Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran pengantar studi islam

Dosen Pembimbing : Aslam sa’ad M.Ag

Disusun oleh :
1. Nur Azizah (211104010025)
2. Nico Setiawan (211104010006)
3. Istifsyaro (211104010029)
4. Makinatul Aminah (211104010027)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA


PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SHIDDIQ JEMBER
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami diberikan kemudahan dalam
membuat dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Metodologi Studi Islam”
untuk memenuhi tugas ,mata kuliah evaluasi pembelajaran pengantar studi islam
dengan baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada


junjungan kita nabi besar, Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari
zaman perbudakan menuju zaman tanpa penindasan, yakni addinul islam.
Makalah ini disusun untuk kegiatan pembelajaran mahasiswa di kampus UIN
KHAS Jember.

Penyusun menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembuatan dan penulisan


makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai refrensi buku, jurnal, dan informasi
dari website. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu, Bpk
Aslam sa’ad M.Ag karena telah memberikan kesempatan untuk menyusun
makalah ini dan terimakasih kepada orang tua yang selalu mendoakan kami dan
mendukung dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca dan
penyusun mengucapkan terima kasih.

Jember, 28 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................2

C. Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3

A. Apa pengertian dan fungsi metode? ......................................................3

B. Apa yang dimaksud dengan metodologi studi islam ? ............................4

C. Ada berapa macam-macam metode studi islam ? ...................................6

BAB III PENUTUP ...........................................................................................14

A. Kesimpulan .............................................................................................14

B. Saran ........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian keislaman (Islamic Studies) yang dilakukan oleh kaum orientalis


tidak terlepas pula pada pendekatan disiplin ilmu yang dipergunakan. Dalam
sebuah penelitian, kita harus berhadapan dengan berbagai permasalahan yang
harus dipergunakan untuk memperjelas dasar, kerangka pikir dan methodilogi
yang sesuai dengan penelitian itu sendiri, yakni pendekatan (approaach).

Pendekatan ini untuk kajian dalam sebuah penelitian menjadi penting


kerena penelitian apa yang dilakukan oleh seorang peneliti perlu memeliki
kejelasan wilayah dan disiplin ilmunya. Kendatipun menggunakan bertbagai
pendekantan, penelitian itu harus jelas disiplin apa yang dipakai, mengingat diera
mederen sekarang ini disiplin ilmu telah menjadi sepesialisasi sehingga kita mau
tidak mau harus melakukan identifikasi.

Studi Islam diarahkan pada kajian keIslaman yang mengarah pada tiga hal:
1) Islam yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri, 2) Islam dapat
dimaknai yang mengarah pada keselamatan dunia dan akhirat, sebab ajaran Islam
pada hakikatnya membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi
semua larangan, 3) Islam bermuara pada kedamaian. Di kalangan umat Islam,
studi keIslaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas
ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya
dengan benar.

1
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dan fungsi metode?


2. Apa yang dimaksud dengan metodologi studi islam?
3. Ada berapa macam-macam metode studi islam?

C. Tujuan masalah

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini


dimaksudkan untuk mengetahui tentang metodelogi studi Islam. Secara khusus
makalah ini akan menginformasikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut.

1. Menjelaskan pengertian dan fungsi metode


2. Menjelaskan pengertian metodologi studi islam
3. Menjelaskan macam-macam metode studi islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan fungsi metode

Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni “Metha” berarti melalui , dan
“Hodos” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan
atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.1

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah


cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai
tujuannya2. Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah
suatu cara, seni dalam mengajar.3

Para ahli mendefinisikan beberapa pengertian tentang metode antara lain:


Purwadarminta dalam menjelaskan bahwa, metode adalah cara yang teratur dan
terpikir baik-biak untuk mencapai suatu maksud.4 Menurut Zulkifli metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.5

Sehingga metode juga bisa diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu.


Dan cara itu mungkin baik, tapi mungkin tidak baik. Baik dan tidak baiknya
sesuatu metode banyak tergantung kepada beberapa faktor. Dan faktor-faktor
tersebut, mungkin berupa situasi dan kondisi serta pemakaian dari suatu metode
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar tujuan
pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh
karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar.

1
Muzayyin, Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Buna Aksara, h. 97.
2
Peter Salim, et-al. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English,
h. 1126.
3
Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulya, h. 107.
4
Purwadarminta. 2010. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Prodution,
h. 7.
5
Zulkifli. 2011. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Pekanbaru: Zanafa Publising, h. 6.

3
Fungsi metode pembelajaran menurut syaiful bahri djamarah dan aswan
zain adalah :

1. Sebagai strategi pembelajaran


Setiap peserta didik tidak memiliki intelegensi yang sama, karena
mereka memiliki kemampuan yang berbeda beda. Dengan memberikan
metode pembelajaran yang tepat, para siswa dapat menyerap ilmu yang di
sampaikan oleh dosen dengan baik.
2. Sebagai alat untuk mencapai tujuan
Metode yang digunakan sebagai fasilitas Pendidikan yang bertujuan
untuk mengantarkan suatu materi supaya dapat ditangkap dengan baik.

B. Pengertian metodologi studi islam

Metodologi berasal dari dua suku kata yaitu metode dan logi. Metode di
definisikan secara Bahasa berasal dari method artinya cara, jalan, arti lainnya
adalah cara yang teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai suatu maksud, cara
kerja yang ber sistem untuk memudahkan pelaksanaan waktu kegiatan guna
mencapai tujuan yang di tentukan.

Sedangkan istilah Logi/loghos mempunyai arti ilmu. Jika di gabungkan


menjadi metodologi yang mempunyai arti ilmu berupa cara atau jalan dalam
memahami sesuatu. Metodologi diartikan secara sederhana dengan maksud
sebagai ilmu tentang metode atau uraian tentang metode.

Istilah studi berasal dari Bahasa inggris yaitu study artinya mmpelajari atau
mengkaji, sedangkan dalam KBBI, istilah study mempunyai makna penelitian
ilmiah, kajian, dan telaah. Dalam hal ini yang di maksud studi berarti pengkajian
terhadap islam secara ilmiah dalam segala aspeknya, mulai dari teori maupun
perakteknya.

Istilah islam berasal dari Bahasa arab, dari kata salima dan aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Aslama juga mengandung arti
kepatuhan, tundukan, dan berserah. Orang yang tunduk, patuh dan berserah diri

4
kepada ajaran islam disebut muslim dan akan selamat di dunia dan akhirat. Istilah
islam merupakan bentuk infinitive dari kata aslama yang memiliki varian makna
yang di afirmasi oleh al quran langsung.

Misalkan dalam ayat ayat berikut : Islam berarti damai (QS. Al-anfal/8:61
dan QSAl-hujurat/49:9) Islam berarti menyerah (QS An-nisa/4:125 dan QS.Al-
imron/3:83), Islam berarti penyerahan diri secara totalitas kepadaNya (QS.Al-
baqoroh/2:208dan QS.As-shoffat/37:26), Islam berarti bersih dan suci (QS.As-
syu’ara/26:89, QS Al-maidah/5:6 dan QS As-shoffat/37:84), selamat dan sejahtera
(QS. Mariyam/19:47).

Secara istilah, islam adalah nama sebuah agama samawi yang di sampaikan
melalui para rasul Allah, khususnya Rasulullah Muhammad SAW untuk menjadi
pedoman hidup manusia. Islam juga di maknai sebagai agama dan ajaran yang
sangat luhur dan menyempurnakan ajaran ajaran agama samawi sebelumnya yang
membawa misi rohmatal lil ‘alamin.6

Dari berbagai definisi tiap istilah tersebut, bisa di tarik kesimpulan bahwa
metodelogi studi islam memiliki makna sebuah ilmu yang berisi cara dan jalan
untuk memahami kajian islam secara ilmiah dan terstruktutr untuk mendapatkan
pemahaman terhadap ajaran islam yang holistic dengan tujuan utama sebagai
rahamatal lil ‘alamiin.

C. Macam macam metode studi islam


1) Metode Hermeneutik
Metode Hermeneutik berasal dari Bahasa Yunani,Hermeneuo, yang
memiliki beberapa pengertian :
a. Mengungkapkan pemikiran seseorang, dalam kata kata.
b. Menterjemahakan atau bertindak seabagai penafsir atau bisa berarti
menafsirkan. Term ini memiliki asosiasi etimelogis dengan nama dewa
dalam mitologi Yunani, Hermes yang mempunyai tugas menyampaikan

6
Rohmat, Asep Maulana. 2018. Metodelogi Studi islam. Yogyakarta: Gerbang Media, h. 2

5
dan menjelaskan pesan pesan tuhan kepada manusia. Teori ini bertujuan
untuk memahami hakikat atau pesan yang terkandung dari teks, perantara
atau penafsir cara memahami teks dan memaknai audiens.

Abu zayd, yang di jadikan contoh dalam kajian ini, di lahirkan di


Tanta,Mesir tgl 10 juli 1943. Ia melihat bahwa tafsir sering kali di gunakan
untuk kepentingan politik atau yang ia sebut dengan problem al-nusush Al-
diniyah. Maka ia mengembangkan pemikiran atau kritis dalam menafsirkan al
quran untuk menyingkap tabir tatalogis yang menyebabkan penyimpangan
dalam interpretasi dan pemaknaan teks ke agamaan. Apa yang ia lakukan
telah memancing reaksi keras dari kalangan ulama’ besar Mesir, termasuk Al-
azhar.

Menurut pendapatnya, dalam mengkaji alquran yang harus dilakukan


adalah memahaminya sebagai literature. Literature penafsiran alquran yang
selama ini dilakukan adalah memahaminya sebagai literature. Literatur
penafsiran al-Qur’an yang selama ini dilakukan hanya berdasarkan teks al-
Qur’an yang ada. Oleh sebab itu,pendekatan masalah fakta yang ada dalam
al-Qur’an.

Pemikiran ini diawali oleh Andrew Rippin pada tahun 1982, yang
menyarankan bahwa pendekatan literature diawali dari asumsi bahwa al-
Qur’an merupakan firman tuhan tidak dengan metode khusus. Ibaratnya al-
Qur’an seperti Bible yang tidak memerlukan metode khusus dalam
menganalisis lebih jauh. Di Mesir, orang yang pertama kali menggunakan
teori literature adalah Amin al-Khuli (1895-1966).

Maka dijumpai perbedaan penafsiran antara satu mufassir dengan


yang lainnya. Perbedaan ini terletak pada kesimpulannya mengenai maksud
mengenai teks al-Qur’an terhadap perkembangannya dan bagaiman
pemahaman terhadap sastranya. Hal ini di tulis oleh Abu Zayd dalam
artikelnya Tafsir From Thabari to Ibnu Katsir.

6
Perbedaan kesimpulan merupakan keanekaragaman metode yang
digunakan oleh penafsir. Sebagai contoh, Ash’ari menganggap al-Qur’an itu
kekal sedangkan muktazilah percaya bahwa al-Qur’an itu buatan (makhluk).
Para sarjana Barat (JohnWansbrough,misalnya), memperkirakan bahwa al-
Qur’an adalah usaha pengeditan beberapa ratus tahun setelah nabi wafat.
Sedangkan pandangan tradisional mengira al-Qur’an menjadi teks
peninggalan dari Nabi Muhammad dan diterbitkan oleh Kholifah Utsman bin
Affan.7

Metode hermeneutik, sebagai literary criticism, yang berorientasi


untuk mengkaji makna (meaning) dan maghza (significance). Hermeneutik
menurut Abu Zayd adalah membahas tentang hubungan antara pembaca teks
(mufassir), teks (al-Qur’an)dan pemilik teks (Allah). Istilah hermeneutic
adalah istilah yang digunakan untuk kajian ketuhanan yang membahas
tentang kaidah-kaidah dalam memahami teks keagamaan (kitab suci). Maka
hermeneutic berbeda dengan tafsir (exegesis), dimana hermeneutic lebih
sebagai teori penafsiran. Fokus hermeneutic lebih pada masalah hubungan
antara mufassir dengan teks.

7
Syafaq, Hammis. 2015. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Sunan Ampel Press, h. 209.

7
2) Metode Filologi

Pengertian filologi secara etimologi berasal dari kata Philos yang berarti
cinta dan logos berarti kata, Kata yang dimaksud disini harus
dipertimbangkan, dan dijelaskan asal usulnya sehingga jelas bentuk dan
artinya. Secara terminologi, filologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari
bahasa, budaya, dan sejarah melalui bahan tertulis. Sekarang ini istilah
filologi diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki masa kuno, dan menyelidiki
kebudayaan suatu bangsa berdasarkan naskah-naskah tertulis peninggalan
zaman dahulu. Jadi objek utama yang digunakan adalah naskah.8

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian studi islam


menggunakan metode filologi ialah harus meneliti kembali naskah-naskah
tersebut, karena naskah itu sebelumnya mengalami penyalinan sehingga perlu
dibersihkan dari tambahan yang diterapkan dalam zaman agar naskah tersebut
terbukti keautentikannya. Hal ini penting, supaya isi naskah tersebut tidak
terdapat kesalah pahaman. Dengan pendekatan filologi maka naskah-naskah
yang yang ditulis oleh para ilmuan muslim atau ulama’ akan mudah dipahami
oleh seluruh umat manusia khususnya umat muslim sendiri sehingga dapat di
praktikkan dengan mudah dalam kehidupan sekarang.

3) Metode Fenomenologi

Pengertian Fenomenologi secera etimologi berasal dari bahasa Yunani


phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti
memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan.
Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian
terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. . Jika fenomenologi digunakan
dalam penelitian studi Islam berarti seorang peneliti memahami dan

8
Abdullah, Taufik, dan Rusli Karim. 2016. Metodelogi Penelotian Agama S ebuah Pengantar.
Yogyakarta: Tiara Wacana T. Th.

8
menganalisis Islam bukan atas dasar nilai-nilai yang tertuang dalam teks yang
bersifat normatif, namun bagaimana seorang peneliti memahami dan
menganalisis Islam berdasarkan apa yang dipahami dan diamalkan oleh
umatnya.Dalam studi agama terdapat dua aspek yang harus dibedakan, yaitu
apa yang disebut dengan general pattern dan particular pattern.9

General pattern adalah sesuatu yang pasti ada pada setiap agama, di luar
kemampuan pemeluknya, seperti: kepercayaan, ritual, teks suci, leadership,
histori serta konstitusi, dan morality. Seorang peneliti harus bersifat obyektif
dalam mengkaji hal tersebut. Ketika general pattern tersebut dirinci maka
lahirlah apa yang dinamakan particular pattern. Setiap agama memiliki
particular pattern yang berbeda, misalnya dalam hal kepercayaan Islam
mempunyai konsep tauhid sedangkan Kristen berpegang konsep pada trinitas,
dalam hal ibadah Islam mempunyai sholat sedangkan Kristen mempunyai
kebaktian. Dalam menilai particular pattern ini lebih banyak peneliti yang
bersifat subyektif karena berhubungan langsung dengan keyakinan dirinya.

Jadi pendekatan fenomenologi dapat diartikan sebagai upaya-upaya


yang dilakukan untuk melahirkan satu disiplin tersendiri yang bersifat
obyektif dalam kajian agama yang disertai dengan metodologi tersendiri pula.
Mudahnya, pendekatan fenomenologi adalah pendekatan yang mencoba
menggabungkan sifat obyektif dan subjektif yang ada dalam diri setiap
pengkaji agama. Terdapat dua hal penting yang menjadi karakteristik
pendekatan fenomenologi, karakteristik pertama, pentingnya netralitas.
Artinya studi agama dengan pendekatan fenomenologi lebih menekankan
upaya pemahaman seorang pengkaji agama terhadap agama yang dianut orang
lain.

Dengan demikian, seorang pengkaji diharapkan untuk sementara


mengesampingkan pemahaman dan komitmen terhadap agama yang dianut,
dan pada waktu yang sama mencoba mendekati agama orang lain berdasarkan

9
Abdullah, Taufik, dan Rusli Karim. 2016. Metodelogi Penelotian Agama S ebuah Pengantar.
Yogyakarta: Tiara Wacana T. Th.

9
pemahaman dan pengalaman penganut agama itu sendiri. Karakteristik kedua
adalah kontruksi skema taxonomi dalam mengklasifikasi fenomena menembus
batas-batas komunitas agama, budaya, dan bahkan kategorisasi- kategorisasi
peristiwa sejarah (epoch). Dalam kenyatannya, pedekataan fenomenologi ini
tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi membutuhkan bantuan pendekatan-
pendekatan yang lain, seperti: kalam, antropologi, hermeneutic, sosiologi,
histori, dan yang lain.

4) Metode Sosial-kritis

Karakteristik ajaran islam dalam aspek sosial adalah ajaran islam di


bidang soasial ini termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang
ajaran sebagaimana telah disebutkan di atas, pada akhirnya ditujukan untuk
manusia kesejahteraan manusia. Namun khusus dalam bidang sosial ini islam
menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan
kesabaran, dan kesetiakawanan, egaliter(kesamaan derajat), tenggang rasa dan
kebersamaan.

Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan islam bukan di


tentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, Bahasa,
kelamin, dan sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat
seseorang di tentukan oleh ketaqwaaannya yang di tunjukkan oleh prestasi
kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Atas dasar ukuran ini, maka dalam
islam semua yang memiliki kesempatan yang sama. Mobilitas vertical dalam
arti yang sesungguhnya ada dalam islam, sementara system kelas yang
menghambat mobilitas sosial tersebut tidak di akui keberadaannya.10

Seseorang yang berprestasi sungguhpun berasal dari kalangan bawah,


tetap di hargai dan dapat meningkatkan kedudukannya serta mendapat hak hak

10
Rohmat, Asep Maulana. 2018. Metodelogi Studi islam. Yogyakarta: Gerbang Media, h. 46

10
sesuai dengan prestasi yang dicapainya. Karakteristik dalam aspek sosial dapat
di simpulkan sebagai berikut :

1. Tolong menolong
2. Menasehati tentang hak dan kewajiban
3. Kesetiakawanan
4. Egaliter
5. Kesabaran

Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia


adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan dunia dan
akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan
kehidupan akhirat di capai dengan dunia. Pandangan islam mengenai
kehidupan demikian itu secara tidak langsung menolak kehidupan yang
bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan
duniadengan urusan agama. Agama hams terlibat dalam mengatur kehidupan
dunia.

5) Metodelogi Komparatif

Pendekatan komparatif dalam studi islam adalah suatu cara untuk dapat
memahami dan mengetahui ajaran islam dalam hal mencari persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan pendapat-pendapat para ijtihad/ulama
tentang hukum-hukum islam.11

Salah satu metode yang digunakan yaitu pendekatan komperatif. Yang


secara sederhana bisa di artikan sebagai kajian yang di bandingkan antara satu
objek dengan objek yang lain. Ketika kita menganalisa suatu topik untuk
memperhatikan perbandingannya maka kita harus melihat :

11
Mudzhar, M. Atho. 2007. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

11
1. Sesuatu yang dibandingkan
2. Perbandingannya
3. Kesesuaian untuk di perbandingan

Manfaat perbandingannya yaitu kitab isa mendapatkan alasan yang


lebih kuat dari apa yang kita bandingkan dan kita juga bisa melihat persamaan
dan perbedaan dari objek yang kita bandingkan sehingga kita dapat
memperluas suatu informasi dan kita juga bisa memprioritaskan mana sesuatu
yang sisi bandingnya itu lebih relafan. Contohnya metode ini adalah Mengkaji
al quran yang dibandingkan dengan kitab suci lainnya.

Dalam mengkaji studi islam, sudah sepatutnya melirik kepada


pendekatan komparatif, karena pendekatan ini akan menghasilkan sebuah
kajian yang akan menghasilkan kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan bila menggunakan tolak ukur yang reliabel dan stabil.Pendekatan
kompratif dalam studi islam bisa dipakai pada ketiga tataran objek kajian-
kajian ke-Islaman.

Pendekatan komparatif bisa digunakan dalam mengkaji Alquran


sebagai sumber. Pendekatan ini juga bisa digunakan dalam mengkaji islam
dalam pemikiran, baik pemikiran klasik dibandingkan dengan pemikiran
modern, pemahaman di suatu wilayah dengan wilayah lainnya, pemahaman
sorang tokoh dengan tokoh lainnya.

Unsur komperatif dalam tradisi pengkajian islam dapat ditinjau dari :

1. Adanya taaruf atau definisi berbeda dalam masalah tertentu


2. Adanya banyak pendapat dalam berbagai disiplin ilmu
3. Adanya madzhab madzhab dalam pengkajian ilmu.

Dalam pengertian ini, metode komperatif merupakan salah satu aspek


pendekatan ekplanatoryng dan teoritis yang berguna dalam memahami
fenomena agama dan perkembangannya tetapi ini sama sekali tidak berarti

12
bahwa pendekatan dan metode komperatif satu satunya absah, malah bukan
merupakan metode yang paling bisa diperpegangi dalam studi agama.

Keunggulan metode komperatif adalah :

1. Metode komperatif baik untuk berbagai keadaan kalua metode yang lebih
kuat yaitu eksperimental dan tak dapat digunakan
2. Menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat sifat gejala
yang di persoalkan
3. Perbaikan dalam hal Teknik, metode stadistik, dan rancangan dengan
control parsial

Kelemahan metode komperatif adalah :

1. Kelemahan utama setiap rancangan eksposfacto


2. Sukar untuk memperoleh kepastian bahwa factor factor penyebab yang
relafan telah benar benar tercakup
3. Kenyataan bahwa factor penyebab bukanlah factor tunggal melainkan
kombinasi dan interaksi antara berbagai factor dalam kondisi tertentu
4. Studi komperatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan
subyek secara terkontrol.12

12
Mudzhar, M. Atho. 2007. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama saat ini tidak hanya dipandang sebagai seperangkat ajaran


(nilai), dogma atau sesuatu yang bersifat normatif lainnya, tetapi juga
dilihat sebagai suatu case study, studi kasus yang menarik bagaimana
agama dilihat sebagai obyek kajian untuk diteliti. Agama bukan lagi
sesuatu yang tak tersentuh (untouchable), namun sesuatu yang dapat
diobservasi dan dianalisis karena perilaku keberagamaan itu dapat dilihat
dan dirasakan.
Dilihat dari metode penelitian yang digunakan, sangat bergantung
pada obyeknya, sebab obyeklah yang menentukan metode dan bukan
sebaliknya. Obyek yang bersifat berkaitan dengan fakta ajaran yang
diyakini pemeluknya sebagai sesuatu yang sakral, yang berupa ajaran atau
doktrin didekati dengan pendekatan filsafat, filologi, dan teologi, termasuk
di dalamnya ilmu-ilmu agama seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam,
ilmu akhlak dan tasawuf. Obyek yang bersifat empiris seperti teks kitab
suci, fenomena keberagamaan, struktur dan dinamika masyarakat
beragama dikaji dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial, seperti sejarah,
sosiologi, antropologi, dan psikologi.

B. Saran
Dalam penyusunan ini kami mengharapkan dari segenap pembaca
untuk memahami, mengamati dan meneliti hasil makalah kami. Dengan
harapan agar setiap isi materi maupun dalam pengetikannya bilamana
terdapat kekeliruan, kami segenap penyusun akan segera memperbaiki
menjadi lebih baik lagi dan tentunya bermanfaat bagi kita semua terima
kasih kepada segenap pembaca. Kurang lebihnya kami meminta maaf
sebesar besarnya, karena manusia tak pernah luput dari salah dan dosa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, dan Rusli Karim. 2016. Metodelogi Penelotian Agama


Sebuah Pengatar.
Yogyakarta: Tiara Wacana T. Th.

Arifin, Muzayyin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam.


Jakarta: Buna Aksara, h. 97.

Mudzhar, M.Atho. 2007. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori


dan Praktik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Peter Salim, et-al. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English, h. 1126.

Purwadarminta, Sudjana S. 2010. Metode dan Tehnik Pembelajaran


Partisipatif.
Bandung: Falah Prodution, h. 7.

Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam.


Jakarta: Kalam Mulya, h. 107.

Rohmat, Asep Maulana. 2018. Metodelogi Studi islam.


Yogyakarta: Gerbang Media, h. 46

Syafaq, Hammis. 2015. Pengantar Studi Islam.


Yogyakarta: Sunan Ampel Press, h. 209

Zulkifli. 2011. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.


Pekanbaru: Zanafa Publising, h. 6.

15

Anda mungkin juga menyukai