Disusun Oleh:
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
2
3. Pengertian metode mengulang- ulang materi
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana metode graduasi dalam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana metode situasi dan metode kondision
3. Untuk mengetahui metode mengulang-ulang materi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam teknik pengajarannya, Rasul saw mengajarkan satu persatu syariat hingga
para sahabat paham secara mendalam secara definisi dan aplikasi nilai dari satu
syariat tersebut, kemudian diaplikasikannya dalam kehidupan mereka serta meresap
sampai ke hati dengan terhindar dari rasa keraguan dalam menjalakannya. Berkenaan
pengajaran Rasul yang mempunyai gaya bertahap dalam mendidik, di sini ada sebuah
hadis dari Imam Ibnu Majah, menjelaskan tentang proses pendidikan yang diawali
dengan iman lalu pembelajaran al-Qur’an.1
“Sewaktu kami masih remaja, kami pernah (belajar) bersama Rasulullah. Materi yang
kami pelajari terlebih dahulu adalah tentang keimanan, setelah itu barulah kami
mempelajari al- Qur’an, sehingga ketika kami usai mempelajari al-Qur’an, maka
keimanan kami semakin bertambah.” (HR Ibn Majah, 23 No. 61 Bab Fi’l-Iman, Juz 1)
.Diriwayatkan dari Muhammad Ibnu Fudhail, dari ‘Atha’ (Ibn As-Sa’ib), dari Abi
‘Abdurrahman (As-Sulami Al-Muqri’), dia berkata: “Salah seorang yang biasa
mengajari kami, yakni dari kalangan shahabat Nabi Muhammad, bercerita kepada
kami bahwa sesungguhnya mereka (para shahabat) pernah mempelajari 10 ayat (Al
Qur’an) dari Rosulullah saw. Mereka tidak mempelajari 10 ayat yang lain sebelum
mereka dapat mengetahui setiap ilmu yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut dan
mengamalkannya.”2
1
Qomari Anwar, Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h.
42243.
2
Abdul al Rahman Ibnu Muhammad Ibnu Khaldun , Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun (Beirut:
Muassasah al Kutub al tsaqofiyah, 1996), Hlm.234.
4
secara merata, maka metode yang ditempuh oleh Walisongo didasarkan atas pokok
pikiran li kulli maqam yaitu memperhatikan bahwa setiap jenjang dan bakat, ada
tingkat, bidang materi dan kurikulumnya.sesuai dengan cara ini, penyampaian fiqih
ditujukan bagi masyarakat awam dengan jalan pesantren dan melalui lembaga sosial.
Dalam lingkungan pesantren \disediakan pengajaran dan pendidikan bagi masyarakat
umum yang ingin belajar takhassus (mengkaji secara intens dan khusus) masalah fiqih
dan syariat. Untuk menjadi peserta, tidak diajukan persyaratan tertentu karena
memang dibuka untuk umum yang memang berminat. Selanjutnya, metode lembaga
sosial.
Istilah sekarang yaitu sistem gradasi (setahap demi setahap). Zaman Rasulullah,
khamar merupakan minuman yang lazim bagi bangsa Arab ketika itu. Setelah
datangnya Islam dan mulai menyebar, Rasulullah mulai memberikan nasehat dengan
beberapa tahapan, sebagaimana Allah menurunkan wahyu kepadanya:dalam surah an-
Nahl ayat 67, al-Baqarah: 219, an- Nisa: 43, sampai khamar itu dilarang Sebagaimana
surah al- Maidah: 90.
Dalam hal ini Rasulullah Saw ketika mengajar, mendidik dan berdakwah
mengikuti metode yang telah digariskan Allah, sebagaimana termaktub dalam Qur’an
surah an-Nahl ayat 125.
5
Metode ini sangat efektif dalam memberikan pemahaman kepada anak didik.
Karena guru menyajikannya secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
Implementasi metode ini dalam pengajaran bahasa Arab dapat digunakan Dalam
materi qawaid. Adapun langkah-langkah penyajiannya ialah:4
Metode tadarruj atau tarbiyat al-umma yaitu merupakan sebagai proses untuk
Menyesuaikan pada jenjang, bakat, dan tahap pendidikan agar tujuannya agama islam
mudah untuk diterima dan dimengerti oleh masyarakat. Didalam Al-Qur’an
disebutkan beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan islam, yaitu:
6
4. Habituasi-Habituasi, yaitu proses pembiasaan untuk bertingkah laku atau
berakhlak yang baik.
5. Metode Hukuman dan Ganjaran, yaitu sebuah metode yang menerapkan hukuman
dan anjaran seperti ketika yang dilakukan buruk maka akan mendapatkan
hukuman, tetapi jika yang dilakukan baik akan mendapatkan ganjaran atau hadiah
Metode Pengajaran Bahasa Situasional atau yang sering disebut dengan Metode
Situasional merupakan metode yang menghubungkan pola-pola struktural dari bahasa
dengan situasi atau konteks kejadian. Kegiatan bahasa dipandang sebahgai bagian dari
keseluruhan kegiatan yang melibatkan pelaku, objek dan situasi aktual.
a. Pengajaran bahasa berawal dengan bahasa lisan. Bahasa diajarkan secara lisan
sebelum disajikan dalam bentuk tertulis.
7
d. Prosedur penyeleksian kosakata dituruti untuk meyakinkan bahwa kosakata umum
yang penting benar-benar disajikan.
e. Tahapan tata bahasa dijelaskan secara bertahap sesuai dengan prinsip bahwa
bentuk-bentuk yang sederhana diajarkan sebelum bentuk yang rumit.
a. Peserta didik mendapatkan latihan yang cukup banyak dalam kosa kata dan
membaca.
b. Peserta didik mendapat latihan yang cukup banyak dalam berbicara dan menyimak.
c. Peserta didik mendapat latihan dalam sistem bunyi BT, tekanan, ritme, dan
intonasi.
a. Peserta didik terlalu banyak mendapat latihan dalam struktur dan kurang
dalamberkomunikasi yang wajar.
b. Para peserta didik mendapat latihan dalam berbicara dalam konteksberarti dengan
siapa, dimana, topik apa, dan kapan waktunya, sehingga ragam yang dipelajari hanya
satu saja.6
Dalam hadis di atas, dipaparkan bahwa ketika memberikan pelajaran kepada para
sahabat, Nabi SAW senantiasa memperhatikan waktu dan kondisi yang tepat dan
sisesuaikan dengan waktu dan kondisi mereka. Hal ini beliau lakukan agar mereka
6
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik (Bandung: Angkasa, 1990 , h. 2.
7
HR. Al-Bukhari, Muslim, Al-Turmuzi dan Imam Ahmad.
8
tidak merasakan jenuh/bosan. Nabi Saw. Juga selalu berusaha menjaga tujuan dan
keseimbangan dalam proses pembelajarannya. Adapaun langkah-langkah strategis
yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pembelajaran ini serta upaya Nabi saw
memilih waktu yang tepat dalam menyampaikan nasehat dan ilmu kepada ummat atau
para sahabat ini selanjutnya dikenal dengan metode situasional. Sehubungan dengan
itu, Imam Buchary dan Imam muslim menerangkan bahwa Nabi saw sentiasa memilih
waktu yang tepat untuk menyampaikan nasehat dan ilmu pengetahuan kepada para
sahabat dan kaum muslimin (selaku pasertadidik) agar para peserta didiknya tidak
jenuh, bahkan juga memilih hari-hari tertentu. Nabi saw juga menerangkannya dengan
sikap yang bersahaja dan bervariasi.8
Pendekatan situasional
8
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2018) cet. Ed. Hal. 197.Muhammad Zein,
Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta, AK Group dan Indra Buana, 2018), hal. 251..
9
yang fleksibel, yang mencoba mengangkat hal-hal situasional yang menarik
perhatianan untuk diangkat dalam kegiatan pembelajaran. Apabila tidak dijumpai
adanya suatu objek tertentu yangi’menjadi perhatian Anak, hal itu bisa diciptakan.
Sebelum kegiatan pembelajaran dirnulai, anak-anak diajak ke luar kelas atau jalan-
jalan untuk melihat atau mengamati’kejadian segala sesuatu,misalnya ikan berenang
dikolam.Anak distimulasi atau dimotivasi untuk mengungkapkan peristiwa yang baru
saja diperhatikan dan diketahui. Di dalam pengungkapan pengetahuannya tersebnt ke-
mungkinan pola-pola kalimatnya belum sempurna. Selanjutnya, dibantu penyusunan
struktur kalimatnya yang betul,meskipun mungkin gramatikalnya sederhana apa yang
dilibat dan diketahui anak mungkin sudah diajarkan,sedangkan pengetahuan yang
baru murnnya ditunjukkan melalui isyarat dan menanyakannya.pendekatan
situasional.
10
Pendekatan situasional disebut juga dengan pendekatan contingency yang
didasarkan pada pendapat bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung sejumlah
faktor. Tidak ada kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi atau keadaan.
Menurut teori Fiedler terdapat 3 kriteria situasi yaitu hubungan antara pimpinan dan
karyawan, tugas kelompok dan kekuasaan. Fiedler percaya bahwa kunci kesuksesan
seorang pemimpin terletak pada gaya kepemimpinannya. Para ahli mencoba membuat
suatu model kepemimpinan.Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi
pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau
memperkirakan ciri- ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman
perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang
bersifat kepribadian dan situasional. Pendekatan situasional juga menekankan faktor
konstektual yang mempengaruhi proses kepemimpinan. Variabel situasional yang
penting seperti karakeristik bawahan, sifat pekerjaan pemimpin, jenis organisasi, dan
sifat lingkungan eksternal. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa tidak ada
satupun gaya kepemimpinan yang cocok dengan semua situasi.11
11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 89.
12
J. D. Parera, Teori Semantik Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 46
11
informasi tentang kemampuan, fleksibilitas, dan efektivitas diagnostik pemimpin.
Mereka berguna dalam membantu para pemimpin untuk belajar tentang bagaimana
mereka dapat mengubah gaya kepemimpinan mereka menjadi lebih efektif di berbagai
situasi.
Melalui Surat Edaran no. 4 tahun 2020 dari Menteri pendidikan dan kebudayaan
yang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan
seluruh penyampaian materi akan disampaikan dari rumah masing-masing.
Pemberlakuan pembelajaran secara daring dan luring diharapkan dapat menjadi
alternatif agar tetap terrlaksana pembelajaran di tengah situasi pandemi saat ini. Bagi
daerah yang memiliki jaringan internet bagus dapat melakukan proses belajar
mengajar dalam jaringan (daring) dengan baik.14
13
Muhammad ibn Abdul Hafidh Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak (Jakarta: AlI‘tishom Cahaya Umat,
2006), h. 9.
14
Muhammad al-Khudhriy Bek, Tarikh at-Tasyri‘ al-Islamiy (Surabaya: Maktabah Ahmad ibn Sa‘ad ibn
Nahban wa-Awladuh, t.t.), h. 43.
12
C. Metode mengulang-ulang materi
Metode pengulangan adalah sarana efektif untuk menghafal pelajaran dan untuk
memfokuskan kepada poin yang penting. Mengulang-ulang juga sebagai bentuk
penekanan untuk menggugah perhatian pendengar agar menghadirkan pemahaman.
Semoga ikhtiar ini apa yang dipelajari dan dihafal beserta menjadi ilmu yang
bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar
mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang di
gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran .
Metode Takrir yaitu suatu cara membaca dengan mengulang-ulang baik sudah
menambah maupun sudah tidak menambah yang sudah diperdengarkan. Adapun
hafalan yang diulang dapat dikelompokkan menjadi hafalan yang baru dan hafalan
yang lama. Membaca materi pelajaran terutama bahasa Arab secara rutin dan
berulang-ulang akan memindahkan materi yang telah dihafal dari otak kiri ke kanan.
Diantara karakteristik otak kiri adalah menghafal dengan cepat, tetapi cepat pula
lupanya. Sedangkan karakteristik otak kanan adalah daya ingat yang memerlukan
jangka waktu yang cukup lama guna memasukkan memori ke dalamnya.16
15
Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 83.
16
Surur, Inafi Lailatis. 2019. Pengaruh Metode Takrir dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-
Qur’an Surat-surat Pendek Kelas VI MIT Hidayatul Qur’an Gerning Pesawaran. Skripsi: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
13
Sementara dalam waktu yang sama otak kanan juga mampu menjaga ingatan
yang telah dihafal dalam jangka waktu yang cukup lama pula. Sudah diketahui bahwa
salah satu cara yang penting dan baik untuk memasukkan memori ke dalam otak
kanan adalah dengan cara sering mengulang-ulangnya. Karena itu, sering dan banyak
membaca sangat efektif dalam rangka mematangkan dan menguatkan hafalan. Dalam
melatih penuturan dalam membaca juga diperlukan teknik yang khusus. Ada beberapa
teknik yang dapat digunakan yaitu: Seorang guru bahasa Arab hendaknya
mengucapkan kata-kata yang beragam, baik huruf per huruf maupun dalam bentuk
kata, sementara peserta didik menirukannya di dalam hati secara kolektif,Selanjutnya
memberikan materi tentang bunyi huruf yang hampir sama sifatnya, misalnya: س– ش
ع، - ءdan seterusnya, Kemudian materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak
terdapat di dalam bahasa ibu, seperti: ، خ، ذ،ص، ثضdan seterusnya, Melafalkan huruf
atau kata-kata untuk menirukannya, sehingga ia betul-betul yakin akan dapat
melafalkan sebagaimana guru.17
Metode yang dapat digunakan dalam pengulangan ada dua macam, yaitu :
pertama, mengulang dari dalam hati. Hal ini dilakukan dengan teknik membaca al-
Qur’an dalam hati tanpa melafalkannya lewat mulut. Metode ini adalah salah satu
kerutinan masa lalu para ulama guna menguatkan hafalan mereka. Cara ini juga
digunakan untuk membantu Hafi mengingat hafalan yang telah dicapai sebelumnya.
Kedua, katakan dan ulangi. Cara ini sangat membantu Hafid untuk bercita-cita
menjaga daya ingat. Secara tidak langsung, metode ini melafalkan mulut dan
telinganya serta melatihnya untuk mendengarkan bacaannya sendir.
Mengulang dapat dilakukan dengan membaca, dan dapat juga dilakukan dengan
mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan
membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
17
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 136.
14
koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, Thordike mengemukakan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon dan
pengulangan terhadap pengalaman- pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya
respon benar.
Teori pengulangan sebagai salah satu teori belajar telah dinyatakan dengan jelas
dalam Al-Qur’an dimana Allah SWT menyuruh Nabi Adam as. mengulangi
menyebutkan nama-nama benda. Hal yang sama juga terjadi ketika Malaikat Jibril as.
menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di goa
Hiro. Secara berulang-ulang Malaikat Jibril as. menyebut kata Iqra’ untuk mengajari
Nabi Muhammad SAW membaca.
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengajaran pada anak hendaknya dilakukan secara berangsur –angsur, setapak demi setapak
dan sedikit demi sedikit. Pertama – tama guru menjelaskan permasalahan yang prinsipil
mengenai setiap cabang pembahasan yang diajarkan, Melalui pendidikan sosial atau usaha-
usaha kemasyarakatan diupayakan agar ajaran-ajaran Islam yang bersifat praktis dapat
menjadi tradisi yang memungkinkan terciptanya adat lembaga islam yang bersifat normatif.
Dalam dunia Pendidikan . . Dalam dunia pendidikan, pengetahuan harus disampaikan melalui
cara yang sesuai dengan kapasitas anak didik yang pada dasarnya tengah mengalami
perkembangan dan pertumbuhan. Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam
proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang
di gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sementara dalam waktu yang sama otak kanan juga mampu menjaga ingatan yang telah
dihafal dalam jangka waktu yang cukup lama pula. Sudah diketahui bahwa salah satu cara
yang penting dan baik untuk memasukkan memori ke dalam otak kanan adalah dengan cara
sering mengulang-ulangnya. Karena itu, sering dan banyak membaca sangat efektif dalam
rangka mematangkan dan menguatkan hafalan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anulkarim.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. Shahih Bukhari, Juz 5. Beirut: Dar Ibnu
Katsir, 1987.
An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya Ibn Syaraf. Syarah An-Nawawi ‘ala Shahih Muslim, Juz 8.
Beirut: Al-fikri, 1401 H.
Anwar, Qomari. Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa. Jakarta: Uhamka Press, 2003.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres, 2002.
Bek, Muhammad al-Khudhriy. Tarikh at-Tasyri al-Islamiy. Surabaya: Maktabah Ahmad ibn
Sa’ad ibn Nahban Wa-Awladuh, t.t.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Khaldun, Abdul al Rahman Ibnu Muhammad Ibnu. Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun.
Beirut: Muassasah al Kutub al tsaqofiyah, 1996.
L., Marlina. Tipe-tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan, Vol. 18, No. 02. Ta’dib:
Jurnal Pendidikan Islam, 2017.
Qowim, Agus Nur. Metode Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an, Vol. 03, No. 01. Jakarta:
Jurnal Pendidikan Islam, 2020.
Ramadhani, Nastiti Ramadhani, Ayi Sobarna, dan Dinar Nur Inten. Iplementasi
Pembelajaran Al-Qur’an Metode Ummi pada Anak Usia Dini, Vol. 02, No. 02.
Bandung: Universitas Islam, 2022.
Surur, dan Inafi Lailatis. Pengaruh Metode Takrir dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-Qur’an Surat-surat Pendek Kelas VI MIT Hidayatul Qur’an Gerning
Pesawaran. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Raden Intan, 2019.
Suwaid, Muhammad ibn Abdul Hafidh. Cara Nabi Mendidik Anak. Jakarta: All‘tishom
Cahaya Umat, 2006.
17
Zuhairini, dkk. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
18