Anda di halaman 1dari 20

0

METODE MENGHAFAL DALAM PENDIDIKAN ISLAM: STUDI


KOMPARASI PEMIKIRAN AL-ZARNUJI DALAM KITAB TA’LIM AL-
MUTA’ALLIM DAN PEMIKIRAN MUHAMMAD SHAKIR DALAM
KITAB WAŞĀYĀ LI AL-ABĀ’I WA AL-ABNĀ’I

PROPOSAL
Proposal Skripsi Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian
Dosen Pengampu: Semin, S.Pd.I, M.Pd.I

OLEH

…………..

NIM :

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

2016
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era

global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan

berkembangnya ketrampilan intelektual, sosial dan personal. Menurut Ahmad

D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dalam definisi ini terlihat jelas

bahwa secara umum yang dituju oleh kegiatan pendidikan adalah terbentuknya

kepribadian yang utama.1

Alat pendidikan Islam merupakan segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dengan demikian alat ini

mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode

pendidikan Islam. Maka dari itu metode atau alat pendidikan Islam

mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang

menghubungkan pendidik dengan peserta didik dalam tujuan pendidikan

Islam. Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam Islam ini dipengaruhi oleh

seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam. Apabila

timbul permasalahan dalam pendidikan Islam, maka kita harus dapat

mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang

1
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), 46.
2

ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat

ini, maka kita pun harus pandai merinci dan mengklasifikasikan ke dalam

klasifikasi masalah metode pendidikan Islam yang lebih kecil dan terperinci

lagi.2

Menurut Nur Uhbiati secara epistimologi, istilah metode berasal dari

bahasa Latin metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu meta yang

berarti melalui atau melewati dan hados yang berarti jalan atau cara. Dalam

bahasa Arab metode disebut thariqat, artinya suatu jalan, cara, sistem, atau

ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah

suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita. Selanjutnya yang

dimaksud metode pendidikan Islam adalah jalan, cara, yang dapat ditempuh

untuk menyampaikan bahan materi pendidikan Islam kepada anak didik agar

terwujud kepribadian muslim.

Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dengan demikian alat ini mencakup

apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan

Islam. Metode dan alat pendidikan Islam yaitu cara dan segala apa yang dapat

digunakan untuk menuntun atau mendidik peserta didik, agar kelak menjadi

manusia yang berkepribadian muslim yang diridhai Allah. Oleh karena itu,

metode atau alat pendidikan Islam ini harus searah dengan al-Quran dan al-

Sunnah atau dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan

al-Sunnah.

2
Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 10.
3

Maka dapat disimpukan bahwa pendidik dalam menyampaikan

materi pelajaran pendidikan Islam kepada peserta didik harus disesuaikan

dengan keadaan dan kemampuan peserta didik. Sehingga dapat dipahami

bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan

pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran3.

Di dalam suatu proses bimbingan belajar mengajar selain guru

membutuhkan sebuah metode, seorang murid seharusnya juga menerapkan

suatu metode khususnya di dalam menghafalkan materi pelajaran. Dalam

pembelajarannya metode menghafal ini seorang peserta didik ditugasi oleh

gurunya untuk menghafalkan satu bagian tertentu atau keseluruhan dari

sesuatu materi pelajaran seperti menghafalkan materi al-Qur’an H{adith, fiqh

maupun mata pelajaran lainnya yang menggunakan metode menghafal.

Titik tekan metode ini, peserta didik mampu mengucapkan

menghafalkan kalimat-kalimat tertentu secara lancar tanpa teks. Pengucapan

tersebut dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Dalam proses

belajar haruslah bersungguh-sungguh serta ulet dalam memahami suatu materi

pelajaran agar nantinya tidak hilang atau lupa tentang materi pelajaran.

Metode menghafal adalah salah satu teknik dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau

siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu

proses atau cara melakukan sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan

murid memperhatikannya.4
3
Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam, 136.
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 95.
4

Oleh karena itu, metode menghafal merupakan kegiatan para peserta

didik dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan

pengawasan guru. Dalam pembelajarannya di pesantren para murid diberi

tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan

yang dimiliki santri ini kemudian dihafalkan dihadapan guru secara periodik

atau insidental tergantung pada suatu petunjuk guru yang bersangkutan.

Materi pembelajaran dengan metode menghafal umumnya berkenaan dengan

al-Qur’an, nazham-nazham untuk nahwu, s{araf, tajwid, ataupun untuk teks-

teks fiqh.5

Mengingat pentingnya suatu metode menghafal dalam proses

pembelajaran, sebab suatu ilmu diperoleh tidak dari catatan-catatan buku saja

melainkan dari ingatan. Dalam pendidikan Islam metode/strategi merupakan

salah satu komponen pendidikan yang cukup penting untuk diperhatikan.

Penyampaian materi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan sering gagal

karena cara yang digunakannya kurang tepat. Seperti halnya menghafal materi

fiqh dalam bab menghafalkan rukun-rukun wudhu, peserta didik sering lalai

ketika praktek dalam urutan rukun tersebut. Maka dari itu penugasan guru

terhadap materi pendidikan belum cukup untuk dijadikan titik tolak

keberhasilan suatu proses belajar mengajar, karena proses pendidikan

bertujuan untuk mencerdaskan sang murid terhadap materi pelajaran, maka

guru dituntut untuk mencerdaskan sang murid terhadap materi pelajaran, maka

guru dituntut untuk meningkatkan kemampuannya.


5
Aliy As’ad, Terjemah Ta’li<m al-Muta’alli><m Bimbingan bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan (Kudus: Menara Kudus, 2007), ii.
5

Bisa saja seorang guru yang menguasai materi pelajaran merasa gagal

total dalam menyampaikan materi pelajarannya dikarenakan dia tidak

memahami situasi dan kondisi muridnya, tidak mengetahui cara yang tepat

untuk menyampaikan materi itu, aspek apa yang menjadi sasaran utama dari

materi yang disampaikan, dari mana dia harus memulai materi pelajaran, dan

lain sebagainya.6

Maka dari itu penulis ingin mengkaji metode menghafal menurut

perspektif al- Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan metode

menghafal menurut perspektif Muh}ammad Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-

Abā’i wa al-Abnā’i. Kata adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab

ini. Sedangkan al-Zarnu>ji adalah nama marga yang diambil dari nama kota

tempat beliau berada, yaitu kota Zarnuj. Diantara dua kata itu ada yang

menulis gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga menjadi

Burhanuddin al-Zarnu>ji. Adapun nama personnya sampai sekarang belum

ditemukan literatur yang menulisnya7. Zarnu>j masuk wilayah Irak, tetapi bisa

saja kota itu dalam peta sekarang masuk wilayah Turkistan (kini Afganistan)

karena berada di dekat kota Khoujanda. Salah satu karya beliau adalah

Ta’li<m al-Muta’alli<m . Sedangkan wafatnya al- Zarnu>ji sekitar tahun 593

H.8

6
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta:
PT Intermasa, 2009), 555.
7
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), 103.
8
Ibid., 3-5.
6

Selamjutnya, Ahmad bin Muh}ammad Sha<kir bin Muh}ammad bin

Ahmad bin Abdil Qadir lahir di Kairo Mesir pada tanggal 29 Jumadil Akhir

1309 (sekitar akhir abad ke-19), pada hari Jum’at ketika fajar menyingsing.

Beliau masih keturunan shahabat Rasulullah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu

‘anhu. Muh}ammad Sha<kir mulai menjadi seorang penuntut ilmu sejak

usianya belumlah mencapai sepuluh tahun. Ayah beliaulah yang menjadi guru

utama beliau, beliau belajar berbagai cabang ilmu.

Syaikh Muh}ammad Sha<kir telah memberikan kontribusi yang

sangat besar bagi dunia Islam. Beliau telah memberikan ta’liq dan tahqiq

(komentar serta pembahasan yang teliti) kepada banyak karya ulama. Salah

satu karya beliau adalah Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i, Asy-Syaikh

Muh}ammad Sha<kir wafat pada hari Sabtu tanggal 26 Dzulqa’dah 1377 H.

Karya-karya beliau senantiasa menjadi rujukan para ulama. Termasuk ahli

hadits di masa kita ini, yaitu Asy-Syaikh Albani rahimahullah.9

Dengan berbagai keterangan diatas sehingga dirasa perlu untuk lebih

menggali metode menghafal dalam pendidikan Islam dari berbagai sumber,

diantaranya adalah dari kitab-kitab primer.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas

skripsi dengan judul “Metode Menghafal dalam Pendidikan Islam: Studi

Komparasi Pemikiran al-Zarnu>ji dalam Kitab Ta’li>m Al-Muta’alli>m

9
Muhammad Shākir, Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i (Surabaya: Al Hidayat, tt), 1-
2.
7

dan Pemikiran Muh}ammad Sha<kir dalam Kitab Waşāyā li al-Abā’i wa

al-Abnā’i”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah metode menghafal menurut perspektif al-Zarnu>ji dalam

kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m?

2. Bagaimanakah metode menghafal menurut perspektif Muh}ammad

Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i?

3. Apa persamaan dan perbedaan metode menghafal menurut perspektif al-

Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan Muh}ammad Sha<kir

dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i?

C. TUJUAN KAJIAN

1. Untuk mengetahui bagaimanakah metode menghafal menurut perspektif

al-Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m.

2. Untuk mengetahui metode menghafal menurut perspektif Muh}ammad

Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan metode menghafal menurut

perspektif al-Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan

Muh}ammad Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i

D. MANFAAT KAJIAN

1. Manfaat Teoritis

Kajian ini dapat dijadikan salah satu khazanah ilmu pengetahuan

yang ada hubungannya dengan pengembangan metode menghafal


8

menurut perspektif al-Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan

Muh}ammad Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i.

2. Manfaat Praktis

Adapun kegunaan atau manfaat hasil kajian ini, ialah ditinjau

secara teoritis dan praktis. Dengan demikian, kajian ini diharapkan dapat

menghasilkan manfaat bagi:

a. Penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam hal

penelitian.

b. Dengan penelitian ini, sehingga dapat untuk dijadikan referensi,

refleksi ataupun perbandingan kajian yang dapat dipergunakan lebih

lanjut dalam pengembangan pendidikan Islam.

c. Guru serta orang tua maupun murid agar dapat menambah wawasan

dan pengalaman yang lengkap tentang metode menghafal menurut

perspektif al-Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan

Muh}ammad Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i

dalam memperdalam ajaran agama Islam.

d. STAIN Ponorogo, sebagai dokumen yang dapat dijadikan sumbangan

pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di STAIN

Ponorogo.

E. LANDASAN TEORI

Metode Menghafal dalam Pendidikan Islam

Metode dan alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab

merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik dalam


9

tujuan pendidikan Islam. Behasil atau tidaknya pendidikan dalam Islam ini

dipengaruhi oleh seluru faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam.

Apabila timbul permasalahan dalam di dalam pendidikan Islam, maka kita haru

dapat mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu kedalam faktor-faktor

yang ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode

alat ini, maka kitapun harus pandai merinci dan mengklasifikasikan ke dalam

klasifikasi masalah metode pendidikan Islam yang lebih kecil dan terperici lagi.

Pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran pendidikan Islam

kepada peserta didik harus disesuaikan deengan keadaan dan kemampuan

peserta didik. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.

Metode menghafal adalah salah satu teknik dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau

siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses

atau cara melakukan sesuatu, atau guru mempraktekkan pelaksanaan sesuatu

sedangkan murid memperhatikannya.10

Metode menghafal merupakan suatu metode dimana peserta didik

menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Dengan cara

ini memudahkan peserta didik untuk menghafal, baik ketika sedang belajar

maupun disaat berada di luar jam pelajaran.

Maka dapat disimpukan bahwa pendidik dalam menyampaikan materi

pelajaran pendidikan Islam kepada peserta didik harus disesuaikan deengan

10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 95.
10

keadaan dan kemampuan peserta didik. Sehingga dapat dipahami bahwa metode

berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar

tercapai tujuan pengajaran.11

F. TELAAH PUSTAKA

1. Telaah Pustaka

Di samping memanfaatkan berbagai teori yang relevan dengan

bahasan ini, penulis juga melakukan telaah hasil penelitian terdahulu

yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Adapun hasil temuan

penelitian terdahulu adalah:

a. Siti Baroroh Kurniawati, Jurusan Tarbiyah Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo tahun 2010 dengan judul

KONSEP AL-IMTIH{A<N DALAM PENDIDIKAN ISLAM

(STUDI KOMPARASI PENDIDIKAN MUH}AMMAD

‘ATHIYAH AL ABBRASYI DAN MAH}MUD YUNUS), Hasil

penelitiannya adalah:

1) konsep al-imtih{a>n (ujian) dalam pendidikan Islam menurut

Mu h}ammad ‘Athiyah al Abbrasyi adalah proses akhir dari

suatu pendidikan, dimana dengan adanya ujian itu seorang

pendidik bisa mengetahui kepandaian anak didiknya.

2) konsep al-imtih{a>n (ujian) dalam pendidikan Islam menurut

Mah}mud Yunus itu sama dengan pendapat Muh}ammad

‘Athiyah al-Abbrasyi, tetapi Mah}mud Yunus menjabarkan

11
Nur uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam (Badung: Pustaka Setia, 1997), 136.
11

secara luas yaitu proses akhir dari suatu pendidikan, berhasil

tidaknya suatu proses pembelajaran tergantung dari suatu ujian.

3) Persamaan konsep al-imtih{a>n (ujian) dalam pendidikan Islam

menurut Muh}ammad ‘Athiyah al Abbrasyi dan Mah}mud

Yunus adalah sama-sama membahas tentang manfaat ujian

diantaranya adalah seorang guru menjadi tahu tentang

kepandaian murid-muridnya, murid yang mengetahui hasil ujian

yang dilakukan, serta untuk mengetahui kesalahan pengajar

dalam mengajar, sedangkan perbedaannya adalah tentang

pembagian ujian. Muh}ammad ‘Athiyah al Abbrasyi membahas

dalam cakupan luas dari pada Mah}mud Yunus, selain itu

Muh}ammad ‘Athiyah al Abbrasyi membahas tentang tujuan

diadakannya ujian sedangkan Mah}mud Yunus tidak

menjelaskannya.

b. Siti Jannaten, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama

Islam STAIN Ponorogo tahun 2011 dengan judul “STUDI

KOMPARASI PEMIKIRAN TENTANG METODE

PEMBELAJARAN ANTARA MUH}AMMAD ‘ATHIYAH AL-

ABBRASYI DAN AL-ZARNU<JI”,

Hasil penelitiannya adalah:

1) Metode pembelajaran menurut Muh}ammad ‘Athiyah al-

Abbrasyi adalah metode induktif, metode ceramah, metode

dialog. Dalam proses pembelajarannya itu berbeda-beda


12

sebagaimana berbedanya materi, tidaklah pantas bila metode yang

berbeda-beda dengan pelajaran yang berbeda pula.

2) Metode pembelajaran menurut al-Zarnu>ji adalah metode

demonstrasi, diskusi, ceramah. Dalam pembelajarannya hubungan

guru dengan murid mempunyai peranan penting, dimana selain

mempunyai peranan juga bertugas sebagai pengajar, sedangkan

pelajar adalah sebagai pelajar.

3) Persamaan metode pembelajaran dari kedua tokoh pemikiran

tersebut adalah sama-sama menggunakan metode ceramah,

metode dialog, metode eksperimen sedangkan letak perbedaannya

pada metode induktif.

c. Ahmad Saifudin, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan

Agama Islam Insuri Ponorogo tahun penelitian 2010 dengan judul”

SISTEM PEMBELAJARAN MENURUT KITAB ADAB AL-

ALI<M WA AL-MUTA’ALLI<M “,

Hasil penelitiannya adalah:

1) Sistem belajar siswa menurut kitab Adab al-Alim wa al-

Muta’alim adalah: Melakukan pensucian hati terlebih dahulu

sebelum menuntut ilmu, berniat ikhlas dalam belajar hanya

karena Allah, berahlaqul karimah, menggunakan dan mengatur

waktu dengan baik, bersungguh-sungguh dalam belajar,

menggunakan hafalan sebagai metode belajar.


13

2) Sistem belajar guru menurut kitab Adab al-Ali<m wa al-

Muta’ali<m adalah: Selalu mendekatkan diri pada Allah,

menjalankan tugas guru (mengajar) dengan ikhlas, selalu

menjauhi maksiat, berahlaqul karimah, melakukan pensucian

lahir dan batin, membekali diri dengan ilmu, mampu mengelola

kelas dengan baik, mengetahui psikis peserta didik, bersikap adil

pada peserta didik, menggunakan metode mengajar sesuai

dengan tingkatan peserta didik.

G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Kajian ini merupakan jenis kajian library research (penelitian

kepustakaan). Noeng Muhadjir menjelaskan bahwa library research

merupakan sebuah kajian yang menjadikan bahan pustaka sebagai sumber

atau data utama dalam proses penelitian. 12 Dalam pendekatan ini penulis

memilih pendekatan deskriptif dan jenis penelitiannya yaitu

kepustakaan/library research yaitu mengumpulkan data atau karya tulis

ilmiah yang bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data

yang bersifat kepustakaan.

2. Data dan Sumber Data

Data yang penulis pergunakan dalam skripsi ini yakni berupa kitab

atau buku-buku yang berisi tentang informasi-informasi yang secara

khusus yang diambil dari buku-buku yang ada di perpustakaan.

12
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rakesrain, 1998), 159.
14

Dalam penyusunan kajian ini sumber data yang penulis gunakan

adalah sebagai berikut :

a. Sumber Data Primer

1) Ta’li<m al-Muta’alli<m karya al-Zarnu>ji.

2) Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i karya Muh}ammad Sha<kir.

b. Sumber Data Sekunder

1) Ta’li<m al-Muta’alli<m fi Tarjamah karya Drs.H.Aliy As’ad,

M.M.

2) Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i fi tarjamah karya M. Ma’ruf

Asrori.

3) Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-murid karya Dr. H.

Abuddin Nata, M.A.

4) Konsep Kependidikan Para Filosof karya Drs. H. Busyairi

Madjidi.

5) Filsafat Pendidikan Islam karya Dr. H. Syamsul Nizar, M.A.

6) Pendidikan Agama Islam karya Prof. H. Muh}ammad Daud Ali.

7) Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam karya Suwendi, M.Ag.

8) Pemikiran al Ghazali tentang Pendidikan karya Drs. Abidin Ibnu

Rusn.

9) Panduan Cepat Menghafal al-Qur’an karya Ahmad Salim

Badwilan
15

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk kategori library research (penelitian

kepustakaan), oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-bahan pustaka yang

koheren dengan obyek pembahasan yang dimaksud.

Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan

diolah dengan cara13:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari

segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara

makna yang satu dengan yang lain.

b. Organizing, yaitu menyatakan data-data yang diperoleh dengan

kerangka yang sudah diperlukan.

c. Penemuan hasil temuan, yaitu melakukan analisis terhadap hasil

pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan

metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu

yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

4. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul tersebut diolah dengan metode

analisis, metode analisis merupakan suatu jalan yang dipakai untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan melakukan pemerincian

terhadap obyek yang diteliti atau sebagai cara penanganan terhadap suatu

13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), 24.
16

obyek ilmiah dengan jalan memilah antara pengertian yang satu dengan

yang lain untuk mendapatkan kejelasan.

Metode yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi

adalah penelitian yang akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang gaya

bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, lay out, ilustrasi dan

sebagainya.14 Moelong mengidentifikasikan istilah ini dengan kajian isi,

yaitu menganalisis data-data yang diperoleh yang sesuai dengan tema

yang dibahas15.

Data yang telah terkumpul, baik yang diambil dari kitab, buku,

majalah, jurnal, skripsi dan sebagainya kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode content analysis atau analisa isi. Metode ini

digunakan untuk menganalisis data-data kepustakaan yang bersifat

deskriptif eksploratif. Pada penelitian kajian pustaka ini, dengan metode

analisis isi dapat memberi pemahaman terhadap metode menghafal.

14
Ibid., 8.
15
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rakesrain, 1997),
156.
17

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan memberikan gambaran pokok yang akan

diuraikan secara rinci pada bab berikutnya. Adapun hasil dari kajian ini,

dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan sistematika pembahasan

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan kajian, manfaat kajian, landasan teori atau telaah pustaka,

metode kajian dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian teori tentang pengertian metode, macam-macam metode

dalam pendidikan Islam, metode menghafal dalam pendidikan Islam, serta

kegunaan metode menghafal dalam pendidikan Islam yang digunakan sebagai

acuan yang dapat menjadi landasan dalam melaksanakan penelitian kajian

pustaka ini.

Bab III Laporan Hasil Penelitian, biografi al- Zarnu>ji dan

Muh}ammad Sha<kir, paparan data tentang metode menghafal menurut

perspektif al-Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan Muh}ammad

Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i serta persamaan dan

perbedaan metode menghafal menurut perspektif al-Zarnu>ji dalm kitab

Ta’li<m al-Muta’alli<m dan Muh}ammad Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-

Abā’i wa al-Abnā’i.

Bab IV Analisis Data tentang metode menghafal menurut perspektif

al-Zarnu>ji dalam kitab Ta’li<m al-Muta’alli<m dan Muh}ammad Sha<kir

dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i serta persamaan dan perbedaan


18

metode menghafal menurut perspektif al- Zarnu>ji dalm kitab Ta’li<m al-

Muta’alli<m dan Muh}ammad Sha<kir dalam kitab Waşāyā li al-Abā’i wa

al-Abnā’i.

Bab V penutup, yang merupakan akhir dari kajian ini yang berisi

tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta, 1997.
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit FIK IKIP, 1987
19

Departemen Agama R.I. Enklopedi Islam di Indonesia. Jakarta: Proyek


Peningkatan Sarana dan Prasarana, 1993.
Muhajir, Noeng. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Rakesrain, 1998.
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rakesrain. 1997.
Ngaisah, Siti. Skripsi: Konsep Pendidikan Akhlak Bagi Anak Dalam Al Qur’an
Surat Al Isro’ Telaah Materi, Stragi, Dan Evaluasi, Ponorogo : STAIN
Ponorogo, 2010.
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997.
Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri STAIN Ponorogo. Ponorogo: Lembaga Penerbitan dan
Pengembangan Ilmiah STAIN Ponorogo, 2002.
As’ad, Aliy. Terjemah Ta’lim Muta’alim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan. Kudus: Menara Kudus, 2007.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung :PT Remaja
Rosdakarya, 2001.
Basuki, dkk. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo :STAIN Po Press,
2007.
Sh>akir, Muh{ammad. Waşāyā li al-Abā’i wa al-Abnā’i. Surabaya: Al Hidayat, tt.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Uhbiati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Anda mungkin juga menyukai