Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KAJIAN SAINS FISIKA I

TRANSFORMASI ACUAN INERSIA DAN NON INERSIA

Nama Kelompok:

Afifah Yuliani Adhim 19070795008


Fitriatus Sabrina 19070795026

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PRODI STUDI PENDIDIKAN SAINS
2020
A. Pendahuluan

Kerangka acuan yaitu suatu perspektif dari mana suatu sistem diamati. Dalam bidang
fisika, suatu kerangka acuan memberikan suatu pusat koordinat relatif terhadap seorang
pengamat yang dapat mengukur gerakan dan kedudukan semua titik yang terdapat dalam
sistem, termasuk orientasi obyek di dalamnya. Kerangka acuan dibedakan menjadi dua yakni
kerangka acuan inersia dan non inersia.

B. Pembahasan

1. Kerangka Acuan Inersia

Suatu kerangka acuan inersia bertranslasi dengan suatu kecepatan konstan, yang berarti
kerangka acuan itu tidak berotasi (hanya bertranslasi) dan pusat koordinatnya bergerak
dengan kecepatan konstan di sepanjang sebuah garis lurus (dengan kecepatan tetap, tanpa
adanya komponen percepatan). Dalam kerangka acuan inersia, berlaku hukum pertama
Newtom (inersia) dan juga hukum gerak Newton.

Beberapa cara untuk mendeskripsikan secara singkat suatu kerangka acuan inersia.
Suatu kerangka acuan inersia adalah suatu kerangka acuan yang:

 Bergerak dengan kecepatan konstan


 Tidak bergerak dipercepat
 Dimana hukum inersia berlaku
 Dimana hukum gerak Newton berlaku
 Dimana tidak terdapat gaya-gaya fiktif.

2. Kerangka acuan non inersia

Selama ini, gerak suatu partikel seringkali ditentukan dengan asumsi bahwa kerangka
bersifat tetap (sistem koordinat inersia). Padahal perlu dipahami bahwa sebenarnya bumi
yang kita tempati bergerak , baik translasi dipercepat maupun berotasi (sistem koordinat
non-inersia). Pembahasan masalah ini diperlukan agar gerak suatu benda pada sistem
koordinat non-inersia dapat diperkirakan dan dijelaskan dengan lebih akurat, misalnya
bagaimana gerak roket yang diluncurkan ke angkasa dan arah gerakan angin di sekitar
khatulistiwa.

1
Sistem kerangka non-inersia adalah kerangka yang bergerak relatif terhadap sistem
kerangka yang lain. Sistem kerangka non-inersia terdiri atas: sistem koordinat bertranslasi,
sistem koordinat berotasi, dan sistem koordinat yang bertranslasi dan berotasi.

1) Sistem Koordinat Translasi


Sistem koordinat yang bergerak translasi relatif (O’x’y’z’) terhadap sistem koordinat
inersia (Oxyz)

Hubungan vektor posisi


r = R0 + r’

Hubungan vektor kecepatan


v = V0 + v’

Hubungan vektor percepatan


a = a0 + a’

Perhatikan a = a0 + a’. Jika a0 = 0 maka percepatan di kedua sistem koordinat


menjadi sama (a = a’). Konsekuensinya, jika sistem utama adalah inersia, maka Hukum II
Newton F = ma menjadi F’ = ma’ (untuk sistem yang bergerak), sehingga sistem yang
bergerak juga merupakan sistem inersia. Kesimpulan: Hukum II Newton pada suatu
sistem juga akan pada sistem lain yang bergerak dengan kecepatan seragam relatif terhadap
yang pertama. Ini sesuai dengan prinsip relativitas Newton, di
mana tidak ada kerangka acuan yang khas. Semua kerangka acuan yang bergerak dengan
kecepatan relatif yang tetap adalah ekivalen.
Jika sistem bergerak dipercepat (a = a0 + a’), maka Hukum II Newton

F=m aF=m ( a0 + a' ) F=m a0 +m a' F−m a0=ma' F ' =ma'

Dimana
F ' =F +(−m a0)

2
 Menurut pengamat non-inersia

∑ F ' =m a' =0
Tsinθ−F ' x =0 , Tcosθ−mg=0

F ' x =mg tanθ

 Menurut pengamat inersia

∑ F ' i=ma

Tsinθ=m ( a0 +a' ) , Tcosθ−mg=0

Tsinθ=ma 0

a 0=g tan θ

Dapat disimpulkan bahwa penyimpangan tersebut akibat percepatan mobil pada arah
mendatar dan karenanya gaya mendatar diperlukan untuk mempercepat pendulum.
2) Sistem koordinat rotasi

3
Dua buah sistem koordinat yang bertumpukan yakni Oxyz dan O’x’y’z’
r = r’
ix + jy + kz = i’x’ + j’y’ + k’z’
Jika koordinat O’x’y’z’ berubah terhadap waktu, maka i’, j’, dan k’ juga berubah
dx dy dz dx ' dy ' dz ' di ' d j' dk'
i
dt
+ j +k = i
dt dt dt (+j
dt
+k
dt
+ x
dt
+y
dt
+z )(
dt )
d i' d j' dk '
v=v ' + x ' ( dt
+ y'
dt
+z '
dt )
Sistem rotasi terhadap sistem tetap

Sistem koordinat O’x’y’z’ berotasi terhadaparah sumbu n


dengan kecepatan sudut ω. (Vektor kecepatan sudut ω = ω n).

Perhatikan perubahan vektor satuan ∆i’ akibat dari ∆θ.

Sistem koordinat O’x’y’z’ berotasi terhadaparah sumbu n dengan


kecepatan sudut ω. (Vektor kecepatan sudut ω = ω n).
Dari gambar disamping diperoleh

|∆i '|≅ ¿

|ddti ' |= lim |∆∆ti' |=¿ sin ∅ dθdt =¿¿


∆t→0

Karena ∆ i ' ⊥ ω dan i' , maka


di '
=ω × i'
dt

Begitu pula
d j' '
' dk '
=ω × j , =ω × k
dt dt

Jadi kecepatan sistem rotasi terhadap sistem tetap adalah


' ' '
di dj dk
' ' '
x dt
+y dt
+z dt
=x ' ' ( ω × i' ) + y ' ( ω × j ' ) + z ' (ω × k ')

4
¿ ω × ( i x ' + j y' +k z ' )¿ ω × r '

Sehingga kecepatan partikel dalam koordinat sistem tetap akibat rotasi koordinat non inersia
adalah

v=v ' +ω × r '

Atau secara eksplisit

( ddtr ) =( ddtr ' )


tetap rotasi
+ ω ×r ' =
d
[( )
dt rotasi
+ω × r '
]
Sementara itu, untuk vektor kecepatan v, maka

( ddtv ) =( ddtv ' )


tetap rotasi
+ω × v , dimana v=v ' +ω × r ' ¿ ( dtd )
rotasi
( v ' + ω ×r ' ) +ω × ( v ' +ω × r ' )

d v' d (ω × r' )
¿( ) [
dt rotasi
+
dt ] rotasi
+ω × v ' + ω ( ω × r ' )

d v' dω d r'
¿ ( ) ( )
dt rotasi
+
dt rotasi
× r'+ ω × ( )
dt rotasi
+ ω × v' +ω ( ω ×r ' )

Karena ( dωdt ) =( dωdt )


tetap rotasi
+ ω × ω= ( dωdt ) rotasi
=ω̇

a=a' + ω̇ × r ' + 2ω × v ' +ω ×(ω × r ' )

3). Sistem koordinat translasi dan rotasi


Kecepatan dan percepatan partikel pada sistem koordinat yang bertranslasi dan berotasi
adalah,
v=v 0 + v ' + ω ×r '
a= A0 +a ' + ω̇× r ' +2 ω × v' +ω ×(ω × r ' )

3. Gaya Fiktif

 Gaya fiktif pada kerangka acuan bergerak lurus


Contoh kasus:

5
Sebuah kunci dengan benang yang
digantungkan pada langit-langit mobil. Jika
pedal gas ditekan sehingga mobil bergerak
dipercepat, maka tali akan membuat sudut
seperti terlihat pada gambar

Gambar (a) Kunci yang digantung dengan tali di dalam mobil yang dipercepat
dipandang dari kerangka inersia (tanah)
(b) Kunci yang digantung dengan tali dalam mobil yang dipercepat
dilihat dari dalam mobil
Gambar (a) menunjukkan keadaan jika dilihat oleh orang yang berdiri di tanah.
Karena benda m bergerak dipercepat bersama mobil maka pada arah X komponen gaya
resultan tidak sama dengan nol. Dari Hukum II Newton jelas bahwa

Tx=m a dimana a adalah percepatan benda

6
Pada gambar (b) ditunjukkan keadaan gaya-gaya pada benda jika dilihat oleh orang
yang duduk di dalam mobil. Oleh benda m akan nampak diam, sehingga jika Hukum
Newton tetap ingin digunakan di dalam mobil yang dipercepat, maka harus dianggap ada
gaya fiktif FI yang mengimbangi T agar resultan gaya adalah sama dengan nol, karena
percepatan benda terhadap orang yang duduk di mobil sama dengan nol.

Jika orang yang duduk di mobil melihat keluar jendela, maka tampak bahwa waktu
mobil berhenti atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap sudut θ adalah sama dengan
F ' juga sama dengan nol. Dapat ditunjukkan bahwa dalam kerangka
nol, atau gaya fiktif ⃗
acuan yang bergerak lurus dengan percepatan tetap a, gaya fiktif mempunyai nilai

F '=−m ⃗a

Jika ditinjau suatu gerakan terhadap kerangka yang dipercepat, maka harus ada suatu
gaya penyeimbang dinamakan gaya fiktif, disebut gaya fiktif karena sengaja
ditambahkan agar Hukum Newton sesuai untuk kerangka acuan bergerak dipercepat.
Kita dapat menggunakan hukum kedua Newton dalam kerangka acuan gerbong jika kita
menghadirkan sebuah gaya Pseudo Fp=−mayang bekerja pada sembarang benda
bermassa m.

Gaya fiktif tidak dikerjakan oleh komponen apapun. Mereka dimasukkan hanya
untuk membuat Fneto = ma. Namun bagi pengamat dalam kerangka noninersial, gaya fiktif
tampak seperti halnya gaya lain.

 Gaya fiktif pada kerangka acuan yang berputar


Untuk kerangka acuan yang berputar, dikenal dua jenis gaya fiktif yaitu gaya sentrifugal
dan gaya coriolis.

a. Gaya Sentrifugal

Misalnya pada sebuah panggung yang berputar. Tiap titik pada panggung bergerak
melingkar dan karena itu mempunyai percepatan sentripetal. Jadi sebuah kerangka yang
terkait pada panggung adalah kerangka non inersial. Dalam gambar sebuah balok yang
diam relatif terhadap panggung diikatkan pada tonggak pusat oleh sebuah tali. Menurut

7
panggung dalam kerangka inersial, balok bergerak melingkat dengan kelajuan v,
sehingga balok itu dipercepat ke arah pusat lingkaran.

Menurut pengamat di panggung, balok diam jadi tidak dipercepat. Untuk


menggunakan Fneto = ma, pengamat ini harus menghadirkan sebuah gaya pseudo yang
besarnya m v 2 /r yang bekerja pada benda secara radial ke luar untuk mengimbangi
tegangan tali. Gaya ke luar khayal ini, dinamakan gaya sentrifugal, Nampak cukup nyata
bagi pengamat di panggung. Jika ia ingin berdiri diam di panggung, sebuah gaya ke
dalam sebesar gaya tersebut harus dikerjakan padanya (oleh lantai) untuk mengimbangi
gaya gaya sentrifugal ke luar. Gaya sentrifugal ini mengimbangi gaya sentripetal
sehingga dipandang dari pihak pengamat balok berada dalam keadaan diam; gaya
resultan pada benda sama dengan nol.

Gambar Sebuah balok diikatkan pada tonggak pusat sebuah panggung yang berputar
dengan sebuah tali

(a) Seorang pengamat dalam kerangka inersial melihat balok bergerak melingkar
dengan percepatan sentripetal yang disebabkan oleh gaya neto T
(b) Menurut pengamat di panggung, balok tidak dipercepat. Oleh karena itu
hukum II Newton dapat digunakan hanya jika gaya fiktif m v 2 /r yang bekerja
keluar pada balok dihadirkan untuk mengimbangi tegangan

b. Gaya Coriolis

8
Gaya fiktif kedua pada kerangka acuan berputar, ialah gaya Coriolis. Bekerja jika
suatu benda bergerak atau mempunyai kecepatan relatif terhadap kerangka acuan yang
berputar dimana vektor kecepatannya tegak lurus dengan sumbu putar, gaya coriolis
mempunyai nilai

2 m v T v c^
F=2 mωv c^ =
R

dengan vT adalah komponen tangensial ⃗v, vektor c^ adalah vektor satuan arah tegak lurus
lintasan pada titik dimana benda berada, berarah ke dalam.

Misalnya seorang pengamat di pusat sebuah meja yang berputar. Kemudian


diletakkan sebuah benda yang bergerak tanpa gesekan, misalnya cupu es berisi es kering.

Pada gambar (a)


pengamat berada di pusat C di atas Meja yang berputar. Cupu es akan tampak bergerak
pada lintasan AB. Tampak bahwa dari meja yang berputar lintasannya adalah sebuah
garis lengkung, yang disebut involusi.

Pada gambar (b) dilukiskan gaya sentrifugal dan Coriolis yang bekerja pada cupu
waktu membuat lintasan involusi.

Kasus seperti di atas juga dialami jika kebetulan kita sedang duduk dalam mobil
yang sedang membelok. Bagian atas badan masih mau terus tapi bagian bawah badan
sudah membelok. Akibatnya badan anda miring, dan ini terasa sebagai suatu dorongan.

9
Efek Coriolis melekat pada
fenomena defleksi (pembelokan arah) gerak sebuah benda pada sebuah kerangka acuan
yang berputar, khususnya di permukaan bumi. Pada intinya, sebuah benda yang bergerak
lurus dalam kerangka yang berputar, akan terlihat berbelok oleh pengamat yang diam di
dalam kerangka tersebut. Nama Coriolis sendiri diambil dari nama seorang ilmuwan
Perancis Gaspard Gustave Coriolis (1792).

Penerapan Gaya Coriolis misalnya dalam menghitung lintasan kapal terbang atau
peluru kendali antara benua yang melintasi kutub dengan memperhitungkan pergerakan
rotasi bumi. Ini disebabkan oleh gerak rotasi bumi, sehingga untuk membahas gerak
seperti di atas bumi dianggap sebagai kerangka non inersial. Suatu lintasan dari
permukaan bumi tampak sebagai garis lurus, jika dilihat dari luar bumi tampak
melengkung karena gerak putaran bumi.

Misalnya suatu pesawat terbang dari kota Copenhagen (Denmark) ke kota Toronto
(Canada) melalui daerah kutub utara harus mempertimbangkan efek rotasi bumi, agar
tepat sampai di tujuan. Gaya Coriolis juga memegang peranan penting dalam gerak udara
pada lintang jauh dari katulistiwa. efek Coriolis menyebabkan gerakan angin akan
menyimpang ke kiri di belahan selatan dan menyimpang ke kanan di belahan utara. Hal
ini dapat mengakibatkan berputarnya gerakan udara searah jarum jam di belahan utara
dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan selatan, angin yang berputar ini bisa
disebut angin siklon, dengan analisis ini dapat diperkirakan pergerakan angin di belahan
bumi serta untuk membuat ramalan cuaca.

10
Contoh Soal

1. Anda berada di kereta yang awalnya bepergian dengan kecepatan 12 m/s [E].
Kemudian Anda meletakkan sebuah bola tenis dengan perlahan-lahan di samping
kursi Anda.
a. Apa yang terjadi pada gerakan bola tenis?
b. Gambarlah FBD bola dalam kerangka acuan tanah di luar kereta, dan kerangka
acuan kereta
c. Kereta mulai berakselerasi ke timur. Gambarkan FBD baru bola di kedua
kerangka referensi.

Penyelesaian

a. Bola tetap diam relatif terhadap bus karena gaya total yang bekerja padanya nol.
namun, bola bergerak dengan kecepatan konstan 12 m / s (E) relatif terhadap
jalan, sama dengan kecepatan bus relatif terhadap jalan

b. FBD adalah sama di setiap kerangka referensi

c. karena bus berakselerasi maju relatif


ke jalan, bola mulai berguling mundur relatif terhadap bus, mengalami akselerasi.

11
2. Sebuah penghenti karet dengan massa 25 g ditangguhkan dengan tali dari pegangan
mobil kereta bawah tanah yang langsung menuju ke barat. Ketika kereta bawah tanah
mendekati stasiun, ia mulai melambat, menyebabkan sumbat dan tali menggantung
pada sudut 13º dari vertikal.
a. Apa yang terjadi pada percepatan kereta?
b. Tentukan besarnya ketegangan dalam string.

Penyelesaian:

Diketahui, m = 25 g, θ = 13 ֯

a. Perhatikan komponen gaya vertikal pada sumbu y


mg
∑ F y=ma y=0 F τ cosθ−F g=0 F τ cosθ=F g dimana F g =mgF τ= cosθ

Subtitusikan kedalam persamaan untuk komponen horizontal pada sumbu x


sinθ
∑ F x=ma x F τ sinθ=ma xa x =( F τ ) ( m ) ( )( sinθ
¿
mg
cosθm )¿ g(
sinθ
cosθ )
¿ g tan θ

( ms ) ¿a =2,3 ms
¿ 9,8 2 x 2

m
Dengan demikian, percepatan kereta adalah 2,3 [E]
s2
b. Perhatikan komponen vertikal pada sumbu y
∑ F y =0
F τ cosθ+(−mg)=0
mg
F τ=
cosθ

¿
( ms )
(0,025 kg) 9,8 2

cos 13 °
F τ =0,25 N
Dengan demikian, besarnya ketegangan dalam string adalah 0,25 N

12
3. Benda yang jatuh bebas. Temukan defleksi horizontal yang disebabkan oleh efek
Coriolis yang bekerja pada partikel yang jatuh bebas di medan gravitasi efektif Bumi
dari ketinggian h (<< R) di atas permukaannya!
Penyelesaian :
Berdasarkan persamaan gaya efektif
F eff =S+ m g−2 m ω ×V r
dengan , S=0 dan F eff =ma r , Sehingga
a r=g−2 ω ×V r
Kami memilih sumbu z yang terpasang (secara virtual) ke permukaan Bumi yang
berputar sebagaimana diarahkan ke luar-g. Kami juga memilih vektor basis ex dan ey
sedemikian rupa sehingga masing-masing berada di arah selatan dan timur. Lintang
sekali lagi dilambangkan dengan λ. Dengan definisi ini, kita dapat menguraikan
vektor kecepatan sudut Bumi sebagai.
ω x =−ω cos ( λ )
ω y =0
ω z =ω sin ( λ )
Meskipun efek Coriolis menghasilkan komponen kecepatan di sepanjang ex dan ey,
kita akan mengabaikan ini karena mereka akan secara signifikan lebih kecil daripada
kecepatan di sepanjang -ez. Kemudian,
ẋ ≅ ẏ ≅ 0
ż ≅−¿
di mana kita mengasumsikan bahwa partikel itu jatuh bebas dari keadaan diam.

13
Sistem terkoordinasi "melekat" ke permukaan Bumi, untuk menemukan defleksi
horizontal dari partikel yang jatuh bebas. Vektor-vektor basis ex dan ey, masing-
masing, dalam arah selatan dan timur.
Kami sekarang menghitung komponen akselerasi yang terlihat karena istilah Coriolis
dalam persamaan
a c ≅−2 {ω [−cos ( λ ) e x +sin ( λ ) e z ] × [− ¿ e z ] }≅−2 ωgt cos ( λ ) [ e x × e z ]≅ 2 ωgt cos ( λ ) e y

sehingga
a r ≅ 2 ωgt cos ( λ ) e y −g e z
Jika kita mengasumsikan bahwa kondisi awal untuk posisi partikel adalah x 0 = y0 = 0
dan z0 = h, kita memiliki setelah mengintegrasikan persamaan dua kali
1 1
r (t )≅
3 ( 2 )
ωg t 3 cos ( λ ) e x + h− g t 2 e z

Ketika partikel mencapai permukaan Bumi kita akan memiliki t ≅ √ 2 h /g , dan


akhirnya untuk deviasi horizontal

1 8 h3
d ≅ ω cos ( λ )
3 g √
Jadi, jika suatu benda dijatuhkan dari ketinggian 100 m pada garis lintang 45 ° utara,
ia dibelokkan kira-kira hanya 1,55 cm (kami mengabaikan setiap gesekan yang
ditimbulkan oleh kehadiran atmosfer).

4. Transformasi Galileo

Sesuai konsep koordinat ruang dan waktu, apabila kita ingin menggambarkan keadaan
dua pengamat sebagai acuan dalam waktu yang sama, tentu harus ada dua pengamat yang
berbeda, misalnya P1 dan P2 seperti dalam gambar berikut

14
Pengamat P1 diam atau relatif diam, pengamat P2 relatif bergerak dan Objek O relative
bergerak. Marilah kita memotret koordinat ruang kejadian tersebut dalam suatu rentang
waktu. Dalam rentang waktu yang lebih besar dari epsilon (ε) waktu, posisi P1 adalah tetap
dalam tempatnya, sementara posisi P2 dan O berada dalam ujung panah merah dalam dimensi
ruang.

Waktu inersia, ruang inersia dan kecepatan inersia adalah bernilai sama bagi semua
pengamat, baik yang diam maupun yang bergerak. Dengan demikian, rentang waktu
pemotretan kejadian inersia O adalah sama bagi P 1 dan P2. Jika posisi O menurut P1 dalam
koordinat x, y dan z memenuhi fungsi :

xo = f(t), dan kecepatan inersia O dalam sumbu x adalah vox=df(t)/dt

yo =g(t), dan kecepatan inersia O dalam sumbu y adalah voy=dg(t)/dt

zo=h(t), dan kecepatan inersia O dalam sumbu z adalah voz=dh(t)/dt

Dan posisi P2 menurut P1 dalam koordinat x, y dan z memenuhi fungsi :

x2=h(t), dan kecepatan inersia P2 dalam sumbu x adalah v2x=dh(t)/dt

y2=i(t), dan kecepatan inersia P2 dalam sumbu x adalah v2y=di(t)/dt

z2=j(t), dan kecepatan inersia P2 dalam sumbu x adalah v2z=dj(t)/dt

Ruang inersia menurut P2 adalah sama menurut P1, dengan demikian koordinat ruang inersia
O menurut P1 dan P2 adalah juga sama. Dalam setiap waktu t dalam rentang waktu tersebut,
posisi O menurut P2 adalah :

15
x’o = f(t) – h(t)

y’o= g(t) – i(t)

z’o = h(t)- j(t)

Karena waktu inersia sama bagi semua pengamat, maka kecepatan O menurut P 2 bisa
dituliskan menjadi:

Vox’ = dx’o/dt = df(t)/dt – dh(t)/dt = vox-v2x

Voy’ = dy’o/dt = df(t)/dt – dh(t)/dt = voy-v2y

Voz’ = dz’o/dt = df(t)/dt – dh(t)/dt = voz-v2z

Dengan demikian transformasi Galileo adalah transformasi ruang dan waktu inersia,
berlaku sama untuk semua kecepatan pengamat dan untuk semua kecepatan objek. Kecepatan
relative inersia benda menurut pengamat yang satu dengan yang lainnya juga memenuhi
transformasi Galileo, untuk semua kecepatan pengamat dan objek.

Contoh Soal

Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan 60 km/jam. Seorang penumpang berjalan
dalam kereta dengan kecepatan 6 km/jam searah dengan kereta. Berapa kecepatan
penumpang tersebut terhadap orang yang diam di tepi rel?

Penyelesaian

Kita dapat menyelesaikannya dengan persamaan transformasi Galileo untuk kecepatan:

u’x = ux - v

orang yang diam di tepi rel sebagai kerangka acuan S. Kereta api yang bergerak terhadap
orang diam sebagai kerangka acuan S*. Kecepatan kerangka acuan S* terhadap kerangka
acuan S adalah v = 60 km/jam. Kecepatan penumpang terhadap kerangka acuan S* adalah u’x
= 6 km/jam. Jadi, kecepatan penumpang (ux) terhadap orang yang diam adalah

u’x = ux-v

ux = u’x + v

ux = 6 km/jam + 60 km/jam

16
ux = 66 km/jam

17

Anda mungkin juga menyukai