Anda di halaman 1dari 16

Metodologi Pembelajaran Model Nabi Muhammad SAW Bagian 1

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Pemnelajaran PAI


Dosen Pengampu: Dr. Iim Ibrohim, S.Pd.I, M.Ag.

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Muhammad Thuvail 220414054

Wahyu Mulyadi R 220414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
TAHUN 2024/1445 H

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni,
agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat
dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh
guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-
model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi
empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Para ilmuan muslim, terutama yang menaruh minat terhadap ilmu pendidikan
Islam telah banyak menginterprestasikan dan menganalisis sistem nilai yang
terkandung di dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang mendasari proses kependidikan
Islam. Dimana secara operasionalisasainya dalam bentuk tekhnisnya di wujudkan
dalam berbagai ragam model serta metode. Karena sebuah model yang dituangkan
kedalam metode pembelajaran akan mempengaruhi sampainya suatu informasi
secara lengkap terhadap peserta didik.
Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk mencip- takan proses
belajar mengajar dan belajar. Dengan metode diharapkan terjadinya interaksi belajar
mengajar antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses
belajar mengajar sering pula disebut dengan interaksi edukatif. Dalam interaksi
edukatif baik siswa maupun guru menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Guru sebagai salah satu sumber belajar, mengorganisir, memfasilitasi, serta
memotivasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan siswa melakukan

2
aktifitas belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan bantuan
dan bimbingan dari guru.1
Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW sejak awal sudah
mencontohkan dalam mengimplementasikan model pembelajaran yang tepat
terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat
dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasulullah SAW sangat memperhatikan situasi,
kondisi, dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai yang ada didalamnya dapat
ditransfer dengan baik. Rasulullah SAW, juga sangat memahami naluri dan kondisi
setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik material
maupun spiritual. Dalam menyampaikan suatu pesan kepada peserta didik, jika
antara topik pembahasan dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak
singkron ataupun tidak sesuai maka tidak dapat dipungkiri hasil yang akan dicapai
tidak sempurna dengan kata lain apa yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah model pembelajaran itu
2. Apa saja model-model pembelajaran di masa Nabi
3. Apa saja pengertian dan contoh dari model pembelajaran di masa Nabi

1
Darwin Syah Dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaung Persada
Press; 2007), 134.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di
gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-
lain. 2 Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Dalam proses belajar mengajar, guru masih memegang peranan amat penting
dan paling utama. Peranan guru masih belum bisa digantikan oleh alat elektronik yang
canggih dan modern sekalipun. Masih banyak nilai-nilai manusiawi yang tidak dapat
digantikan oleh alat elektronik seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi,
kebiasaan, dan nilai-nilai lainnya seperti yang diharapkan dari tujuan pendidikan itu
sendiri, karena pada dasarnya, tujuan dari pendidikan itu adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik menjadi manusia berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokrasi, dan bertanggung jawab.3
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: 4
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil
4. Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat tercapai.
Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model
pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi

2
Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 67.
3
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Wali Press; 2005), 320.
4
Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Ibid., 70.

4
model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan
evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk melaksanaakan model
pembelajaraan yang dikembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu
dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai
dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula
instrument penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 5
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena
itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa,
dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang telah
diketahui, karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang
guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.

B. Model Pembelajaran Rasulullah SAW


Muhammad Saw. lahir di Mekkah pada tahun 570 M dari seorang ayah yang
bernama Abdullah dan Ibu bernama Aminah (Haekal, 2009, h. 52). Beliau wafat
6
di Madinah, pada tahun 632 M. 1 Lahirnya Muhammad Saw. membawa dampak
besar atas berkembangnya perilaku manusia yang dulunya berada pada zaman
jahiliyah,dan saat ini berkembangnya zaman melalui pendidikan yang diajarkan
beliau.
Sebenarnya, urgensi penggunaan model pembelajaran dalam dunia
pendidikan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Salah satunya adalah hadis
berikut ini:

‫َيس ُِّروا َو ََل ت ُ َعس ُِّروا َوبَش ُِّروا َو ََل تُن َِّف ُروا‬

5
Ibid.
6
Abdurrahman Jamal, Islamic Parenting Pendidikan Anak Metode Nabi, (Solo: Aqwa, 2013), 13.

5
Mudahkanlah dan janganlah kamu mempersulit. Gembirakanlah dan janganlah
kamu membuat mereka lari. (H.R Bukhari).
Dalam hadis di atas, secara tersirat Rasulullah saw memerintahkan kepada
kita untuk menyelenggarakan suatu kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak sulit. Inilah sebenarnya salah satu metode yang cukup ideal dan bisa memberikan
hasil yang optimal.
Selain Hadis di atas, masih banyak Hadis lain yang mengisyaratkan metode
pembelajaran ala Nabi, atau dengan kata lain prophetic learning, pembelajaran
berbasis kenabian. Di antaranya adalah metode keteladanan dan akhlak mulia, metode
pembelajaran secara bertahap, metode pembelajaran dengan memperhatikan situasi
dan kondisi peserta didik, metode tamsil, metode isyarat, dan metode tanya-jawab.
Dengan berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an, Hadis, dan penjelasan tersebut
di atas, penulis menyimpulkan bahwa ajaran Islam mengandung sumber inspirasi
yang tidak akan pernah kering untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya
untuk mengembangkan model pembelajaran. Hal ini terbukti dengan begitu
beragamnya ungkapan Hadis Nabi yang berkaitan langsung dengannya dalam
mendidik para sahabat.
Model pembelajaran yang dilakukan nabi Muhammad saw terhadap para
sahabat adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Dengan Keteladanan
Salah satu pengajaran Rasulullah SAW yang paling penting adalah melalui
keteladanan dengan tingkah laku yang baik dan budi pekerti yang luhur. Rasulullah
SAW apabila memerintahkan sesuatu, beliau sudah melakukan terlebih dahulu
perkara yang Ia perintahkan itu, barulah setelah itu orangorang melakukan dan
mengikuti sebagaimana yang mereka lihat. Akhlak beliau adalah Al-Quran. Beliau
berada di atas budi pekerti yang agung. Allah SWT menjadikan Beliau suri tauladan
yang baik bagi hamba-hambaNya. Allah SWT berfirman:
َّ ‫اخ َر َوذَ َك َر‬
َ‫ٱَّلل‬ ْ ‫ٱَّللَ َو ْٱليَ ْو َم‬
ِّ ‫ٱل َء‬ َّ ‫وا‬۟ ‫سنَةٌ ِّل َمن َكانَ يَ ْر ُج‬
َ ‫ٱَّلل أُس َْوة ٌ َح‬
ِّ َّ ‫لَّقَدْ َكانَ لَكُ ْم فِّى َرسُو ِّل‬
ً ِّ‫َكث‬
‫يرا‬
Artinya; sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik
bagi kalian (yaitu) orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan)
Hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (Al-Ahzab; 21)

6
Dengan demikian Beliau merupakan teladan bagi ummatnya dalam budi
pekerti, perbuatan, dan keadaan. Tidak diragukan lagi bahwa metode pengajaran
melalui perbuatan dan praktik lebih kuat dan lebih berpengaruh di dalam hati, lebih
cepat dipahami dan dihafal, serta lebih menarik untuk ditiru dan diikuti daripada
pengajaran dengan metode perkataan dan penjelasan. Selain itu metode pengajaran
melalui perbuatan dan praktik merupakan metode pengajaran yang alami. Inilah
metode pengajaran Rasulullah SAW yang paling agung dan menonjol. 78
Disebutkan dalam Al-Ishobah fi Tamyiz Ash-Shahabah karya Ibnu Hajar
dalam biografi seorang sahabat yang mulia Al-Julanda, Raja Oman, dalam kitab
Ar-Riddah, Watsimah menyebutkan dari Ibnu Ishaq: Bahwasannya Rasulullah
SAW mengutus Amru bin Al-Ash kepada AlJulanda untuk mengajaknya kepada
Islam, maka dia menjawab: “Orang ini telah menunjukkan kepadaku seorang Nabi
yang ummi. Bahwa beliau tidak memerintahkan kepada suatu kebaikan pun
melainkan dialah orang yang pertama kali mengerjakannya. Tidaklah melarang dari
suatu keburukan pun melainkan dialah orang yang pertama kali meninggalkannya.
Ketika sedang berkuasa tidak sombong, ketika dikalahkan dia tidak berkata-kata
kejelekan. Dia selalu menepati perjanjian dan memenuhi janji. Maka dari itu saya
bersaksi bahwa dia benar-benar seorang Nabi.”
Contoh dari Hadist mengenai metode ini adalah sebagai berikut:

7
Ali Mustofa, “Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam,” CENDEKIA : Jurnal Studi Keislaman
5, no. 1 (2019), https://doi.org/10.37348/cendekia.v5i1.71.
8
Kamisah dan Herawati, “Mendidik Anak Ala Rasulullah ( Propethic Parenting ) Educate Children with
Rasulullah Method ( Propethic Parenting ),” Journal of Education Science (JES) 5, no. 1 (2019): 33–42.

7
Artinya; bahwasannya ada seorang laki-laki yang bertanya tentang waktu
shalat, maka Rasulullah SAW berdabda kepadanya, “Shalatlah bersama kami dua
hari ini.” Ketika matahari tergelincir, Beliau memerintahkan Bilal, lalu Bilal adzan,
kemudian Beliau memerintahkannya untuk iqomah shalat zhuhur, setelah itu Beliau
memerintahkannya untuk iqomah shalat ashar ketika matahari masih meninggi
putih cemerlang. Selanjutnya Beliau memerintahkannya untuk iqomah shalat
maghrib ketika matahari sudah menghilang. Kemudian Beliau memerintahkannya
untuk iqomah shalat isya’ ketika mega merah telah menghilang. Kemudian Beliau
memerintahkannya untuk iqomah shalat subuh ketika terbit fajar. Pada hari kedua,
Beliau memerintahkan Bilal agar mengakhirkan iqomah shalat zhuhur hingga cuaca
agak dingin. Dengan menangguhkannya hingga cuaca agak dingin agar nyaman.
Kemudian Beliau mengerjakan shalat ashar ketika matahari masih tinggi, Beliau
mengakhirkannya lebh dari waktu sehari sebelumnya. Beliau mengerjakan shalat
maghrib sebelum mega merah menghilang. Beliau mengerjakan shalat isya’ setelah
sepertiga malam berlalu, dan shalat subuh ketika fajar telah merekah. Kemudian
beliau bertanya, “di manakah orang yang bertanya tentang waktu shalat kemaren?”
laki-laki itu menjawab, “saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “waktu shalat kalian
adalah antara waktu yang telah kalian lihat sendiri.”
2. Metode Pembelajaran Tarhib (Motivasi) Wa Targhib (Ancaman)
Salah satu metode pengajaran Rasulullah SAW yang paling jelas adalah
memotivasi kepada kebaikan yang beliau seru dan menak-nakuti dari kejelekan
yang beliau peringatkan darinya. Rasulullah SAW biasa menyemangati kepada
kebaikan dengan menyebutkan pahala dan mengingatkan kepada berbagai
manfaatnya. Adapun ketika menakut-nakuti dari kejelakan, beliau menyebutkan
hukumnya dan akibat-akibat buruknya. 910
Dalam Hadist-hadits beliau terkumpul antara motivasi pada satu waktu dan
ancaman pada waktu yang lain. Beliau tidak hanya membatasi kepada ancaman saja
sehingga menyebabkan orang lari, dan tidak pula motivasi saja sehingga
menyebabkan orang kemalasan dan meninggalkan amal.

9
Kamisah dan Herawati, “Mendidik Anak Ala Rasulullah ( Propethic Parenting ) Educate Children with
Rasulullah Method ( Propethic Parenting ).”
10
Abdurrahman Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode; Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat
(Bandung: CV Diponegoro, 1992).

8
Adapun contoh Hadits dari metode ini adalah sebagai berikut:
َ ُ‫غي ِْر أ َ ْن يَ ْنق‬
‫ص ِم ْن‬ ِ ‫سنَةً فَعُ ِم َل ِبهَا بَ ْع َدهُ كَانَ لَهُ أَجْ ُرهُ َو ِمثْ ُل أ ُ ُج‬
َ ‫ور ِه ْم ِم ْن‬ َ ‫سنَّةً َح‬ َ ‫َم ْن‬
ُ َّ‫سن‬
‫غي ِْر‬ َ َ‫س ِيئ َةً فَعُ ِم َل ِبهَا بَ ْع َدهُ كَان‬
َ ‫علَ ْي ِه ِو ْز ُرهُ َو ِمثْ ُل أ َ ْو َز ِار ِه ْم ِم ْن‬ َ ً‫سنَّة‬
ُ َّ‫سن‬ َ ‫ش ْيئ ًا َو َم ْن‬ ِ ‫أ ُ ُج‬
َ ‫ور ِه ْم‬
‫ئ‬ َ ‫ص ِم ْن أ َ ْو َز ِار ِه ْم‬
ً ‫ش ْي‬ َ ُ‫أ َ ْن يَ ْنق‬
Artinya: “Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang
mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka
peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu
diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa
orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim,
no. 1017)
3. Metode Pembiasaan
Menurut lmam Ghazali metode melaih anak merupakan perkara yang
terpenting dan paling utama. Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya.
Hatinya yang suci merupakan perhiasan yang sangat berharga. Bila anak dilatih
untuk mengerjakan kebaikan, maka akan tumbuh menjadi anak yang baik dan
bahagia dunia akhirat. Sebaliknya bila anak dibiarkan mengerjakan keburukan dan
dibiarkan begitu saja bagaikan hewan, anak akan hidup sengsara dan binasa. 11
Bila anak terbiasa dengan etika, akhlak, dan nilai-nilai yang baik sejak masa
kecil, maka akan tumbuh besar dan akrab dengan nilai dan kebiasaan mulia,
sehingga anak dengan mudah diarahkan dan dididik kepada kebaikan dan
kemuliaan, serta d masa tuanya tinggal menikmati hasilnya karena masa tua terbiasa
dengan kondisi di masa kecil dan muda.
Nabi Muhammad Sallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah guru agung dan mulia
telah mencanangkan pendidikan sejak usia dini, meminta para orang tua dan guru
menjadi teladan bagi anak didiknya. Nabi memerintahkan kepada orang tua untuk
menanamkan iman sejak anak di masa kecil, melatih dan membiasakan akhlak dan
karakter yang baik. Beliau mencontohkan dengan menggendong cucunya Hasan
dan Husin ke masjid untuk shalat berjamaah.

11
Syaikh Jamal Abdurrahman, lslamic Parenting ..., xvii, mengutip dari kitab lhya’ Ulumuddin III/62

9
‫اس َوأ ُ َما َمةُ ِب ْنتُ أ َ ِبي‬
َ ‫س َّل َم يَ ُؤ ُّم ال َّن‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّلى هللا‬ َ ‫ َرأَيْتُ ال َّن ِب َّي‬:َ‫َاري ِ قَال‬
ِ ‫ع َْن أ َ ِبي قَتَا َد َة ْاْل َ ْنص‬
‫ َوإِذَا‬,‫ضعَهَا‬ َ ‫ فَ ِإذَا َر َك َع َو‬,‫علَى عَاتِ ِق ِه‬ َ ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ َ‫اص َو ِه َي ا ْبنَةُ َزيْن‬
ِ ْ‫ب ِبن‬
َ ِ ‫ت النَّ ِبي‬ ِ َ‫ا ْلع‬
]‫س ُجو ِد أَعَا َد َها [رواه البخاري و مسلم‬
ُّ ‫ َرفَ َع ِم ْن ال‬.
Dari Abu Qatadah al-Anshari (diriwayatkan) ia berkata, saya melihat Nabi
saw mengimami shalat orang-orang sambil menggendong Umamah binti Abi al-
‘Ash, yaitu anak Zainab binti Muhammad saw, di atas pundak beliau. Apabila
beliau rukuk maka beliau meletakkan Umamah, dan apabila beliau berdiri dari
sujud maka mengembalikannya (maksudnya menggendongnya kembali) [HR. al
Bukhari nomor 5537 dan Muslim nomor 845].
Dalam riwayat yang sahih lainnya juga disebutkan bahwa Rasulullah saw
pernah memperpanjang sujudnya dalam shalat karena salah satu cucunya Hasan
atau Husain bermain menaiki punggung beliau.
‫سلَّ َم فِي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ َخ َر َج‬:َ‫شدَّا ٍد ع َْن أَبِي ِه قَال‬
َ ِ‫علَ ْينَا َرسُو ُل هللا‬ َ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬ َ ‫ع َْن‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫سنًا أ َ ْو ُح‬
َ ِ‫ فَتَقَ َّد َم َرسُو ُل هللا‬,‫س ْينًا‬ َ َ‫َام ٌل ح‬ ِ ‫إِحْ دَى ص َََلت َ ْي ا ْل ِعش‬
ِ ‫ َوه َُو ح‬,‫َاء‬
ُ‫ قَا َل أَبِي فَ َرفَعْت‬.‫طالَهَا‬ َ َ ‫سجْ َدةً أ‬ َ ‫ظه َْرانَ ْي‬
َ ‫ص ََلتِ ِه‬ َ َ‫ ف‬,‫صلَّى‬
َ َ‫س َج َد بَ ْين‬ َ َ‫ ث ُ َّم َكبَّ َر ِللص َََّل ِة ف‬,ُ‫ضعَه‬
َ ‫فَ َو‬
‫ فَ َر َجعْتُ إِلَى‬,ٌ‫اجد‬
ِ ‫س‬َ ‫سلَّ َم َوه َُو‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫علَى‬
َ ِ‫ظه ِْر َرسُو ِل هللا‬ َ ‫صبِ ُّي‬ ِ ْ‫َرأ‬
َّ ‫ َوإِذَا ال‬,‫سي‬
ُ َّ‫سلَّ َم الص َََّلةَ قَا َل الن‬
َ‫ يَا َرسُو َل هللاِ إِنَّك‬:‫اس‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫ فَلَ َّما قَضَى َرسُو ُل هللا‬,‫سُ ُجودِي‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
. َ‫ أ َ ْو أَنَّهُ يُوحَى إِلَ ْيك‬,‫َث أ َ ْم ٌر‬
َ ‫ظنَنَّا أَنَّه ُ قَ ْد َحد‬ َ َ ‫سجْ َدةً أ‬
َ ‫ َحتَّى‬,‫ط ْلتَهَا‬ َ َ‫ظه َْرانَ ْي ص َََلتِك‬ َ َ‫س َجدْتَ بَ ْين‬ َ
‫ فَك َِر ْهتُ أ َ ْن أ ُع َِجلَهُ َحتَّى يَ ْق ِض َي حَا َجتَهُ [رواه‬,‫ارت َ َحلَنِي‬ ْ ‫ َولَ ِكنَّ ا ْبنِي‬,‫قَا َل كُ ُّل ذَ ِلكَ لَ ْم يَك ُْن‬
]‫النسائي و أحمد‬.
 Dari ‘Abdullah bin Syaddad dari bapaknya (diriwayatkan), ia berkata, Rasulullah
saw pergi kepada kami di dalam salah satu shalat ‘Isya’, ia membawa Hasan atau
Husain. Kemudian Rasulullah saw ke depan dan meletakkan (Hasan atau Husain),
kemudian beliau bertakbir untuk shalat lalu mengerjakan shalat. Saat shalat beliau
sujud yang lama, maka ayahku berkata, ‘lalu aku mengangkat kepalaku, dan
ternyata ada anak kecil di atas punggung Rasulullah saw yang sedang sujud, lalu
aku kembali sujud.’ Setelah Rasulullah saw selesai shalat, orang-orang berkata,
“wahai Rasulullah saw, saat shalat engkau memperlama sujud, hingga kami
mengira bahwa ada sesuatu yang telah terjadi atau ada wahyu yang diturunkan

10
kepadamu?” Beliau menjawab, “bukan karena semua itu, tetapi cucuku (Hasan
atau Husain) menjadikanku sebagai kendaraan, maka aku tidak mau membuatnya
terburu-buru, (aku biarkan) hingga ia selesai dari bermainnya” [HR. an-Nasa’i
nomor 1129 dan Ahmad nomor 15456].
4. Metode Perhatian
Salah satu hadits yang menggambarkan metode pembelajaran ala Rasulullah
SAW yang memberikan perhatian adalah hadits yang menceritakan tentang
bagaimana Rasulullah memberikan perhatian kepada para sahabatnya dalam
proses pembelajaran dan pengajaran agama. Salah satu contoh hadits yang relevan
adalah hadits riwayat Abu Hurairah:
‫يرنَا َويُ َوقِ ْر‬ ِ َّ ‫ قَا َل َرسُو ُل‬:َ‫ قَال‬،َ‫ع َْن أَبِي ه َُري َْرة‬
َ ‫ " َم ْن ََل يَ ْر َح ْم‬:‫َّللا صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ص ِغ‬
َ ‫يرنَا فَلَي‬
‫ْس ِمنَّا‬ َ ِ‫" َكب‬.
‫ وصححه اْللباني في صحيح الترمذي‬1925 :‫ رقم‬/)‫رواه الترمذي (أحمد شاكر‬
Artinya:
"Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang
tidak menyayangi anak-anak kita dan tidak menghormati orang tua kita, maka dia
bukanlah dari golongan kami." (Hadits riwayat Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan betapa Rasulullah SAW sangat memperhatikan
hubungan antara generasi muda dengan generasi tua dalam komunitas Muslim.
Beliau mengajarkan pentingnya memberikan perhatian kepada anak-anak (yang
belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup) serta menghormati
orang tua (yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak).
Dengan demikian, Rasulullah SAW tidak hanya memberikan perhatian dalam
konteks pembelajaran agama, tetapi juga dalam konteks hubungan sosial dan moral
yang lebih luas.
Serta Rasulullah SAW selalu tersedia untuk mendengarkan pertanyaan,
keluhan, atau masalah yang dihadapi oleh para sahabatnya. Beliau memberikan
perhatian penuh saat seseorang berbicara padanya, menunjukkan pentingnya
mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Metode Halaqoh
Metode pembelajaran halaqoh adalah suatu pendekatan pengajaran dalam
Islam yang dilakukan dalam bentuk pertemuan atau majelis kecil, di mana seorang

11
guru atau pendidik memberikan pengajaran kepada sekelompok orang atau jamaah
dalam suasana yang santai dan interaktif. Metode ini sangat dipraktikkan oleh
Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabatnya dan menyampaikan ajaran Islam
kepada umat.
Salah satu hadits yang menggambarkan metode pembelajaran ala
Rasulullah SAW dengan halaqoh (ceramah atau pengajaran dalam kelompok kecil)
adalah sebagai berikut:
‫ " َما ِم ْن قَ ْو ٍم‬:‫َّللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬،ِ ‫س ِعي ٍد ا ْل ُخد ِْري‬َ ‫ع َْن أ َ ِبي‬
‫علَي ِْه ْم ت َ َر َكت ُ ُه ُم‬
َ َ‫ ِإ ََّل كَان‬،‫علَى نَ ِب ِي ِه ْم‬
َ َ‫صلُّون‬ َ َّ َ‫سونَ فِي َمجْ ِل ٍس ََل يَ ْذك ُُرون‬
َ ُ‫ َو ََل ي‬،‫َّللا فِي ِه‬ ُ ‫يَجْ ِل‬
َ ‫ َو ِإ ْن شَا َء‬،‫ فَ ِإ ْن شَا َء أَعَا َدهُ ْم‬،ُ‫"ا ْل ُح ْفنَة‬.
‫عذَّبَ ُه ْم‬
‫ وصححه اْللباني في صحيح الترمذي‬3388 :‫ رقم‬/)‫رواه الترمذي (أحمد شاكر‬
Artinya:
Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah
ada sekelompok orang duduk di suatu majelis tanpa menyebut nama Allah di
dalamnya atau mendoakan Nabi mereka, kecuali akan menjadi tanggung jawab bagi
mereka. Jika Dia (Allah) ingin, Dia akan mengampuni mereka, dan jika Dia ingin,
Dia akan menghukum mereka." (Hadits riwayat Tirmidzi)

Hadits ini menekankan pentingnya mencantumkan zikir kepada Allah dan


salawat kepada Nabi Muhammad SAW ketika berkumpul dalam suatu majelis atau
halaqoh. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kelompok yang tidak mengingat
Allah atau Nabi Muhammad dalam pengajian mereka akan mendapat risiko atas
tindakan mereka. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memandang
pentingnya pembelajaran agama yang dilakukan dalam kerangka spiritualitas dan
keberkahan, serta bahwa mencantumkan zikir dan doa dalam proses pembelajaran
adalah suatu keharusan.
6. Analogi (kias)
Sesekali dalam mengajar, Rasulullah SAW menggunakan analogi
(perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah ada) terhadap suatu hukum

12
atau ajaran yang kurang bisa dipahami dengan baik oleh sebagian sahabatnya, juga
menjelaskan sebab-sebab akan sebuah hukum.12
Dengan penyepadanan dan analogi itu, para sahabatnya pun kemudian paham
terhadap suatu hukum dan tujuan diterapkannya syari’at itu (maqasid at-Tasyri’).
Seperti yang beliau contohkan saat seorang perempuan dari suku Juhainah bertanya
pada beliau, “Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk haji, tetapi sampai beliau
meninggal belum sempat berhaji melaksanakan nadzarnya itu. Apakah saya bisa
berhaji (menggantikannya) atas nama beliau?” “Ya, bisa. Bukankah jika ibumu
punya hutang dan belum sempat dilunasinya, lalu dia meninggal, kamu juga kan
yang melunasi hutangnya?” jawab Rasul. “Ya, memang begitu,” kata wanita itu
lega. (H.R. Bukhari).
7. Tasybih dan Amtsal
Syabah (tasybih) secara harfiah semakna dengan amtsal (matsal) berarti
serupa, sama, atau seperti. Dalam bahasa Arab kata ini di gunakan untuk
menyamakan sesuatu yang lain, seperti tergambar dalam ungkapan “anta mitslu asy
syamsi” (anda bagaikan matahari).13
Dalam banyak kesempatan saat mengajar, Rasul SAW juga menggunakan
tashbih dan amtsal untuk menjelaskan suatu makna dari ajaran yang beliau
sampaikan. Dalam penjelasannya, beliau menggunakan media benda yang banyak
dilihat orang, atau yang mereka rasakan, atau yang mereka pegang. Hal ini sangat
memudahkan pelajar untuk mendeskripsikan suatu masalah yang mungkin kurang
jelas baginya. Cara ini umum digunakan oleh pengajar-pengajar sastra,dan telah
disepakati oleh mereka bahwa penggunaan tasybih dan amtsal memiliki pengaruh
besar dan sangat membantu dalam menjelaskan sebuah arti yang samar dan kurang
jelas. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menggunakan perumpamaan, dan
tentu saja Nabi SAW banyak mengikuti metode al-Qur’an ini dalam forum-forum
pidato, orasi, dan cara mengajar beliau. 14
Contoh sabda beliau SAW berkenaan dengan tasybih dan amtsal ini
sebagaimana disebutkan dalam shahih Muslim. Hadis dari Abu Musa Al Asy’ari

12
Wina Sanjaya, Pengembangan model pembelajaran metode klinis bagi peningkatan kemampuan belajar
siswa,(Jakarta: Bulan Bintang;2002), 77.
13
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta: Zanafa, 2001), 122.
14
WinaSanjaya. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana- Perdana Media
Group: 2005), 35.

13
radhiyallahu ‘anhu, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur’an itu
laksana utrujah, rasanya lezat dan aromanya wangi. Sedangkan mukmin yang tidak
membaca al-Qur’an itu seperti kurma, rasanya enak tetapi tidak ada aromanya.
Adapun orang munafik yang membaca al-Qur’an, itu seperti raihanah, aromanya
harum, tapi rasanya pahit. Sedang orang munafik yang tidak baca al-Qur’an, itu
seperti handzalah, pahit rasanya juga tidak ada aromanya.” (HR. Bukhari dan
Muslim). 15 Atau sabda beliau yang lain, “Perumpamaan teman yang baik itu seperti
pedagang minyak wangi, jika kamu tidak diberinya sedikit, maka kamu mendapat
harum wanginya. Sedangkan teman yang buruk, itu seperti pandai besi, jika kamu
tidak terkena percikan kecil apinya, maka kamu terkena asapnya.”
Dengan demikian perumpamaan seperti ini, terkadang suatu permasalahan
tampak lebih jelas dan lebih menancap kuat dalam hati dan ingatan para peserta
didik dalam proses belajar mengajar.

15
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Buah Ilmu, Penerjemah Fadhli Bahri, (Jakarta: Pustaka Azzam, 1999), 23.

14
BAB III
KESIMPULAN

Model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu kedalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Adapun fungsinya
sarana untuk mempermudah dan sebagai petunjuk bersifat perspektif dan petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru
di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa
dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Nabi Muhammad saw adalah sebagai uswatun hasanah, apabila dikaitkan dalam
dunia pendidikan, beliau adalah sosok pendidik yang sempurna dalam segala aspek dan
tentunya melebihi atas semua sifat dan syarat seorang guru yang telah ditetapkan oleh
para ahli pendidikan. Dan beliau adalah seorang pendidik yang telah memberikan contoh
atau model pembelajaran yang sangat akurat, dengan memperhatikan situasi dan kondisi.
Dan adapun model yang telah beliau terapkan telah terbukti dalam mendidik para
sahabat dan umat manusia pada umumnya sehingga meraih keberhasilan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Dengan demikian model pembelajaran dalam pendidikan yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw seperti: Peneladanan, Motivasi, Perhatian, Halaqoh, Serta analogy
(kias), tasybih dan amtsal, merupakan model yang efektif. Guru dituntut untuk mampu
mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar terjadinya perilaku belajar yang efektif
pula dalam diri siswa. Guru diharapkan mampu menciptakan interaksi belajar mengajar
yang sedemikian rupa sehingga siswa mewujudkan kualitas prilaku belajarnya secara
efektif. Guru juga dituntut untuk mampu menciptakan situasi yang kondusif, karena
situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan indikasi keberhasilan
mengajar, karena situasi yang kondusif proses belajar mengajar akan bisa terwujud.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, 2010. Hadis Tarbawiy Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi, Pekanbaru: Al-
Mujtahadah Press.
Ali Mustofa, “Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam,” CENDEKIA : Jurnal
Studi Keislaman 5, no. 1 (2019), https://doi.org/10.37348/cendekia.v5i1.71.
Kamisah dan Herawati, “Mendidik Anak Ala Rasulullah ( Propethic Parenting ) Educate
Children with Rasulullah Method ( Propethic Parenting ),” Journal of Education
Science (JES) 5, no. 1 (2019): 33–42.
Abdurrahman Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode; Dalam Keluarga, di Sekolah dan di
Masyarakat (Bandung: CV Diponegoro, 1992).
Syaikh Jamal Abdurrahman, lslamic Parenting ..., xvii, mengutip dari kitab lhya’
Ulumuddin III/62
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, 1999. Buah Ilmu, Penerjemah Fadhli Bahri, Jakarta: Pustaka
Azzam.
an-Nahlawi, Abdurrahman, 1989. Prinsip-prinsip Dasar Metode Pendidikan Islam
dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali, Bandung:
Diponegoro.
Arifin, 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasbullah, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Wali Press.
Jamal, Abdurrahman, 2013. Islamic Parenting Pendidikan Anak Metode Nabi, Solo:
Aqwa.
Sanjaya, Wina, 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Sanjaya, Wina, 2002. Pengembangan model pembelajaran metode klinis bagi
peningkatan kemampuan belajar siswa, Jakarta: Bulan Bintang.
Syah, Darwin Dkk, 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Islam, Jakarta:
Gaung Persada Press.
Yusuf, Kadar M., 2001. Tafsir Tarbawi, Yogyakarta: Zanafa.

16

Anda mungkin juga menyukai