝑒 𝐸 + 𝑣 × 𝐵 , sesuai dengan hukum Newton II, maka gaya F
menjadi:
𝑑𝑣 𝑑𝑘
𝐹= 𝑚 = ℎ = −𝑒 𝐸 + 𝑣 + 𝐵 (5.39)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
• Tanpa adanya tumbukan bola-bola Fermi (Gambar 5.10) dalam ruang
k dipindahkan dengan laju yang merata oleh medan listrik konstan
yang diberikan. Pada B=0, diperoleh
𝑘 𝑡 − 𝑘 0 = −𝑒𝐸𝑡/ħ (5.40)
Gambar 5.10 (a)Bola Fermi mencakup lectron orbital pada ruang k pada keadaan dasar gas
lectron. Momentum total sama dengan nol, karena untuk setiap orbit k terdapat orbital yang
terisi pada -k (b) Di bawah pengaruh gaya konstan F yang bekerja pada interval waktu t
setiap orbit lectr k-nya bertambah sebesar 𝛿𝒌 = 𝐹𝑡/ℎ. Ini sebanding dengan pergeseran
seluruh bola fermi sebesar 𝛿𝒌. Momentum total adalah sebesar Nhδk. Jika terdapat N
lectron. Pemakaian gaya akan menambah lectr lectr sebesar 𝑁 ℎ𝛿𝑘 2 /2𝑚.
• Jika medan bekerja pada saat t=0,
terhadap gas lectron yang mengisi bola • Resistivitas listrik 𝜌 didefinisikan sebagai
Fermi berpusat pada titik O pada ruang kebalikan dari konduktivitas listrik
k, maka pada saat t kemudian bola akan sehingga
digeser pada pusat baru yaitu pada : • 𝜌=
𝑚
𝑛𝑒 2 𝜏
• 𝛿𝑘 = −𝑒𝐸𝑡/ħ (5.41) (5.43)
• . Jika dalam medan listrik konstan E • Untuk kristal tembaga murni
terhadap n lectron bermuatan q=-e per konduktivitasnya pada 4 K yaitu pada
satuan volume, kerapatan arus temperatur helium cari adalah
listriknya adalah konduktivitasnnya hamper 105 kali pada
• 𝑗 = 𝑛𝑞𝑣 = 𝑛𝑒 2 𝜏𝐸/𝑚 (5.42) temperatur ruang dalam kondisi ini 𝜏 ≈
2 × 10−9 𝑠 pada 4 K. Lintasan bebas rata-
• Ini adalah hukum Ohm. Konduktivitas rata elektron konduksi didefinisikan
listrik didefinisikan oleh 𝑗 = 𝜎𝐵, sebagai
sehingga:
𝑛𝑒 2 𝜏
• 𝐼 = 𝑣𝐹 𝜏
• 𝜎= (5.43) (5.45)
𝑚
Resistivitas Listrik dari Logam Secara Eksperimen
• Resistivitas listrik dari sebagian besar logam pada temperatur
ruang didominasi oleh tumbukan elektron konduksi dengan fonon
kisi dan pada temperatur helium cair (4K) oleh tumbukan dengan
atom-atom pengotor dan ketidaksempurnaan mekanik dan kisi
(Gambar 5.11). Laju tumbukan tersebut sering tidak tergantung
pada baiknya pendekatan, sehingga jika medan listrik dihentikan
distribusi momentum akan kembali ke keadaan dasar dengan
waktu relaksasi total :
𝟏 𝟏 𝟏
= + (5.46)
𝝉 𝝉𝑳 𝝉𝒊
• Dengan 𝜏𝐿 dan 𝜏𝑖 merupakan waktu tumbukan bagi hamburan
oleh fonon dan oleh pengotor.
• Resistivitas total diberikan oleh:
• 𝜌 = 𝜌𝐿 − 𝜌𝑖 (5.47)

Gambar 5.11 Resistivitas listrik pada logam


muncul sebagai akibat dari tumbukan-
tumbukan elektron dengan (a) fonon, (b)
ketidakmurnian dan kekososngan pada kisi
• Dimana 𝜌𝐿 adalah resistivitas yang disebabkan oleh fonon termal,
dan 𝜌𝑖 adalah resistivitas yang disebabkan oleh hamburan
gelombang elektron oleh cacat statis yang mengganggu
keperiodikan kisi. Pada umumnya 𝜌𝐿 tidak bergantung pada
jumlah cacat apabila konsentrasinya kecil, dan seringkali 𝜌𝑖 tidak
tergantung pada temperatur.

Gambar 5.12 Resistansi dari potassium di bawah 20


K, sebagaimana diukur untuk dua spesimen oleh D.
Mac Donald dan K. Mendelssohn. Perbedaan
perpotongan pada 0 K diakibatkan oleh perbedaan
konsentrasi ketidakmurnian dan ketidaksempurnaan
statik dalam kedua spesimen.
5.7 GERAKAN DI DALAM MEDAN MAGNET
Dengan menggunakan argumentasi persamaan (5.39) dan (5.41) kitta dapatkan bentuk
persamaan gerak untuk perpindahan bola fermi δk dari partikel oleh gaya F dan oleh
gesekan sebagaimana direpresentasikan oleh tumbukan.
𝑑 1
ћ( + ) δk = F (5.48)
𝑑𝑡 𝜏
Bentuk (ћd/dt) δk adalah merepresentasikan percepatan partikel bebas dan efek dari
tumbukan direpresentasikan oleh ћδk/τ, dimana τ adalah waktu tumbukan. Sekarang kita
perhatikan system pada medan magnet B yang serba sama. Gaya Lorentz pada elektron
adalah :
F = -e (E + v x B ) (5.49)
Jika mv = ћδk, maka persamaan gerak dari muatan adalah:
𝑑 1
m( + )v = -e (E + v x B) (5.50)
𝑑𝑡 𝜏
Suatu kondisi yang penting adalah sebagai berikut : andaikan medan magnet static
berada dalam arah sumbu Z. Persamaan gerak adalah:
𝑑 1
m( + )v = -e (Ex + Bvy) (5.51)
𝑑𝑡 𝜏 x
𝑑 1
m( + )v = -e (Ey + Bvx)
𝑑𝑡 𝜏 y
𝑑 1
m( + )v = -e (E)z
𝑑𝑡 𝜏 z

Pada keadaan steadi (steady state) dalam suatu medan listrik statis turunan
terhadap waktu adalah sama dengan nol, sehingga kecepatan hanyut (drift) nya
adalah :
𝑒𝜏
𝑣𝑥 = − 𝐸𝑋 − ω𝐶 𝜏𝑣𝑦
𝑚
𝑒𝜏
𝑣𝑦 = − 𝐸𝑦 − ω𝐶 𝜏𝑣𝑥
𝑚
𝑒𝜏
𝑣𝑧 = − 𝐸𝑧 (5.52)
𝑚
Efek Hall
Medan Hall adalah medan listrik yang terbentuk melewati dua permukaan
konduktor dalam arah jxB, bila arus j mengalir memotong medan magnet B.
Andaikan bahan berbentuk batang dalam arah longitudinal medan listrik, Ex dan
transversal medan magnet, seperti tampak dalam Gambar 5.14. Jika tidak ada arus
yang mengalir keluar batang dalam arah y maka δvy = 0. Dari persamaan (5.52), hal
ini mungkin hanya jika medan listrik transversal.
𝑒𝐵𝜏
𝐸𝑦 = ω𝐶 𝜏 𝐸𝑋 = 𝐸 (5.53)
𝑚 𝑋
Kuantitas yang didefinisikan sebagai :
𝐸𝑦
𝑅𝐻 = (5.54)
𝑗𝑥 𝐵

Disebut dengan Koefisien Hall


Untuk mengevaluasi model yang sederhana tersebut kita gunakan jx = ne2τ
Ex/m dan koefisien Hall menjadi :

1
𝑅𝐻 = − (5.5)
𝑛𝑒

Gambar 5.14. Susunan standar dari efek Hall, sampel dengan tampang lintang segiempat diletakkan pada medan magnet
yang berada dalam arah Z seperti pada (a). Medan listrik Ex dilewatkan pada salah satu sisi elektroda menyebabkan arus
listrik jx mengalir sepanjang sampel. Kecepatan hanyut dari elektron yang bermuatan negatif segera terjadi setelah diberi
medan listrik seperti terlihat pada (b). Pembelokan ke arah y ini terjadi karena adanya medan magnet. Elektron terkumpul
pada salah satu sisi dari batang dan kelebihan ion positif terkumpul pada sisi yang berlawanan sampai seperti terlihat pada
(c), medan listrik tranversal (medan Hall) saling meniadakan dengan gaya Lorentz yang disebabkan oleh medan magnet.
Pengukuran koefisien Hall sangat penting untuk mengukur
konsentrasi pembawa muatan. Simbol 𝑅𝐻 yang menyatakan koefisien Hall
kadang-kadang digunakan dengan maksud yang berbeda, yaitu sebagai
resistansi Hall dalam masalah dua dimensi.
Resistansi Hall didefinisikan sebagai berikut

𝐸𝑦
𝜌𝐻 = 𝐵 𝑅𝐻 = (5.55a)
𝑗𝑥

Dimana jx adalah kerapatan arus permukaan dalam arah x. Persamaan


sederhana persamaan (5.55) diperoleh dengan asumsi bahwa waktu
relaksasi seluruhnya adalah sama, tidak tergantung pada kecepatan tiap
elektron.
5.8 KONDUKTIVITAS TERMAL LOGAM

1 Di sini l = 𝑣𝐹 𝜏 ; n adalah konsentrasi elektron,


Konduktivitas termal diberikan oleh K = Cvl dan 𝜏 adalah waktu tumbukkan. Pengukuran
3
untuk partikel dengan kecepatan v, pada tembaga ditunjukkan oleh Gambar 5.15.
berkapasitas panas C per satuan volume dan
lintasan bebas rata – rata l. Konduktivitas
termal dari gas Fermi dengan kapasitas panas
sesuai dengan persamaan (5.32) dan dengan
𝜀𝐹 = ½ m 𝑣𝐹 2 adalah:

𝜋2 𝑛𝑘 2 𝑇 𝜋2 𝑛𝑘 2 𝑇𝜏
𝐾𝑒𝑙 = . . 𝑣𝐹 .l = (5.56)
3 𝑚𝑣𝐹 2 3𝑚
Dalam logam murni pengaruh elektronik adalah domain pada semua temperature.
Dalam logam tak murni lintasan bebas rata – rata berkurang dengan adanya tumbukkan
dengan pengotor dan kontribusi fonon dapat sebanding dengan kontribusi elektronik.
Dengan menggunakan Persamaan ( 5.43) dan (5.56) dapat dibuat perbandingan :

𝐾 𝜋2 𝑘𝑜 2 𝑇𝑛𝜏Τ3𝑚 𝜋 2 𝑘𝑜 2
= = 𝑇 (5.57)
𝜎 𝑛𝑒 2 𝜏Τ𝑚 3 𝑒

Ini disebut dengan hukum Wiedemann – Franz : logam pada temperature tinggi,
perbandingan konduktivitas termal dan konduktivitas listriknya adalah berbanding
lurus pada temperature. Bilangan Lorenz L adalah didefinisikan sebagai:
L ≡ 𝐾 Τ𝜎𝑇
Sesuai dengan Persamaan 5.57 kita dapatkan harga:
𝜋2 𝑘𝑜 2
L = = 2,72 x 10−13 𝑒𝑠𝑢Τ𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 2 = 2,45 x 10−8 𝑤𝑎𝑡𝑡 − 𝑜ℎ𝑚Τ𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 2
3 𝑒
Pada temperature rendah ( T<<𝜃𝐷 ) bilangan Lorenz cenderung
berkurang, untuk tembaga pada 15 K besarnya lebih kecil
daripada yang dihasilkan oleh Persamaan (5.58). ini disebabkan
oleh karena adanya perbedaan wkatu relaksasi proses
tumbukkan secara termal dan listrik.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai