PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas
akhir ini adalah:
1. Membantu membuat material Komposit Carbon Nanotubes-Polyvynilidene
Flouride (CNT-PVDF).
2. Menganalisis hasil dari pengaruh prosentase massa CNT terhadap karakteristik
kelistrikan Komposit CNT-PVDF.
1.3 Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perkembangan teknologi
komposit ke depannya, terutama untuk mendapatkan optimasi dari sifat kelistrikan komposit
berbasis CNT yang memiliki potensi besar untuk digunakan dalam berbagai aplikasi
diantaranya dalam mengembangkan teknologi nanomaterial.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Komposit
2.1.2 Definisi Komposit
Komposit adalah perpaduan dari material yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik
masing-masing material penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang unik
dibandingkan sifat material dasar sebelum dicampur dan terjadi ikatan permukaan antara
masing-masing material penyusun (Gibson, 1994).
Komposit menurut pembentukannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu komposit alami
dan komposit sintetis (buatan). Material komposit alami yaitu tulang, yang terbuat dari
kolagen dan mineral. Komposit sintetis yang telah ada ribuan tahun yang lalu adalah bata
yang diperkuat dengan jerami (Camponesci, 2007).
Pada umumnya komposit terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) dan material pengikat
serat-serat tersebut yang disebut matriks. Unsur utama komposit adalah serat. Serat ini yang
menentukan karakteristik bahan kompositnya, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat
mekanik yang lain. Matriks dipilih dari bahan-bahan yang liat dan lunak. Matriks bertugas
melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik (Hadi, 2000).
Material komposit menggabungkan keunggulan kekuatan dan kekakuan serat dengan
massa jenis matriks yang rendah. Hasilnya adalah suatu material yang ringan tetapi kuat dan
kaku. Di samping itu, material komposit juga memiliki beberapa kelebihan diantaranya
mampu menggantikan material logam (kekuatan tinggi), rasio antara kekuatan dan
densitasnya cukup tinggi (ringan), murah (tidak memerlukan proses permesinan), proses
pengerjaan sangat sederhana, dan tahan korosi (komposit non logam) (Harbrian, 2007).
Sifat dan karakteristik dari komposit ditentukan oleh material yang menjadi penyusun
komposit, bentuk dan penyusunan struktural serta interaksi antar penyusun. Bila terjadi
interaksi antar penyusun maka akan meningkatkan sifat dari komposit (Urquhart, 1991).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.1 Jenis komposit berdasarkan jenis serat (a) continuous fiber composite, (b) woven
fiber composite, (c) discontinuous fiber composite (d) hybrid fiber composite (Gibson, 1994)
Continuous fiber composite terdiri dari susunan serat panjang dan lurus, membentuk
lamina di antara matriksnya. Jenis komposit ini paling banyak digunakan. Kekurangan jenis
serat ini adalah lemahnya kekuatan antar lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan antar lapisan
dipengaruhi oleh matriksnya (Gibson, 1994).
2.1.4 Nanomaterial
Nanomaterial merupakan material yang berukuran pada jangkauan nanometer
(10-9 meter). Material bulk didefinisikan sebagai material yang disusun atas
atomatom atau ion-ion pada jumlah yang besar, yang dimensinya berukuran
pada jangkauan mikro atau lebih.
Struktur CNT yang berupa MWNT pertama kali ditemukan oleh Sumio
Iijima dari NEC laboratories di Jepang tahun 1991. Berdasarkan jumlah
dinding yang dibentuknya ada dua jenis CNT yaitu Single-Willed Nanotubes
(SWNT) yang hanya membentuk satu dinding dan Multi-willed Nanotubes
(MWNT) yang membentuk lebih dari satu dinding berlapis-lapis (Anggraeni,
2006).
Struktur MWNT mempunyai karakteristik cukup unik, namun
penelitian secara teori mengindikasikan bahwa jenis CNT berdinding satu lapis
(SWNT) mempunyai karakter lebih menarik dan fantastis dari pada MWNT.
SWNT mempunyai diameter yang lebih kecil dari MWNT, yaitu di bawah 2
nm. Oleh karena itu pembuatan SWNT lebih sulit bila dibandingkan dengan
MWNT (Anggraeni, 2006).
sp2
Gambar 2.5 Hibridisasi dari carbon nanotubes (Meyappan, 2005)
I = dq/dt (2.3)
R = ρL/A (2.4)
σ = 1/ρ (2.6)
2.1 Perilaku antara Matriks dan Filler serta Surfaktan pada Komposit
Pada temperatur glasis polimer mengalami perubahan keadaaan dan
perilakunya dari kaku, getas, padat seperti gelas menjadi fleksibel, lunak,
elastis, seperti fluida (visko elastik) sehingga rantai polimer meregang. Gambar
2.13 menunjukkan perubahan perilaku polimer terhadap temperatur.
Gambar 2.13 Perubahan perilaku polimer terhadap temperatur
(Saptono, 2008)
Gambar 2.16 (a) satu molekul X-100 Triton, (b) CNT dibungkus oleh molekul
Triton
X-100 (1 CMC), (c) Triton X-100 micelle, (d) CNT dibungkus oleh Triton X-100
micelle (10 CMC) (Yan Geng dkk, 2008)
probe probe
I terukur
Pencampuran
3 g Ferrocene Ferrocene dan 50 mL Benzena
Benz ena
Proses pyrolysis
selama 30 menit pada
suhu 900 oC
Serbuk CNT
Selesai
Larutan PVDF
Penambahan Larutan
CNT /Triton X - 100 (4 mL )
Pengadukan pada
dengan massa CNT
temperatur 40°C
terhadap komposit 0 %,
selama 1 jam
2% , 4%, 6%, 8% dan 1 0% .
Selesai
Berdasarkan contoh hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Komposit CNT-PVDF telah berhasil dibuat dengan metode solution processing, dengan
penambahan surfaktan.
2. Penambahan CNT pada pembuatan komposit CNT-PVDF mempengaruhi nilai sifat listrik
komposit CNT-PVDF. Pada prosentase massa CNT 2%, 4%, 6%, dan 8% konduktivitas
mengalami peningkatan perlahan. Peningkatan konduktivitas yang tinggi diperoleh pada
prosentase massa CNT 10%.
3. Nilai konduktivitas tertinggi diperoleh pada komposisi CNT 10% yaitu sebesar 5.36 x 10−3
Ω-1m-1.