Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN SAINS DISIKA 3

INTERAKSI ELEKTRON PADA MEDAN MAGNET – EFEK ZEEMAN

Disusun Oleh
Eko Puji Lestari 19070795006
Haifa Azninda 19070795011

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah

“INTERAKSI ELEKTRON PADA MEDAN MAGNET - EFEK ZEEMAN”

sebagai tugas mata kuliah Kajian Sains Fisika 3. Tak lupa juga penulis

mengucapkan sholawat yang setinggi-tingginya kepada Nabi besar Muhammad

SAW sebagai satu-satunya teladan bagi umat muslim.

Penulis juga tak lupa mengucapkan beribu ucapan terima kasih atas bantuan,

motivasi, kritik, saran dan masukan kepada Prof. Dr. Munasir, M.Si dan Dr. Zainul

Arifin Imam Supardi, M.Si., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kajian Sains

Fisika 3 yang telah memberikan saran, masukan dan ilmunya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan Kajian Sains Fisika 3 dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa manusia diciptakan untuk selalu belajar. Oleh

karena itu perlu adanya motivasi, kritik, saran dan juga masukan agar dalam

mengimplementasikan ilmu yang sudah didapatkan dalam penyusunan makalah ini

agar dapat tersusun lebih baik lagi kedepannya.

Surabaya, Desember 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. NORMAL ZEEMAN EFFECT ........................................................... 3
B. ANOMALOUS ZEEMAN EFFECT ................................................... 6
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

Ketika medan magnet eksternal diterapkan, garis spektrum tajam seperti


transisi n = 3 → 2 hidrogen terpecah menjadi beberapa garis yang berjarak dekat.
Pertama kali diamati oleh Pieter Zeeman, pemisahan ini dikaitkan dengan interaksi
antara medan magnet dan momen dipol magnet yang terkait dengan momentum
sudut orbital. Dengan tidak adanya medan magnet, energi hidrogen hanya
bergantung pada bilangan kuantum utama n, dan emisi terjadi pada satu panjang
gelombang. Efek Zeeman adalah konsep yang menjelaskan tentang apa yang terjadi
ketika electron melompat diantara tingkat energi dalam atom hydrogen. Efek
Zeeman ditandai ketika electron melompat dari energi yang tinggi ke energi yang
lebih rendah, atau sebaliknya, dan saat itu foton diemisikan terhadap frekuensi atau
panjang gelombang tertentu. Cara menentukan foton apa dan berapa frekuensinya
serta panjang gelombangnya yaotu dengan mengetahui selisih pada tingkat energi
menggunakan persamaan
1
𝐸𝑛 = (−13,6 eV)
𝑛2
Ketika electron melompat diantara tingkat energi tersebt, maka electron akan
mengemisikan photon yang memiliki energi sama dengan besar perbedaan tingkat
energi tersebut. Contohnya saat electron melompat dari tingkat energi keempat (n
= 4) menuju ke tingkat energi kedua (n = 2) perbedaan energinya adalah
1 1
𝐸4→2 = ( − ) (−13,6 eV) = 2,55 eV
42 22
ℎ𝑐
𝐸 = ℎ𝑓 =
𝜆
ℎ𝑐 (6,626 × 10−34 )(3 × 108 )
𝜆= = = 486 𝑛𝑚
𝐸 (2,55 𝑒𝑉)(1,6 × 10−19 )
Contoh lain yang dapat diamati yaitu saat electron dari tingkat energi pertama,
menuju ke tingkat energi kedua, akan mengemisikan foton dengan panjang
gelombang sinar ultra violet, yang selanjutnya dapat dilihat pada gambar 1.1.

1
2

Gambar 1.1 Spektrum atom hydrogen menurut Bohr.


Fenomena ini terjadi ketika tidak melibatkan medan magnet maupun medan
listrik yang kuat, sehingga spektrumnya jelas terlihat. Sememtara hal yang berbeda
akan teramati ketika interaksi electron ini terjadi dalam pengaruh medan magnet,
yang disebut dengan Zeeman Effect.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Normal Zeeman Effect
Efek yang menjelaskan fenomena garis spektrum yang terpisah menjadi
2 atau lebih bagian yang memiliki sedikir perbedaan frekuensi ketika
sumbernya ditempatkan pada medan magnet statis yang lemah. Pertama kali
diamati pada tahun 1896 oleh Fisikawan Jerman Pieter Zeeman saat
melakukan pengamatan tentang yellow D-lines dari atom sodium yang
terpengaruh medan magnet kuat. Ia mendapat penghargaan Noble for Physics
pada tahun 1902 bersama dengan mantan gurunya Hendrik Anton Lorentz.
Interaksi antara atom dan medan magnet diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
a. Medan lemah: Zeeman Effect, baik Normal Zeeman Effect maupun
Anomalous Zeeman Effect
b. Medan kuat: Paschen-Back Effect
Normal Zeeman Effect sepakat dengan teori klasik tentang Hukum
Lorentz. Anomalous Effect bergantung pada spin electron, dan merupakan
mekanika kuantum yang murni. Normal Zeeman Effect Teramati pada atom
yang tidak memiliki spin (𝑆 = 0, 𝐿 = 𝐽 ≠ 0).
Total spin dari sebuah atom dengan 𝑁-electron adalah
𝑁

𝑆 = ∑ 𝑠𝑙
𝑖=1

Kulit atom yang terisi tidak memiliki total spin, jadi hanya
1
mempertimbangkan electron valensi. Karena electron memiliki spin 2
jadi

tidak mungkin menyatakan bahwa 𝑆 = 0 dari atom dengan electron valensi


ganjil. Elektron valensi genap dapat menghasilkan keadaan 𝑆 = 0 Keadaan
dasar dari Golongan II (divalent atoms) memiliki konfiguasi 𝑛𝑠 2 → selalu
memiliki 𝑆 = 0, dimana dua elektronnya lurus dengan spin antiparallelnya
Momen magnetic dari sebuah atim yang tidak memiliki spin akan dianggap
sebagai gerak orbital
𝜇𝐵
𝜇̂ = − 𝐿̂

3
4

Energi interaksi antara momen magnetic dan medan magnet adalah:


∆𝐸 = −𝜇̂ ⋅ 𝐵̂
Asumsikan 𝐵 hanya terdapat pada arah sumbu 𝑧:
0
̂
𝐵 =(0)
𝐵𝑧
Energi interaksi dari atom menjadi
∆𝐸 = −𝜇𝑧 𝐵𝑧 = 𝜇𝐵 𝐵𝑧 𝑚𝑙
Dimana 𝑚𝑙 adalah bilangan kuantum orbital magnetic. Persamaan ini
menyatakan bahwa 𝐵 memecah keadaan 𝑚𝑙 yang turun secara rata.

Gambar 2.1 Orbit Elektron dalam Pengaruh Medan Magnet

Jika suatu atom ditempatkan dalam medan magnet B yang didefinisikan


pada sumbu-z, maka elektron atom akan berinteraksi dengan medan itu. Total
Hamiltonian elektron adalah:
5

̂𝑜 adalah adalah Hamiltonian sebelum dipengaruhi medan magnit.


𝐻
Andaikan elektron menempati fungsi keadaan 𝜓𝑛𝑙𝑚 . Untuk itu persamaan
harga eigen adalah:

Artinya, selama atom berada dalam pengaruh medan magnet, energi


interaksi itu merupakan tambahan/pengurangan terhadap energi En. Karena
untuk setiap harga ℓ ada (2ℓ+1) buah harga mℓ, maka 𝜓𝑛𝑙𝑚 . yang tadinya
berdegenerasi, pecah menjadi (2ℓ+1) buah pecahan. Dalam Gb. 6.5
diperlihatkan pengaruh medan magnet terhadap 𝜓1𝑠 , 𝜓2𝑠 dan 𝜓2𝑝 . Fungsi-
fungsi 𝜓100, 𝜓200 dan 𝜓210 tetap saja, tidak mengalami pergeseran karena
harga ℓ dan mℓ bersangkutan sama dengan nol. Terlihat dalam Gb. 2.2,
hanya ada satu garis transisi 2p → 1s jika tidak dalam pengaruh medan
magnit; tetapi dalam pengaruh medan magnet muncul tiga garis transisi.
Pergeseran tingkat energi karena pengaruh medan magnet statik disebut
effek Zeeman normal.

Gambar 2.2 Contoh Transisi yang Diperbolehkan dalam Normal Efek


Zeeman

Transisi terjadi dengan mempertimbangkan aturan 𝑚𝑙 dimana ∆𝑚𝑙 =


−1, 0, 1
6

Berdasarkan transisi antara dua tingkat energi pada celah Zeeman, frekuensi
yang diperbolehkan yaitu
ℎ𝑣 = ℎ𝑣0 + 𝜇𝐵 𝐵𝑧 saat 𝑚𝑙 = −1
ℎ𝑣 = ℎ𝑣0 saat 𝑚𝑙 = 0
ℎ𝑣 = ℎ𝑣0 − 𝜇𝐵 𝐵𝑧 saat 𝑚𝑙 = 1
Photon yang diemisikan juga memiliki polarisasi, bergantung pada dari mana
transisi yang dihasilkan.

Gambar 2.3 Gambaran perbedaan orientasi dari 𝑚𝑙 = −1, 0 dan 1

B. Anomalous Zeeman Effect


Anomalous Zeeman Effect ditemukan oleh Thomas Preston di Dublin
pada 1897. Anomalous Zeeman Effect terjadi pada atom-atom dengan spin
yang tidak-nol → atom dengan electron ganjil Pada 𝐿𝑆-coupling, interaksi
spin-orbit memasangkan momentum sudut spin dan orbital untuk menghitung
total momentum sudut dengan persamaan
𝐽̂ = 𝐿̂ + 𝑆̂
Saat medan magnet diterapkan, 𝐽 menggantikan 𝐵 pada frekuensi
Larmor, Dalam prosesnya, L dan S lebih cepat setara 𝐽 akibat interaksi spin-
orbit. Spin-orbit effect lebih kuat.

Gambar 2.4 Arah Vektor 𝐉 = 𝐋 + 𝐒


7

Adapun perbedaan mendasar antara Normal Zeeman Effect dan Anomalous


Zeeman Effect dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Perbedaan Normal Zeeman Effect dan Anomalous Zeeman Effect
Normal Zeeman Effect Anomalous Zeeman Effect
Tidak Ada Medan Magnet Tidak Ada Medan Magnet

Ada Medan Magnet Ada Medan Magnet

Jenis pemisahan ini diamati


Ketika spin elektron dimasukkan, terdapat
dengan hidrogen dan Zn. Jenis
variasi yang lebih besar dari pola pemisahan.
pemisahan ini diamati untuk
keadaan spin 0 karena spin tidak
berkontribusi pada momentum
sudut.

Ada beberapa cara untuk menentukan persamaan Anomalous Zeeman Effect.


Cara yang pertama yaitu dengan mengilustrasikan vector 𝐒 dan 𝐋 saat vector
𝐉 bergerak konstan. Ketiga vector ini memiliki panjang yang tetap, sehingga
terjadi setara pada arah vector 𝐉. Sehingga

𝐒⋅𝐉 (𝐒 ⋅ 𝐉)
𝐒→𝐉 𝟐
=𝐉 𝟐
𝐉 ℏ 𝒋(𝒋 + 𝟏)
𝟏 𝟐
𝐒⋅𝐉= [𝐉 + 𝐒 𝟐 − 𝐋𝟐 ]
𝟐
ℏ2 3
𝐒⋅𝐉= [𝑗(𝑗 + 1) + − 𝑙 (𝑙 + 1)]
2 4
< 𝑺𝒛 > digantikan dengan
3
𝑗(𝑗 + 1) − 𝑙 (𝑙 + 1) + 4
< 𝐽𝑧 >
2𝑗(𝐽 + 1)
Sehingga
8

3
𝑒𝐵ℏ 1 + 𝑗(𝑗 + 1) − 𝑙 (𝑙 + 1) + 4
∆𝐸𝐵 = 𝑚 ( )
2𝑚𝑒 𝑗 2𝑗(𝑗 + 1)

Gambar 2.5 Transisi pada Anomalous Zeeman Effect.

Cara Kedua
Energi interaksi dari atom sama dengan jumlah dari interaksi momen
magnetic spin-orbit pada medan magnet 𝐵
∆𝐸 = −𝜇𝑧 𝐵𝑧
∆𝐸 = −(𝜇𝑧𝑜𝑟𝑏𝑖𝑡𝑎𝑙 + 𝜇𝑧𝑠𝑝𝑖𝑛 )𝐵𝑧
𝜇𝐵
̂𝑧 + 𝑔𝑠 𝑆𝑧 ⟩
∆𝐸 = ⟨𝐿 𝐵
ℏ 𝑧
Dimana 𝑔𝑠 = 2, dan <…> adalah nilai ekspektasi. Normal Zeeman Effect
terjadi saat 𝑆𝑧 = 0 dan 𝐿𝑧 = 𝑚𝑙 ℏ Proyeksi 𝐿 dan 𝑆 terhadap 𝐽 dan dalam
sumbu 𝑧 dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Proyeksi Vektor 𝐉 = 𝐋 + 𝐒


Sehingga
𝐽 𝐽 𝜇𝐵
𝜇̂ = − ⟨|𝐿|𝑐𝑜𝑠𝜃 + 2|𝑆|𝑐𝑜𝑠𝜃2 ⟩
|𝐽 | |𝐽 | ℏ
Sudut antara 𝜃1 dan 𝜃2 dapat dihitung dari scalar product
𝐿̂ ⋅ 𝐽̂ = |𝐿|𝐽|𝑐𝑜𝑠𝜃1
9

𝑆̂ ⋅ 𝐽̂ = |𝑆|𝐽|𝑐𝑜𝑠𝜃2
Yang mengimplikasikan bahwa
𝐿̂ ⋅ 𝐽̂ 𝑆̂ ⋅ 𝐽̂ 𝜇𝐵
𝜇̂ = − ⟨ 2 + 2 2 ⟩ 𝐽̂
|𝐽̂| |𝐽̂| ℏ

Substitusi 𝑆̂ = 𝐽̂ − 𝐿̂ menghasilkan
𝑆̂ ⋅ 𝑆̂ = (𝐽̂ − 𝐿̂) ⋅ (𝐽̂ − 𝐿̂)
𝑆̂ ⋅ 𝑆̂ = 𝐽̂ ⋅ 𝐽̂ + (𝐿̂ ⋅ 𝐿̂) − 2(𝐿̂ ⋅ 𝐽̂)
Sehingga
𝐽̂ ⋅ 𝐽̂ + (𝐿̂ ⋅ 𝐿̂) − 𝑆̂ ⋅ 𝑆̂
(𝐿̂ ⋅ 𝐽̂) =
2
Sehingga
𝐿̂ ⋅ 𝐽̂ [𝑗(𝑗 + 1) + 𝑙 (𝑙 + 1) − 𝑠(𝑠 + 1)]ℏ2 /2
⟨ 2⟩ =
|𝐽̂| 𝑗(𝑗 + 1)ℏ2

𝐿̂ ⋅ 𝐽̂ [𝑗(𝑗 + 1) + 𝑙 (𝑙 + 1) − 𝑠(𝑠 + 1)]


⟨ 2⟩ =
|𝐽̂| 2𝑗(𝑗 + 1)

Sama halnya dengan,


𝐽̂ ⋅ 𝐽̂ + (𝑆̂ ⋅ 𝑆̂) − 𝐿̂ ⋅ 𝐿̂
(𝑆̂ ⋅ 𝐽̂) =
2
Dan
𝑆̂ ⋅ 𝐽̂ [𝑗(𝑗 + 1) + 𝑠(𝑠 + 1) − 𝑙 (𝑙 + 1)]
⟨ 2⟩ =
|𝐽̂| 2𝑗(𝑗 + 1)
𝐽 𝐽 𝜇𝐵
𝜇̂ = − ⟨|𝐿|𝑐𝑜𝑠𝜃 + 2|𝑆|𝑐𝑜𝑠𝜃2 ⟩ 𝐽̂
|𝐽 | |𝐽 | ℏ
Persamaan di atas menjadi
[𝑗(𝑗 + 1) + 𝑙 (𝑙 + 1) − 𝑠(𝑠 + 1)]
𝜇̂ = (
2𝑗(𝑗 + 1)
[𝑗(𝑗 + 1) + 𝑠(𝑠 + 1) − 𝑙 (𝑙 + 1)] 𝜇𝐵
−2 )
2𝑗(𝑗 + 1) ℏ
Lande g-factor bernilai
(𝑗 + 1) + 𝑠(𝑠 + 1) − 𝑙 (𝑙 + 1)
𝑔𝑗 = 1 ±
2𝑗(𝑗 + 1)
10

Sehingga
𝜇𝐵
𝜇̂ = −𝑔𝑗 𝐽̂

Persamaan tersebut menandakan
𝜇𝑧 = 𝑔𝑗 𝜇𝐵 𝑚𝑗
∆𝐸 = −𝜇𝑧 𝐵𝑧 = 𝑔𝑗 𝜇𝐵 𝑚𝑗 𝐵𝑧

Fungsi Eigen untuk Anomalous Zeeman Effect

Gambar 2.7 Contoh Transisi Energi yang Diperbolehkan pada Anomalous


Zeeman Effect.
11

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ketika medan magnet eksternal diterapkan, garis spektrum tajam seperti
transisi n = 3 → 2 hidrogen terpecah menjadi beberapa garis yang berjarak dekat.
Pertama kali diamati oleh Pieter Zeeman, pemisahan ini dikaitkan dengan interaksi
antara medan magnet dan momen dipol magnet yang terkait dengan momentum
sudut orbital. Dengan tidak adanya medan magnet, energi hidrogen hanya
bergantung pada bilangan kuantum utama n, dan emisi terjadi pada satu panjang
gelombang. Perpindahan tingkat energi ini menghasilkan pemisahan multiplet yang
berjarak seragam dari garis spektrum yang disebut efek Zeeman.

Gambar 3.1 Perbedaan Garis Spektrum antara tanpa medan magnet dan
Zeeman Effect pada Atom Hidrogen
Gambar A merupakan interaksi electron saat tanpa dipengaruhi medan
magnet, gambar B adalah fenomena Normal Zeeman Effect dan gambar C adalah
Anomalous Zeeman Effect
Medan magnet juga berinteraksi dengan momen magnet spin elektron,
sehingga berkontribusi pada efek Zeeman dalam banyak kasus. Putaran elektron
belum ditemukan pada saat eksperimen asli Zeeman, jadi kasus di mana ia
berkontribusi dianggap anomali. Istilah "efek Zeeman yang anomali" telah bertahan
untuk kasus-kasus di mana kontribusi putaran. Secara umum, momen orbital dan
spin terlibat, dan interaksi Zeeman dinyatakan dalam persamaan
12

DAFTAR PUSTAKA

Beiser. A., Konsep Fisika Modem, terjemahan The Houw Lion& Erlangga, Jakarta,
1983.

Gasiorowicz, S., Quantum Physics, John Wiley and Sons, 3rd ed. New York, 2003.

Greiner, W.. Quantum Mechanics — an Introduction. 4th ed., Springer, bcrlin,

Griffiths, D.J., Introduction to Quantum Mechanics, Prentice Hall. New Jersey.


1994.

Liboff. RI., Introductory to Quantum Mechanics. 3rd ed., Adison-Wesley,


Massachussetts, 1992.

Park, D., Introduction to Quantum Mechanics. 3rd ed., McGraw-Hill. New York.
1992. Introduction to Quantum Mechanics. McGraw-Hill. New York. 1935.

Anda mungkin juga menyukai