Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam


Dosen : Mukhlisin, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 9

Mustofa Baydillah Iryono ( 2008105018 )

Arief Firmansya ( 2008105019 )

Jurusan : Tadris Matematika A/1

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NUR JATI CIREBON

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji, kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendak-


Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga kita selalu
mendapatkan dan petunjuk-Nya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
keluarganya, para sahabatnya serta kita semua. Mudah-mudahan
kita dapat meneladaninya dan menjalankan ajarannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Makalah ini mengkaji tentang tugas kelompok. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi kami, dengan juga para pembaca.
Tentunya makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kami menerima bentuk kritikan, saran serta masukan untuk
memperbaiki makalah ini, dan juga sebagai bahan pertimbangan
untuk membuat makalah selanjutnya.

Cirebon, 5 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................4
1.3 TUJUAN MAKALAH.......................................................................4
BAB II........................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN PERSPEKTIF ISLAM..............5
2.2 MACAM-MACAM METODE PENDIDIKAN.....................................6
2.3 Faktor-Faktor dalam Memilih Metode Pendidikan....................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Metode pengajaran memegang peranan penting dalam mendukung keberhasilan
pengajaran dan pendidikan. Pengajaran tampak lebih terkait dengan pemberian
wawasan kognitif kepada peserta didik, yang selanjutnya dapat menimbulkan
pengertian yang mendukung penghayatan dan pengamalan secara lebih mantap, untuk
tercapainya tujuan pengajaran sangat ditentukan oleh metode yang diterapkan.

Islam sebagai ajaran yang bersifat terbuka, menghargai pendapat manusia atau
ijtihad, berorientasi kepada sekarang dan masa depan dan progresif sangat
mendukung adanya upaya-upaya ijtihad dalam bidang metode pengajaran. Pada
makalah ini akan dibahas metode pendidikan dalam perspektif islam.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa pengertian metode pendidikan dalam perspektif islam?
B. Apa saja macam-macam metode pendidikan dalam perspektif islam?
C. Apa saja faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode
pendidikan?
1.3 TUJUAN MAKALAH
1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian Metode Pendidikan
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja Metode-metode Pendidikan dalam
Perspektif Islam
3. Mahasiswa mampu memahami Faktor-faktor apa saja yang perlu
dipertimbangkan

BAB II

PEMBAHASAN

1.4 PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN PERSPEKTIF ISLAM


Secara harfiah “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method). Metode berarti

suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan.

Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan

dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara

sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang

terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu psikologi, manajemen,

dan sosiologi. Ilmu-ilmu tersebut erat kaitannya dengan metode karena didalamnya

dijumpai pembahasan tentang jiwa dan perkembangan manusia sebagai salah satu

pertimbangan dalam menyampaikan teori, konsep dan wawasan kepadanya.


Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat

islam sebagai suprasistem. Pengajaran tampak lebih terkait dengan pemberian

wawasan kognitif kepada peserta didik,yang selanjutnya dapat menimbulkan

pengertian yang mendukung penghayatan dan pengamalan secara lebih mantap.

1.5 MACAM-MACAM METODE PENDIDIKAN


1) Metode Amstal (Perumpamaan)

Metode perumpamaan adalah metode pendidikan yang digunakan pendidik


kepada anak didik dengan cara memajukan berbagai perumpamaan agar materinya
mudah dipahami. Dalam QS Al-Zumar: 27 disebutkan sungguh kami telah membuat
bagi manusia di dalam Al-Quran ini setiap perumpamaan, supaya mereka mendapat
pelajaran.”

Al-Thabari menafsirkan ayat ini bahwa Allah Swt. telah memberikan


perumpamaan bagi mereka orang-orang musyrik Quraisy dengan berbagai contoh
dari umat-umat terdahulu agar mereka takut dan sebagai peringatan supaya
merekamendapat pelajaran, (1978: 136). Ayat ini merupakan dalil naqli bahwa Islam
menggunakan perumpamaan sebagai metode dalam menyeru manusia pada
kebenaran sehingga ia beriman dan beramal saleh.

Al-Ajami menulis (2006: 139) beberapa manfaat metode perumpamaan:


 Mengandung unsur-unsur yang menarik dan menyenangkan;
 Memperjelas makna dengan mengaitkan sesuatu yang abstrak dengan
sesuatu yang konkrit;
 Mendorong sikap positif;
 Meninggalkan sikap negatif.

Menurut peneliti, manfaat metode ini juga mempermudah pemahaman materi


yang sulit. Pengaruh metode ini dalam pendidikan Islam adalah anak didik
mengambil pelajaran dan nasihat yang terkandung di dalam perumpamaan (lihat QS
Al- Ankabut: 43; QS Al-Isra: 89). Di antara beberapa perumpamaan yang dimajukan
Al- Quran adalah sebagai berikut: Pertama, QS Al-Hasyr: 21, “Kalau sekiranya Kami
turunkanAl-Quran ini di atas gunung, niscaya engkau lihat ia tunduk dan terpecah
karena takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu dibuat-Nya untuk
manusia supaya mereka berfikir.”

Seorang guru harus rajin membaca, berfikir, dan kreatif, agar bisa
menemukanperumpamaan-perumpamaan saat akan mengajar, atau saat ia secara tiba-
tiba harus menyampaikannya. Guru juga harus membiasakan diri menyampaikan
perumpamaan dalam mengajar, agar mahir dan terbiasa. Guru menjelaskan
perumpamaan tersebut, agar siswa yang belum paham dapat mengerti maknanya.
Guru bisa memperoleh perumpamaan dari Al-Quran, Hadis, dan sumber lainnya.
Kadang guru meminta siswa menjelaskan perumpamaan yang serupa dengan
perumpamaan yang telah dimajukan guru untuk memancing kreatifitas dan daya fikir
siswa.

2) Metode kisah
Metode kisah adalah mendidik dengan cara menyampaikan kisah agar pendengar
dan pembaca meniru yang baik dan meninggalkan yang buruk, serta agar pembaca
beriman dan beramal saleh.

Al-Quran menegaskan pentingnya metode kisah ini dalam Surat Yusuf, ayat 111,
“Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang berakal”.
Al-Thabari menafsirkan ayat ini yang berkenaan dengan kisah Nabi Yusuf, bahwa
terdapat pelajaran („ibrah), dalam kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranyabagi
orang-orang yang mempunyai akal sekaligus sebagai nasihat bagi mereka, (Jilid 6:
59). Sedangkan menurut Al-Zamakhsyari, bahwa dhamir yang ada pada
kataqashashihim adalah bagi para rasul (jamak) tidak hanya pada kisah Nabi Yusuf
saja. Tegasnya, bahwa pada diri para rasul itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang berakal, (Jilid 2: 511).

Kisah memengaruhi rasa dan membekas dalam jiwa. Pengungkapan kisah


memberikan gambaran nyata tokoh-tokoh yang ada di dalamnya sehingga tampak
nyata dan mudah diambil pelajaran. Kisah juga menarik anak-anak dan orang dewasa.
Semua usia tertarik dengan kisah.

Materi kisah mudah didapat oleh guru dari banyak sumber. Masalahnya,
penyampaian kisah memerlukan keterampilan khusus, agar menarik siswa. Maka
guru perlu belajar keterampilan bercerita. Ia bisa belajar mandiri atau belajar kepada
rekan sejawat yang lebih berpengalaman dalam metode kisah. Para guru juga bisa
mengajukan program pelatihan pada sekolah terkait kiat-kiat bercerita, dengan
mendatangkan pembicara yang ahli dari luar sekolah.
Guru harus bisa memetik hikmah dan pelajaran dari sebuah cerita, untuk
disampaikan kepada siswa. Pelajaran tersebut harus relefan dengan kondisi dan
zaman para siswa. Guru bisa melibatkan siswa untuk menemukan pelajaran-
pelajaran yang terkandung dalam kisah melalui tanya-jawab.

3) Metode Targhib-Tarhib

Kata targhîb diambil dari bahasa Al-Quran, berasal dari kata kerja ragghaba yang
artinya: menyenangi, menyukai. Targhîb berbentuk isim mashdar mengandung arti
suatu harapan untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan.

Metode targhib adalah pendidikan dengan menyampaikan berita gembira/ harapan


kepada pelajar melalui lisan maupun tulisan, agar pelajar menjadi manusia yang
bertakwa. Sedangkan metode tarhib adalah pendidikan dengan menyampaikan berita
buruk/ ancaman kepada pelajar melalui lisan maupun tulisan, agar pelajar menjadi
manusia yang bertakwa.

Penggunaan metode targhîb-tarhîb didasari pada asumsi bahwa tingkat kesadaran


manusia sebagai makhluk Tuhan itu berbeda-beda. Ada yang sadar setelah diberikan
kepadanya berbagai nasihat dengan lisan, dan ada pula yang harus diberikan ancaman
terlebih dahulu baru ia akan sadar. Ayat yang berupa targhîbdapat dilihat pada QS Al-
Anfal: 29, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah,
niscaya dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapus kesalahan-
kesalahanmu serta mengampuni dosamu, dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Dalam Al-Quran terdapat berita gembira bagi orang yang taat, dan ancaman siksa,
kerugian, dan kesengsaraan bagi orang yang kufur. Seorang guru harus bisa
menginspirasi siswanya menjadi pribadi yang beriman melalui ayat-ayat targhib dan
tarhib. Maka, seorang guru muslim harus mengenal Al-Quran dengan baik. Kecuali
itu, ia harus bisa mengaitkan ayat-ayat itu dengan realitas keseharian siswanya,
sehingga makna ayat-ayat itu benar-benar ditujukan buat mereka.

Metode ini sesuai dengan kejiwaan manusia, bahwa manusia menyukai


kesenangan dan kebahagiaan, dan ia membenci kesengsaraan dan kekurangan. Guru
harus bisa meyakinkan siswa agar mereka selalu cenderung pada iman dan kebaikan,
dan menghindari kekufuran.

4) Metode Dialog (Hiwar)

Hiwar adalah dialog antara satu orang dengan yang lainnya. Hiwar dalam Al-
Quran adalah segala bentuk dialog yang disajikan dalam Al-Quran, baik dialog Allah
dengan para malaikat, dengan para rasul, dengan makhluk lainnya, maupun dialog
antara manusia dengan sesamanya.

Menurut Al-Nahlawi (2001: 206), dialog adalah percakapan dua orang atau lebih,
melalui tanya jawab, mengenai satu tema atau tujuan. Mereka berdiskusi tentang
permasalahan tertentu, kadang diperoleh hasil, kadang satu sama lain tidak puas.
Namun pendengar tetap mendapatkan pelajaran.

Secara terminologis, hiwar dalam Al-Quran dapat diartikan sebagai dialog, yakni
suatu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui
tanya jawab. Di dalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang
hendak dicapai dalam pembicaraan itu. Metode hiwar merupakan cara penyampaian
nilai-nilai pendidikan yang digunakan di dalam Al-Quran.

Metode ini memiliki kelebihan dibanding dari metode lainnya. Kelebihannya


adalah pesan disampaikan secara langsung. Bagaimana respon yang bersangkutan
dapat diketahui. Karena itu, si pemberi pesan dapat menanyakan dan atau memberi
penjelasan yang lebih masuk akal dan lebih sesuai dengan hati lawan bicaranya.
(Perlu diketahui bahwa metode ini sering digunakan oleh Rasulullah Saw. dalam
menyampaikan ajaran Islam)

Metode ini melibatkan murid dalam pengajaran. Guru yang menjalankan metode
ini bisa mengaktifkan akal, menguatkan mereka dalam persiapan menerima
pengetahuan baru, dan menumbuhkan kecintaan pada kebenaran (Al-Ajami, 2006:
143). Metode ini juga meningkatkan hubungan antara orang tua dan anak, guru dan
murid, melatih siswa mengungkapkan pikirannya, bahasa percakapan menunjukkan
hubungan manusia dengan yang lainnya, dan menjauhkan para pelajar dari taklid buta
dan pembangkangan.
Guru dapat meyiapkan pertanyaan-pertanyaan sebelum pembelajaran dimulai,
dari yang mudah hingga yang sulit. Guru tidak boleh menyalahkan jawaban siswa,
namun menghargainya dengan ucapan yang baik: “Pendapat yang bagus, tapi ada
jawaban yang lebih tepat dari ini.” Guru juga tidak boleh emosi saat para murid
bertanya atau berbeda pendapat dengannya. Guru harus bisa tetap tenang, dan
menjawab sesuai pengetahuannya; ia harus jujur jika belum mengetahui jawabannya.
Ini akan berdampak lebih positif bagi siswa, karena ia menunjukkan bahwa guru
bukan orang tahu segalanya. Guru professional bukan berarti bahwa guru bisa
menjawab setiap pertanyaan para siswa. Bisa jadi siswa saat ini lebih banyak
menerima informasi dibanding gurunya.

5) Metode Teladan

Ada manusia yang terpengaruh oleh metode teladan, ada yang cocok dengan
percakapan, ada yang lebih bermanfaat baginya metode kisah, dan seterusnya.
Menurut Al-Ajami (2006: 131) beberapa aspek penting pendidikan dalam teladan
adalah:

 Manusia saling memengaruhi satu sama lain melalui ucapan, perbuatan,


pemikiran, dan keyakinan;
 Perbuatan lebih besar pengaruhnya dibanding ucapan;
 Metode teladan tidak membutuhkan penjelasan.
Umar bin Utbah berkata kepada guru anaknya: “Hal pertama yang harus Anda
lakukan dalam mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena matanya
melihatmu. Kebaikan baginya adalah apa yang kau lakukan, dan keburukan adalah
apa yang kau tinggalkan.” (Al-Ajami, 2006: 132)

Kepribadian guru akan memengaruhi respon siswa saat pembelajaran.


Kompetensi profesional dan pedagogis tidak akan efektif jika kepribadian guru tidak
matang. Siswa akan apatis, meskipun yang disampaikannya benar. Maka, selain harus
selalu belajar, guru juga harus melatih jiwanya agar kepribadiannya matang.
Membaca Al-Quran, zikir, dan tadabur alam, merupakan metode pendidikan hati agar
hati bersih, sehingga yang bersangkutan berkepribadian mantap.

6) Metode Latihan dan Praktik (Tajribah)

Metode ini lebih mudah dipahami dan dipelajari karena menampilkan ucapan
pada perbuatan, teori pada praktik dan latihan. Manfaat metode ini adalah
mewujudkan hubungan antara ilmu dan hasilnya, menghasilkan kemahiran dan
kecermatan yang tinggi, merangsang muslim untuk melakukan kewajibannya,
memunculkan kebahagiaan individu karena ia melihat hasil kesungguhannya, dan
terakhir mengurangi kesalahan dan menambah kesungguhan.

Latihan merupakan penerjemahan teori-teori ilmu dan petunjuk-petunjuk Al-


Quran dan Sunnah dalam bentuk perbuatan nyata. Seorang pendidik muslim harus
memerhatikan perkembangan sikap dan memahami bahwa kemajuan belajar
siswanya berkaitan erat dengan latihan-latihan dan pengalaman langsung yang
mereka hadapi. Kecuali itu, ia juga harus menunjukkan pebuatan dan praktik yang
dipelajari murid dalam kehidupan nyata mereka, sehingga jelas bagi mereka antara
teori dan praktik.

Membaca teori kadang lebih sukar dan terasa lebih berat dibanding melakukan
praktik secara langsung. Karena itu, guru harus menyediakan kesempatan sebanyak
mungkin bagi siswa untuk melakukan latihan dan praktik, dengan fasilitas yang
tersedia.

Latihan harus dilakukan terus-menerus hingga siswa menguasai keterampilan


tertentu. Maka tugas guru adalah memotivasi siswa agar tidak bosan, bersemangat,
pantang menyerah, dan tekun. Kecuali itu, guru harus menjelaskan manfaat hasil
pelatihan tersebut bagi siswa, sehingga siswa termotivasi.

Kadang fasilitas yang minim menyurutkan semangat guru untuk melakukan


metode praktik. Namun guru tidak boleh menyerah pada keadaan. Ia harus kreatif
memanfaatkan fasilitas yang ada dan terjangkau demi terwujudnya pelatihan bagi
siswa.

Biasanya, pengalaman praktik mengajarkan siswa sulit tidaknya sesuatu, sehingga


ia tahu kelebihan dan kekurangannya. Maka peran guru adalah memberikan
pelatihan/ praktik lanjutan terkait dengan bagian yang dianggap sulit oleh siswa.
7) Metode Nasihat

Isyarat metode ini terlihat dalam tiga ayat Al-Quran berikut ini:

 QS Al-Dzariat: 55, Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya


peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
 QS Ali Imran: 138 (Al-Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
 QS Al-Nahl: 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,
sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.

Menurut Al-Thabari (1978: 131), maksud kata al-hikmah adalah wahyu Allah
Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Fungsi wahyu tersebut untuk
menyerukan manusia ke jalan Tuhannya, yakni kepada syariat Islam. Al-
Zamakhsyari dalam Al-Kassyâf (h. 644) menafsirkan al-hikmah dengan ucapan yang
bijak dan benar, disertai dalil yang jelas dan dapat menghilangkan
keraguan.Mau‟idzah hasanah adalah memberikan pengertian yang bermanfaat bagi
mereka. Sedangkan mujâdalah, berdebat atau berdiskusi dengan cara yang lemah
lembut tanpa berkata keji dan melakukan kekerasan.

Beberapa contoh metode nasihat dalam Al-Quran adalah QS Lukman: 13,


“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: „Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar‟”;
Nasihat para nabi pada umatnya dan nasihat para nabi pada anak-anakmereka, seperti
nabi Nuh, dan Ya‟kub pada anak-anaknya.

Menurut Al-Ajami (2006: 139-142), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh para pendidik, orang tua, dan para dai dalam memberikan nasihat:

1. Memberi nasihat dengan perasaan cinta dan kelembutan. Nasihat orang- orang
yang penuh kelembutan dan kasih sayang mudah diterima dan mampu merubah
kehidupan manusia.
2. Menggunakan gaya bahasa yang halus dan baik. QS Ali Imran: 159, “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
3. Meninggalkan gaya bahasa yang kasar dan tidak baik, karena akan
mengakibatkan penolakan dan menyakiti perasaan. Metode para nabi dalam
dakwah adalah kasih sayang dan kelembutan. QS Al-A‟raf: 59, “Sesungguhnya
kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku
sembahlah Allah,sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
(kalau kamu tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari
yang besar (kiamat).”
4. Pemberi nasihat harus menyesuaikan diri dengan aspek tempat, waktu, dan
materi.
5. Menyampaikan hal-hal yang utama, pokok, dan penting. QS Lukman: 17-18, “Hai
anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”

Hal pertama yang disampaikan Lukman adalah akidah (pokok agama), lalu
ibadah, lalu akhlak, dan akhirnya soal kemasyrakatan. Demikian pula yang dilakukan
Nabi Muhammad di Makkah dan Madinah.

Terkait dengan poin keempat di atas, seorang pendidik harus menyiapkan bahan
pelajaran sebelum pembelajaran, sehingga penjelasannya fokus—tidakmelebar dan
mengulang-ulang materi sebelumnya—dan siswa memperoleh sesuatu yang baru.
Pendidik juga harus datang dan mengakhiri pelajaran tepat waktu.

Kedisiplinan guru merupakan bagian proses pendidikan yang besar peranannya


bagi perkembangan siswa. Guru yang sering terlambat masuk kelas atau mengakhiri
pelajaran sebelum waktunya, tidak akan efektif dalam mengajar, karena siswa
terlanjur memberikan stigma negatif baginya.

Untuk menutup pembahasan mengenai metode pendidikan ini, saya kutipkan


uraian Abdullah Nashih Ulwan (2014: 533), “Betapa indahnya seorang ayah dan ibu
berkumpul bersama anak-anaknya di sore hari. Pertemuan mereka diisi dengan
hikmah dan pengajaran. Kadang dengan menyampaikan kisah, kadang nasihat, lain
waktu dengan pembacaan syair, lain kali dengan mendengarkan bacaan, kadang
dengan perlombaan. Demikianlah, mereka memakai metode yang beragam, sehingga
anak terbentuk jiwa dan akhlaknya.”

1.6 Faktor-Faktor dalam Memilih Metode Pendidikan


Sebuah metode akan menjadi efektif apabial digunakan dengan
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai berikut:

1. Faktor tujuan dan bahan pelajaran

Sebagaimana diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau pengajaran


menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif, afektif, atau
psikomotorik. Perbedaan tujuan ini menghendaki adanya perbedaan metode yang
digunakan. Demikian pula, bahan pelajaran yang akan diajarkanpun harus menjadi
bahan pertimbangan dalam memilih metode.

Islam memberikan panduan dan arahan tentang cara menggunakan metode


dengan memperhatikan tujuan dan bahan pelajaran, yaitu berpadunya metode dan
cara-cara dari segi tujuan dan alat, dengan jiwa ajaran dan akhlak islam yang mulia.
Pendidik muslim, baik sebagai bapak, guru, labia atau da’i, mengambil tujuan-tujuan
metode, prinsip dan alat-alatnya dari akhlak islam. Misalnya guru memulai
pelajarannya dengan menyebut nama Allah dan memuji kepada-Nya, serta
bersholawat yang mulia. Kemudian ditutupnya seperti sewaktu membukanya.

2. Faktor peserta didik

Omar Mohammad al-Toumiy al-Syaibani mengatakan: “maka diantara kewajiban


guru muslim adalah bahwa ia memahami sepenuhnya kekuatan dan ciri-ciri bio-
psikologis, yang bermakna sekumpulan kekuatan dan ciri-ciri jasmaniah dan
psikologis yang mempengaruhi tingkah laku pelajar pada proses belajarnya. Seorang
guru muslim wajib memelihara dan mempertimbangkan berbagai ciri-ciri peserta
didik tersebut dalam kegiatan pengajarannya untuk menjamin kejayaan dalam
pekerjaannya.

3. Faktor Lingkungan

Perbedaan lingkungan harus pula menjadi pertimbangan dalam menetapkan


metode pengajaran.Lingkungan dirumah, sekolah, masyarakat, perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya berbeda-beda.Hal ini menghendaki adanya perbedaan
dalam menggunakan metode pengajaran.

4. Faktor alat dan sumber belajar

Alat belajar dengan berbagai macamnya dan juga bahan belajar yang tersedia
dengan berbagai macamnya, harus jadi pertimbangan dalam menetapkan metode
pengajaran.Hal ini perlu dilakukan, karena setiap metode menghendaki alat dan
sumber yang berbeda-beda.Alat dan sumber belajar untuk metode ceramah misalnya,
berbeda dengan alat dan sumber belajar untuk metode simulasi, eksperimen, dan
sebagainya.

5. Faktor kesiapan guru

Penggunaan setiap metode menuntut wawasan, keterampilan dan pengalaman


guru yang akan menerapkannya. Penggunaan metode ceramah misalnya jauh lebih
mudah daripada penggunaan metode diskusi dengan berbagai macamnya

DAFTAR PUSTAKA

Dewantoro, H., & Musfah, J. (2007). Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam. Silabus.org.

Anda mungkin juga menyukai