Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI (AQIDAH) YANG BERORIENTASI


PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Disusun Oleh:

FADIL UMAMI
2021520011
HAMDANI
2021520020

Dosen Pengampu:
Dr. Aisyah Ma’awiyah, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan pendidikan karakter (character education) dalam
pembelajaran PAI pada sekolah dalam konteks masyarakat Indonesia sekarang ini
sangat relevan untuk mengatasi berbagai krisis moral yang sedang melanda negara
ini. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya tawuran pelajar, pergaulan
bebas remaja, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, pencurian,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan yang tak kalah
pentingnya adalah kejahatan korupsi yang dilakukan aparat negara yang sudah
menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.1
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang saling
berhubungan antar satu dengan yang lain. Komponen-komponen dalam proses
pembelajaran tersebut sangat penting karena apabila salah satu dari komponen
tidak dihadirkan, maka akan terjadi ketidaksesuaian yang menyebabkan proses
pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan pendidikan
tidak akan tercapai dengan baik.
Permasalahan yang melanda pelajar Indonesia juga elite politiknya
mengindikasikan bahwa pendidikan agama dan moral yang didapatkan di bangku
sekolah atau kuliah tidak berdampak positif terhadap perubahan perilaku manusia
Indonesia. Bahkan yang terlihat adalah begitu banyak manusia Indonesia yang
tidak koheren antara ucapan dan tindakannya. Kondisi demikian, diduga berawal
dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.2
Dalam konteks pendidikan formal di sekolah/madrasah, bisa jadi salah satu
penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan kepada
pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek soft skill atau
non-akademik sebagai unsur utama pendidikan moral belum diperhatikan.

1
A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1986), h. 27
2
Jurnal Pendidikan Islam profesionalitas guru pendidikan agama islam dalam proses
pembelajaran, (jurusan Tarbiah STAIN Pamekasan, 2008) volume 3, nomer 1, hal 54

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana Pola Pengembangan Pembelajaran PAI Pelajaran Aqidah ?
2. Bagaimana Metode Pengembangan Pembentukan Karakter Siswa ?
3. Bagaimana Pengembangan Pembelajaran PAI (Aqidah) Yang Berorientasi
Pada Pembentukan Karakter Siswa?

C. Tujuan Pembahasan
Sedangkan tujuan yang dicapai adalah untuk:
1. Mengetahui Pola Pengembangan Pembelajaran PAI Pelajaran Aqidah.
2. Mengetahui Metode Pengembangan Pembentukan Karakter Siswa.
3. Mengetahui Pengembangan Pembelajaran PAI (Aqidah) Yang
Berorientasi Pada Pembentukan Karakter Siswa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Pengembangan Pembelajaran PAI


Proses pembelajaran pada saat ini sudah semakin meningkat seiring
perkembangan teknologi yang semakin maju. Oleh karena itu, sebagai calon
pendidik harus memahami berbagai teori belajar yang ada, dan harus bisa
memahami bagaimana cara melaksanakan proses pembelajaran. Pada saat ini akan
dijelaskan bagaimana teori belajar dan pembelajaran (masa lalu, masa kini, dan
masa depan). Selain itu juga ada analisis dari berbagai macam teori belajar yang
ada, diantaranya behavioristik, kognitif, konstruktivisme, dan juga humanistik.
Setelah mengetahui berbagai macam teori, juga ada pergeseran dari teori tersebut,
yaitu pergeseran teori koneksionisme sampai kognitivisme.
Dalam proses pembelajaran, dikenalkan berbagai pola pembelajaran. Pola
pembelajaran adalah model yang menggambarkan kedudukan serta peran guru dan
pelajar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terus berkembang sejalan dengan
kemajuan zaman, oleh karena itu tak cukup jika dalam sumber belajarnya hanya
berasal dari guru saja atau berupa buku teks atau bahkan media audio-visual.
Kecenderungan pembelajaran dewasa ini adalah system belajar secara khusus yang
memungkinkan dapat dipergunakan pelajar secara khusus yang memungkinkan
dapat mempergunakannya secara langsung.3
Seiring sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kualitas tenaga guru
yang professional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membekali
para guru agar mampu mengembangkan pembelajaran, jadi seorang guru itu tidak
hanya menerapkan pemahamannya saja dalam proses pembelajaran, sebab apabila
seperti itu kebanyakan siswa akan merasa cepat bosan dan aktivitas pembelajaran
tidak berjalan dengan efisien.

3
Salamah, Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam Untuk Meningkatkan Aqidah Akhlak Siswa pada SMU di Banjarmasin
(Tesis: Pasca Sarjana UPI Bandung

4
Dalam praktiknya tidak ada pola pembelajaran yang baku dan dapat
dipergunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagai pola tersebut saling
berbaur dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Secara operasional, penerapan
pola pembelajaran tersebut mempunyai ciri pokok, antara lain:
1. Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian informasi
2. Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya perubahan peranan dan
kecakapan mengajar begitu juga keluwesan waktu dan tempat belajar.

B. Metode Pengembangan Pembentukan karakter Siswa


1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran model ini dilakukan dengan menghubungkan tema atau materi
yang dikaji dengan konteks kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan peserta
didik. SK/KD yang dikaji hendaknya dikaitkan dengan permasalahan yang aktual
yang benarbenar terjadi dan dialami peserta didik. Dengan cara ini, peserta didik
akan langsung mengalami apa yang dipelajari sehingga peserta didik memiliki
motivasi besar untuk memahaminya dan pada akhirnya terdorong untuk
mempraktikkannya. Sebagai contoh ketika mengajarkan aqidah dengan tema iman
kepada kitab-kitab Allah, peserta didik diajak langsung melihat bukti adanya kitab-
kitab Allah tersebut, misalnya al-Quran yang merupakan salah satu kitab Allah dan
menjadi kitab suci umat Islam. Peserta didik kemudian diajak untuk melihat al-
Quran lalu diajak berdiskusi tentang al-Quran dan peserta didik dimotivasi agar bisa
membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Quran sedikit demi
sedikit. Contoh lain misalnya ketika mengajarkan Aqidah tentang Beriman, peserta
didik diajak langsung praktik tentang bagaimana ciri-ciri orang beriman.4
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan kerjasama
di antara peserta didik di kelas. Banyak model pembelajaran yang bisa dilakukan
dalam rangka pembelajaran kooperatif, misalnya model diskusi kelompok, diskusi
kelas, Team Game Tournament (TGT), model Jigsaw, Learning Together (belajar

4
Daradjat, Zakiyah. Metodi Khusus Pengajaran Agama Islam.(Jakarta: Bumi
Aksara 1994). Hal.12

5
bersama), dan lain sebagainya. Sebagai contoh, untuk mempelajari beriman kepada
Nabi Muhammad saw. Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan tema-
tema diskusi yang sudah ditentukan, sehingga dalam waktu yang singkat bisa
diperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang sejarah Nabi Muhammad
saw.
3. Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)
Pembelajaran inkuiri adalah satu model pembelajaran yang dikemas
sedemikian rupa agar peserta didik mampu menemukan pengetahuan atau konsep-
konsep yang ada dalam mata pelajaran tertentu secara mandiri melalui berbagai
fenomena yang dipelajari. Melalui model ini peserta didik dikondisikan agar
memiliki nilai-nilai kerja keras, meningkat rasa keingintahuan dan kecerdasannya,
serta kecintaannya terhadap ilmu. Tidak semua SK/KD dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam bisa dicapai dengan model pembelajaran ini. Di antara
contoh kompetensi yang bisa dicapai melalui model ini adalah kompetensi yang
terkait dengan aqidah, muamalah, dan sejarah peradaban Islam. Cukup banyak
materi atau kompetensi dalam tiga bidang itu yang bisa dikaji melalui model
pembelajaran ini.5
4. Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan)
Prinsip-prinsip yang menonjol dalam pembelajaran model PAKEM di
antaranya adalah peserta didik harus aktif dalam pembelajaran ini dan pembelajaran
harus menyenangkan peserta didik. Pembelajaran harus dikemas agar peserta didik
benarbenar aktif dan kreatif, misalnya dengan menkondisikan peserta didik aktif
belajar dan melakukan sesuatu. Guru tidak lagi ceramah yang membuat peserta
didik hanya pasif mendengarkan ceramahnya. Ceramah diperlukan bila perlu.
Untuk membuat peserta didik senang dalam belajar maka guru harus memfasilitasi
peserta didik dengan berbagai media atau alat yang mendukung pembelajaran,
misalnya dengan media komputer (laptop), LCD, atau media lain yang
memungkinkan peserta didik untuk senang dalam belajar. Yang juga harus

5
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Surabaya: Usaha Nasional 1993).hal.34

6
diperhatikan bahwa pembelajaran harus tetap efektif, yakni mencapai tujuan yang
direncanakan. Sebagai contoh, ketika membelajarkan al-Quran, peserta didik
dikondisikan untuk belajar langsung melafalkan ayat-ayat al-Quran dibantu dengan
media yang mendukung. Guru terus memantau peserta didik dalam proses
pembelajaran agar efektif.

C. Pengembangan Pembelajaran PAI Yang Berorientasi Pada Pembentukan


Karakter Siswa
1. Pengertian Karakter
Akar kata karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, kharax,
yang maknanya “tools for making”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata
karakter berasal dari bahasa Perancis caractere yang diadopsi ke dalam bahasa
Inggris menjadi “character‟, dan diindonesiakan menjadi karakter yang diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari pada yang lain.6
Wynne dalam (Sauri, 2010) memahami istilah karakter memiliki dua
pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku.
Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur,
suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua,
istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai
kaidah moral.7
2. Pengembangan Pembentukan Karakter Siswa
Kondisi saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia sangatlah memerlukan
perhatian lebih pada pengembangan potensi siswa secara menyeluruh dan tidak
hanya pada penciptaan siswa yang berfungsi sebagai pekerja yang hanya memiliki

6
Buchori, Mochtar, Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dalamKurikulum
Perguruan Tinggi Umum, (Makalah pada Seminar Nasional di IKIP Malang, 24
Pebruari
1992), h. 63
7
Ibid.,

7
kemampuan berpikir statis yang mengedepankan aspek intelektual dan
mengabaikan aspek emosional dan spiritual. Dengan demikian penekanan proses
pendidikan harus diarahkan pada sebuah proses penciptaan manusia yang mampu
memberikan kontribusi berharga dalam kehidupan dengan kemampuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya..8
Dalam konteks pendidikan Islam, siswa harus diarahkan untuk memahami
nilai-nilai mulai dalam Islam dan kemudian manfaat yang dapat mereka peroleh
setelah melaksanakan nilai-nilai tersebut. Sebagai contoh, dalam pembelajaran
materi shalat, seorang guru dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya, seperti :
a. Kejujuran (Honesty)
Seseorang yang melaksanakan sholat harus mampu berlaku jujur dalam
sholatnya. Yaitu dalam hal jumlah rakaat yang dikerjakan. Sehingga meskipun
sedang melaksanakan sholat sendiri, siswa tidak akan pernah mengurangi jumlah
rakaat sholatnya kecuali ketika mengqashar. Yang perlu ditanamkan juga mengapa
hal ini perlu dilakukan karena Allah senantiasa melihat dan memperhatikan setiap
hambaNya. Manfaatnya, selain dia melaksanakan tuntutan agama dan memupuk
salah satu sikap baik, sesungguhnya orang yang selalu jujur sedang mendekatkan
diri pada Allah.
b. Tanggung jawab (responsibility)
c. Disiplin
d. Kerja sama (cooperative)
e. Adil (fairness)
f. Peduli (caring)
3. Profesionalisme Guru
Guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di
sekolah, namun lebih dari itu. Guru diharapkan juga dapat menanamkan nilai-nilai
positif pada siswa, karena guru merupakan role model bagi para siswanya. Untuk
mendukung hal ini, para guru seyogyanya mengokohkan karakter dirinya dalam

8
Kompas, Keberadaan Madrasah Amat Memprihatinkan, Rabu 13 Nopember 2002

8
membangun karakter para siswanya. Ada beberapa hal sederhana dapat dilakukan
para guru dalam membangun karakter siswa.9
a. Menjadi contoh bagi siswa
Guru dipandang sebagai orang tua yang lebih dewasa oleh para siswanya.
Hal itu artinya, siswa menilai guru sebagai contoh dalam bertindak dan berperilaku.
Hal ini menuntut guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku guna
memberikan contoh terbaik. Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka
guru akan lebih berhati-hati dalam bersikap, sehingga lebih bijak dari setiap
tindakan yang akan diambil. Dari memberikan contoh, diharapkan murid bisa
mengikuti sisi positif yang dimiliki guru.
b. Menjadi Apresiator
Sebagai guru hendaknya tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademis,
tetapi juga mengapresiasi usaha siswanya. Sebagai pengajar, menilai siswa dari
segi akademis memang penting, namun juga perlu diingat bahwa menghargai
kebaikan yang dilakukan siswa juga sangat perlu. Cara sederhana yang dapat
dilakukan adalah dengan mengapresiasi usaha siswa tanpa selalu membandingkan
dengan nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian bagi siswa
datang awal, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Dengan membiasakan hal kecil seperti itu, siswapun akan dapat mengapresiasi diri
atas usaha yang telah dilakukannya. Sehingga, akan terbangun karakter yang terus
mau belajar dan memperbaiki diri untuk lebih baik.10
c. Mengajarkan nilai moral
Mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis dalam buku pelajaran. Tetapi
bagaimana dengan nilai moral? Untuk itu ada baiknya dalam Aqidah, guru juga
menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.11
d. Mengajarkan sopan santun

9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standa Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 96
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 21
11
Ibid., h. 55

9
Hal yang sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap
sopan santun. Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang
layak diajarkan kepada siswa untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang
benar dan salah. Tidak jarang guru menemui siswa yang bersikap tidak sopan hanya
karena mereka tidak tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah
selama ini mereka mencontoh sikap negatif orang di sekitarnya. Sehingga mereka
menganggap itu sebagai hal yang lumrah.
Ada baiknya, ketika ada siswa bersikap kurang baik atau kurang sopan, guru
berperan untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi cukup
mengingatkan saja bahwa sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan
lain yang lebih positif dan gunakan pendekatan yang halus namun mengena.

BAB III
KESIMPULAN

Kondisi saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia sangatlah memerlukan


perhatian lebih pada pengembangan potensi siswa secara menyeluruh dan tidak
hanya pada penciptaan siswa yang berfungsi sebagai pekerja yang hanya memiliki
kemampuan berpikir statis yang mengedepankan aspek intelektual dan
mengabaikan aspek emosional dan spiritual. Dengan demikian penekanan proses
pendidikan harus diarahkan pada sebuah proses penciptaan manusia yang mampu
memberikan kontribusi berharga dalam kehidupan dengan kemampuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) mulai diarahkan untuk
membantu mewujudkan manusia-manusia handal yang mampu mengembangkan
kreatifitasnya dan berjiwa inovatif, salah satunya dengan mengembangkan
berbagai model dalam pengengembangan Pembelajaran Karakter.
Dalam konteks pendidikan Islam, siswa harus diarahkan untuk memahami
nilai-nilai mulai dalam Islam dan kemudian manfaat yang dapat mereka peroleh
setelah melaksanakan nilai-nilai tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Maarif, 1986

Media Indonesia,3 Desember 2004.

Jurnal Pendidikan Islam profesionalitas guru pendidikan agama islam dalam proses
pembelajaran, ( jurusan Tarbiah STAIN Pamekasan, 2008.

Daradjat, Zakiyah. Metodi Khusus Pengajaran Agama Islam.(Jakarta: Bumi Aksara


1994

Trio Supriatno, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah, Jurnal El-Jadid


Vol. 2 No. 4 Januari 2005

Buchori, Mochtar, Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam


Kurikulum Perguruan Tinggi Umum, Makalah pada Seminar Nasional di
IKIP Malang, 24 Pebruari 1992.

Kompas, Keberadaan Madrasah Amat Memprihatinkan, Rabu 13 Nopember 2002

Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standa Kompetensi


Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007

Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media, 1996

11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013

Nama Sekolah/Madrasah :
Mata Pelajaran : AKIDAH AKHLAK
Kelas/Smt : Sepuluh (X) / Ganjil
Materi Pokok : Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 Pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 : Menghayatidan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotongroyong , kerjasama, cinta damai. Responsip dan pro aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
KI-3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konsepteptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena kejadian memecahan serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4: Mengolah , menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan
mampumenggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar
1.5. Menunjukkan sikap penolakan terhadap akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad,
takabur/ujub, riya’)
2.5. Menghindarkan diri dari sifat-sifat buruk (hubbun-dun-ya, pasad, takabur/ujub, riya’)
3.5. Menganalisis induk-induk akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.1 Mendefinisikan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.2 Mendiskripsikan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.3 Menjelaskan keutamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.4 Menyimpulkan keutamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
4.5. Menunjukkan contoh-contoh akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad, Takabur/ujub, riya’)
4.4.1. Mempresentasikan keuatamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat merumuskan pengertian akhlak tercela, menyebutkan dalil akhlak , ciri ciri
akhlak tercela (hubbun-dun-ya, hasad, kibr-ujub, riya`)
2. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat menyebutkan bahaya akhlak tercela, cara menghindari akhlak tercela
(hubbun-dun-ya, hasad, kibr-ujub, riya`)
D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
1. Pengertian Akhlak tercela adalah segala sesuatu perbuatan yang dilarang untuk dilakukan
karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
2. Macam – macam Akhlak tercela yang harus kita jauhi yaitu antara lain :
a. Hubbud Dun-ya ( ) berarti cinta dunia, yaitu menganggap harta benda
adalah segalanya dan menebtukan segalanya. Penyakit hubbud-dunya (gila dunia)
berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang SALAH bahwa dunia ini
adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta
dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah Swt.
b. Hasad berarti dengki maksudnya suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa
marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang hasud menginginkan kenikmatan yang
diperoleh orang lain dan berharap supaya berpindah kepadanya. Ia juga tidak suka jika
ada orang lain yang menyamainya baik dalam hal prestasi maupun materi.
c. Takabur-Ujub Secara bahasa (etimologi) , 'Ujub, berasal dari kata "'ajaba", yang artinya
"kagum, terheran-heran, takjub. Al I’jabu bin Nafsi ( ) berarti kagum
pada diri sendiri. Sedangkan takabur berarti “sombong” atau “berusaha menampakkan
keagungan diri”. Dalam kitab lisanul Arab, antara lain disebutkan bahwa at-takabur wal
istikbar berarti at-ta’azzhum (sombong)
d. Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari
orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia
senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.
3. Ayat ayat yang menerangkan tentang Akhlak tercela diantaranya :
a.

“Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang
lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah lantaran
pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau,
“Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu
ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan
jiwa.” Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).
b.

“ Jauhilah olehmu sifat dengki, sesungguhnya dengki itu akan memakan kebajikan
sebagaimana api memakan kayu bakar “ (HR. Abū Dāud)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)


1. Diskusi,membagi siswa dalam beberapa kelompok, menunjuk salah seorang siswa
menjadi moderator, seorang menjadi notulis dan seorang menjadi juru bicara. Setelah
diskusi masing-masing kelompok mempresentasikan kesimpulan didepan kelas.
2. Tanya jawab, guru membagikan beberapa pertanyaan terkait dengan materi ajar, setiap
bangku diberikan tiga pertanyaaan untuk dijawab bersama teman sebangku, bagi mereka
yang sudah selesai diberikan kesempatan untuk menyampaikan jawabanya didepan kelas.
3. Resitasi: guru memberikan tugas mandiri kepada seluruh siswa untuk mengakses internet
dirumah, mencari bahan bacaan tentang tujuan dan fungsi al-Qur’an diturunkan,
kemudian mesume dan memberikan komentar seperlunya.

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


1. Media
Menyajikan Peta Konsep tentang Akhlak tercela
2. Alat/Bahan
- Laptop, LCD Proyektor, Slide
3. Sumber Belajar
- Buku Ajar siswa Akidah Akhlak Kelas X
- Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahannya
- Modul hasil karya Musyawarah Guru Akidah Akhlak
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1) Mengajak semua siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh salah
satu siswa
2) Menyapa kondisi kelas danmengkomunikasikan tentang
kehadiran siswa serta kebersihan kelas
3) Guru mengajak siswa tadarrus bersama surat-surat pendek atau
ayat-ayat pilihan
4) Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dipelajari
5) Guru mengajak siswa untuk menentukan metode dan kontrak
belajar
Kegiatan Inti 65’
1). Mengamati
 Guru membagi kelas menjadi empat kelompok dan
membagikan Peta Konsep
 Guru mempersilahkan siswa untuk mengamati Peta
Konsep sesuai dengan tema yang ditentukan dengan
tujuan masing-masing kelompok dapat menyimpulkan
2) Menanya
Siswa disilahkan bertanya pada teman lain atau bertanya secara
langsung pada guru, terkait dengan Peta Konsep ataupun materi
pembelajaran.
3) Mengeksplorasi/mengumpulkan data/mengeksperimen
Masing-masing kelompok membaca materi atau mencari materi
di buku lain atau internet dan mendiskusikan isi materi yang
sudah didapatkan
4) Mengasosiasi
Siswa bersama anggota kelompoknya diminta untuk mengkaitkan
materi yang didiskusikan dengan kehidupan sehari-hari dan
menyimpulkanya
5) Mengkomunikasikan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan
kelas dan memajang hasil kesimpulan diskusi yang sudah
diperbaiki di papan pajangan
Kegiatan Menutup 15’
1) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
2) Guru memberikan penguatan materi ajar
3) Guru memberikan tugas untuk mencari bahan bacaan sesuai
materi ajar “Akhlak Tercela”
4) Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majlis

Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1) Mengajak semua siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh salah
satu siswa
2) Menyapa kondisi kelas danmengkomunikasikan tentang
kehadiran siswa serta kebersihan kelas
3) Guru mengajak siswa tadarrus bersama surat-surat pendek atau
ayat-ayat pilihan
4) Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dipelajari
5) Guru mengajak siswa untuk menentukan metode dan kontrak
belajar
Kegiatan Inti 65’
1). Mengamati
 Guru meminta siswa mengamati Gambar orang yang berhungan
dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
 Siswa menyimak pengantar dari guru mengenai (ḥubbud-dun-ya,
ḥasad, takabur/ujub, riya’) secara umum
2) Menanya
 Siswa memberi komentar atau menanya terhadap gambar yang
diamati.
 Guru mempersilahkan siswa lain untuk menanggapai pertanyaan
temannya
 Guru memberi tanggapan atas pertanyaan dan tanggapan dari
siswa.
3) Mengeksplorasi/mengumpulkan data/mengeksperimen
 Guru meminta siswa mencari sumber informasi berkaitan dengan
(ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
 Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber termasuk
media cetak dan elektronik tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad,
takabur/ujub, riya’)

4) Mengasosiasi
 Guru meminta siswa untuk merumuskan kembali hasil temuan
dari beberapa sumber belajar tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad,
takabur/ujub, riya’)
 Guru meminta siswa untuk menganalisis hasil temuannya
berkaitan dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)

5) Mengkomunikasikan
 Siswa mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan
penggaliannya
 Siswa menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang
(ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
Kegiatan Menutup 15’
1) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
2) Guru memberikan penguatan materi ajar
3) Guru memberikan tugas untuk mencari bahan bacaan sesuai
materi ajar “Akhlak Tercela”
4) Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majlis

H. Penilaian
Tes tulis: uraian objektif
Performance (praktek)

Lampiran
1. Instrument penilaian dengan pedoman penskoran
2. Instrumen penilaian sikap
3. Instrumen penilaian pengetahuan ( tes tulis)
4. Instrumen penilaian ketrampilan (tes performance)

Mengetahui .............,.......................
Kepala ...................... Guru Mapel

...................................... ..........................
PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v)
pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria
sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
No Aspek Pengamatan 1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah presentasi
4 Menyatakan kekaguman atas kebesaran Tuhan
5 Merasakan kebesaran Tuhan saat belajar
Jumlah Skor

LEMBAR PENILAIAN DIRI


SIKAP JUJUR

Nama Peserta Didik : ………………….


Kelas :………………….
Materi Pokok :………………….
Tanggal :………………….
PETUNJUK
• Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
• berilah tanda cek (√)sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari
No Pernyataan TP KD SR SL
1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan ulangan
2 Saya menyalin karya orang lain dengan menyebutkan
sumbernya

3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika menemukan


barang

4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya dilakukan


5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat jawaban teman
yang lain

Keterangan :
• SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan yang diberikan
• KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
• TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan
LEMBAR PENILAIAN ANTARPESERTA DIDIK
SIKAP DISIPLIN(PENILAIAN TEMAN SEJAWAT)

Petunjuk :
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata tertib
4 Mengerjakan tugas yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran
6 Membawa buku teks sesuai mata pelajaran
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Contoh : Skor diperoleh 20, skor tertinggi 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir :

14 X 4 = 3.33
24 Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00
Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1.33 < skor < 2.33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor < 1.33
LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF
a. Isilah pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat
1. Secara bahasa hubud-dun-ya berarti.............................
2. Menurut hadis Nabi orang yang cinta dunia dan takut mati disebut.....
3. Orang yang menginginkan orang lain menderita disebut....
4. Sifat hasad akan menghabiskan kebaikan sebagaimana api menghabiskan.....
5. Keberhasilan yang diraih seseorang bisa menyebabkan ia menjadi.....
6. Contoh orang yang sombong yang hidup pada Nabi Musa adalah......
7. Orang yang sombong karena ilmunya akan membuat dia.............
8. Orang yang melakukan kebaikan bukan karena Allah disebut....
9. Kebalikan dari riya’ adalah.....
10.Riya’ termasuk kategori syirik.....

b. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


1) Sebutkan penyebab dari hubud-dun-ya!
2) Jelaskan apa bahaya dari sifat hubud-dun-ya?
3) Sebutkan cirri-ciri sifat hasad!
4) Bagaimana menghindari sifat hasad?
5) Sebutkan bahaya dari sifat hasad!
6) Sebutkan penyebab dari sifat kibir dan ujub
7) Bagaimana cara mengobati sifat kibir dan ujub
8) Jelaskan pengertian dari riya’
9) Jelaskan 3 contoh perilaku riya’!
10) Sebutkan bahaya dari sifat riya’!

c. Portofolio dan Penilaian Sikap

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK (KETERAMPILAN)

Kelas: ............................
Nama: ............................
Topik: ..........................
Aspek Penilaian Catatan
No Materi Yang Harus Dikuasai
Lancar Fasih Intonasi Ekpresi
1 Menghafal hadist tentang
Hubudiyah
2 Menghafal hadist tentang
hasad
3 Menghafal hadist tentang riya’
4 Menghafal hadist tentang
Tkabbur ujub

Jumlah Nilai
Pedoman penskoran :
• 5 = sangat baik
• 4 = baik
• 3 = cukup
• 2 = kurang
LAMPIRAN PETA KONSEP

PETA KONSEP
Menganggag harta segal-galanya
Ciri Hubbud- Menghalalkan segala cara
dunya
Kikir dan tidak mau berbagi

Tidak suka jika orang lain sukses

Ciri Hasad Gembira jika orang lain sengsara

Suka menghalang-halangi orang lain

Menganggap dirinya hebat

Ciri
Menganggap orang lain lemah
Akhlak Madzmumah Kibir/Ujub

Suka memamerkan kehebatannya

Terlalu bangga pada dirinya

Mengaggap orang lain tidak


sebaik idrinya
Ciri Riya’
Melakukan sesuatu tidak ikhlas

Suka pamer

Tidak melakukan kebaikan jika


tidak ada yang melihat

Anda mungkin juga menyukai