Anda di halaman 1dari 8

Kajian Filosofis Media Dalam Pendidikan Islam

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Pendidikan
Islam”

Dosen Pengampu:
Dr. As'aril Muhajir, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Khuril maula nur afifah (12212193007)


2. Firda yunita lestari (12212193012)
3. Ayu permata arista ria (12212193013)

SEMESTER 2
JURUSAN TADRIS KIMIA 2A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kajian Filosofis Media Dalam Pendidikan Islam”.
Dengan laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa program studi Tadris Kimia (TKIM).

Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan


kita Nabi Muhammad SAW.Penulis menyadari tanpa bantuan dari semua pihak,
penulisan makalah ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Maftukhin M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberi kesempatan untuk kami dapat menempuh pendidikan di IAIN
Tulungagung.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan FTIK IAIN Tulungagung
yang telah memberi kesempatan untuk kami dapat menempuh pendidikan
di IAIN Tulungagung.
3. Bapak Dr. As’aril Muhajir, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan bimbingan dan
mengarahkan kami sehingga kami mendapatkan pemahaman yang benar
mengenai mata kuliah ini.
4. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan sarannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Tulungagung, 05 April

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………

C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian epistimologi dalam media pendidikan islam…………………………………………

B. Kajian ontology dalam media pendidikan islam…………..…………………………………

C. Kajian aksoilogi dalam media pendidikan islam………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………

B. Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep pendidikan pada dasarnya membuat siswa memiliki kompetensi tamatan
sesuai jenjang sekolah, yaitu pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan melaksanakan
tugas atau mempunyai kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi
pendidikan di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang
menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga kurang
mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana
belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya mempersiapkan
warga negara yang baik dan masyarakat yang cerdas (Djahiri, 1993)
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi. Yang
dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh
guru. Setiap orang selalu punya kewajiban untuk melakukan tugas tertentu seperti halnya
seorang guru di tuntut agar menjalankan kewajiban itu sepenuh tanggung jawab. Setiap
kewajiban berisi tugas dan setiap tugas harus di laksanakan. Tugas yang di laksanakan
akan dianggap selesai apabila tujuan yang hendak dicapai sudah terwujud. Seorang guru
tersebut harus merasa yakin bahwa jalan yang harus ditempuhnya untuk sampai kepada
tujuan dapat dilakukan dengan cara atau metode yang tepat dan cocok untuk diterapkan
kepada peserta didiknya. Adapun cara atau metode yang terbaik untuk diterapkan itu
banyak sekali tergantung pada karakteristik peserta didik masing-masing, salah satunya
adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif
dalam membantu anak didik untuk menjawab kebutuhan belajarnya dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta dan data yang jelas dan benar yang diperolehnya dari demonstrasi.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya pembelajaran atau proses
belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di tujukan pada siswa

4
dengan tujuan agar semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan apa
yang telah diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan yang terjadi
sehubungan dengan yang sudah didemonstrasikan. Karakteristik metode demonsrtasi
dapat dilihat dari keunggulan metode deemonstrasi dan kelemahan metode demonstrasi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana kajian epistimologi dalam media pendidikan islam
2. Bagaimana kajian ontologi dalam media pendidikan islam
3. Bagaimana kajian aksiologi dalam media pendidikan islam

C. Tujuan
1. Untuk mengtahui kajian epistimologi dalam media pendidikan islam
2. Untuk mengetahui kajian ontologi dalam media pendidikan islam
3. Untuk mengetahui kajian aksiologi dalam media pendidikan islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian epistimologi dalam media pendidikan islam


Solusi Alternatif dari Problema Epistemologi dalam Media Pendidikan Islam
dapat diatasi dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:
a) Menghilangkan paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, ilmu
tidak bebas nilai, tetapi bebas untuk dinilai. Itulah sebabnya diperlukan adanya
pencerahan dalam mengupayakan integralisasi keilmuan.
b) Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi menjadi pola partisipatif antara guru
dan murid. Pola ini memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, optimis,
dinamis, inovatif, memberikan alasan-alasan yang logis, bahkan siswa dapat pula
mengkritisi pendapat guru jika terdapat kesalahan.
c) Merubah paradigma ideologis menjadi paradigma ilmiah yang berpijak pada
wahyu Allah SWT. Sebab, paradigma ideologis ini – karena otoritasnya – dapat
mengikat kebebasan tradisi ilmiah, kreatif, terbuka, dan dinamis. Praktis
paradigma ideologis tidak memberikan ruang gerak pada penalaran atau
pemikiran bebas bertanggung jawab secara argumentatif. Padahal, wahyu sangat
memberikan keleluasaan bagi akal manusia untuk mengkaji, meneliti, melakukan
observasi, dan menemukan ilmu pengetahuan dengan petunjuk wahyu Allah
SWT. Dan paradigma ilmiah saja tanpa berpijak pada wahyu, tetap akan menjadi
sekuler. Karena itu, agar epistemologi media pendidikan Islam terwujud, maka
konsekuensinya harus berpijak pada wahyu Allah.1
d) Guna menopang dan mendasari pendekatan epistemologi ini, maka perlu
dilakukan rekonstruksi kurikulum yang masih sekuler dan bebas nilai spiritual ini,
menjadi kurikulum yang berbasis tauhid. Sebab segala ilmu pengetahuan yang
bersumber pada hasil penelitian pada alam semesta (ayat kauniyah) maupun
penelitian terhadap ayat qauliyah atau naqliyah (al-Qur’an dan al-Sunnah)
merupakan ilmu Allah SWT. Ini berarti bahwa semua ilmu bersumber dari Allah.

1
Dikutip pada
https://www.reseasrchgate.net/publication/32898157_ONTOLOGI_EPISTIMOLOGI_DAN_AKSIOLOGI_DALAM_PEN
DIDIKAN_ISLAM Pada tanggal 5 april pukul 11.00 wib

6
Realisasinya, bagi penyusun kurikulum yang berbasis tauhid ini harus memiliki
pengetahuan yang komprehensif tentang Islam. Karena kurikulum merupakan
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Ilmu-ilmu yang berbasis pada realitas
pengalaman empiris, seperti sosiologi, psikologi, filsafat kritis yang sifatnya
membumi perlu dijadikan dasar pembelajaran, sehingga ilmu betul-betul
menyentuh persoalan-persoalan dan pengalaman empiris.
e) Media Epistemologi pendidikan Islam diorientasikan pada hubungan yang
harmonis antara akal dan wahyu. Maksudnya orientasi media pendidikan Islam
ditekankan pada pertumbuhan yang integral antara iman, ilmu, amal, dan akhlak.
Semua dimensi ini bergerak saling melengkapi satu sama lainnya, sehingga
perpaduan seluruh dimensi ini mampu menelorkan manusia paripurna yang
memiliki keimanan yang kokoh, kedalaman spiritual, keluasan ilmu pengetahuan,
dan memiliki budi pekerti mulia yang berpijak pada “semua bersumber dari Allah,
semua milik Allah, difungsikan untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah
Allah dan sebagai abdullah, dan akan kembali kepada Allah (mentauhidkan
Allah)”.
f) Konsekuensi yang lain adalah merubah pendekatan dari pendekatan teoritis atau
konseptual pada pendekatan kontekstual atau aplikatif. Dari sini pendidikan Islam
harus menyediakan berbagai media penunjang untuk mencapai hasil pendidikan
yang diharapkan. Menurut perspektif Islam bahwa media pendidikan Islam adalah
seluruh alam semesta atau seluruh ciptaan Allah SWT.fotenote Sabda Rasulullah
Saw. yang artinya “berpikirlah kamu sekalian tentang makhluk ciptaan Allah,
jangan kamu berpikir tentang Allah, sesungguhnya kalian tidak akan mampu
memikirkan-Nya.” (HR.Abu Syekh dari Ibn Abbas)
g) Adanya peningkatan profesionalisme tenaga pendidik yang meliputi kompetensi
personal, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
Sehingga dengan pemenuhan kompetensi inilah, seorang tenaga pendidik mampu
menemukan metode yang diharapkan sebagaimana harapan dalam kajian
epistemologis.

Dalam mengembangkan media ilmu pendidikan islam diperlukan beberapa hal,antara


lain :

7
1) Landasan atau basis filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan ilmu
pendidikan islam.
2) Paradigma bagi penyusunan metodologi pengembangan ilmu pendidikan islam.
3) Metodologi pengembangan ilmu pendidikan islam.
4) Model-model penelitian untuk digunakan dalam penelitian pendidikan islam.
5) Organisasi yang bersekala nasional.
Kelima hal diatas merupakan landasan atau orientasi kerja dalam mengembangkan
media ilmu pendidikan islam. Filsafat yang dapat digunakan sebagai landasan dalam
pengembangan media ilmu pendidikan islam ialah filsafat yang mampu mengakomodir
pendapat bahwa:
 Sumber pengetahuan ialah Allah.
 Teori ilmu pendidikan islam tidak boleh bertentangan dengan wahyu.

Anda mungkin juga menyukai