Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM, SUBSTANSI, DAN HUBUNGAN

FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN, SAINS, DAN ISLAM


Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada
mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu:
Endah Kurnia Yuningsih, M.PFis
Dr. Muhammad Minan Chusni, M.Pd. Si.

Disusun oleh Kelompok 2:


Nita Amelia (1212070079)
Silva Nurul Fajar Awalia (1212070098)
Sultan Ali Aripidi (1212070106)
Yuni Pertiwi (1212070112)
Yunita Ayudhia Anzani (1212070113)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb

Segala nikmat kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih, yang
telah memberikan seluruh nikmat kepada kami baik itu nikmat Iman, Islam, serta
nikmat kesehatan, karna berkat anugerah dan nikmatnya-Nya kami dapat
menyusun makalah ini mengenai "Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem, Substansi,
Dan Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan Sains, Dan Islam".
Kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal karena bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah sehingga mempermudah kami dalam menyusun
makalah ini. Dengan begitu, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.
Muhammad Minan Chusni, M.Pd. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Pendidikan.
Namun di samping itu, kami sangat memahami kembali masih banyak
kelemahan baik dari tutur kata maupun penyusunan kalimat. Oleh sebab itu, kami
sangat memperkenankan untuk para pembaca dalam memberikan masukan dan
keterangan yang mendukung untuk pembuatan makalah ini agar menjadi menarik.
Semoga makalah ini dapat memberikan fungsi dan motivasi untuk belajar bagi
para pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum, wr, wb

Bandung, 13 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan merupakan aktivitas memanusiakan manusia supaya


pelajar memperoleh insani. Kadar kemanusiaan hakikatnya sebagai inti dari tujuan
pendidikan, pengembangan kepribadian, keterampilan dan sikap, serta
kemampuan untuk menaati perintah Tuhan. Seiring berjalannya waktu,
pendidikan berkembang seiring dengan liku-liku kehidupan dan kehidupan
manusia. Masalah pendidikan juga muncul dengan sangat cepat, jika pendidikan
memiliki problem atau kondisi yang tidak diinginkan, tentu membutuhkan
tanggapan yang tidak hanya pada kerangka pendidikan. Seumpama mengenai
manusia sepenuhnya, penjelasan rancangan ini membutuhkan penjelasan filsafat,
agar filsafat pendidikan menatanya dengan benar dan menyeluruh. lebih dari itu,
filsafat pendidikan menjadi dasar pemikiran pendidikan, dari mana lahir konsep-
konsep sistem pendidikan. Banyak konsep yang menentukan keberhasilan
pendidikan, termasuk konsep dasar filsafat, khususnya dalam menentukan arah
dan tujuan pendidikan, seperti esensialisme, pluralisme, progresivisme,
eksistensialisme, rekonstruksionisme, dan lain-lain, tidak lepas dari
perkembangan kurikulum saat ini. . Dengan demikian, kami menganggap filsafat
pendidikan menjadi suatu metode, substansi filsafat pendidikan, serta kaitannya
antara filsafat dan filsafat pendidikan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalah yang diajukan oleh penulis dalam artikel ini
meliputi sebagai berikut:
1. Apa filsafat pendidikan sebagai sistem?
2. Apa filsafat pendidikan sebagai substansi?
3. Bagimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan, sains, dan isla
m?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan permasalah yang diajukan oleh penulis dalam artikel ini meliputi
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui filsafat pendidikan sebagai sistem
2. Untuk mendeskripsikan filsafat lendidikan sebagai substansi
3. Untuk memahami hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan, sains,
dan islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Pendidikan sebagai Sistem

Mempelajari filsafat pendidikan berarti melangkah ke dunia pemikiran dasar,


sistematis, masuk akal, dan komprehensif mengenai pendidikan, yang tidak
sekedar diilhami oleh ilmu agama tetapi juga mengharuskan kita mendalami sains
lain yang terkait. . Sudut pandang ini menunjukkan bahwa tantangan yang terlibat
terkait aktivitas edukasi, ibarat permasalahan tujuan terkait pendidikan, problem
pembingbing, kurikulum, gaya, serta lingkungan, berada di bawah cakupan
filsafat pendidikan.
Pendidikan Islam harus mencakup mata pelajaran: humaniora (memahami
potensi diri sendiri dan bagaimana mengembangkannya), ilmu-ilmu kehidupan,
ilmu untuk mengenali Tuhan (ma'rifatullah, teologi), ilmu untuk menemukan
rahasia alam semesta (untuk kemaslahatan umat manusia), dan lain sebagainya
(menata kehidupan yang tenteram). Ilmu-ilmu ini penting dalam Islam karena
membantu orang hidup lebih efektif, mengatur kehidupan mereka, menemukan
kepuasan batin, dan membangun masyarakat yang hidup.
Lima aspek manusia dari roh, pikiran, emosi, nafsu, dan anggota badan
semuanya harus disentuh agar dapat berkomunikasi secara efektif selama
pertukaran pendidikan. Sebagai mu'allim, mursyid, dan murabbi dalam situasi ini,
pengajar tumbuh menjadi medium keteladanan dalam proses pendidikan, yang
tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
Mengenai komponen eksistensial pendidikan, hal itu membawa konsekuensi
bagi pendidikan Islam yang mengutamakan tujuan-tujuan ukhrawi dan ta'abbudi
(ibadah) dari semua pihak yang mengikuti proses pendidikan. Dimana proses
pendidikan perlu diciptakan dengan rahmah belas kasihan yaitu cinta tanpa syarat.
Pendidikan sering dipahami secara luas mencakup tarbiyah, ta'lim, dan ta'dib.
Kebanyakan orang sering salah memahami ketiga definisi tersebut. Pada
kenyataannya, diyakini bahwa ketiga kata tersebut menandakan hal yang sama.
Namun ketiga kata tersebut memiliki filosofis yang berbeda-beda.
Syed Naquib Al-Attas menegaskan bahwa istilah “tarbiyah” tidak cukup
menggambarkan pendidikan Islam. Hal ini karena objeknya tidak eksklusif pada
manusia selaku hewan yang amat istimewa di antara ciptaan-Nya yang lain. Dia
menegaskan bahwa definisi kata "tarbiyah" hanya menyinggung aspek fisik dan
emosional dari pertumbuhan dan perkembangan hewan dan manusia. Jadi, istilah

2
ini tidak boleh digunakan untuk menggambarkan edukasi Islam, yang bermaksud
untuk membentuk manusia yang insanul kamil.
Ta'lim, bagaimanapun, terbatas pada pengajaran dan instruksi kognitif saja.
Jadi, pada level ini, fungsi otak lebih mendominasi. Prinsip-prinsip yang
terkandung dalam agama Islam akan sirna jika otak dijadikan sebagai ujung
tombak. Karena itu, mereka melihat sains dan agama sebagai entitas yang
berbeda. Inilah yang memacu munculnya ide-ide seperti liberalisme, sekularisme,
dan pandangan-pandangan lain yang berbasis Barat. Tujuan dari semua itu adalah
untuk memberantas Islam dalam berbagai bidang, termasuk pemikiran. Padahal,
sains dan agama tidak bisa dipisahkan, menurut Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi.
Mereka terkait satu sama lain.
Ta'dib memiliki makna filosofis karena adab dan ilmu merupakan konsep
yang saling terkait. Jika guru tidak memiliki etiket yang tepat terhadap sains dan
bidang lainnya, siswa tidak dapat belajar dan mempertahankan pengetahuan. Al-
Attas menekankan adab karena adab bekerja untuk memastikan bahwa ilmu yang
diperoleh selama pendidikan Islam akan diterapkan dengan baik di masyarakat.
Filsafat berarti pencarian keinginan yang unggul, sekalipun pendidikan berarti
perwujudan mutu pada kehidupan manusia. Pendidikan mencari aspek terbaik atas
bantuan teori pendidikan yang diberikan oleh pemikiran filosofis, antara lain:

 Filsafat pendidikan pada hakekatnya adalah penerapan analisis filsafat


pada bidang pendidikan (Imam Barnadib).
 Filsafat adalah filosofi umum pendidikan, dasar atas seluruh gagasan
pendidikan (John Dewey)
 Filsafat memandang realitas secara luas, termasuk manusia, sehingga
berkaitan dengan falsafah global dan falsafah hidup. Rancangan ini
kemudian mewujudkan inti atau prinsip untuk menetapkan arah dan
metode pendidikan.
 Meskipun, keahlian guru justru menjadi sumbangan dan evaluasi filsafat
dalam pengembangan pemikiran pendidikan. (Sumber: Chusni, M. M.
Handout Perkuliahan: Filsafat Pendidikan)
Secara signifikan filsafat pendidikan berperan dalam mengembangkan dan
memajukan pendidikan. Secara praktis, filsafat pendidikan mengaplikasikan
pandangan filosofis terkait dengan permasalahan-permasalahan pendidikan.
Dengan demikian, kajian filsafat pendidikan menyangkut kajian yang sangat
mendalam tentang setiap butir-butir yang melingkupi pendidikan.
B. Filsafat Pendidikan sebagai Substansi

3
Menjadi “ibu pada keterampilan pengetahuan", filsafat dianggap bisa untuk
menjawab setiap pertanyaan atau masalah. Salah satu kesulitan yang mungkin
dapat diatasi melalui filsafat adalah kesulitan yang ada di lingkungan pendidikan.
(Amka..2019:9). Pendekatan lain yang dikembangkan adalah jika pelatihan
memiliki masalah atau keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, tentu
akan membutuhkan respon yang melampaui ruang lingkup pelatihan.
Istilah “filsafat pendidikan” mengacu pada terminologi akan dipergunakan
pada kajian tentang problem pendidikan. Filsafat akan menyampaikan kepada kita
"akan dilibatkan kemana" siswa. Filsafat membentuk hubungan titik-titik yang
menghubungkan serta menyatu pada tujuan perolehan pendidikan.
Kaitan antara filsafat dan pendidikan bahwa filsafat menggali keabsahan secara
luas dan kompleks setara dengan karakteristik filsafat yang terbuka, sistematik,
dan global. Pemahaman mengenai dunia dan target hidup manusia yang tercipta
sebagai hasil kajian filosofis menjadi dasar penetapan tujuan pendidikan
(Jaino.2010:59)
Target filsafat pendidikan untuk memberikan gagasan untuk menata proses
pembelajaran yang konseptual. Secara global target pendidikan adalah membawa
anak ke tingkat yang matang, yaitu. menjadikan peserta didik mandiri dalam
kehidupannya di tengah masyarakat.
Filosofi pembelajaran bertujuan untuk memberikan inspirasi bagaimana
menyelenggarakan proses pendidikan yang sebaik-baiknya. Secara umum, target
pendidikan adalah mengantarkan anak ke dalam aspek kematangan, supaya bisa
hidup mandiri (mandiri) di antara masyarakat (Amka..2019:23)
Konsep-konsep dasar yang muncul melalui filsafat pendidikan, seperti
Esensialisme,Perenialisme,Progresivisme,Eksistensialisme,Rekonstruksionismdan
lain-lain, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kurikulum saat ini (Tolchah,
2015).
1. Esensialisme
Menurut bukti-bukti, filsafat pendidikan esensialisme titik pangkal pada
kenyataan yang diyakini benar selama dekade lamanya. Mengamati pada
perspektif awal kemajuannya, esensialisme adalah kombinasi antara pemikiran
filsafat idealisme dan realisme. Esensialisme mengisyaratkan bahwa
pendidikan harus menitik beratkan pada kejelasan, kemantapan, dan nilai-nilai
terpilih dengan aturan yang nyata. (Jalaluddin.2011). Melalui pengertian,
esensialisme berusaha berbalik ke masa ketika kadar kemajuan sedang
terbangun dan kemajuan yang ditemukan dalam aliran parafilosofis, serta
ulama besar yang mengajarkan tentang nilai ilmunya. (Muhammad Noor

4
Syam.1998). Esensialisme pertama kali diungkapkan sebagai tanggapan
terhadap simbolisme abad pertengahan yang dogmatis dan mutlak.
Filosofi ini bertujuan agar umat manusia akan kembali ke budaya lama
karena budaya lama membawa banyak kebaikan bagi umat manusia. (B.
Hamdani.1993.116). Berdasarkan kultur esensialisme target pendidikan
sebagai bentuk untuk mewariskan aset kebudaya dan kisahnya lewat
kumpulan pengajaran utama yang telah bertahan lama,serta menjadi suatu
aktivitas yang sudah terbukti oleh durasi, serta dikenali oleh seluruhnya ,
(Uyoh Sadullah,161) Sehingga hasilnya menurut pandangan esensialisme,
kurikulum yang digunakan pada metode pembelajaran lebih mungkin berhasil
mencapai tujuan pendidikan formal jika memusatkan dalam penerapan
beragam kenyataan serta pemahaman konsep inti bagi kelanjutan suatu proses
pembelajaran .(Rahmadania, A., Suradi, A., & Gustari, N. 2022:40)
2. Perenialisme
“Abadi atau kekal", yang dijelaskan perenialisme pada Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English. Menjadi aliran atau paham kekekalan
menjelaskan perenialisme. (Mu'ammar, M. A. 2014:15)
Istilah perenial sering terjadi dalam pertemuan keagamaan di mana agenda
pertama biasanya adalah diskusi tentang Tuhan, yang dianggap sebagai
otoritas mutlak dalam semua hal lainnya. Kedua, diskusi mengenai fenomena
pluralisme dengan cara kritis dan reflektif. Ketiga, melalui percobaan
penelusuran akar keyakinan agama seseorang atau kelompok melalui simbol
dan pengalaman keagamaan. (Rahmadania, A., Suradi, A., & Gustari, N.
2022:40)
Aliran ini didasarkan pada keyakinan ontologis bahwa Pengetahuan
pendidikan bertahan pada kesederhanaan seseorang yang mencari
pengetahuan serta bagaimana mereka mengimplementasikan pengetahuan
tersebut.
Konsep perenialisme dalam pendidikan adalah suatu pesan dari generasi
yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda, berupa standar perilaku yang
tetap yang tidak dipengaruhi oleh waktu atau tempat, misalnya. Perenialisme
dalam pendidikan adalah transfer pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki.
Karena adanya hubungan antara pengetahuan dan kebenaran abadi, maka
pengetahuan adalah aturan tertentu. ( Rahmadania, A., Suradi, A., & Gustari,
N. 2022:42)

5
3. Progresivisme
Progresivisme adalah sudut pandang yang menghendaki peristiwa tertentu
yang akan menghasilkan perubahan arah. Progresivisme adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan reaksi terhadap kearifan konvensional yang
terus-menerus menekankan pada metode pengajaran formal di bidang
pendidikan. Perwakilan Progresivisme yang paling terkenal adalah Jhon
Dewey.
Untuk progresivisme, semuanya dipadang ke awal permulaan. Seluruhnya
yang tersedia di belakang hanyalah informasi yang berarti untuk pembelajaran
serta sanggup dikemukakan kembali di masa kini. Progresivisme menjelaskan
bahwa terdapat dua perspektif yang harus diawasi dalam proses pendidikan,
yaitu aspek psikologis dan aspek sosial. Dari segi psikologis, pendidik harus
mampu memahami kemampuan dan potensi peserta didik, kemudian
mengembangkannya. Progressivisme menekankan pentingnya pemahaman
ilmu psikologi dan sosial dalam proses pendidikan. Para ahli psikologi
menyatakan bahwa seorang guru harus mampu memahami kemampuan dan
potensi yang dimiliki setiap siswa agar nantinya dapat berkembang.
Namun secara sosiologis, seorang guru harus mampu memahami
bagaimana potensi dan kemampuan tersebut harus diarahkan melalui proses
bimbingan. Karena itu, pendidik harus senantiasa siap merumuskan berbagai
metode dan strategi dalam mengelola ilmu pengetahuan yang perubahannya
cenderung akan menyoroti suatu masyarakat. (Muhmidayeli, 2011: 156).
Pendidikan harus lebih memperhatikan siswa karena topik belajar yang
menuntut untuk mampu mengalami bermacam macam permasalahan dalam
kehidupannya di zaman mendatang merupakan definisi dari siswa .
(Wulandari, T. 2020:81)

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan, Sains, dan Islam


Menggabungkan hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangat
berguna oleh karena itu masalahnya Pendidikan adalah tentang kehidupan,
baik itu kehidupan individu dan masyarakat menggabungkan Hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan sangat berguna. Proses pendidikan
berlangsung dan mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
hidup dan kehidupan manusia. Berkaitan dengan itu, maka bidang kajian
dalam pembahasan filsafat pendidikan sangat luas, yaitu berkaitan dengan
segala aspek kehidupan dan kehidupan manusia. (Muhibbin, A., & Fathoni,
A. (2021):12)

6
Filsafat pendidikan menurut literal membawa substansi filsafat serta
filsafat pendidikan (Filsafat) Bahasa bermula dari kata Philos (kehangatan)
serta Sophia (kearifan) bermula dari Yunani adalah berasal dari kata filosofi
atau filsafat Brubacher (1950) Berdebat tentang hubungan antara filsafat dan
filsafat Pendidikan, berarti hal ini pendidikan filsafat tidak sekedar
membentuk sains,pengetahuan aktual, maupun menghasilkan filosofi
pendidikan (Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., & Adiarta, A. (2019): 124).
Mengembangkan filsafat pendidikan harus berlandaskan filosofi yang
dipercayai oleh bangsa. Meskipun mekanisme agar pendidikan adalah aturan
atau prosedur untuk mendorong serta menularkan nilai-nilai filsafat itu sendiri
merupakan pengertian dari pendidikan. Memberitahu dan mentransmisikan
ajaran perilaku ke masyarakat berlandaskan prinsip-prinsip filosofis Yangon
dianut oleh lnstitut pendidikan serta pendidik, merupakan misi dari
Pendidikan sebagai Lembaga. Efektivitas kegiatan dan proses pelatihan
dipastikan. Landasan filosofis serta ilmiah diperlukan demi prinsip preskriptif
dan penduan pelaksanaan pengajaran (Muhammad Noor Syam, 1988: 39).
Mencari satu kesatuan visi dalam memecahkan masalah pada bidang
Pendidikan merupakan definisi dari filsafat pendidikan. Dari sini bisa
diturunkan hubungan efisiensi antara filsafat dan konsep pendidikan seperti
berikut:
1. Pemecahan masalah Pendidikan serta menciptakan konsep Pendidikan
dengan melalui pendekatan filsafat yang diperlukan oleh pakar dari
pemahaman filsafat.
2. Tugas filsafat adalah arahan dari konsep pendidikan yang terdapat
berdasarkan aliran filsafat eksklusif yang relevan melalui kehidupan
nyata.
3. Perihal, tugas filsafat pendidikan yaitu mempersembahkan pedoman
serta arahan dalam meningkatkan dasar pendidikan sebagai ilmu
pendidikan (Jaluddin dan Abdullah Idi, 2009: 33)
Hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat berguna karena
merupakan landasan, arah dan orientasi sistem pendidikan. Filsafat
pendidikan adalah suatu kegiatan berfikir terorganisir yang menggunakan
filsafat sebagai alat untuk mencipta, menyelaraskan, menyatukan
pembelajaran dan memperjelas nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian ada kesatuan yang sempurna antara filsafat, pendidikan dan
pengalaman manusia. (Harisah, A. (2018): 9)
Hubungan antara filsafat dan agama, Albert Einstein berkata: "Ilmu tanpa
ilmu buta, agama tanpa ilmu lumpuh.", Sedangkan Menurut Anshari

7
(Kompasianas 2012), hubungan filsafat, sains dan agama berfokus pada
kebenaran. Dalam hubungan filsafat, sains dan agama terdapat titik-titik
persamaan, perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya:
1. Persamaaannya yaitu sama sama mencari kebenaran yang berhubungan
dengan alam atau manusia. Filsafat, pada dasarnya, juga mendekati
kebenaran tentang alam dan manusia, yang tidak dapat dijawab oleh
sains karena tidak dapat diakses baik di luarnya. Sedangkan Agama,
dengan kekhasannya, juga Menjawab semua pertanyaan mendasar
yang diajukan manusia tentang alam, manusia, dan Tuhan. Kebenaran
ilmiah adalah kebenaran positif dan kebenaran filosofis adalah
kebenaran spekulatif (asumsi yang tidak dapat dibuktikan secara
empiris melalui penelitian dan pengujian). Oleh karena itu, kebenaran
ilmiah dan kebenaran filosofis bersifat relatif. Kebenaran agama
bersifat mutlak (mutlak) karena agama merupakan wahyu yang
diturunkan dari Allah SWT, sedangkan ilmu pengetahuan, agama dan
filsafat sama-sama dilandasi oleh iman dan kepercayaan.
2. Perbedaannya dapat dilihat dari segi sumber, metode dan hasil yang
ingin dicapai, baik dari segi ilmu maupun filsafat yang berasal dari
sumber yang sama, yaitu ra'yu (akal, akal, relasi atau budi) manusia.
Dengan demikian ilmu pengetahuan, filsafat dan agama dapat saling
melengkapi. Agar sempurna seseorang harus memahami keberadaan alam,
manusia dan Tuhan. (SAFUTRI, J.T (2011): 8).
Esensi, inti filsafat pendidikan Islam adalah pemecahan masalah
Pendidikan dengan menggunakan jasa filsafat. Layanan filosofis bisa berupa
cara berpikir dan metode yang sistematis, radikal, universal, spekulatif,
komprehensif, holistik, dialektis, kontemplatif, induktif. deduktif dan
reflektif, serta objek penelitiannya yaitu Tuhan (metafisika). Dengan bantuan
manusia (psikologi), masyarakat (sosiologi), alam (kosmologi), etika, estetika
dan ilmu pengetahuan (epistemologi), dirumuskan dasar, Asas dan prinsip
pendidikan Islam yang berhubungan dengan semua aspek pendidikan. Dalam
merumuskan visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, guru dan
dosen, siswa, dan manajemen administrasi. infrastruktur, keuangan.
Lingkungan, kolaborasi, dan evaluasi harus didasarkan pada fondasi, prinsip,
dan doktrin penelitian filosofis yang berkaitan dengan berbagai mata
pelajaran filosofis.(ISLAM, D. P. F. P.(2020):4).

8
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Filsafat pendidikan berperan dalam pengembangan dan pemajuan pendidikan.
Terdapat sebagian sistem pada filsafat pendidikan seperti sistem pendidikan, ilmu
pengetahuan dan Islam. Pendidikan Islam harus mencakup beberapa mata
pelajaran seperti humaniora, ilmu kehidupan, pengetahuan menemukan rahasia
alam semesta dan banyak lagi.
Lima aspek manusia yaitu. Jiwa, Pikiran, Emosi, Gairah dan Anggota Tubuh
harus disentuh untuk komunikasi yang efektif selama pertukaran pelatihan.
Pendidikan seringkali dipahami lebih luas dari pada tarbiyah, ta'lim dan ta'dib.
Target filsafat pendidikan untuk memberikan pedoman bagi
terselenggaranya metode pembelajaran yang sebaik-baiknya. Secara umum tujuan
pendidikan adalah untuk membantu anak tumbuh menjadi dewasa agar dapat
hidup mandiri (mandiri) dalam masyarakatnya. Perubahan kurikulum saat ini
tidak terlepas dari ide-ide dasar filsafat pendidikan, seperti esensialisme,
pluralisme, progresivisme, eksistensialisme dan lain-lain.

9
DAFTAR PUSTAKA
Amka, A. (2019). Filsafat pendidikan.
Djamaluddin, A. (2014). Filsafat Pendidikan. Istiqra’: Jurnal Pendidikan Dan
Pemikiran Islam, 1(2), 135.
https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/view/208/181
Harisah, A. (2018). Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan.
Deepublish.
ISLAM, D. P. F. P., & PAI, P. S. P. A. I. TRANSFORMASI PENDIDIKAN
ISLAM.
Jaino, J. (2010). Filsafat Pendiidkan Merupakan Jiwa dari JurusanPendidikan
Guru Sekolah Dasar Jurnal Kreatif: Jurnal Kependidikan Dasar, 1(1)
M.Abdul Mujieb, Syafi’ah, H. A. I. M. (2020). Referensi 3. In Jakarta: PT Mizan
publika (Vol. 617, Issue Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali (Mudah
Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual), p. 291).
https://books.google.co.id/books?
id=jYeK_YpdUloC&pg=PA2004&dq=M.Abdul+Mujieb,+Syafi%27ah,
+H.Ahmad+Ismail+M.+Ensiklopedia+Tasawuf+Imam+Al-Ghazali+
(Mudah+Memahami+dan+Menjalankan+Kehidupan+Spiritual).+Jakarta:
+PT+Mizan+publika&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjtjsqm0t
M. Arfan Mu’amar, “Perenialisme Pendidikan (Analisi Konsep Filsafat perennial
dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam”, Nur Er-Islam no. 2 (2014)
Mu'ammar, M. A. (2014). Perenialisme Pendidikan (Analisis Konsep Filsafat
Perenial dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam). Nur El-Islam, 1(2)
Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Rafika Aditama
Mudana, I. G. A. M. G. (2019). Membangun Karakter Dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 75.
https://doi.org/10.23887/jfi.v2i2.21285
Muhibbin, A., & Fathoni, A. (2021). Filsafat Pendidikan. Muhammadiyah
University Press.
Noor Syam, Moh., “Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Pancasila”,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1983)Rizal, A. S. (2014). Filsafat Pendidikan
Islam Sebagai Landasan Membangun Sistem Pendidikan Islami. Jurnal
Pendidikan Agama Islam - Ta’lim, 12(1), 1–18. http://jurnal.upi.edu/file/01_-
_Landasan_Filosofis_Pendidikan_Islam_-_Rizal.pdf

10
Rahmadania, A., Suradi, A., & Gustari, N. (2022). ALIRAN PROGRESIVISME,
ALIRAN ESENSIALISME, DAN ALIRAN PERENEALISME DALAM
PENDIDIKAN. Jurnal Pendidikan" EDUKASIA MULTIKULTURA", 4(1),
29-46
SAFUTRI, J.T (2011) HUBUNGAN FILSAFAT, SAINS DAN AGAMA
Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. (2019). Filsafat
Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia,
2(3), 124. https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22187
Tria Wulandari, “Teori Progresivisme John Dewey dan Pendidikan Parsitifatif
dalam Pendidikan”, Resolusi:Jurnal Kajian Kependidikan
Tolchah, M. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: 11(2), 381–398.
yunus, H. A. (2016). Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme
dalam perspektif filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1).

11

Anda mungkin juga menyukai