Subaidi
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
subaidi@unisnu.ac.id
Abstract: This study aims to describe the application of the Islamic education
methods offered by Abdul Wahab asy-Sya'rāni. The focus of this research is to
determine the methods of Islamic education, among others; (1) knowing effective
educational methods, (2) knowing the Islamic education methods of Abdul Wahab
asy-Sya'rāni. The method used in this research is interpretive research. The
results of this study include four methods of Islamic education, among others: 1)
the at-Tadrīj method, 2) the al-uswah method (exemplary) and habituation, 3) the
story method, and 4) the advice method.
Keywords: methods; Islamic education
ma‟rifat pada tingkatan ini para َُك ُّل َمنْ عَليَ ْها َ فَا ٍن َويَ ْبقَى َو ْجهُ َ َّرب َك ُذ ْوا ْل َجال
sufi menilai atas ma‟rifat dalam ِل َو ْا ِإل ْك َر ِام
tarap “fanā fi as-sifat atau
“Tiap-tiap orang atasnya
tajalli fi as-sifat, artinya tiada
kebinasaan/fana dan zat
yang hidup, yang kuasa, yang Allah tetap baqa, yang
berkehendak, yang mengetahui, mempunyai sifat sempurna
berkata melainkan Allah. Asy- dan Maha Agung”.
Sya‟rāni mengatakan supaya
salik berada dalam maqām c. Ma‟rifat atas haqq al-yaqīn,
tersebut, ia dengan mata hati dilihaat dari kacamata teologis
supaya musyāhadah dan yakin termasuk pada maqām tauhid
bahwa semua sifat itu melekat az-Żat, ini merupakan maqām
pada Żat Allah. Misalnya sifat tertinggi, merupakan sebagai
Qudrah (kuasa), sifat Irādah fase akhir dari mausyāhadah
(kehendak), sifat„Ilm orang-orang ma‟rifat. Pada fase
(mengetahui), sifat Hayat ini, akan diperoleh lintasan-
(Hidup), sifat Sama‟ lintasan sir dalam hati sanubari
(mendengar), sifat Baṣar berupa kenikmatan khusus.
(Melihat), dan sifat Kalām Maqām yang berada di atas
(berfirman). Sebab tidak ada maqām ini, semua pengetahuan
Żat yang memilki sifat manusia tidak ada satupun yang
sama dengan sifat-sifat mampu mencapai maqām ini,
tersebut, kecuali hanya Allah. sekalipun para Nabi dan
Sifat-sifat yang melekat pada Mala‟ikat.
makhluk harus dipahami dalam Masih dalam konteks
konteks metaforis (majazi), pembagian ma‟rifat, Amin
bukan konteks yang Syukur (2009:11) dalam Terapi
sesungguhnya (haqīqī). Hati mengatakan bahwa
Ma‟rifat atas haqq al-yaqīn, ma‟rifat itu ada dua: ma‟rifat
dapat disebut dengan ma‟rifat bagi orang al-khawas, yakni
fi az-Żat atau tajalli fi az-Żat, orang yang khusus dan
artinya tiada yang wujud yang istimewa yang berada pada
mutlak melainkan Allah, ia tingkatan ma‟rifat al-Haqq
telah mencapai puncak (mengetahui dan mengenal
kefanaan dalam Żat Allah Kebenaran). Al-Haqq, dalam
SWT.6 kedudukannya sebagai isim
Dalam konteks ini asy-Sya‟rāni ma‟rifat, dalam bahasa
mengutip ayat: Indonesia diterjemahkan
“Kebenaran” (dengan K besar),
artinya obyeknya telah jelas,
yakni Allah SWT. Ma‟rifat in i
6
Asy-Sya‟rāni, Lathāif al-Minan, harus berpangkal pada diri
Mesir: tt.
contoh atau meniru dari orang lain, sehingga tanpa disadari akan bisa
termasuk syekh atau guru terjadi perembesan dan penularan
pembimbing spiritual dalam kajian nilai-nilai kebaikan.
pendidikan akhlak-tasawuf. Asy-Sya‟rāni (tt., Juz
Pendidikan dengan metode al- I:138) menggambarkan metode ini
uswah (keteladanan) berarti dengan ungkapannya sebagai
pendidikan dengan memberi berikut:
contoh, baik berupa tingkah laku, ٍاًَا شرع صهى هللا ػهيّ ٔسهى نهًصهى حي
sifat, cara berpikir, dan يسهى يٍ صال تّ اٌ يقٕل استغفرهللا
sebagainya. Banyak ahli yang استغفرهللا استغفرهللا
ثال ث يراث نيُبّ انًصهى ػهى َقص
berpendapat bahwa pendidikan
صال تّ ٔػد و انحضٕر يغ هللا فيٓا
dengan keteladanan merupakan ٔكثرة انغفهت ٔحد يث انُفس ٔغير ذانك
penggunaan metode pendidikan
yang paling berhasil guna. Hal itu (Seseungguhnya Nabi Saw.
karena dalam belajar, orang pada mendorong terhadap orang
umumnya, lebih mudah yang sedang menjalani salat
menangkap yang kongkrit ketika bersalam dari salatnya
ketimbang yang abstrak. agar ia mengucap
astaghfirullah astaghfirullah
Asy-Sya‟rāni dalam
astaghfirullah tiga kali untuk
konteks ini menyatakan bahwa di memperingatkan orang yang
dalam al-Qur`an terdapat banyak sedang salat atas kekurangan
ayat yang menunjukan salatnya, tidak adanya huḍur
kepentingan penggunaan teladan bersama Allah dalam salat,
dalam pendidikan, diantaranya banyak lupa, bisikan-bisikan
yang mengemukakan pribadi- hati dan lain sebaginya).
pribadi taladan diantaranya;
Menurutnya, jika seorang
Rasulullah Saw., Nabi Ibrahim as,
guru akan mempergunakan metode
Nabi Ismail as.
tersebut, maka terlebih dahulu ia
Metode ini sangat efektif
memperkenalkan contoh-contoh
dalam mempersiapkan dan
baik seperti di atas, berupa teknik-
membentuk moral, spiritual, dan
teknik ibadah tertentu, seperti:
sosial, sebab guru menjadi contoh
membaca istighfar, salat sunat,
ideal bagi anak. Semua tingkah
żikir dan mujāhadah agar diikuti
laku, sikap dan ucapan akan
oleh murid-murid. Setelah itu
melekat pada diri dan perasaan
barulah menyuruh murid untuk
murid. Ini menjadi faktor penentu
mengikuti latihan dan ucapan-
keberhasilannya. Dengan
ucapan tersebut.
keteladanan ini akan menjadi
Pembiasaan adalah
imitasi dan di ikuti dengan
termasuk salah satu metode
identifikasi nilai-nilai kebaikan
pengajaran yang efektif, khususnya
untuk dipilih dan dilakukan.
mengajarkan akhlak tasawuf. Cara
Metode ini memiliki nilai persuasif
tersebut secara umum dilakukan