Anda di halaman 1dari 3

http://zuhrilpd.blogspot.co.

id/2015/09/metode-pembelajaran-
al-quran-hadits.html
Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah metode
baghdady, metode iqra’, metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian
tugas, metode drill atau latihan siap dan metode sistem regu. [1]
Banyaknya metode yang digunakan dalam pembelajaran karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:

a. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik atau murid.
b. Perbedaan orientasi, sifat kepribadian serta kemampuan masing-masing guru.
c. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran berlangsung.
d. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda baik secara kuantitas maupun secara kualitas. [2]

Untuk lebih jelasnya maka penulis akan menjelaskan pengertian-pengertian metode


mengajar tersebut:
1. Metode Baghdady
Dalam metode baghdady ini, sering disebut eja huruf perhuruf, atau lebih menekankan pada
hafalan huruf, misalnya Alif, Ba dan seterusnya. Kemudian diajarkan titik hurufnya dan baris di atas,
bawah, depan dengan lafazd bunyi “an, in, un” dan seterusnya. Setelah itu diajarkan menggunakan
tasydid, tanda mati sampai pada membaca Al-Qur’an atau hadits yang sesuai dengan makhraj
aslinya. Dan pada akhirnya murid-murid dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan dapat
memahami isi hadits.
Dengan demikian jelas bahwa metode baghdady adalah suatu metode yang mengarahkan
kepada sistem hafalan, sebab si anak dituntut untuk mengenal sepenuhnya dari dasar sampai
dengan seterusnya.
Penggunaan metode ini, banyak diterapkan di pondok pasantren tradisional, mereka (siswa)
belajar dan mengajar secara rutin, walaupun metode tersebut kurang efektif di zaman sekarang.
Namun pada waktu dulu, metode ini adalah satu-satunya metode yang digunakan masyarakat
Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu keefektifan metode ini, tempo dulu memberi andil yang
sangat besar bagi pengembangan ilmu-ilmu agama, khususnya dalam bidang fikih, akhlak, tasauf,
serta tafsir Al-Qur’an itu sendiri, yang semua itu diperoleh dari bahasa Arab.
2. Metode Iqra’
Metode ini menekan langsung pada latihan membaca yang dimulai dari tingkat yang paling
sederhana, tahap demi tahap sehingga sampai pada tahap yang paling sempurna.
Pembelajaran pada metode ini, lebih cenderung kepada ingatan huruf, sehingga tidak perlu
menghafal, metode ini ditemukan pada tahun 1990 di kota Yogyakarta yang dipelopori oleh seorang
ulama yang bernama As’ad Hamam, sampai sekarang metode ini diterapkan hampir di semua
lembaga pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas penulis perlu jelaskan sistem pelaksanaan dalam pembelajaran
Al-Qur’an Hadits dengan metode iqra’, contohnya guru hanya mengajarkan huruf kemudian murid
mengulangnya, disini guru tidak menyuruh untuk menghafal, tetapi hanya melatih membaca, menulis.
Tugas guru hanya memberikan teguran apabila terdapat kesalahan.
3. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi pada
anak didik dengan jalan penerangan dan penafsiran secara lisan, dan metode ceramah ini tepat
digunakan apabila akan menyampaikan bahan atau materi pada orang yang banyak. [3] Dan didalam
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits hampir semua bahan atau materi Al-Qur’an Hadits dapat
menggunakan metode ini.
4. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan murid menjawab. Metode tanya jawab ini tepat digunakan untuk merangsang anak
peserta didik agar perhatiannya terarah kepada masalah yang sedang dibicarakan. [4]
5. Metode Diskusi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat
dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja yaitu dengan cara diskusi dimana
mencari jalan keluar atau memecahkan masalah yang sedang terjadi secara bersama-sama. Dalam
pemecahan masalah tersebut perlu menggunakan banyak pengetahuan dan berbagai cara
pemecahan dalam rangka mencapai jalan yang terbaik. Lebih dari itu banyak masalah dewasa ini
memerlukan pemikiran bersama dan musyawarah. Metode yang dimaksud dalam proses belajar
mengajar berarti sikap atau cara mengemukakan pendapat dalam musyawarah yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan bersama (mufakat).[5]
6. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
Metode pemberian tugas (resitasi) adalah dimana murid diberikan tugas khusus diluar jam
pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di
rumah tetapi dapat juga diperpustakaan, diruang praktikum dan lain sebagainya, untuk dapat
mempertanggung jawabkan kepada gurunya. Dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits sering juga
digunakan metode ini terutama hal-hal yang praktis. [6]
7. Metode Drill atau Latihan Siap
Metode drill atau latihan siap adalah suatau metode dalam pendidikan dan pengajaran
dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Metode drill atau
latihan siap bisa digunakan pada pelajaran yang bersifat motoris, seperti pelajaran menulis, pelajaran
berbahasa, dan pelajaran keterampilan.[7]
8. Metode Sistim Regu
Metode sistim regu (team teaching) ialah metode pengajaran dimana dua orang regu atau
lebih bekerja sama mengajar sekelompok murid, metode ini banyak dipergunakan di perguruan tinggi.
Metode sistim regu ini dapat dipergunakan apabila jumlah murid terlalu besar, sehingga pembagian
tugas-tugas belajar kepada murid kurang menata dan penangkapan murid kurang sempurna.
Oleh karena itu, pendidikan harus selau memikirkan moral dan tingkah laku siswa supaya
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sesuai dengan harapan pembelajaran tersebut yang
melandaskan ajaran Islam. Pendidikan Islam pada intinya adalah wahana pembentukan manusia
yang bermoralitas tinggi.
Dalam rangka menghayati moralitas yang sudah dipahami, diperlukan pengalaman-
pengalaman melalui penerapan dalam berbagai keadaan dan kesempatan. Pengalaman ini akan
membawa kepuasan dan kegembiraan yang akan berhasil dicapai dalam pergaulannya. Semakin
banyak pengalaman yang menyenangkan dan semakin diterimanya unsur baru (moralitas) tersebut,
maka semakin banyak pula dorongan untuk meningkatkan yang telah berhasil itu. Disamping itu juga
akan muncul dorongan untuk mengamalkan dan menerapkan berbagai moralitas lainnya. [8]
Moralitas tersebut perlu penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan moralitas yang
tinggi bagi pendidik amat penting sebab penampilan, perkataan, akhlak dan segala apa yang di lihat,
di dengar dan diketahui dirinya oleh peserta didik, semua ini akan mereka serap atau tiru, dan lebih
jauh akan mempengaruhi pembentukan dan pembinaan tingkah laku mereka. Oleh karena itu
seyogyanya setiap pendidikan menyadari peranan dan pengaruhnya terhadap anak didik sangat
penting, jika pengaruh yang terjadi adalah tidak baik, maka kerusakan yang terjadi tidak hanya pada
anak didik itu saja, melainkan mempengaruhi anak cucu dan keturunannya serta anak didiknya bila
kelak menjadi pendidik.
Tercapainya “kesempurnaan” ditujukan oleh terbentuknya “pribadi yang bermoral”. Maka, jika
dilaksanakan secara konsekuen setiap pendidik harus diarahkan pada tujuan pembentukan pribadi
yang bermoral. Pribadi yang bermoral adalah yang memiliki kemampuan untuk mengolah hidupnya
sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Maka segala usaha yang bertujuan untuk membina hati
nurani mesti diarahkan agar peserta didik mempunyai kepekaan dan penghayatan atas nilai-nilai
yang luhur, usaha-usaha seperti ini disebut “pendidikan nilai”. [9]
Hal seperti ini sulit di test dengan sistim ujian tertulis atau ujian secara lisan. Dengan
demikian, pembelajaran Al-Qur’an Hadits harus mempunyai suatu sistim pengajaran yang jelas dan
menyenangkan, agar peserta didik mempunyai gairah dan minat belajar yang tinggi. Apabila seorang
guru mampu merancang suatu pendidikan yang positif dalam mengajarkan Al-Qur’an Hadits, maka
tujuan yang ingin dicapai akan dapat terpenuhi yaitu membentuk manusia yang mempunyai
hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.
Jika anak didik tidak diajari Al-Qur’an dan Hadits maka dia tidak akan pernah membaca Al-
Qur’an padahal Al-Qur’an dan Hadits adalah sebagai pedoman umat Islam karena dengan
mempelajari serta berpedoman atau mengamalkannya maka kehidupannya akan bahagia didunia
dan diakhirat. Apabila murid tidak di didik dengan pendidikan tersebut, maka ia akan selalu
memikirkan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Sementara
Islam mengajarkan pendidikan yang baik, yang mengarah pada ketenangan jiwa dan menanamkan
pada diri sebagai obat atas segala kecongkakan, menghilangkan sifat serakah, tamak, dan mau
menang sendiri.[10]

[1] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kurikulum Sekolah Tingkat Pertama, Garis-
Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Materi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen
P&K 1995), hal. 6.

[2] Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, Cet, II,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 5.

[3] Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 76.

[4] Jusuf Djajadisastro, Metode-Metode Mengajar, (Bandung: Angkasa, 1991), hal. 22.

[5] K. Sukardji, Pendidkan dan Pengajaran Agama, (Jakarta: Indra Jaya, 1970), hal. 80.

[6] Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran..., hal. 54.

[7] Subari, Supervisi Pendidikan..., hal. 74.

[8] Muhammad Abdurrahman, Pendidikan di Era Baru, (Yogyakarta: Prisma Sophie Press,
2003), hal. 29.

[9] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Pustaka


Mahmudiyah, 1962), hal. 9.

[10] Muhammad Al-Ghazali, Menjadi Muslim Ideal, (Jakarta: Srigunting, 2001), hal. 56.
Diposkan oleh Faza Syakira di 10:52:00 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai