Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada
mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu:
Endah Kurnia Yuningsih, M.Pfis.
Dr. Muhammad Minan Chusni, M.Pd. Si.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan didalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa saja aliran - aliran dalam filsafat pendidikan terkait dengan praktik
pelaksanaan pendidikan?
2. Bagaimana hubungan antara filsafat dan dinamika sistem pendidikan Indonesia
dengan filsafat pendidikan Islam?
1.3. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR)
merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
3
c. Peranan guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin guru
pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
d. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal kurikulum liberal merupakan
landasan bagi kebebasan manusia kebebasan memiliki aturan-aturan.oleh
karena itu, di sekolah diajarkan pendidika sosial, untuk mengajar “respek” (rasa
hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi
yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung
metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR)
merupakan metode utama bagi realisme.
4
berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup
sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
e. Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.
5
7. Filsafat Postmodernisme
Postmodernisme merupakan suatu paham yang mengkritisi dan melampaui nilai-
nilai dan pandangan yang diusung oleh zaman sebelumnya terkhusus pada
modernism yang dinilai gagal dan sebagai bentuk reaksi pemberontakan dan kritik
atas janji modernism. Tokoh-tokoh filsafat Postmodernisme diantaranya Charles
Sanders Pierce(1839-1914),10 September 1839 adalah seorang filsuf, ahli logika
semiotika, matematika dan ilmuan Amerika Serikat mengemukakan Tiga konsep
semiotika:
1. Sintaksis semiotok adalah hubungan antar benda,seperti teks dan gambar dalam
iklan.
2. Semantik semiotik adalah hubungan antara tanda, obyek dan interpretant. Hal
ini untuk melihat hubungan antara tanda non bahasa dalam iklan.
3. Pragmatik semiotik adalah hubungan antara pemakai tanda dan pemakaian
tanda.
Tujuan pendidikan adalah agar generasi kita mampu mengenai, mempelajari
kenyataan ini, dan mampu mengubahnya. Tanpa pengetahuan yang objektif berarti
akan terjadimanipulasi terhadap realitas. Tanpa itu yang akan lahir adalah generasi
cuek, permisif,malas dan mengikuti maknanya sendiri. Padahal otonomi makna
adalah jitos karena tidak tercipta dengan sendirinya. Postmodernisme memiliki
asumsi yang hampir sama dengan pendidikan liberalis, yaitu menekankan
individualisme dengan menganggap bahwa setiap individu memiliki makna yang
berbeda-beda.
Pengembangan kurikulum pada era postmodern akan memberikan
argumenterhadap pendekatan tradisional atas logika positivisme modern kepada
pelajaran sejarah sebagai sebuah peristiwa yang perlu dipelajari. Kurikulum
postmodern akan mendorong refleksi autobiography menjelaskan pengamatan yang
didapat, memperbaiki hasil interpretasi dan mengerti secara kontekstual.
Pengetahuan dipahami sebagai ketertarikan refleksi manusia, adanya nilai yang
dianut, ada aksi yang dibangun secara sosial.
a. Keunggulan Lahirnya Filsafat Posmodernisme
1) Pengingkaran atas semua jenis ideology. Konsep berfilsafat dalam era
postmodernisme adalah hasil penggabungan dari berbagai jenis fondasi
pemikiran. Mereka tidak mau terkungkung dan terjebak dalam satu bentuk
fondasi pemikiran filsafat tertentu.
2) Menggantikan peran cerita-cerita besar menuju cerita-cerita kecil, dimana
aliran modernism dianggap bergantung dan terpaku pada grand narrative
6
dari kemapanan filsafat yang hanya mengandalkan akal, dialektika roh,
emansipasi subjek yang rasional, dan sebagainya.
3) Aliran ini tidak meniru sesuatu yang ada (pemikiran) tetapimenggunakan
sesuatu yang sudah ada dengan gaya baru, dan lain-lain.
b. Kekurangan Filsafat Posmodernisme
1) Postmodernisme tidak memiliki asas-asa yang jelas (universal dan
permanen). Bagaimana mungkin akal sehat manusia dapat menerima
sesuatu yang tidak jelas asas dan landasannya? Jika jawaban mereka
positif, jelas sekali hal itu bertentangan dengan pernyataan mereka sendiri.
2) Segala pemikiran yang hendak merevisi modernisme, tidak dengan
menolak modernisme itu secara total, melainkan dengan memperbaharui
premis-premis modern di sana-sini saja. Ini dimaksudkan lebih merupakan
"kritik imanen" terhadap modernisme dalam rangka men gatasi berbagai
konsekuensi negatifnya.
3) Pemikiran-pemikiran yang terkait erat pada dunia sastra dan banyak
berurusan dengan persoalan linguistik. Kata kunci yang paling populer dan
digemari oleh kelompok ini adalah "dekontruksi", dan lain-lain (Juanda,
2016).
7
spiritual dan kedua pendidikan juga merupakan kebutuhan sosial. Saragih, E.
(2012:5) Menurut Sharma (2016:103), idealisme berpendapat bahwa tujuan utama
pendidikan adalah membentuk karakter yang baik dan membantu siswa mencapai
potensi maksimal mereka. Idealisme juga menekankan bahwa pendidikan harus
membantu siswa memahami nilai-nilai universal seperti kebenaran, kebaikan, dan
keindahan. aliran idealism juga mempengaruhi pendidikan dengan menekankan
pentingnya intelektualisme, yaitu pemikiran yang logis dan rasional dalam
pendidikan agar dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia.
(Gold, J. D. 2019:85).
Idealis memiliki harapan yang tinggi terhadap guru. Bagi mereka guru harus
ideal dalam order untuk menjadi contoh bagi siswa baik secara intelektual maupun
moral. Guru dalam aliran Idealisme diharapkan mampu membimbing siswa untuk
memahami dan mengembangkan nilai-nilai moral, intelektual, dan estetika yang
dianggap penting dalam kehidupan.
2. Rasionalisme
Rasionalisme lahir adalah sebagai reaksi terhadap dominasi Gereja pada Abad
Pertengahan Kristen di Barat. Munculnya rasionalisme ini menandai perubahan
dalam sejarah filsafat, Rasionalisme ialah paham filsafat yang mengatakan akal
(reason) merupakan hal terpenting dalami mendapatkan pengetahuan dan
memyebarkan pengetahuan. Rasionalisme yakin bahwa untuk memperoleh
pengetahuan yaitu dengan bersandar pada logika dan intelektual. Penalaran ini
tidak didasarkan hanya pada data pengalaman, tetapi juga diolah dari kebenaran.
Pengalaman indera digunakan untuk merangsang akal dan memberikan dorongan
yang menyebabkan akal bisa bekerja. Akan tetapi, dalami mencapai kebenaran
manusia harus mengandalkan akal (Tarigan, W. P. L., Christine, J., & Tarigan, U.
(2023:21).
Ahmad Tarmizi Che Hasim (2018) menyatakan bahwa aliran rasionalisme
mempengaruhi pendidikan dengan menekankan pentingnya penggunaan metode
ilmiah dan analisis rasional dalam pendidikan. Menurut Che Hasim, rasionalisme
menganggap bahwa pendidikan harus berbasis pada pengetahuan yang didasarkan
pada data empiris, dan menggunakan metode ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam dan benar tentang dunia.
Dalam pendidikan, rasionalisme menekankan pada pentingnya penggunaan
metode ilmiah dan analisis rasional dalam memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan benar tentang dunia. Rasionalisme juga mendorong penggunaan
logika dan penalaran dalam pengambilan keputusan dan pembuatan argumentasi
yang tepat dalam proses pembelajaran. Selain itu, rasionalisme juga memandang
bahwa pengetahuan yang didasarkan pada data empiris dan penelitian ilmiah lebih
bernilai daripada kepercayaan atau pandangan yang tidak berdasarkan fakta yang
terverifikasi. Oleh karena itu, rasionalisme menekankan pada pentingnya
8
pemahaman yang mendalam dan kritis terhadap pengetahuan dan pengalaman,
serta kemampuan untuk berpikir mandiri dan kritis dalam proses pembelajaran.
3. Pragmatisme
Teori pendidikan progresivisme ini berbeda dengan pandangan tradisional
seperti esensialisme dan perenialisme. Gerakan Thailand adalah bagian dari
gerakan reformasi umum yang mencirikan kehidupan Amerika di akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20. Gerakan yang sering dikaitkan dengan pragmatisme John
Dewey atau experimentalisme, menekankan pandangan bahwa semua proses
belajar-mengajar harus berpusat pada kepentingan dan kebutuhan anak.
Aliran pragmatisme dipopulerkan oleh tokoh-tokoh seperti John Dewey dan
William James, dan banyak mempengaruhi pendidikan di Amerika Serikat pada
abad ke-20. Saat ini, pemikiran pragmatisme masih memainkan peran penting
dalam pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran di banyak institusi
pendidikan
David T. Hansen (2017:261), dijelaskan bahwa aliran pragmatisme memandang
bahwa pendidikan harus berpusat pada pengalaman praktis dan nyata dalam
kehidupan sehari-hari, serta memperhatikan tujuan-tujuan konkret yang relevan
dengan kebutuhan dan kepentingan individu dan masyarakat. Tujuan pendidikan,
menurut pragmatisme, adalah untuk mengajarkan seseorang cara berpikir sehingga
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat yang selalu berubah
Saragih, E. (2012:9) Dalam praktiknya, pragmatisme mempengaruhi pendidikan
dengan menekankan pada penggunaan metode pembelajaran yang aktif dan
partisipatif, serta pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan
kepentingan siswa. Pragmatisme juga menekankan pada pentingnya
pengembangan keterampilan dan kemampuan yang dapat diaplikasikan secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatisme tidak memperlakukan guru hanya sebagai penonton seperti
naturalis atau menganggapnya sangat diperlukan seperti idealisme. Menurut
pragmatisme, guru bukanlah diktator atau master tugas tetapi pemimpin kegiatan
kelompok. Fungsi utama seorangguru p ragmatic adalah untuk menyarankan
masalah kepada murid-muridnya dan untuk merangsang mereka untuk menemukan
solusi. (Saragih, E. 2012:10) sehingga guru diharapkan mampu mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan siswa, serta
memanfaatkan situasi dan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk
memfasilitasi pembelajaran. Guru juga diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan nyata, serta mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
Setiap aliran filsafat pendidikan memiliki pandangan yang berbeda-beda
mengenai hakikat pendidikan. Oleh karena itu, aliran filsafat pendidikan sangat
mempengaruhi pemahaman tentang hakikat pendidikan. Dengan memahami
9
berbagai aliran filsafat pendidikan, sehingga dapat memperdalam pemahaman
tentang hakikat pendidikan dan bagaimana pendidikan dapat diimplementasikan
secara efektif untuk mencapai tujuannya.
Adapun berbagai aspek filsafat yang saling berhubungan antara lain:
a. Filsafat pendidikan esensialisme didasarkan pada filsafat idealism dan
realisme.
1) Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong perkembangan intelektual
individu, dan untuk mendidik orang yang cakap.
2) Pengetahuan menurut aliran ini adalah keterampilan esensial dan subjek
akademik, penguasaan konsep dan prinsip-prinsip mata pelajaran.
3) Guru memiliki otoritas pada bidang studi yang ditekuninya, dan pengajaran
eksplisit nilai-nilai tradisional.
4) Penekanan kurikulum pada keterampilan mendasar, mata pelajaran esensial
antara lain Bahasa Inggris, sains, sejarah, matematika, dan bahasa asing.
Tren kurikulum yang terkait antara lain kembali kepada dasar, literasi
budaya, dan keunggulan dalam pendidikan.
10
4) Fokus kurikulum pada ilmu social dan metode riset sosial; ujian terhadap
problem sosial, ekonomi, dan politik; fokus pada tren dan isu sekarang dan
yang akan datang, pada sekala nasional dan internasional. Tren kurikulum
yang terkait adalah pendidikan internasional, rekonseptualisasi, dan
kesetaraan kesempatan pendidikan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Jurnal Seni Budaya, 11(1), 87–96.
Hansen, D. T. (2017). Pragmatism and Education: Deweyan Progressivism
Reconsidered. Educational Theory, 67(3), 259-275.
Sharma, K. (2016). Idealism and Education. The International Journal of Indian
Psychology, 3(2), 101-105.
Gold, J. D. (2019). The Significance of Idealism in Modern Education. Journal of
Philosophical Thought, 2(2), 80-88.
Hardanti, B. W. (2020). Landasan ontologis, aksiologis, epitesmologis aliran
filsafat esensialisme dan pandanganya terhadap pendidikan. Reforma: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 9(2), 87-95.
Krisdiana, M., Malihah, S., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Implementasi
Filsafat Pendidikan Idealisme di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling (JPDK), 4(6), 6561-6567.
Yunus, H. A. (2016). Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme
dalam perspektif filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1).
Murtaufiq, S. (2014). Telaah Kritis Aliran-Aliran Filsafat
Pendidikan. AKADEMIKA, 192-193.
Hikmawan, F. (2017). Perspektif filsafat pendidikan terhadap psikologi pendidikan
humanistik. Jurnal Sains Psikologi, 6(1), 31-36.
EFFENDI, Y. R. HUBUNGAN FILSAFAT, PENDIDIKAN, DAN
KURIKULUM.
14