Anda di halaman 1dari 14

Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

METODE PENDIDIKAN ISLAM


(Tela‟ah Pemikiran Abdul Wahab asy-Sya‟rāni)

Subaidi
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
subaidi@unisnu.ac.id

Abstract: This study aims to describe the application of the Islamic education
methods offered by Abdul Wahab asy-Sya'rāni. The focus of this research is to
determine the methods of Islamic education, among others; (1) knowing effective
educational methods, (2) knowing the Islamic education methods of Abdul Wahab
asy-Sya'rāni. The method used in this research is interpretive research. The
results of this study include four methods of Islamic education, among others: 1)
the at-Tadrīj method, 2) the al-uswah method (exemplary) and habituation, 3) the
story method, and 4) the advice method.
Keywords: methods; Islamic education

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan metode pendidikan


Islam yang ditawarkan oleh Abdul Wahab asy-Sya‟rāni. Fokus penelitian ini
adalah untuk mengetahui metode pendidikan Islam antara lain; (1) mengetahui
metode pendidikan yang efektif, (2) mengetahui metode pendidikan Islam Abdul
Wahab asy-Sya‟rāni. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian interpretatif. Hasil penelitian ini mencakup empat metode pendidikan
Islam, anata lain: 1) metode at-Tadrīj, 2) metode al-uswah (keteladanan) dan
pembiasaan, 3) metode kisah, dan 4) metode nasehat
Kata kunci: metode, pendidikan Islam

A. Pendahuluan memeberikan materi pelajaran yang


Metode dalam sistem tersusun dalam kurikulum pendidikan
pendidikan merupakan unsur yang sedemikian rupa sehingga dapat
sangat penting dan memegang peran dipahami atau diserap oleh peserta
kunci bagi keberhasilan proses KBM didik menjadi pengertian-pengertian
dari perencanaan proses pembelajaran yang fungsional terhadap tingkah
yang telah ada. Guru, dalam laku.
menentukan strategi mengajar Pendidikan Islam, sebagimana
dibutuhkan pengetahuan dan Muhammad Fadhil al-Jamali dalam
penguasaan metode. Seorang guru Abdul Mujib (2008: 26) adalah upaya
yang kurang menguasai terhadap mengembangkan, mendorong serta
metode maka ia akan mengalami mengajak manusia untuk lebih maju
kesulitan dalam mentransfer ilmu dengan berlandaskan nilai-nilai yang
pengetahuan kepada peserta didiknya. tinggi dan kehidupan yang mulia,
Menurut Arifin (1994: 132) sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sebagaimana Agus Mahfud (2012:78) sempurna berkaitan dengan akal,
menytakan bahwa metode perasaan, maupun perbuatan.
mempunyai kedudukan sangat Karena pendidikan Islam
penting dalam upaya mencapai adalah pendidikan manusia
tujuan, karena ia menjadi sarana yang seutuhnya, akal dan hatinya, rohani

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 9


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

dan jasmaninya, akhlak dan memeberikan materi ajar yang


ketrampilannya, maka pendidikan tersusun dalam rencana program
Islam menyiapkan manusia untuk pembelajaran yang telah dipersiapkan
hidup, baik dalam keadaan aman oleh seorang pendidik itu sendiri.
maupun kurang aman, dan
menyiapkan untuk menghadapi B. Metode dan Proses Pendidikan
masyarakat dengan segala kebaikan Islam
dan kejahatannya, manis dan pahitnya Upaya untuk mencapai tujuan
(Yusuf al-Qardhawi, 1980: 39). pendidikan Islam, aspek metode
Sedangkan Muhammad SA memiliki kedudukan sangat penting,
Ibrahimy mengemukakan pengertian karena dengan metode yang tepat dan
pendidikan Islam sebagi berikut: menarik, tujuan belajar akan mudah
Islamic education in true sense of the tercapai. Metode merupakan cara
term, is a system of education which yang digunakan seorang pendidik
enables a man to lead his life dalam mengadakan hubungan dengan
according to the islamic ideology, so murid pada saat berlangsungnya
that he may easily mould his life in pembelajaran (Sudjana, 1989: 76).
according with tenent of islam. Dalam literatur Arab istilah
Bisa dipahami bahwa metode disebut dengan at-Ṭarīq,
“pendidikan dalam pandangan yang artinya jalan. Jalan adalah sesuatu
sebenarnya adalah suatu sistem yang dilalui supaya sampai ke tujuan.
pendidikan yang memungkinkan Mengajarkan materi pelajaran agar
seseorang dapat mengarahkan dapat diterima pesrta didik,
kehidupannya sesuai dengan cita-cita hendaknya menggunakan jalan yang
Islam, sehingga dengan mudah ia tepat, atau dalam bahsa yang lebih
dapat membentuk hidupnya sesuai tepat adalah cara dan upaya yang
dengan ajaran Islam”. dipakai oleh seorang pendidik (Nizar,
Berkenaan dengan konteks 2011: 57).
metode pendidikan Islam, jenis- Dari sisi bahasa, metode
jenisnya cukup banyak dan tidak ada berasal dari dua kata, yaitu meta dan
satupun metode yang paling cocok hodos. Meta artinya melalui, dan
dipergunakan untuk semua materi hodos artinya jalan atau cara. Dengan
pelajaran keislaman. Setiap metode, demikian, metode dapat diartikan cara
tentu memiliki kelebihan dan atau jalan yang harus dilalui untuk
kekurangan, oleh karena itu, seorang mencapai suatu tujuan (Arifin, 1991:
guru diharapkan mampu mencari 61). Sedangkan menurut istilah ialah
metode mana yang harus suatu sistem atau cara yang mengatur
dipergunakan sesuai dengan situasi suatu cita-cita.1
dan kondisi yang ada. Dengan
demikian keberadaan metode
1
memiliki fungsi sangat penting dalam Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu
upaya mencapai tujuan pembelajaran, Pendidikan Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2013, hal. 163.

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 10


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

Menurut Sanjaya (2008: 145) mendapat petunjuk. ( QS. An-


metode adalah cara yang digunakan Nahl 16: 125.)
untuk mengimplementasikan rencana
Yang dimaksud metode
yang sudah disusun dalam kegiatan
pendidikan Islam di sini adalah jalan,
nyata agar tujuan yang telah disusun
atau cara yang dapat ditempuh untuk
tercapai secara optimal. Ini berarti,
menyampaikan bahan atau materi
metode digunakan untuk
pendidikan Islam kepada anak didik
merealisasikan strategi yang telah
agar terwujud kepribadian muslim
ditetapkan, oleh karena itu, metode
(Uhbiyati, 2013: 163).
dalam rangkaian sistem pembelajaran
Terkait dengan berbagai
memegang peranan yang sangat
penyebutan istilah metode diatas,
penting.
pertama, al-Gazâlî misalnya, dalam
Sebagaimana dinyatakan oleh
kitab ayyuha al-Walad (1986: 9)
Nur Uhbiyati (2013: 81) bahwa dalam
menegaskan bahwa dalam interaksi
dunia pendidikan Islam, terdapat
pembelajaran, ia menggunakan
banyak istilah untuk menyebut
metode antara lain dengan
metode yang disampaikan oleh para
penyebutan istilah metode uswah-
ahli, semisal dengan sebutan manhaj,
nasehat, dalam kitab ini ia banyak
wasilah, kaifiah, thariqah, uswah -
memberikan nasehat-nasehat
nasehat dan sabil. Beberapa istilah itu
pendidikan lebih ditekankan pada
sebenarnya adalah merupakan
masalah praktek dalam
muradif (sisnonim), semuanya bisa
pembelajarannya atau yang sering
digunakan tanpa perlu menimbulkan
disebut dengan metode keteladanan.
kebingungan. Metode yang
Diantara yang ia katakan adalah:
menggunakan kata sabil misalnya
dapat dijumpai dalam QS. An-Nahl
‫ يُبغى نك اٌ يكٌٕ قٕنك ٔفؼهك‬-‫ايٓا انٕند‬
16: 125.
‫يٕافقا نهشرع – اذانؼهى ٔانؼًم بال اقتداء‬
‫انشرع ضالنت‬
‫يم َربِّكَ بِ ْان ِح ْك ًَ ِت َٔ ْان ًَْٕ ِػظَ ِت‬
ِ ِ‫ع إِنَى َسب‬ ُ ‫ا ْد‬ “duhai anakku! Apa yang kalian
‫ك‬َ َّ‫ْان َح َسَُ ِت َٔ َجا ِد ْنُٓ ْى بِانَّتِي ِْ َي أَحْ َسٍُ إِ ٌَّ َرب‬ katakan dan kerjakan harus
‫ض َّم ػ ٍَْ َسبِيهِ ِّ َُْٔ َٕ أَ ْػهَ ُى‬ َ ٍْ ًَ ِ‫ُْ َٕ أَ ْػهَ ُى ب‬ sesuai dengan syara‟, sebab ilmu
ٍَ‫بِ ْان ًُ ْٓتَ ِدي‬ dan amal kalau tidak sesuai
Artinya: Serulah (manusia) dengan syari‟at adalah sasar
kepada jalan Tuhanmu dengan (ḍalâlah).
hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka Model pembelajaran ini
dengan cara yang baik. pernah dilakukan oleh Rasulullah
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah Saw., ketika ada salah seorang
yang lebih mengetahui tentang shahabat yang memohon untuk
siapa yang tersesat dari jalan- diperkenankan melakukan zina.
Nya dan Dialah yang lebih
Jawab Rasul pada saat itu,
mengetahui orang-orang yang
“Bagaimana perasaan kamu, jika
orang lain menzinai orang tua kamu,

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 11


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

atau saudara-saudara kamu?”. Sebuah konvensional, patut pula


jawaban, sekaligus pertanyaan yang menggunakan metode atau
berupaya menghentakkan alam bawah pendekatan lain yang tepat agar ruang
sadar shahabat tersebut, bahwa zina lingkup dan tujuannya dapat tercapai
yang selama ini terkonstruk dengan secara optimal (Djasuri, 2000: 127),
baik dan indah dalam memori artinya, murid di samping mengetahui
pikirannya, ternyata mampu tentang sisi pengetahuan keislaman,
menghantui ruang sadarnya. ia juga menjiwai dan melakukan
Kedua, asy-Sya‟rāni (2003: aspek-aspek keislaman dalam
51) memberikan penyebutan istilah kegiatan sehari-hari, yang merupakan
ṭarīqah artinya jalan atau cara untuk sebagai materi ajar dalam
mencapai tujuan, melalui usaha meningkatkan keimanan dan
manusia guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.
kepribadian seseorang dengan jalan Uraian diatas sejalan dengan
membina potensi yang dimiliknya. aliran agamis-konservatif yang
Dalam konteks pendidikan Islam, bisa ditawarkan oleh Jawwad Riḍâ (2002:
ambil pemahaman bahwa, ṭarīqah 74), dimana ia menekankan faktor
pendidikan Islam itu jalan atau cara agama sebagai penentu dalam
untuk mencapai tujuan pendidikan pendidikan. Model ajaran ini menjadi
dan pengajaran melalui usaha tauladan bagi masyarakat secara luas.
manusia guna meningkatkan Menurut Hamka oleh Djasuri
kepribadian manusia tersebut, dengan (2000: 129) mengatakan, terdapat
jalan membina dan mengembangkan beberapa metode yang digunakan
berbagai potensi yang dimiliki dalam melakukan proses pendidikan
manusia itu sendiri. Transfer materi Islam khususnya pendidikan sufistik,
ajar kepada peserta didik, sangat perlu di antaranya: Pertama, metode
disesuaikan dengan sifat dari materi alami, yaitu metode tasawuf yang
ajar tersebut, sehingga antara metode baik, diperoleh bukan melalui
yang dipergunakan dengan materi ajar didikan, pengalaman atau latihan,
yang sampaikan kepada peserta didik tetapi diperoleh melaui insting atau
tidak akan kehilangan daya relevansi. naluri yang dimilikinya secara alami.
Metode mengajarkan materi Kedua, metode mujāhadah dan
ajar keislaman adalah cara untuk riyāḍah, yaitu metode pembiasaan
menyampaikan materi atau bahan ajar dan latihan-latihan agar peserta didik
pendidikan Islam dari seorang mempunyai kebiasaan berbuat baik.
pendidik kepada peserta didik sesuai Ketiga, metode teladan, yaitu
dengan pokok bahasan atau bahan modeling atau mengambil contoh atau
ajar tertentu. Namun yang harus meniru dari orang lain, termasuk
diingat bahwa pendidikan Islam meniru tehadap seorang guru.
bertujuan agar yang diajar (murid) Sebagaimana pula yang disampaikan
berakhlak baik. Oleh karenanya, di oleh an-Nahlawi dalam Tafsir (2005:
samping menggunakan metode yang 135) terkait dengan aspek metode, ia

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 12


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

mengatakan, ada tujuh macam gradual dalam istilah Inggris


metode pendidikan Islam, yaitu (1) (Rosenthal, 1945: 416).
metode percakapan (ḥiwar) Qur‟āni Terkait dengan beragamnya
dan Nabawi; (2) metode kisah metode dari pandangan para ahli
Qur‟āni dan Nabawi; (3) metode tersebut, seorang pendidik harus
perumpamaan (amśal) Qur‟āni dan mampu memilih suatu metode yang
Nabawi; (4) metode keteladanan; (5) dianggap efektif. Penggunaan metode
metode pembiasaan; (6) metode dalam pendidikan Islam harus mampu
„ibrah dan mau‟iẓah; dan (7) metode menyentuh perasaan dengan kata lain
targhīb dan tarhīb. bersifat żauq, mendidik, dan
Ibnu Khaldun sebagaimana menanamkan rasa beragama (Tafsir,
ditulis oleh Saepul Anwar dalam 2005: 136).
jurnal ta‟lim MKDU Volume 6 No I Menurut asy-Sya‟rāni (2003:
(2008: 3) juga menawarkan konsep 51) ṭarīqah adalah jalan atau cara
metode tadrīj. Secara etimologis, untuk mencapai tujuan, melalui usaha
tadrīj berarti naik, maju, meningkat manusia guna meningkatkan
secara berangsur-angsur, dan sedikit kepribadian seseorang dengan jalan
demi sedikit. Dalam pandangan Ibnu membina potensi yang dimiliknya.
Khaldun, tadrīj dalam proses belajar Dalam konteks pendidikan keislaman,
adalah maju baik secara kuantitas bisa ambil pemahaman bahwa,
maupun kualitas. Konsep belajar ini ṭarīqah dalam kajian Islam itu jalan
dikembangkan berdasarkan asumsi atau cara untuk mencapai tujuan
bahwa, kemampuan manusia terbatas pendidikan dan pengajaran melalui
dan akal manusia berkembang secara usaha manusia guna meningkatkan
bertahap. Karenanya dalam konsep kepribadian manusia tersebut, dengan
belajar, tadrīj merupakan konsep jalan membina dan mengembangkan
belajar yang efektif, artinya belajar berbagai potensi yang dimilikinya.
yang dilakukan secara berangsur-
angsur, setahap demi setahap, dan C. Jenis Metode Pendidikan Islam
sistematis disesuaikan dengan Penyampaian materi pelajaran
tahapan perkembangan akal manusia. pada anak, menurutnya harus
Sedangkan dari sudut pandang disesuaikan dengan sifat dari materi
terminologis, tadrīj adalah masdar pelajaran tersebut, sehingga antara
dari fi‟il maḍi (kata kerja lampau) metode dengan materi yang diajarkan
tadarraja artinya tidak akan kehilangan daya relevansi.
naik/maju/meningkat secara Adapun ragam metode pengajaran
berangsur angsur, sedikit demi yang ditawarkan asy-Sya‟rani antara
sedikit. Ibnu Khaldun memaknai lain; 1) metode at-Tadrīj, 2) metode
tadrīj, tidak hanya maju atau al-uswah (keteladanan) dan
meningkat secara kuantitas, tetapi pembiasaan, 3) metode kisah, dan 4)
juga disertai kualitas. Frans Rosenthal metode nasehat.
menerjemahkan tadrīj itu dengan

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 13


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

1. Metode at-Tadrīj. Asy-Sya‟rāni (2003: 54)


At-Tadrīj artinya hal ber mengatakan, dalam rangakaian
angsur-angsur (setahap demi upaya menuju ma‟rifatullah,
2
setahap). Misalnya dalam proses yang dilakukan juga dengan
pembelajaran keislaman materi metode tadrīj secara berangsur-
pendidikan akhlak-tasawuf, dalam angsur. Tingkatan ma‟rifatullah
rangakaian upaya menuju tajalli dalam pendidikan tasawuf di bagi
as-Sifat, prosesnya dilakukan kedalam tiga fase utama antara
secara berangsur-angsur (tadrīj). lain:
Pelaksanaannya tidak dilakukan a. Ma‟rifat atas „ilm al-yaqīn,
secara sekaligus, tetapi dilakukan yakni, memberikan pandangan
secara bertahap; secara satu bahwa ma‟rifat atas „ilm al-
persatu. Sifat-sifat tidaklah yaqīn adalah pandangan
memiliki hakikat yang sama. Sifat- ma‟rifat dibalik tabir (warail al-
sifat itu ada yang lembut, keras, ḥijab) diyakini kebenarannya
lebih keras, keras sekali sehingga berdasarkan dalil-dalil yang
upaya ke-fana-an.3 dihadapan dapat diteima oleh akal pikiran.
sifat-sifat Allah juga bertingkat- Dalam tarap ini, dinamakan atas
tingkat. Proses tadrīj, dalam hal ini ma‟rifat „ilm al-yaqīn.
menjadi penting karena dapat Pada konteks ini asy-Sya‟rāni
mematangkan diri untuk mengenal dalam al-Kibrit al-Akhmar
masing-masing sifat Allah. Dengan (1998 : 105). mengutip Firman
kata lain, seorang sālik dalam Allah SWT.:
mengenal sifat-sifat Allah secara
mendalam, karena pengenalannya ‫كال لو تعلمون علم اليقين‬
satu persatu hingga yakin. Maka “Sekali-kali jangan jika
ketika hati sudah yakin niscaya kalian mengetahui ilmu
akan semakin kuat dan tidak goyah pasti/yaqin yaqīn” (Q.S.
At-Takāśur : 5).
pada saat membahas tajalli Żat.
b. Ma‟rifat atas „ainul yaqīn,
Karena tidak memungkinkan
yakni pengetahuan dengan
seseorang menanggung tajalli Żat
penglihatan keyakinan, tarap
sebelum tamkīn4 atau tetap pada
tajalli sifat didalam hati.5
berlawanan dengan maq talwīn. Maqām yang
2 pertama dianggap maqām yang lebih tinggi dari
Terinspirasi hasil wawancara dengan yang kedua. Akan tetapi kalangan penegas (al-
Dr.Abdul Muhaya MA., di Semarang, Juli 2012. muhaqqiqūn) dan kalangan „ārifīn tidak dibatasi
3
Fana‟: penafian diri, atau peniadaan oleh keduanya, sebab keduanya telah mereka
diri. Saat bersatu dengan Allah, manusia padukan. Mereka adalah orang-orang yang
mengalami fana‟ atau penafian diri. Inilah sempurna yang memiliki “keteguhan didalam
hilangnya batas-batas individual dalam keadaan perubahan” yang berkaitan dengan transmutasi-
kesatuan. Fana‟ adalah tahap akhir dalam diri ( ) Allah yang tiada berakhir
kenaikan (mi‟râj) menuju Allah (Armtrong, (Armstrong, 1996: 285).
1996: 66). 5
Terinspirasi pemikiran Said Agil Siroj,
4
Tamkīn adalah keteguhan atau dalam buku Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, SAS
ketetapan. Maqām keteguhan (tamkīn) Fondation, Jakarta: 2006.

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 14


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

ma‟rifat pada tingkatan ini para َ‫ُك ُّل َمنْ عَليَ ْها َ فَا ٍن َويَ ْبقَى َو ْجهُ َ َّرب َك ُذ ْوا ْل َجال‬
sufi menilai atas ma‟rifat dalam ‫ِل َو ْا ِإل ْك َر ِام‬
tarap “fanā fi as-sifat atau
“Tiap-tiap orang atasnya
tajalli fi as-sifat, artinya tiada
kebinasaan/fana dan zat
yang hidup, yang kuasa, yang Allah tetap baqa, yang
berkehendak, yang mengetahui, mempunyai sifat sempurna
berkata melainkan Allah. Asy- dan Maha Agung”.
Sya‟rāni mengatakan supaya
salik berada dalam maqām c. Ma‟rifat atas haqq al-yaqīn,
tersebut, ia dengan mata hati dilihaat dari kacamata teologis
supaya musyāhadah dan yakin termasuk pada maqām tauhid
bahwa semua sifat itu melekat az-Żat, ini merupakan maqām
pada Żat Allah. Misalnya sifat tertinggi, merupakan sebagai
Qudrah (kuasa), sifat Irādah fase akhir dari mausyāhadah
(kehendak), sifat„Ilm orang-orang ma‟rifat. Pada fase
(mengetahui), sifat Hayat ini, akan diperoleh lintasan-
(Hidup), sifat Sama‟ lintasan sir dalam hati sanubari
(mendengar), sifat Baṣar berupa kenikmatan khusus.
(Melihat), dan sifat Kalām Maqām yang berada di atas
(berfirman). Sebab tidak ada maqām ini, semua pengetahuan
Żat yang memilki sifat manusia tidak ada satupun yang
sama dengan sifat-sifat mampu mencapai maqām ini,
tersebut, kecuali hanya Allah. sekalipun para Nabi dan
Sifat-sifat yang melekat pada Mala‟ikat.
makhluk harus dipahami dalam Masih dalam konteks
konteks metaforis (majazi), pembagian ma‟rifat, Amin
bukan konteks yang Syukur (2009:11) dalam Terapi
sesungguhnya (haqīqī). Hati mengatakan bahwa
Ma‟rifat atas haqq al-yaqīn, ma‟rifat itu ada dua: ma‟rifat
dapat disebut dengan ma‟rifat bagi orang al-khawas, yakni
fi az-Żat atau tajalli fi az-Żat, orang yang khusus dan
artinya tiada yang wujud yang istimewa yang berada pada
mutlak melainkan Allah, ia tingkatan ma‟rifat al-Haqq
telah mencapai puncak (mengetahui dan mengenal
kefanaan dalam Żat Allah Kebenaran). Al-Haqq, dalam
SWT.6 kedudukannya sebagai isim
Dalam konteks ini asy-Sya‟rāni ma‟rifat, dalam bahasa
mengutip ayat: Indonesia diterjemahkan
“Kebenaran” (dengan K besar),
artinya obyeknya telah jelas,
yakni Allah SWT. Ma‟rifat in i
6
Asy-Sya‟rāni, Lathāif al-Minan, harus berpangkal pada diri
Mesir: tt.

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 15


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

sendiri: man „arafa nafsahu żikir lisan ini menjadi kuat


faqad „arafa rabbahu, dan kokoh, maka diperintah
(barangsiapa yang mengenal untuk menyamakan antara
żikir lisan dengan kalbunya
dirinya, maka akan mengenal
(hati). Jangan sampai
Tuhannya), dengan mengenal engkau meninggalkan żikir
diri, dari mana, di mana dan sehingga engkau berhasil
mau ke mana, maka tumbuh mencapai tingkatan dimana
kesadaran diri, kemudian seluruh anggota tubuhmy
sesudah itu bisa menyatakan, ikut ber-żikir, dan jangan
araftu rabbi bi rabbi, (aku sampai terjadi kelengahan
dari Allah”.
mengenal Tuhanku dengan
(pertolongan) Tuhanku). Dengan demikian
Sedang ma‟rifat bagi orang tergambar metode tadrīj dalam
awam (orang pada umumnya) konteks żikir; tahap pertama, żikir
ialah sebatas pada ma‟rifatu dengan lisan, kedua, żikir dengan
haqqin, yakni ma‟rifatu haqq hati, ketiga, żikir yang dilakukan
dalam kedudukannya sebagai oleh seluruh anggota tubuh, mulai
isim nakirah, dalam bahasa dari ujung rambut sampai dengan
Indonesia diterjemahkan ujung kaki, semua melakukan żikir
“kebenaran” (dengan k kecil), untuk mendekatkan diri kepada
artinya obyek pengetahuan Allah, dengan kata lain, żikir yang
tidak jelas , sekedar tahu dan dilakukan terus-menerus dapat
membedakan mana yang benar menghapus karat dalam hati
dan mana yang salah, mana sehingga dapat menerima nur
yang baik dan mana yang Ilahiyah dan keindahan Ilahi
buruk, mana yang indah dan tersebut di refleksikan agar bisa
mana yang tidak indah. merasuk dalam tubuh dan jiwa.
Dalam rangakaian upaya Pada saat seorang guru mursyid
taqarrub kepada Allah, salik membimbing para salik dalam
hendaknya terus menerus kegiatan żikir, pada saat itu pula
melakukan żikir dengan proses pendidikan dan pengajaran
bimbingan mursyid, prosesnya spiritual berlangsung dengan
dilakukan dengan metode metode tadrīj. Proses demikian ini
tadrīji (bertahap dan berangsur- berjalan secara berulang-ulang
angsur). Pada konteks ini asy- mengikuti tata aturan guru
Sya‟rāni (2011: 242) mursyid.
mengatakan yang artinya;
2. Metode al-Uswah (keteladanan)
“Seorang guru wajib dan Pembiasaan
memerintah murid untuk Asy-Sya‟rāni mengatakan
selalu ber-żikir secara lisan
bahwa, metode al-uswah
sekuat mungkin, Apabila
(keteladanan) adalah mengambil

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 16


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

contoh atau meniru dari orang lain, sehingga tanpa disadari akan bisa
termasuk syekh atau guru terjadi perembesan dan penularan
pembimbing spiritual dalam kajian nilai-nilai kebaikan.
pendidikan akhlak-tasawuf. Asy-Sya‟rāni (tt., Juz
Pendidikan dengan metode al- I:138) menggambarkan metode ini
uswah (keteladanan) berarti dengan ungkapannya sebagai
pendidikan dengan memberi berikut:
contoh, baik berupa tingkah laku, ٍ‫اًَا شرع صهى هللا ػهيّ ٔسهى نهًصهى حي‬
sifat, cara berpikir, dan ‫يسهى يٍ صال تّ اٌ يقٕل استغفرهللا‬
sebagainya. Banyak ahli yang ‫استغفرهللا استغفرهللا‬
‫ثال ث يراث نيُبّ انًصهى ػهى َقص‬
berpendapat bahwa pendidikan
‫صال تّ ٔػد و انحضٕر يغ هللا فيٓا‬
dengan keteladanan merupakan ‫ٔكثرة انغفهت ٔحد يث انُفس ٔغير ذانك‬
penggunaan metode pendidikan
yang paling berhasil guna. Hal itu (Seseungguhnya Nabi Saw.
karena dalam belajar, orang pada mendorong terhadap orang
umumnya, lebih mudah yang sedang menjalani salat
menangkap yang kongkrit ketika bersalam dari salatnya
ketimbang yang abstrak. agar ia mengucap
astaghfirullah astaghfirullah
Asy-Sya‟rāni dalam
astaghfirullah tiga kali untuk
konteks ini menyatakan bahwa di memperingatkan orang yang
dalam al-Qur`an terdapat banyak sedang salat atas kekurangan
ayat yang menunjukan salatnya, tidak adanya huḍur
kepentingan penggunaan teladan bersama Allah dalam salat,
dalam pendidikan, diantaranya banyak lupa, bisikan-bisikan
yang mengemukakan pribadi- hati dan lain sebaginya).
pribadi taladan diantaranya;
Menurutnya, jika seorang
Rasulullah Saw., Nabi Ibrahim as,
guru akan mempergunakan metode
Nabi Ismail as.
tersebut, maka terlebih dahulu ia
Metode ini sangat efektif
memperkenalkan contoh-contoh
dalam mempersiapkan dan
baik seperti di atas, berupa teknik-
membentuk moral, spiritual, dan
teknik ibadah tertentu, seperti:
sosial, sebab guru menjadi contoh
membaca istighfar, salat sunat,
ideal bagi anak. Semua tingkah
żikir dan mujāhadah agar diikuti
laku, sikap dan ucapan akan
oleh murid-murid. Setelah itu
melekat pada diri dan perasaan
barulah menyuruh murid untuk
murid. Ini menjadi faktor penentu
mengikuti latihan dan ucapan-
keberhasilannya. Dengan
ucapan tersebut.
keteladanan ini akan menjadi
Pembiasaan adalah
imitasi dan di ikuti dengan
termasuk salah satu metode
identifikasi nilai-nilai kebaikan
pengajaran yang efektif, khususnya
untuk dipilih dan dilakukan.
mengajarkan akhlak tasawuf. Cara
Metode ini memiliki nilai persuasif
tersebut secara umum dilakukan

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 17


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

dengan pembiasaan yang kisah terhadap murid agar bisa


disesuaikan dengan perkembangan diketahui bahwa cerita tersebut
jiwa anak, dengan kata lian adalah merupakan tindakan yang
disesuaikan dengan perkembangan harus ditiru atau harus
jiwa murid. ditinggalkan.
Misalnya, murid hendaknya
3. Metode Kisah. berlaku zuhud, bukan serakah
Kisah yaitu memberikan terhadap materi duniawi, dan
materi pelajaran melalui kisah atau dilarang bertindak yang bernuansa
cerita. Asy-Sya‟rāni mengatakan takabur, orang yang
dengan prinsip dasar yang diambil menyombongkan diri akan
dari al-Qur‟ān surat al-Qaṣas ayat terhalang menuju Allah.
76. Praktikum ritual dan
‫إٌ قَارٌَُٔ َكاٌَ ِي ٍْ قَْٕ ِو ُيٕ َسى فَبَغَى َػهَ ْي ِٓ ْى‬ َّ pelatihan akhlak terprogram.
ُ َ َ
‫ٕز َيا إِ ٌَّ َيفاتِ َحُّ نتَُٕ ُء‬ ُ ُ ْ
ِ ُ‫َٔآتَ ْيَُاُِ ِيٍَ انك‬ َ Sesuai ajaran agama meliputi
ْ‫بِ ْانؼُصْ بَ ِت أُٔنِي ْانقُ َّٕ ِة إِ ْذ قَا َل نَُّ قَْٕ ُيُّ ََل تَ ْف َرح‬ iman, akhlak, dan ibadah, lebih
ٍَ‫هللاَ ََل يُ ِحبُّ ْانفَ ِر ِحي‬َّ ٌَّ ِ‫إ‬ strategis jika pendidikan agama
difokuskan pada pengayaan
(Sesungguhnya Karun pengalaman ketuhanan (iman),
adalah termasuk kaum
ritual (ibadah), dan akhlak, bukan
Musa, maka ia berlaku
aniaya terhadap mereka, hanya ilmu. Pengayaan
dan kami telah pengalaman ritual bisa ditempuh
menganugerahkan melalui pengayaan pengalaman
kepadanya ketuhanan melalui studi sejarah
perbendaharaan harta tentang kisah-kisah sukses dan
yang kunci-kuncinya
gagal dari kehidupan sehari-hari
sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat- atau sejarah bangsa-bangsa
kuat (ingatlah) ketika didunia. Selain itu juga melalui
kaumnya berkata studi fisika, biologi, kimia yang
kepadanya: "Janganlah difokuskan pada kehebatan Tuhan
kamu terlalu bangga; menciptakan alam dan seluruh
sesungguhnya Allah tidak makhluk hidup dari tingkatan
menyukai orang-orang
paling rendah hingga energi dan
yang terlalu
membanggakan diri). manusia.

Metode Kisah yaitu 4. Metode Nasihat.


memberikan materi pelajaran Nasihat menurut asy-
melalui kisah atau cerita. Asy- Sya‟rāni (tt.: 167-168) adalah
Sya‟rāni menggambarkan penjelasan tentang kebenaran dan
penyampaian materi pelajaran kemaslahatan dengan tujuan
melalui metode kisah atau cerita menghindarkan orang yang
dengan mengedepankan berbagai dinasihati dari bahaya serta

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 18


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

menunjukan jalan yang Meskipun dari hasil


mendatangkan kebahagiaan dan karyanya dapat dirumuskan
manfa‟at. Artinya, dalam upaya beberapa metode pengajaran
menanamkan nilai itu diperlukan seperti di atas, namun asy-Sya‟rāni
pengarahan atau nasihat yang lebih mementingkan kualitas
berfungsi untuk menunjukkan seorang guru dalam menanamkan
kebaikan dan keburukan. Ini bisa dan mengembangkan hubungan
memungkinkan terjadinya dialog individual-vertikal yang harmonis
sebagai usaha mengerti sistem nilai terhadap murid, sehingga bisa
yang dinasihatkan. Maksudnya, wuṣūl kepada Allah.
nasihat berperan dalam
menunjukkan nilai kebaikan untuk D. Kesimpulan
selanjutnya diikuti dan Uraian dan penjelasan pada
dilaksanakan serta menunjukkan penelitian ini, terlebih pada hasil
nilai kejahatan untuk dijauhi. penelitian yang ada dapat penulis
Karena persoalan nilai merupakan simpulkan sebagai berikut:
realitas kompleks dan bukan hasil
kreativitas yang tertutup dan 1. Metode tadrīj yaitu langkah-
berdikari, pemberian nasihat itu langkah yang dilakukan oleh
sama halnya menjadi proses seorang guru dalam proses
sosialisasi. Memang dalam pembelajaran dengan cara tahap
kenyataan tidak semua orang bisa demi tahap dalam menjelaskan
menangkap nilai-nilai kebaikan materi ajar agar siswa secara utuh
dan keburukan yang telah menjadi bisa mencerna materi yang ada.
kebiasaan dan keteladanan. Artinya, dalam rangakaian upaya
Mempertegas keberadaan menuju pokok kajian, prosesnya
metode nasihat, asy-Sya‟rāni (tt., dilakukan secara berangsur-angsur
Juz II: 60) mengutip nasehat Ali (tadrīj). Pelaksanaannya tidak
al-khawwas sebagai berikut: dilakukan secara sekaligus, tetapi
dilakukan secara bertahap; secara
‫الزمواالنصح واالستشارة الخوانكم في كل‬ satu persatu. Proses tadrīj, dalam
‫امر مهم فان النصح واالستشارة بمنزلة‬ hal ini menjadi penting karena
‫تنبيه النا ئم او الغا فل‬ dapat mematangkan diri untuk
(Berilah nasihat dan
mengetahui pokok kajian secara
petunjuk secara terus
menerus kepada saudara- mendalam.
saudaramu terkait dengan 2. Metode al-uswah (keteladanan)
urusan-urusan yang adalah mengambil contoh atau
penting, karena nasihat meniru dari orang lain, termasuk
dan petunjuk itu berposisi syekh atau guru pembimbing
seperti menggugah orang spiritual dalam kajian pendidikan
tidur dan lupa).
akhlak-tasawuf. Pendidikan
dengan metode al-uswah

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 19


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

(keteladanan) berarti pendidikan dilaksanakan serta menunjukkan


dengan memberi contoh, baik nilai kejahatan untuk dijauhi.
berupa tingkah laku, sifat, cara
berpikir, dan sebagainya. Banyak Daftar Pustaka
ahli yang berpendapat bahwa Achmadi, 2008, Ideologi Pendidikan
pendidikan dengan keteladanan Islam: Paradigma Humanisme
merupakan penggunaan metode Teosentris, Yogyakarta: Pustaka
pendidikan yang paling berhasil Belajar.
guna. Hal itu karena dalam belajar, Achmadi, 1992, Ideologi Pendidikan
orang pada umumnya, lebih mudah Islam: Paradigma Humanisme
menangkap yang kongkrit Teosentris, Yogyakarta: Pustaka
ketimbang yang abstrak. Belajar.
3. Metode Kisah yaitu memberikan Armstrong, Amatullah, 1996, Sufi
materi pelajaran melalui kisah atau Terminology (al-Qamus al-
cerita. Asy-Sya‟rāni Shufi), The Mystical Language of
menggambarkan penyampaian Islam, Terj. Nasrullah dan
materi pelajaran melalui metode Ahmad Baiquni, Bandung:
kisah atau cerita dengan Mizan.
mengedepankan berbagai kisah ------------,1996, Khazanah Istilah Sufi:
terhadap murid agar bisa diketahui Kunci Memasuki Dunia Tasawuf,
bahwa cerita tersebut adalah Bandung: Mizan.
merupakan tindakan yang harus Arifin, H.M. 2003, Ilmu Pendidikan
ditiru atau harus ditinggalkan. Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
4. Metode nasehat adalah penjelasan ---------, H.M. 1997, Pendidikan Islam
tentang kebenaran dan Abad XXI, Tinjauan dari
kemaslahatan dengan tujuan Perspektif Ilmu dan Filsafat,
menghindarkan orang yang dalam Muslih Usa dan Adem
dinasihati dari bahaya serta Widjan (ed), Peradaban Islam
menunjukan jalan yang dalam Peradaban Indonesia,
mendatangkan kebahagiaan dan Yogyakarta: Aditya Media.
manfa‟at. Dengan kata lain, dalam al-Gazâlî, lmam, 2003, Bidayah al-
upaya menanamkan nilai itu Hidayah (terj.), Yogyakarta:
diperlukan pengarahan atau nasihat Pustaka Sufi.
yang berfungsi untuk ------------, 2000, Ihya Ulumuddin,
menunjukkan kebaikan dan Qairo, Mesir: Daar al-Taqwa.
keburukan. Ini bisa memungkinkan ------------, 1989, Mīzan al-„Amal,
terjadinya dialog sebagai usaha Bairut: Dār al-Kutb al-
mengerti sistem nilai yang „Alamiyah.
dinasihatkan. Bisa dipahami ------------, 1986, Ayyuha al-Walad,
bahwa, nasihat berperan dalam Beirut: Dar al-Kutb al-„Ilmiyah.
menunjukkan nilai kebaikan untuk ------------, 1316 H, al-Munqiz min ad-
selanjutnya diikuti dan ḍalāl, Kairo.

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 20


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

------------, 1400 H, Naẓariyah at- ------------, 1988, Filsafat at-Tarbiyah al-


Tarbiyah al-Islamiyah li al-Fard Islāmiyah, Makkah: Maktabah
wa al-Mujtama‟ , Makkah al- Hadi.
Mukaramah: Jami‟ah Umm al- Majid, Abdul, dkk, 2010, Pendidikan
Qura‟. Karakter dalam Perspektif Islam,
------------, 1970, Miskat al-Anwar, di Bandung: Insan Cita Utama.
dalam al-Quṣar al-„Awali, oleh Manżūr, Ibn, Mukrim, ibn, Muhammad,
as-syekh Muhammad Musthafā tt., Lisān al-„Arab, Bairut: Dār al-
Abu al-„Alā, Kairo: Maktabah al- Ṣādir.
Jundi. Mulkhan, Munir, Abdul, 2012,
------------, tt., Ihyā‟ „Ulūm al-Dīn, Jilid “Rekontruksi Filsafat Tarbiyah”
III, Surabaya: Salim Nabha. Dasar Pengembangan Ilmu dan
------------, tt., Ihyā‟ Ulūm ad-Dīn, Teknologi Pendidikan Islam,
Bairut: Dār al-Ma‟arif. Yogyakarta.
Hamka, 1993, Tasawuf Perkembangan ------------, 2009, Ajaran dan Jalam
dan Pemurniannya, Jakarta: Kematian Syekh Siti Jenar,
Pustaka Panjimas, Cet XVIII. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Hanafi, Hasan, terj. Husain, Ibrahim, ------------, 2007, Satu Tuhan Seribu
1974, Filsafat Pendidikan Islam, Tafsir, Yogyakarta: Kanisius.
Jakarta: Bulan Bintang. ------------, 2004, Kecerdasan Makrifat
al-Jīlani, „Abdul Qādir, 2005, Al-Fatḥ dan Revolusi Spiritual dalam
ar-Rabbāni wa al-Faiḍ ar- Tradisi Sufi, Yogyakarta: Jurnal
Rahmāni, Bairut: Dār al-Kutub Jurusan Kependidikan Islam.
al-„Imiah. ------------, 2002, Nalar Spiritual
-----------, tt., Al-Ghunyah li at-Ṭalabi Pendidikan: Solusi Problem
Ṭārīq al-Haqq, Kairo: Dar al- Filosofis Pendidikan Islam,
Kutub alIslamiyah. Yogya: Tiara Wacana.
-----------, tt.: Miftāh Dār as-Sa‟ādah wa ------------, 1994, Runtuhnya Mitos
Manṣūr Wilāyah al-„Imi wa al- Politik Santri, Yogyakarta:
Irādah, Beirut: Dāar al-Kutub al- Sipress.
Imiah. ------------, 1994, Paradigma Intelektual
al-Jîlî, Abdul-Qôdir, tt., Sirru al-Asrâr, Muslim, Yogyakarta: Sipress.
wa Matharu al-Anwâr, Mesir: al- ------------, 1993, Paradigma Intelektual
Jâmi‟ al-Azhar. Muslim: Pengantar Filsafat
Al-Kailani, Irsan, Majid, 1998, Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah,
at-Tarbiyah al-Islāmiyah, Yogyakarta: Sipress.
Makkah: Maktabah Hadi. Poerwadarmita, W.J.S, 1991, Kamus
------------, 1995, Taṭawwur Mafhūm an- Umum Bahasa Indonesia,
Naẓarīyah at-Tarbawīyah al- Jakarta: Balai Pustaka.
Islāmiyah, Damaskus: Dār Ibn al- Siroj, Aqil, Said, 2012, Tasawuf Sebagai
Katsir. Kritik Sosial, Mengedepankan
Islam Sebagai Inspirasi, Bukan

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 21


Metode Pendidikan Islam (Subaidi)

Aspirasi, Jakarta: Foundation, ------------, 1998a, al -Kibrit al-Aḥmar Fi


Cet IV. Bayāni al-Ulūmi al-syekh al-
----------, 2006, Tasawuf Sebagai Kritik Akbar, Bairut: Dar al-Kotob al-
Sosial, Mengedepankan Islam Ilmiyah, Cet I.
Sebagai Inspirasi, Bukan ------------, 1998b, al-Jawāhir wa ad-
Aspirasi, Jakarta: Foundation, Durar, al-Maktabah al-Azhariyah
Cet I. li-At turats, cet I.
asy-Sya‟rāni, Wahab, Abdul, 2011, ------------, 1997, The Encyclopaedia of
“Cahaya Suci Pada Pintu-Pintu Islam, Lieden: Brill.
Surga, Adab Bertasawuf dalam ------------, 1992, al-Anwar al-Qudsiyah
Bingkai Syar‟i”, Terjemahan dari Fi ma‟rifati as-Ṣūfiyyah, Bairut:
Lawāqiḥ al-Anwar al-Qudsiyah al-Maktabah al-Ilmiyah, Cet I.
Fi Ma‟rifati Qawāid as-Ṣūfiyah, ------------, 1959, al-Yawāqit wa aj-
oleh Wasmukan, Surabaya: Jawāhir Fi Bayāni ‟Akāidi al-
Risalah Gusti, Cet. I. Akābir, Syirkah, akhir, Maktabah
------------, 2005. Lentera Kehidupan wa Maṭba‟ah Mustofa al-Babi
Kunci Meraih Hidup Bahagia al-Hālibi wa al-Aulādihi, Cet I.
Dunia dan Akhirat, Terjemahan ------------, 1954, Encyclopaedia of
dari Tanbihul Mugtarrīn, oleh Religon and Ethics, New York:
Eny Yulika, Yogyakarta: Hijrah. Charles Schribner and Sons.
------------, 2004, Berselimut Cahaya -----------, tt.b, al-Mīzan al-Kubrā,
Tuhan: Mengenal Lebih Jauh Indonesia: Maktabah Dār al-
Prinsip-prinsip Tarekat Sufi, Kutub al-Arabiyah.
Terjemahan dari al-Anwar al- -----------, tt.c, Tanbīhu al-Mughtarrīn,
Qudsiyah Fi Ma‟rifah Qawāid Semarang: Toha Putra.
as-Ṣūfiyah, oleh Irwan -----------, tt.d, Laṭāif al-Minan wa al-
Kurniawan, Bandung: Pustaka Akhlak, Mesir: Mustofa al-Babi
Hidayah, Cet. I. al-Halibi wa Akhawaihi.
------------,2003, “Beranda Sang Sufi”, -----------, 1374 H, at-Tabāqat al-Kubrā,
Terjemahan dari, at-Ṭabaqāt al- Kairo: Jld I.
Kubrā al-Musammāt bi Lawāqiḥ Tanwil, Taufiq, tt., At-Tasawuf fi
al-Anwār fi Ṭabaqāt al-Akhyār, Misr Aban al-Asr al-Uśmāni, Kairo: al-
oleh Syarif Hade Masyah, Hai‟a al-Misriyya.
Bandung: Hikmah, Cet I.
------------,1998, Lawāqiḥ al-Anwar al-
Qudsiyah Fi Bayāni al-Uhud al-
Muhamadiyah, Bairut: Dar al-
Kotob al-Ilmiya, cet I.
------------,1996, Lawāqiḥ al-Anwar al-
Qudsiyah Fi Ma‟rifati Qawāid
as-Ṣūfiyah, Bairut: Dār al-Fikr,
Cet I.

Jurnal Intelegensia – Vol. 02 No. 2 Juli-Desember 2014 | 22

Anda mungkin juga menyukai