Disusun Oleh
Nurul Fitriah (2131105)
MARDIANTO (2131118)
Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini
dapat dirampungkan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata
kuliah Metodologi Studi Islam sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ”Pengantar Metodologi Studi Islam”.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang Metodologi Studi Islam. Juga
merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua pihak
dalam proses perkuliahan pada mata Metodologi Studi Islam.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan
kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan dapat
bermanfaat, amin.
Penyusun,
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup di dunia dengan memiliki hak
dan kewajiban. Hak tersebut salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan adalah
suatu proses panjang yang bertujuan menghantarkan seorang yang memiliki
kekuatan spritual dan intelektual. Tempat dalam mencapai cita-cita melalui
pendidikan itu sendiri adalah sekolah. Sekolah merupakan bagian pokok atau utama
untuk mengembangkan berbagai karakter, sikap, kemampuan serta keterampilan
seorang individu. Dalam sekolah terdapat aktivitas untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, melatih mental, serta mengembangkan potensi. Pada dasarnya setiap
manusia mempunyai potensi, sehingga manusia mampu untuk hidup berkembang
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan tiga hal
penting yaitu materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil pembelajarannya.
Setiap sekolah memberikan materi pelajaran sesuai dengan tingkatannya.
Mengupas sedikit tentang akidah akhlak, Pokok dari akhlak terhadap Allah
adalah meyakini keberadaan Allah SWT dengan melalui keesaan-Nya serta sifat
kesempurnaan-Nya. Islam merupakan agma yang sanga kompleks. Sehingga dalam
memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu
pemahaman yang utuh tentang islam. Di indonesia sejak islam masuk pertama kali
sampai saat ini telah timbul berbagai macam pemahaman yang berbeda mengenai
islam. Sehingga dibutuhkan penguasaan tentang cara-cara yang digunakan dalam
memahami islam. Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai
metodologi serta beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi studi islam.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metodologi
Metode secara bahasa atau etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta
yang berarti sepanjang dan hodos yang berarti jalan. Bermaksud bahwa suatu jalan
yang di tempuh untuk dalam suatu hal untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian lain,
bahwa metode artinya suatu ilmu ataupun cara menyampaikan segala sesuatu
kepada orang lain. Apabila metode bergabung dengan kata logos yang maknanya
akan berubah. Logos bermakna “studi tentang” atau bisa juga diartikan “teori
tentang”. Maka secara keseluruhan metodologi diartikan sebagai metode atau cara-
cara yang berlaku dalam kajian atau sebuah penelitian. Terlihat jelas bahwa arti
metodologi merupakan suatu cara-cara yang digunakan untuk mengakaji suatu ilmu
ataupun permasalahan secara keseluruhan, sehingga menemukan titik temu.
Metodologi adalah studi tentang metode yang digunakan suatu bidang ilmu agar
memperoleh pengetahuan mengenai pokok persoalan dari ilmu melalui aspek
tertentu melalui penyelidikan. Penyelidikan inilah yang nantinya akan dijadikan
sebuah kunci jawaban atas segala perkara yang muncul.
Contoh kegiatan metedologi islam, pada abad ke-14 sampai ke-16 Masehi,
Aristoteles (384-322 SM) orang jenius melebihi dari Francis Bacon, Plato lebih
jenius dari Roger Baconn. Mengapa kedua orang Bacon itu menjadi salah satu
M. Ali Hasan, Studi Islam Al-Quran dan As-Sunnah, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2000), hal:213.
1
3
faktor dalam kemajuan sains, sekalipun kedua orang tersebut jauh lebih rendah ,
tetapi justru membawa kemajuan–kemajuan ilmiah dan kebangkitan. Sedangkan
kedua orang jenius tidak mampu membawa Eropa ke arah kemajuan, justru
sebaliknya, kedua orang tersebut membuat stagnasi dan kebodohan dunia.2
4
juga ikut terlibat memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai
masalah.3
Namun Studi Islam secara harfiah merupakan kajian tentang hal-hal yang
berhubungan atau berkaitan dengan agama Islam baik berkaitan dengan ajaran,
sejarah ataupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari sepanjang sejarah peradabannya. Salah satu ajaran islam yang harus
diterapkan adalah keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah. Iman serta takwa
merupakan konsep yang sangat terpenting untuk diketahui serta dilaksanakan dalam
kehidupan manusia.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Studi islam adalah suatu upaya membimbing untuk merubah tingkah laku individu
agar menjadi pribadi yang lebih baik yang sesuai dengan tuntunan yang ada dalam
syariat islam.
Ajaran studi islam menjadi suatu kegiatan usaha (sengaja), sistematis, serta
berkesinambungan untuk mengembangkan potensi manusia yang berupa dorongan
untuk beragama Islam, memberikan sifat keislaman serta kecakapan, kecekatan
sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam. Sifat keislaman yang menyelaraskan
dengan studi hukum islam. Studi hukum Islam adalah cabang ilmu-ilmu keislaman
paling tua umurnya serta telah dikembangkan pada zaman tabi’in. Cabang ilmu ini
yang perlu di pelajari melalui pendidikan. Di dunia Islam banyak ahli-ahli ilmu
pengetahuan. Banyak ilmuan yang berjasa dalam memberikan dampak positif.
Dengan mengingat kegigihannya, maka akan menjadi motivasi kita. Selain itu, ada
kalangan ilmuan luar islam yang mengkaji studi islam. Para ahli studi Islam yang
berasal dari luar kalangan umat Islam (outsider) tersebut dikenal dengan kaum
orientalis atau orang-orang Barat yang melakukan pengkajian tentang dunia Timur
termasuk dunia Islam. Dahulu, St. John sebagai seorang penganut teologi Kristen
yang berpikir bahwa Islam adalah ajaran murtad. Namun, di masa sekarang ini
sepertinya para orientalis mulai berpindah haluan, banyak diantara mereka yang
memberikan berbagai pandangan yang objektif, kritis, serta ilmiah terhadap Islam
5
serta pemeluknya. Hal tersebut sangat berguna terhadap pengembangan studi Islam
di kalangan umat Islam sendiri (insider). Bahwa pemikiran dan studi Islam
senantiasa strukturnya terbuka, berubah, dan selalu siap untuk dikritisi serta
dikembangkan. Maka dalam hal ini, bahwa harus berfikir secara komprehensif.
Dengan cara berfikir demikian, maka orang tidak melihat dari sudut pandang
saja serta sadar dengan moral yang dimiliki. Studi Islam di dalam kalangan umat
Islam bertujuan untuk proses memahami, menggali, dan membahas ajaran-ajaran
islam supaya mereka dapat mengaplikasikannya serta mengamalkan ajarannya
dengan baik dan benar. Melalui kajian Islam yang objektif serta ilmiah, maka
ajaran-ajaran Islam bukan hanya sekedar dogma-dogma teologis tetapi ajaran yang
dipercaya sebagai ajaran abadi dan universal itu benar-benar berkembang, relevan,
dibutuhkan, serta mampu menjawab tantangan zaman yang dinamis. Sebagai umat
islam harus mengembangkan potensinya agar berfikir kritis.
6
lebih responsive dan fungsional dalam memandu perjalanan umat islam, diperlukan
metode yang dapat menghasilkan pemahaman islam yang utuh dan komprehensif.
Pada abad pertengahan, eropa dalam keadaan stagnasi dan masa bodoh dalam
waktu seribu tahun. Tetapi stagnasi dan masa bodoh tersebut kemudian menjadi
kebangkitan revolusioner yang multifaset dalam bidang sains, seni, dan kehidupan
sosial. Revolusi yang mendadak dalam pemikiran manusia ini menghasilkan
peradaban kebudayaan. Sekarang apa yang terjadi pada dirinya yang menyebabkan
perubahan mendadak sehingga dalam waktu 300 tahun Eropa menemukan
kebenaran yang mereka peroleh dalam waktu seribu tahun yang lalu?
Seorang sarjana Iran, Ali Syariati mengatakan bahwa faktor utama yang
menyebabkan kemandekan dan stagnasi dalam pemikiran peradaban kebudayaan di
Eropa tersebut adalah metode pemikiran analogi aristoteles.5 Pada saat melihat
metode yang tepat masalah berubah, maka sains, masyarakat, dan juga dunia
berubah. Inilah pentingnya metode sebagai fektor fundamental dalam renaisans.
Begitu pentingnya peranan metode pemahaman ajaran islam dalam kemajuan dan
kemunduran pertumbuhan ilmu. Mukti Ali mengatakan bahwa yang menentukan
dan membawa stagnasi adalah metode yang digunakan. Sebagai contoh abab ke 14-
16 M Aristoteles lebih jenius bila dibanding Francis Bacon. Namun mengapa justru
bacon menjadi orang yang menyebabkan kemajuan dalam sains sekalipun dia lebih
rendah tingkat kejeniusannya disbanding Aristoteles? Hal ini dijawab oleh mukti ali
karena orang yang biasa- biasa saja seperti bacon dapat menemuka metode berpikir
yang benar dan utuh.
7
metode yang paling tepat untuk riset dan penelitiannya. Riset dan penelitian tidak
dapat dipisahkan dengan metode agar tercapai suatu kelogisan secara ilmiah.
1. Massa Rasulullah
a. Transformasi ilmu dilakukan secara lisan.
b. Rasul telah mengembangkan bibit pengembangan studi islam terutama tafsir
dan ushul fiqih. Hadis adalah penafsiran Rasul tarhadap Al-qur’an yang
didalamnya terdapat metode penerapan hukum.
6
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta:Gema Insani
Press,1995), hal:25-26
8
c. Pendekatan yang digunakan para orientalis bersifat lahiriah (eksternalisasi).
Agama islam hanya dipandang dari sisi luarnya saja menurut sudut pandang
barat.
d. Pada masa selanjutnya muncul karya-karya yang mengoreksi dan
merekonstruksi kajian orientalis lama, Karen adanya anomali (ketidaktepatan)
dalam studi islam. Tokohnya antara lain:Louis Massingnon, w. Montgomery
Watt, dan Wilfred Cantwell Smith.
e. Pendukung yang lengkap. Pendekatan yang digunakan antara lain: filologi,
antropologi, sejarah, sosiologi, psikologi, dan sebagainya. Islamic Studies
menjadi salah satu kajian yang dibuka di universitas barat dengan sarana.7
7
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta:Gema Insani
Press,1995), hal:26-27
9
Al-irsyad (berdiri di Jakarta tahun 1913) mendirikan madrasah awaliyah
(3th), ibtidaiyah (4th), tajhizyah (2th), mualimmin (2th), dan takhassus (2th).
Al-jami’ah Al-Wasliyah (berdiri tahun 1930 di Medan), mendirikan:
madrasah tajhiziyah (2th), ibtidaiyah (4th), tsanawiyah (2 th), qismul ali (3
th), dan takhassus (2th)
Nidhamul ulama (didirikan tahun 1926). Mendirikan: madrasah awaliyah (
2th), ibtidaiyah (3th), tsanawiyah (3th), mu’alimmin wstha (2 th),
mu’alimmin ulya (2 th).
c. Pasca kemerdekaan
Tahun 1952 studi islam pada tingkat dasar sampai menengah diseragamkan
melalui jenjang: MI (6 th), MTS 93 Th), dan MA (3 th).
Pada tahun 1951 didirikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negri (PTAIN)
yang kemudian menjadi Institute Agama Islam Negeri (IAIN) tahun 1960.
10
Harun al-Rasyid, didirikan Bait al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah sebagai
pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda; sebagai perpustakaan
serta sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan karya-karya Yunani
kuno ke dalam bahasa Arab untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu
pengetahuan. Di samping itu, di Eropa terdapat pusat kebudayaan yang merupakan
tandingan Bagdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdurrahman III
(929-961 M) dari Dinasti Umayah di Spanyol. Di Timur Islam, Bagdad, juga
didirikan Madrasah Nizhamiah yang didirikan oleh Perdana Menteri Nizham al-
Muluk; dan di Kairo, Mesir, didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh
Dinasti Fatimiah dari kalangan Syiah.
Asal-Usul dan Pertumbuhan Studi Islam, Pendidikan Islam di Indonesia
tidak pernah lepas dari semangat penyebarana Islam yang dilakukan secara intensif
oleh para pendahulu dalam kerangka perpaduan antara konteks keindonesiaan
dengan keislaman.8 Pada awalnya pendidikan Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah,
kemudian bentuk madrasah. Selain pesantren pendidikan Islam di Indonesia
diharapkan pada tantangan semakin berkembangnya model-model pendidikan.
Pertumbuhan minat untuk memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan yang
hidup, yang historis. Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang terdapat dalam
Al-qur'an dan Hadis. Studi Islam kontenporer di Barat, berusaha keras menampilkan
citra yang lebih adil dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang
lebih canggih dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang
belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam bidang
ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi
Islam meliputi 2 hal yaitu:
1. Aspek sasaran keagamaan
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan
sandaran sentralk agar kajian keislaman tidak keluar dan tercerabul dari teks dan
konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat ditransformasikan
11
secara baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa
melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan
pegangan: pertama, islamn sebagai dogma juga merupakan pengamalan universal
dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran study Islam diarahkan pada aspek-aspek
praktik dan emprik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan.
Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama
adalah dunia sekarang. Dengan demikian sasaran study Islam diarahkan pada
pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam
sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat
mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan
kajian empirik yang kebenarannya relatif.
8
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta:Gema Insani
Press,1995), hal:29
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari berbagai
dimensi. Jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang
akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak.
Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita
ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Al-quran sendiri. Kitab
ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana
besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek
linguistik dan sastra Al-quran. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara
terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran
yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini.
Dimensi al-quran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya,
yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini
belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang
jauh lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam. Apalagi ilmu sejarah yang
merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkan dengan ilmu
sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis ataupun buku-buku sejarah
yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah ada.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14