Disusun Oleh:
FADIL UMAMI
2021520011
HAMDANI
2021520020
Dosen Pengampu:
Dr. Aisyah Ma’awiyah, M.Ag
A. Latar Belakang
Pengembangan pendidikan karakter (character education) dalam
pembelajaran PAI pada sekolah dalam konteks masyarakat Indonesia sekarang ini
sangat relevan untuk mengatasi berbagai krisis moral yang sedang melanda negara
ini. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya tawuran pelajar, pergaulan
bebas remaja, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, pencurian,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan yang tak kalah
pentingnya adalah kejahatan korupsi yang dilakukan aparat negara yang sudah
menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.1
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang saling
berhubungan antar satu dengan yang lain. Komponen-komponen dalam proses
pembelajaran tersebut sangat penting karena apabila salah satu dari komponen
tidak dihadirkan, maka akan terjadi ketidaksesuaian yang menyebabkan proses
pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan pendidikan
tidak akan tercapai dengan baik.
Permasalahan yang melanda pelajar Indonesia juga elite politiknya
mengindikasikan bahwa pendidikan agama dan moral yang didapatkan di bangku
sekolah atau kuliah tidak berdampak positif terhadap perubahan perilaku manusia
Indonesia. Bahkan yang terlihat adalah begitu banyak manusia Indonesia yang
tidak koheren antara ucapan dan tindakannya. Kondisi demikian, diduga berawal
dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.2
Dalam konteks pendidikan formal di sekolah/madrasah, bisa jadi salah satu
penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan kepada
pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek soft skill atau
non-akademik sebagai unsur utama pendidikan moral belum diperhatikan.
1
A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1986), h. 27
2
Jurnal Pendidikan Islam profesionalitas guru pendidikan agama islam dalam proses
pembelajaran, (jurusan Tarbiah STAIN Pamekasan, 2008) volume 3, nomer 1, hal 54
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana Pola Pengembangan Pembelajaran PAI Pelajaran Aqidah ?
2. Bagaimana Metode Pengembangan Pembentukan Karakter Siswa ?
3. Bagaimana Pengembangan Pembelajaran PAI (Aqidah) Yang Berorientasi
Pada Pembentukan Karakter Siswa?
C. Tujuan Pembahasan
Sedangkan tujuan yang dicapai adalah untuk:
1. Mengetahui Pola Pengembangan Pembelajaran PAI Pelajaran Aqidah.
2. Mengetahui Metode Pengembangan Pembentukan Karakter Siswa.
3. Mengetahui Pengembangan Pembelajaran PAI (Aqidah) Yang
Berorientasi Pada Pembentukan Karakter Siswa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Salamah, Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam Untuk Meningkatkan Aqidah Akhlak Siswa pada SMU di Banjarmasin
(Tesis: Pasca Sarjana UPI Bandung
4
Dalam praktiknya tidak ada pola pembelajaran yang baku dan dapat
dipergunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagai pola tersebut saling
berbaur dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Secara operasional, penerapan
pola pembelajaran tersebut mempunyai ciri pokok, antara lain:
1. Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian informasi
2. Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya perubahan peranan dan
kecakapan mengajar begitu juga keluwesan waktu dan tempat belajar.
4
Daradjat, Zakiyah. Metodi Khusus Pengajaran Agama Islam.(Jakarta: Bumi
Aksara 1994). Hal.12
5
bersama), dan lain sebagainya. Sebagai contoh, untuk mempelajari beriman kepada
Nabi Muhammad saw. Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan tema-
tema diskusi yang sudah ditentukan, sehingga dalam waktu yang singkat bisa
diperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang sejarah Nabi Muhammad
saw.
3. Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)
Pembelajaran inkuiri adalah satu model pembelajaran yang dikemas
sedemikian rupa agar peserta didik mampu menemukan pengetahuan atau konsep-
konsep yang ada dalam mata pelajaran tertentu secara mandiri melalui berbagai
fenomena yang dipelajari. Melalui model ini peserta didik dikondisikan agar
memiliki nilai-nilai kerja keras, meningkat rasa keingintahuan dan kecerdasannya,
serta kecintaannya terhadap ilmu. Tidak semua SK/KD dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam bisa dicapai dengan model pembelajaran ini. Di antara
contoh kompetensi yang bisa dicapai melalui model ini adalah kompetensi yang
terkait dengan aqidah, muamalah, dan sejarah peradaban Islam. Cukup banyak
materi atau kompetensi dalam tiga bidang itu yang bisa dikaji melalui model
pembelajaran ini.5
4. Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan)
Prinsip-prinsip yang menonjol dalam pembelajaran model PAKEM di
antaranya adalah peserta didik harus aktif dalam pembelajaran ini dan pembelajaran
harus menyenangkan peserta didik. Pembelajaran harus dikemas agar peserta didik
benarbenar aktif dan kreatif, misalnya dengan menkondisikan peserta didik aktif
belajar dan melakukan sesuatu. Guru tidak lagi ceramah yang membuat peserta
didik hanya pasif mendengarkan ceramahnya. Ceramah diperlukan bila perlu.
Untuk membuat peserta didik senang dalam belajar maka guru harus memfasilitasi
peserta didik dengan berbagai media atau alat yang mendukung pembelajaran,
misalnya dengan media komputer (laptop), LCD, atau media lain yang
memungkinkan peserta didik untuk senang dalam belajar. Yang juga harus
5
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Surabaya: Usaha Nasional 1993).hal.34
6
diperhatikan bahwa pembelajaran harus tetap efektif, yakni mencapai tujuan yang
direncanakan. Sebagai contoh, ketika membelajarkan al-Quran, peserta didik
dikondisikan untuk belajar langsung melafalkan ayat-ayat al-Quran dibantu dengan
media yang mendukung. Guru terus memantau peserta didik dalam proses
pembelajaran agar efektif.
6
Buchori, Mochtar, Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dalamKurikulum
Perguruan Tinggi Umum, (Makalah pada Seminar Nasional di IKIP Malang, 24
Pebruari
1992), h. 63
7
Ibid.,
7
kemampuan berpikir statis yang mengedepankan aspek intelektual dan
mengabaikan aspek emosional dan spiritual. Dengan demikian penekanan proses
pendidikan harus diarahkan pada sebuah proses penciptaan manusia yang mampu
memberikan kontribusi berharga dalam kehidupan dengan kemampuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya..8
Dalam konteks pendidikan Islam, siswa harus diarahkan untuk memahami
nilai-nilai mulai dalam Islam dan kemudian manfaat yang dapat mereka peroleh
setelah melaksanakan nilai-nilai tersebut. Sebagai contoh, dalam pembelajaran
materi shalat, seorang guru dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya, seperti :
a. Kejujuran (Honesty)
Seseorang yang melaksanakan sholat harus mampu berlaku jujur dalam
sholatnya. Yaitu dalam hal jumlah rakaat yang dikerjakan. Sehingga meskipun
sedang melaksanakan sholat sendiri, siswa tidak akan pernah mengurangi jumlah
rakaat sholatnya kecuali ketika mengqashar. Yang perlu ditanamkan juga mengapa
hal ini perlu dilakukan karena Allah senantiasa melihat dan memperhatikan setiap
hambaNya. Manfaatnya, selain dia melaksanakan tuntutan agama dan memupuk
salah satu sikap baik, sesungguhnya orang yang selalu jujur sedang mendekatkan
diri pada Allah.
b. Tanggung jawab (responsibility)
c. Disiplin
d. Kerja sama (cooperative)
e. Adil (fairness)
f. Peduli (caring)
3. Profesionalisme Guru
Guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di
sekolah, namun lebih dari itu. Guru diharapkan juga dapat menanamkan nilai-nilai
positif pada siswa, karena guru merupakan role model bagi para siswanya. Untuk
mendukung hal ini, para guru seyogyanya mengokohkan karakter dirinya dalam
8
Kompas, Keberadaan Madrasah Amat Memprihatinkan, Rabu 13 Nopember 2002
8
membangun karakter para siswanya. Ada beberapa hal sederhana dapat dilakukan
para guru dalam membangun karakter siswa.9
a. Menjadi contoh bagi siswa
Guru dipandang sebagai orang tua yang lebih dewasa oleh para siswanya.
Hal itu artinya, siswa menilai guru sebagai contoh dalam bertindak dan berperilaku.
Hal ini menuntut guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku guna
memberikan contoh terbaik. Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka
guru akan lebih berhati-hati dalam bersikap, sehingga lebih bijak dari setiap
tindakan yang akan diambil. Dari memberikan contoh, diharapkan murid bisa
mengikuti sisi positif yang dimiliki guru.
b. Menjadi Apresiator
Sebagai guru hendaknya tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademis,
tetapi juga mengapresiasi usaha siswanya. Sebagai pengajar, menilai siswa dari
segi akademis memang penting, namun juga perlu diingat bahwa menghargai
kebaikan yang dilakukan siswa juga sangat perlu. Cara sederhana yang dapat
dilakukan adalah dengan mengapresiasi usaha siswa tanpa selalu membandingkan
dengan nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian bagi siswa
datang awal, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Dengan membiasakan hal kecil seperti itu, siswapun akan dapat mengapresiasi diri
atas usaha yang telah dilakukannya. Sehingga, akan terbangun karakter yang terus
mau belajar dan memperbaiki diri untuk lebih baik.10
c. Mengajarkan nilai moral
Mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis dalam buku pelajaran. Tetapi
bagaimana dengan nilai moral? Untuk itu ada baiknya dalam Aqidah, guru juga
menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.11
d. Mengajarkan sopan santun
9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standa Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 96
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 21
11
Ibid., h. 55
9
Hal yang sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap
sopan santun. Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang
layak diajarkan kepada siswa untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang
benar dan salah. Tidak jarang guru menemui siswa yang bersikap tidak sopan hanya
karena mereka tidak tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah
selama ini mereka mencontoh sikap negatif orang di sekitarnya. Sehingga mereka
menganggap itu sebagai hal yang lumrah.
Ada baiknya, ketika ada siswa bersikap kurang baik atau kurang sopan, guru
berperan untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi cukup
mengingatkan saja bahwa sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan
lain yang lebih positif dan gunakan pendekatan yang halus namun mengena.
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Pendidikan Islam profesionalitas guru pendidikan agama islam dalam proses
pembelajaran, ( jurusan Tarbiah STAIN Pamekasan, 2008.
11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013
Nama Sekolah/Madrasah :
Mata Pelajaran : AKIDAH AKHLAK
Kelas/Smt : Sepuluh (X) / Ganjil
Materi Pokok : Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 Pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 : Menghayatidan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotongroyong , kerjasama, cinta damai. Responsip dan pro aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
KI-3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konsepteptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena kejadian memecahan serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4: Mengolah , menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan
mampumenggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.5. Menunjukkan sikap penolakan terhadap akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad,
takabur/ujub, riya’)
2.5. Menghindarkan diri dari sifat-sifat buruk (hubbun-dun-ya, pasad, takabur/ujub, riya’)
3.5. Menganalisis induk-induk akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.1 Mendefinisikan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.2 Mendiskripsikan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.3 Menjelaskan keutamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.4 Menyimpulkan keutamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
4.5. Menunjukkan contoh-contoh akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad, Takabur/ujub, riya’)
4.4.1. Mempresentasikan keuatamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat merumuskan pengertian akhlak tercela, menyebutkan dalil akhlak , ciri ciri
akhlak tercela (hubbun-dun-ya, hasad, kibr-ujub, riya`)
2. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat menyebutkan bahaya akhlak tercela, cara menghindari akhlak tercela
(hubbun-dun-ya, hasad, kibr-ujub, riya`)
D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
1. Pengertian Akhlak tercela adalah segala sesuatu perbuatan yang dilarang untuk dilakukan
karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
2. Macam – macam Akhlak tercela yang harus kita jauhi yaitu antara lain :
a. Hubbud Dun-ya ( ) berarti cinta dunia, yaitu menganggap harta benda
adalah segalanya dan menebtukan segalanya. Penyakit hubbud-dunya (gila dunia)
berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang SALAH bahwa dunia ini
adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta
dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah Swt.
b. Hasad berarti dengki maksudnya suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa
marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang hasud menginginkan kenikmatan yang
diperoleh orang lain dan berharap supaya berpindah kepadanya. Ia juga tidak suka jika
ada orang lain yang menyamainya baik dalam hal prestasi maupun materi.
c. Takabur-Ujub Secara bahasa (etimologi) , 'Ujub, berasal dari kata "'ajaba", yang artinya
"kagum, terheran-heran, takjub. Al I’jabu bin Nafsi ( ) berarti kagum
pada diri sendiri. Sedangkan takabur berarti “sombong” atau “berusaha menampakkan
keagungan diri”. Dalam kitab lisanul Arab, antara lain disebutkan bahwa at-takabur wal
istikbar berarti at-ta’azzhum (sombong)
d. Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari
orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia
senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.
3. Ayat ayat yang menerangkan tentang Akhlak tercela diantaranya :
a.
“Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang
lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah lantaran
pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau,
“Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu
ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan
jiwa.” Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).
b.
“ Jauhilah olehmu sifat dengki, sesungguhnya dengki itu akan memakan kebajikan
sebagaimana api memakan kayu bakar “ (HR. Abū Dāud)
Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1) Mengajak semua siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh salah
satu siswa
2) Menyapa kondisi kelas danmengkomunikasikan tentang
kehadiran siswa serta kebersihan kelas
3) Guru mengajak siswa tadarrus bersama surat-surat pendek atau
ayat-ayat pilihan
4) Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dipelajari
5) Guru mengajak siswa untuk menentukan metode dan kontrak
belajar
Kegiatan Inti 65’
1). Mengamati
Guru membagi kelas menjadi empat kelompok dan
membagikan Peta Konsep
Guru mempersilahkan siswa untuk mengamati Peta
Konsep sesuai dengan tema yang ditentukan dengan
tujuan masing-masing kelompok dapat menyimpulkan
2) Menanya
Siswa disilahkan bertanya pada teman lain atau bertanya secara
langsung pada guru, terkait dengan Peta Konsep ataupun materi
pembelajaran.
3) Mengeksplorasi/mengumpulkan data/mengeksperimen
Masing-masing kelompok membaca materi atau mencari materi
di buku lain atau internet dan mendiskusikan isi materi yang
sudah didapatkan
4) Mengasosiasi
Siswa bersama anggota kelompoknya diminta untuk mengkaitkan
materi yang didiskusikan dengan kehidupan sehari-hari dan
menyimpulkanya
5) Mengkomunikasikan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan
kelas dan memajang hasil kesimpulan diskusi yang sudah
diperbaiki di papan pajangan
Kegiatan Menutup 15’
1) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
2) Guru memberikan penguatan materi ajar
3) Guru memberikan tugas untuk mencari bahan bacaan sesuai
materi ajar “Akhlak Tercela”
4) Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majlis
Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1) Mengajak semua siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh salah
satu siswa
2) Menyapa kondisi kelas danmengkomunikasikan tentang
kehadiran siswa serta kebersihan kelas
3) Guru mengajak siswa tadarrus bersama surat-surat pendek atau
ayat-ayat pilihan
4) Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dipelajari
5) Guru mengajak siswa untuk menentukan metode dan kontrak
belajar
Kegiatan Inti 65’
1). Mengamati
Guru meminta siswa mengamati Gambar orang yang berhungan
dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
Siswa menyimak pengantar dari guru mengenai (ḥubbud-dun-ya,
ḥasad, takabur/ujub, riya’) secara umum
2) Menanya
Siswa memberi komentar atau menanya terhadap gambar yang
diamati.
Guru mempersilahkan siswa lain untuk menanggapai pertanyaan
temannya
Guru memberi tanggapan atas pertanyaan dan tanggapan dari
siswa.
3) Mengeksplorasi/mengumpulkan data/mengeksperimen
Guru meminta siswa mencari sumber informasi berkaitan dengan
(ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber termasuk
media cetak dan elektronik tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad,
takabur/ujub, riya’)
4) Mengasosiasi
Guru meminta siswa untuk merumuskan kembali hasil temuan
dari beberapa sumber belajar tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad,
takabur/ujub, riya’)
Guru meminta siswa untuk menganalisis hasil temuannya
berkaitan dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
5) Mengkomunikasikan
Siswa mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan
penggaliannya
Siswa menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang
(ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
Kegiatan Menutup 15’
1) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
2) Guru memberikan penguatan materi ajar
3) Guru memberikan tugas untuk mencari bahan bacaan sesuai
materi ajar “Akhlak Tercela”
4) Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majlis
H. Penilaian
Tes tulis: uraian objektif
Performance (praktek)
Lampiran
1. Instrument penilaian dengan pedoman penskoran
2. Instrumen penilaian sikap
3. Instrumen penilaian pengetahuan ( tes tulis)
4. Instrumen penilaian ketrampilan (tes performance)
Mengetahui .............,.......................
Kepala ...................... Guru Mapel
...................................... ..........................
PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v)
pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria
sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Keterangan :
• SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
• TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan
LEMBAR PENILAIAN ANTARPESERTA DIDIK
SIKAP DISIPLIN(PENILAIAN TEMAN SEJAWAT)
Petunjuk :
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Contoh : Skor diperoleh 20, skor tertinggi 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir :
14 X 4 = 3.33
24 Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00
Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1.33 < skor < 2.33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor < 1.33
LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF
a. Isilah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat
1. Secara bahasa hubud-dun-ya berarti.............................
2. Menurut hadis Nabi orang yang cinta dunia dan takut mati disebut.....
3. Orang yang menginginkan orang lain menderita disebut....
4. Sifat hasad akan menghabiskan kebaikan sebagaimana api menghabiskan.....
5. Keberhasilan yang diraih seseorang bisa menyebabkan ia menjadi.....
6. Contoh orang yang sombong yang hidup pada Nabi Musa adalah......
7. Orang yang sombong karena ilmunya akan membuat dia.............
8. Orang yang melakukan kebaikan bukan karena Allah disebut....
9. Kebalikan dari riya’ adalah.....
10.Riya’ termasuk kategori syirik.....
Kelas: ............................
Nama: ............................
Topik: ..........................
Aspek Penilaian Catatan
No Materi Yang Harus Dikuasai
Lancar Fasih Intonasi Ekpresi
1 Menghafal hadist tentang
Hubudiyah
2 Menghafal hadist tentang
hasad
3 Menghafal hadist tentang riya’
4 Menghafal hadist tentang
Tkabbur ujub
Jumlah Nilai
Pedoman penskoran :
• 5 = sangat baik
• 4 = baik
• 3 = cukup
• 2 = kurang
LAMPIRAN PETA KONSEP
PETA KONSEP
Menganggag harta segal-galanya
Ciri Hubbud- Menghalalkan segala cara
dunya
Kikir dan tidak mau berbagi
Ciri
Menganggap orang lain lemah
Akhlak Madzmumah Kibir/Ujub
Suka pamer