Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


POKOK BAHASAN SHOLAT JUM’AT MELALUI
PENERAPAN MODEL DEMONSTRATION KELAS VII A
SMPN 1 BAWEN TAHUN 2022

PROPOSAL PTK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Angkatan 3 Tahun 2022
Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Oleh:
EKO PUSPITA DEWI,S.Pd.I
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan
oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu,
mencari dan berpihak kepada kebenaran. Di samping itu manusia juga
memilki sifat hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk
menggapai yang terbaik dalam kehidupanya. Tuntutan fitrah dan hanif
manusia tersebut dapat terpenuhi apabila manusia memperoleh
pengetahuan baru yang sistematis.1 Pendidikan adalah segala usaha yang
dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagai mana
mestinya.2
Pendidikan berkaitan erat dengan keberhasilan proses pembelajaran
di dalam kelas sebagai unsur mikro dari suatu keberhasilan pendidikan.
Tentu saja keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam
kelas tergantung pada ketepatan guru dalam menggunakan metode, teknik
dan strategi pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk merubah keadaan
manusia, yang semulanya belum bahkan tidak mengetahui sesuatu menjadi
dapat mengetahuinya serta menjadikan manusia memiliki kepribadian
yang baik. Pendidikan Agama Islam pun mempunyai tujuan yang baik
yaitu agar orang-orang muslim memilki kepribadian yang baik, berakhlak
mulia, menjunjung tinggi norma-norma kebaikan dan yang pasti selalu
berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits.
Menurut Darwyan Syah dan Supardi mengemukakan “Pendidikan
Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertaqwa dan berakhlak mulia dalam menjalankan ajaran Agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadist melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan serta penggunaan pengalaman.

1
Muhammad Tobroni dan Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, cet
Ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 3
2
Heri Jauhan Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.
14
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai menempuh pendidikan
peserta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-
ajaran Agama Islam sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan
kesejahtraan hidup dunia maupun akhirat kelak.3

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional dikatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.4

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi


individu dengan lingkungan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelanggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti
belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan
oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka
terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin
akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai
peserta didik.
Hasil belajar siswa terletak dari bagaimana metode atau model
belajar yang diterapkan seorang guru dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa sesuai rencana yang telah ditentukan, penggunaan
metode dalam belajar sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa,

3
Darwyan Syah dan Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Ciputat:
Haja Mandiri, 2014) h. 12-13
4
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006) h. 5
semua itu tergantung semua guru sebagai fasilitator menguasai seluruh
metode tersebut agar semua siswa menjadi aktif dalam belajar.
Sementara itu di SMPN 1 BAWEN guru PAI telah melaksanakan
pembelajaran secara professional sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran, menggunakan metode yang sesuai dengan materi
pembahasan, media yang akurat dan memberikan motivasi belajar yang
positif kepada seluruh siswa. Akan tetapi prestasi belajar masih minim
terutama dalam pembelajaran Sholat Jum’at, hasil belajar pendidikan
agama islam para siswa juga masih rendah, seperti adanya prestasi
akademik masih dibawah batas minimal, itulah sebabnya penulis ingin
melakukan penelitian masalah tersebut.
Menurut peneliti, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pengajaran sholat jum’at adalah model demonstration
karena model mengajar dengan cara memperagakan suatu kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Pembelajaran kooperatif model demonstration adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ad perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di SMPN 1 BAWEN ini ialah
kurangnya minat belajar siswa yang mengakibatkan hasil belajar siswa
berkurang. Sehingga banyak kendala yang dialami oleh siswa ketika
peneliti mengajar siswa di kelas VII A SMPN 1 BAWEN ini. Pada
dasarnya kemampuan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran,
khususnya pada materi sholat jum’at di kelas VII A SMPN 1 BAWEN,
ternyata hasil yang diperoleh di bawah kriteria ketuntasan minimum
(KKM) di sekolah yaitu 67, dengan nilai terendah 27 dan tertinggi 80.
Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran yaitu,
siswa banyak yang terlihat mengantuk pada saat penjelaskan materi, jenuh,
bosan dan enggan untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif dan
semangat. Banyak siswa yang izin untuk keluar masuk kelas dengan
banyak alasan terutama laki-laki sehingga menumbulkan proses
pembelajaran yang tidak kondusif. Berdasarkan realita yang telah
dipaparkan di atas peneliti memandang penting untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas lebih mendalam dengan menggunakan model
pembelajaran demonstration terhadap peningkatan hasil belajar siswa
belajar Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian tersebut selanjutnya akan
peneliti tuangkan dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM POKOK BAHASAN
SHOLAT JUM’AT MELALUI PENERAPAN METODE
DEMONSTRATION KELAS VII A SMPN 1 BAWEN TAHUN 2022.”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI pokok
bahasan sholat jum’at.
2. Proses pembelajaran yang masih monoton sehingga guru perlu
menerapkan metode, model maupun teknik pembelajaran yang
bervariasi.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah, perlu dilakukan pembatasan agar
peneliti lebih terfokus. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah
yang diteliti yaitu:
1. Variabel terikat:
Hasil belajar pada materi sholat jum’at siswa kelas VIIA SMP Negeri
1 Bawen Tahun 2022.
2. Variabel Bebas:
Metode Demonstrasion
D. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Peningkatkan
hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran pendidikan agama islam
dan budi pekerti melalui penggunaan model demonstration dalam materi
sholat jum’at di kelas VII A SMP N 1 BAWEN?”

E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: “Untuk
mengetahui Peningkatkan siswa pada saat proses pembelajaran pendidikan
agama islam dan budi pekerti melalui penggunaan model demonstration
dalam materi sholat jum’at di kelas VII A SMPN 1 BAWEN”

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan atau manfaat secara teoritis dan secara
praktis yaitu sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 1 Bawen
melalui metode yang efektif, dan menambah khazanah keilmuan
sebagai bekal menjadi guru yang profesional.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi sekolah
1) Sekolah akan mengalami peningkatan kualitas karena
mampu mengatasi berbagai masalah hasil belajar peserta
didik.
2) Sekolah memiliki guru yang kreatif menerapkan metode,
model maupun media untuk mengelola kelas sehingga
mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat menjadikan masukan yang positif, dan
membangkitkan motivasi belajar.
2) Guru dapat menerapkan metode demonstrasion untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
c. Bagi siswa
1) Dapat mendorong potensi belajar serta meningkatkan hasil
belajar dalam mata pelajaran pendidikan agama islam.
2) Meningkatkan minat peserta didik dalam menjalankan sholat
jum’at dengan menerapkan metode demonstrasion.
d. Bagi Peneliti
Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain dan semua pihak
yang berkepentingan.

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dianggap mendekati dari tema penelitian ini adalah:
Peneliti Resa Evandari Analia melakukan penelitian jurnal dengan
judul “Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 Pada Mata Pelajaran PAI
Dengan Materi Sholat (Penelitian Di SDN Kersamenak II Tarogong
Kidul) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode
demonstrasi terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 pada
mata pelajaran PAI dengan materi sholat di SDN Kersamenak II
Tarogong Kidul – Garut, dilihat dari indik--------------------ator dan
analisis parsial menunjukkan intensitas dan pengaruh yang tinggi, yaitu
dengan nilai rata-rata 37.05.yang dihasilkan dari uji statistik dan nilai
tersebut berada dalam interval 35 – 42. Hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PAI dengan materi sholat di SDN Kersamenak II Tarogong
Kidul – Garut menunjukkan intensitasnya tinggi, dengan nilai rata-rata
37.68.yang dihasilkan dari uji statistik dan nilai tersebut berada dalam
interval 35 – 42. Adapun penerapan metode demonstrasi memiliki
pengaruh sebesar 60.81 terhadap hasil belajar siswa kelas 3 pada mata
pelajaran PAI dengan materi Sholat dan masih ada sisanya 39,19 yang
turut mempengaruhi hasil belajar siswa kelas 3 di SDN Kersamenak II
Tarogong Kidul – Garut.5

5
Resa Evandari Analia, “Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Kelas 3 Pada Mata Pelajaran PAI Dengan Materi Sholat (Penelitian Di SDN
Kersamenak II Tarogong Kidul),” (Jurnal Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas
Garut, Vol 4. No 1. 2010)
Penelitian berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar PAI Matei Shalat
Berjamaah Melalui Metode Demonstrasi”6. hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata 66,2, siklus II nilai
rata-rata meningkat menjadi 74,3 Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa Penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu strategi elaborasi dapat meningkatkan hasil
belajar PAI materi perilaku tercela pada siswa kelas VIII-2 SMP Negeri
I Ingin Jaya Aceh Besar
2. Kerangka Teori
a. Pengertian Hasil Belajar
Sebelum menguraikan pengertian hasil belajar, terlebih
dahulu peneliti memaparkan pengertian belajar, berikut akan
dijelaskan tentang pengertian belajar. Menurut Ngalim Purwanto,
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.7
Sedangkan menurut Sadirman belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru,
dan lain sebagainya.8
Seanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar.9 Howard Kingsley dalam bukunya Nana Sudjana
membagi 3 macam hasil belajar: 1) Keterampilan dan kebiasaan; 2)
Pengetahuan dan pengertian; dan 3) Sikap dan cita-cita. Pendapat
dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari
semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri
siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa
tersebut.10
Menurut Sudjana kriteria keberhasilan pembelajaran dari
sudut prosesnya (by process):
1) Pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu
oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah

6
Aziz Junaidah A, “Meningkatkan Hasil Belajar PAI Matei Shalat Berjamaah Melalui
Metode Demonstrasi,” (Jurnal Pendidikan, Majelis Pendidikan Daerah Provinsi Aceh, Vol 6. No 2.
2012)
7
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) h. 84
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2007) h. 20
9
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) h.
10
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdikarya, 2005) h. 85
suatu proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan telah
menjadi pekerjaan rutin.
2) Kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan
kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan
tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan
pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari
pembelajaran itu sendiri.
3) Siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat
penggunaan multi metode dan multi media yang dipakai guru
ataukah terbatas kepada satu kegiatan belajar saja.
4) Siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai
sendiri hasil belajar yang dicapainya ataukah ia tidak
mengetahui apakah yang ia lakukan itu benar atau salah.
5) Proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam satu
kelas tertentu yang aktif belajar.
6) Suasana pembelajaran atau proses belajar-mengajar cukup
menyenangkan dan merangsang siswa belajar ataukah suasana
yang mencemaskan dan menakutkan.11
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan
bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan
tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang
selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut:
1) Faktor raw input (yakni faktor murid atau si anak itu sendiri)
dimana tiap anak atau peserta didik memiliki kondisi yang berbeda-
beda.
2) Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu
lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.
3) Faktor instrumental input, yakni faktor yang meliputi kurikulum,
program, sarana, dan guru.12
Berdasarkan berbagai teori tentang faktor yang mempengaruhi hasil
belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar terdapat pada dua faktor yaitu:
Pertama, faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa itu

11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009) h. 35-37
12
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka
Setia, 2005) h. 13
sendiri, baik dari segi jasmani maupun dari segi rohani.jasmani seperti
kondisi fisik yang normal dan kesehatan fisik. Sedangkan rohani seperti
kemauan, bakat dan minat siswa itu sendiri terhadap belajar.
Kedua, faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar siswa
seperti dari lingkungan keluarga (bapak, ibu, adik, kakak, saudara),
lingkungan masyarakat (tetangga), dan lingkungan sekolah (guru, teman-
teman).
c. Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola-pola kegiatan tertentu dalam kegiatan
pembelajaran yang merupakan kombinasi yang tersusun dari bagian atau
komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terdiri dari unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran diperlukan untuk menyusun teori atau hipotesis
pembelajaran. Model berguna sebagai alat komunikasi bagi para ahli
pengembangan model pembelajaran itu sendiri dan model pembelajaran
berguna sebagai petunjuk dalam merencanakan aktivitas dan pengelolaan
pembelajaran merupakan alat pengambil keputusan.13
Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar
yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya
secara penuh ada belajarnya. Keadaan yang aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup, jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu
menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Untuk
mencapai tujuan dan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, maka
ada beberapa model pembelajaran inovatif dan pendekatannya, yang
dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.14
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran ialah jabaran dari pendekatan dapat dijabarkan kedalam
berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran adalah prosedur
pembelajaran yang difokuskan pada pencapain tujuan teknik
pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis, di kelas saat
pembelajaran berlangsung
d. Model Demonstrasi
1) Pengertian Model Demonstrasi
Demonstration ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan
pelajaran yang merupakan gerakan-gerakan atau praktek, suatu
proses maupun hal-hal yang bersifat rutin.15 Model Demonstration
adalah model mengajar dengan cara memperagakan suatu kegiatan,
barang, kejadian, dan urutan melakukan aturan, baik secara langsung

13
Darwyan Syah, Supardi, Eneng Muslihah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: DIADIT
MEDIA, 2009) h. 187
14
Hamah B Uno, Nurdin Mohammad, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif
Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik (PAILKEM) (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h. 106-107
15
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran (Jakarta: Alfabeta 2006) h. 10
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.16
Demonstration dilakukan bagi materi yang memerlukan peragaan
atau percobaan dalam suatu kegiatan.17 Demonstration adalah model
pembelajaran yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.18
Demonstration merupakan pembelajaran khusus untuk materi yang
memerlukan peragaan atau praktek media atua eksperimen.19
Demonstration merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya.20
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan model demonstrasi adalah model mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran dengan
cara memberikan atau menyampaikan informasi terkait materi yang
diajarkan kepada siswa sampai siswa tersebut benar-benar memahami
terkait materi yang diajarkan. Sehingga ketika guru memberikan
pertanyaan kepada siswa, siswa tersebut dapat menjawab dan
menyelesaikan pertanyaan atau permasalahan dengan baik. Hal ini
karena model demonstration mempunyai tujuan untuk menghasilkan
alternatif sehingga dapat mengambil suatu tidakan keputusan untuk
mencapai sasaran.
2) Tujuan Model Demonstrasi
Tujuan pembelajaran dengan menggunakan model demonstration ini
adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa dalam
kegiatan sesuai pokok bahasan, cara pencapaiannya dan kemudian
untuk dipahami oleh siswa dengan pengajaran di kelas dan untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan karena
prosesnya yaitu siswa yang mencari informasi, menganalisis situasi,
sampai mengidentifikasi masalah-masalah tentang materi yang
diajarkan atau masalah-masalah dari lingkungan yang terkait materi
tersebut. Dengan demikian siswa akan menjadi aktif dalam belajar
dan memberikan nuansa baru dalam proses belajar mengajar. Model
pembelajaran ini sekaligus mengikhtisarkan, menjelaskan, dan
menceritakan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model
pembelajaran ini sekaligus menstimulus keterampilan berbicara serta
keterampilan mendengarkan siswa. Namun dalam kenyataannya

16
Aris Shoimin. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013) h. 62
17
Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Refika Aditama
20009) h. 51
18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta 2010) h. 73
19
Suyatno, Menjelajah pelajaran inovatif (Sidoarjo-Jawa Timur: Masmedia buana
pustaka 2009) h. 72
20
Aris Shoimin, op.cit., h. 203
model pembelajaran ini jarang digunakan. Tujuan pembelajaran ini
yang lengkap harus mengandung empat komponen, yaitu komponen
audience, behavior, condition, dan degree. Dalam hal ini audience
adalah siswa yang belajar, behavior adalah mendeskrisikan tingkah
laku hasil belajar, condition adalah kondisi siswa saat dilakukan
evaluasi, dan degree adalah syarat minimal hasil belajar yang harus
dicapai oleh siswa.21
3) Langkah-langkah Model Demonstrasi
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menjelaskan kepada peserta didik apa yang direncanakan
dan apa yang akan dikerjakan.
c) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan.
d) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
e) Guru mendemonstrasikan kepada pesrta didik secara perlahan-
lahan, serta memberikan penjelasan yang cukup singkat.
f) Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan
menjelaskan alasan-alasan setiap langkah yang akan dikerjakan.
g) Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demonstration
sendiri selangkah demi selangkah dan disertai penjelasan.
h) Seluruh siswa memperhatikan demonstration dan
menganalisisnya.
i) Tiap siswa mengemukakan hasil analisis dan medemostrasikan
pengalaman.
j) Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan.
k) Penutup.22
4) Kelebihan Model Demonstrasi
Model pembelajaran Demonstration ini memiliki beberapa kelebihan
di antaranya yaitu: 1. Membantu peserta didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses kegiatan praktek dan proses kerja suatu
benda. 2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan. 3. Kesalahan-
kesalahan yang terjadi hasil dari ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek
sebenarnya. 4. Siswa disuruh langsung memperhatikan materi yang
dijelaskan. 5. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti. Disamping itu perhatian siswa pun lebih mudah
dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang
lainnya. 6. Proses pembelajaran akan lebih menarik. 7. Dengan cara
mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. 8. Dapat membimbing

21
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif (Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka,
20009) h. 152
22
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum, (yogyakarta: Ar-
ruzz media 2013) h. 62-63
siswa kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang
sama
9. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau mendengarkan, karena peserta didik mendapat
gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
10. Karena gerakan dan proses praktek, maka tidak memerlukian
keterangan-keterangan yang banyak. 11. Beberapa persoalan yang
menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas pada waktu
proses demonstration.23
5) Kekurangan Model Demonstration
Akan tetapi, model pembelajaran demonstration ini memiliki
beberapa kekurangan diantaranya yaitu: 1. Peserta didik terkadang
sukar melihat dengan jelas benda yang diperuntukkan kepadanya. 2.
Tidak semua hal atau benda dapat didemonstrasikan. 3. Sukar
dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai
apa yang didemonstrasikan. 4. Derajat visibilitasnya kurang, peserta
didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan hal, peristiwa,
atau benda yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadi perubahan
yang tidak terkontrol. 5. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan
alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat-alat itu susah didapat. 6.
Agar demonstration mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan
ketelitian dan kesabaran.24
e. Sholat
1) Pengertian Sholat
sholat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim
selama masih memiliki akal dan ingatannya masih normal.
Kewajiban tersebut harus dilakukan tepat pada waktunya. Halangan
untuk tidak mengerjakan sholat hanya ada tiga macam, yaitu: hilang
akal seperti gila, tidak sadar, karena tidur dan lupa (namun demikian
ada kewajiban untuk mengqadha di waktu lain).
Sholat menurut bahasa ialah do’a. Tetapi yang dimaksud disini ialah
ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi
beberapa syarat yang ditentukan.25 Shalat ialah berhadap hati kepada
Allah sebagai ibadah, dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan di
dalam beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam seta menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan syara. Shalat telah membuat batas pemisah antara Islam
dan non Islam. Islam memberikan sifat ini dan menjadikan tiang
agama. Dan puncak ketinggiannya hanya semata karena
kedudukannya yang tinggi, keagungan nilainya, kebesaran
kepentingannya di sisi Allah dan Rosul-Nya.

23
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum (Yogyakarta: Ar-
ruzz media 2013) h. 63
24
Ibid., h 63-64
25
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015) h. 53
2) Dalil Yang Mewajibkan Shalat
Q.S. Al-Baqarah/2:43
َّ ٰ ‫ٱلز َك ٰوة َ َو ۡٱر َكعُواْ َم َع‬
٤٣ َ‫ٱلر ِكعِين‬ َّ ‫َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوة َ َو َءاتُوا‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku” (QS.Al-Baqarah: 43)26

Q.S. Al-Ankabut/29:45
َ ‫ع ِن ۡٱلفَ ۡح‬
‫شا ٓ ِء‬ َّ ‫صلَ ٰو َۖة َ ِإ َّن ٱل‬
َ ‫صلَ ٰوة َ ت َۡن َه ٰى‬ ِ َ ‫ي ِإلَ ۡيكَ ِمنَ ۡٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ٱل‬ َ ‫وح‬ ِ ُ ‫ٱ ۡت ُل َما ٓ أ‬
٤٥ َ‫ٱَّللُ يَعۡ لَ ُم َما ت َصۡ نَعُون‬ َّ ‫َو ۡٱل ُمن َك ِۗ ِر َولَذ ِۡك ُر‬
َّ ‫ٱَّللِ أ َ ۡكبَ ِۗ ُر َو‬

“Bacalah, [Wahai Muhammad], apa yang diturunkan kepadamu


dari Kitab dan dirikan shalat. Sesungguhnya shalat itu
mengharamkan kemaksiatan dan kemaksiatan, dan mengingat
Allah itu lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S. Al-Ankabut:45)27
Maka penjelasan dari ayat di atas ialah Selalu menegakkan shalat dan
menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-
adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya
dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan
munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan
munkar.
Hadits yang telah memerintahkan kepada kita agar menjaga shalat itu,
dengan:

“Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob


radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima
perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain
Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan melaksanakan haji.” (H.R.
Bukhori dan Muslim)28
Maka penjelasan dari ayat di atas ialah Siapa yang konsekuen
melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan
menjaganya di dunia dan di akhirat, Beramal shalih serta

26
Kemeterian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 EDISI BARU (CV.
Pustaka Agung Harapan, 2006) h 8
27
Idem., h. 566
28
Bukhori Muslim, Sohihul Bukhori (Jakarta: Al-Syarwiqo Al-Dawaliyyah, 2010) h. 670
melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan
mengeluarkan seseorang dari kesulitan.
f. Sholat Juma’at
1) Sholat jum’at
Sholat jum’at ialah sholat dua rakaat sesudah khutbah pada waktu
dzuhur pada hari jum’at.29 Sholat jum’at adalah hari raya orang-orang
mukmin, ia adalah hari raya yang mulia yang Allah khususkan bagi
umat muslim ini. Pada hari raya itu ada waktu yang penting, yang jika
seorang hamba muslim memohon suatu keperluan pada saat itu, pasti
dikabulkan. Bersiaplah pada hari itu, sejak hari kamis, dengan
membersihkan pakaian serta memperbanyak tasbih dan istighfar pada
sore harinya, karena waktu keutamaan tersebut sama dengan
keutamaan pada waktu hari jum’at, namun harus disertai dengan
dengan puasa pada hari kamis atau hari sabtu dilarang puasa pada hari
jum’at saja.
Kemudian menghias diri dengan berpakaian putih, karena itulah
pakaian yang Allah sukai. Gunakanlah wewangian yang paling baik
yang engkau punya. Perbanyaklah membaca shalawat kepada Nabi
SAW pada hari jum’at secara khusus. Perbanyaklah pula do’a ketika
terbit matahari, ketika tengah hari ketika matahari terbenam, ketika
khatib naik mimbar, dan ketika orang-orang berdiri shalat. Serta
berusahalah bersedekah pada hari jum’at seuai kemampuan walaupun
sedikit.30
Berdasarkan kesimpulan dari pengertian sholat jum’at diatas Sholat
jum’at ialah sholat dua rakaat sesudah khutbah pada waktu dzuhur
pada hari jum’at. Sholat jum’at adalah hari raya orang-orang mukmin,
ia adalah hari raya yang mulia yang Allah khususkan bagi umat
muslim ini. Pada hari raya itu ada waktu yang penting, yang jika
seorang hamba muslim memohon suatu keperluan pada saat itu, pasti
dikabulkan.
2) Hukum Sholat Jum’at
Hukum sholat jum’at adalah wajib, berdasarkan Al-qur’an, sunnah,
dan ijma. Hukum sholat jum’at yaitu fardhu ain, artinya wajib atas
setiap laki-laki dewasa yang beragama Islam, merdeka, dan tetap di
dalam Negeri. Perempuan, anak-anak, hamba sahaya, dan orang
yang sedang dalam perjalanan tidak wajib sholat jum’at. Firman
Allah SWT (Q.S. Al-Jumu’ah:9):
ۡ َ‫صلَ ٰوةِ ِمن يَ ۡو ِم ۡٱل ُج ُمعَ ِة ف‬
َّ ‫ٱسعَ ۡواْ إِلَ ٰى ذ ِۡك ِر‬ ٓ
ِ‫ٱَّلل‬ َ ‫ٰيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِذَا نُود‬
َّ ‫ِي ِلل‬
٩ َ‫ر لَّ ُك ۡم إِن ُكنت ُ ۡم ت َعۡ لَ ُمون‬ٞ ‫َوذَ ُرواْ ۡٱلبَ ۡي َۚ َع ٰذَ ِل ُك ۡم خ َۡي‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikumandangkan untuk shalat
Jum'at, maka berdzikirlah kepada Allah dan tinggalkan perdagangan. Yang

29
Masduki, Hadits Ahkam I (Hadits-Hadits Hukum), (Cilegon: LP. IBEK Press, 2015) h.
47
30
Imam Al-Ghazali, Keagungan Shalat (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) h. 103-104
demikian itu lebih baik bagimu, seandainya kamu mengetahui. (Q.S. Al-
Jumu’ah:9)31
3) Syarat-syarat wajib sholat jum’at
a) Islam, tidak wajib atas non Islam
b) Baligh
c) Berakal
d) Laki-laki
e) Sehat
f) Tetap di dalam Negeri32

4) Syarat-syarat syah mendirikan sholat jum’at


a) Hendaklah diadakan di dalam negeri yang penduduknya
menetap, yang telah dijadikan watan (tempat-tempat), baik
dikota-kota maupun di kampung-kampung.
b) Berjamaah, karena dimasa rasulaullah SAW sholat jum’at tidak
pernah dilakukan sendiri-sendiri.
c) Hendaklah dilakukan diwaktu dzuhur.
d) Hendaklah didahului dua khutbah.
5) Rukun khotbah jum’at
a) Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT
b) Membaca sholawat atas rasulullah SAW
c) Mengucapkan syahadat
d) Berwasiat dengan takwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu
kepada pendengar, sesuai dengan keadaan tempat dan waktu,
baik urusan agama maupun urusan dunia.
e) Membaca ayat Al-qur’an pada salah satu dari kedua khutbah
f) Berdo’a umtuk mukminin dan mukminat pada khotbah yang
kedua.33
6) Syarat-syarat khutbah
a) Isi rukun khutbah dapat didengar oleh 40 orang ahli jamaah
b) Berturut-turut antara khutbah pertama dengan khutbah kedua
c) Menutup auratnya
d) Badan, pakaian, tempat suci dari hadats dan najis
e) Khutbah dimulai setelah tergelincir matahari
f) Khatib hendaklah berdiri jika mampu
g) Diantara kedua khutbah khatib hendaklah duduk untuk berhenti
sebentar
7) Sunnah khutbah
a) Khutbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi
b) Diucapkan dengan kalimat yang baik, fasih, mudah difahami,
dan sederhana
c) Khatib menghadap pada jamaah jum’at

31
Kemeterian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 EDISI BARU (CV.
Pustaka Agung Harapan, 2006) h. 809
32
Ahmad Isa Asyur, Al-fiqhul Musayyar (Jakarta: Pustaka Amani 1994) h. 139
33
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015), h. 125-126
d) Sewaktu duduk diantara dua khutbah membaca surat Al-Ikhlas
e) Menertibkan rukun
f) Saat mendengar khutbah jamaah diharuskan diam dan
memperhatikan khutbah
g) Memulai dan mengakhiri khutbah dengan salam
8) Niat sholat jum’at
a) Sholat sunnah dua rakaat

b) Sholat fardhu jum’at

9) Tata cara sholat jum’at


Sholat jum’at hanya syah dilakukan di masjid, dimana berkumpul
orang Islam dan imam mereka berkhotbah memberikan pengajaran,
nasihat dan bimbingan pada mereka. Waktu sholat jum’at pada
waktu sholat dzuhur dan dinyatakan syah melaksanakannya.
Pada hari jum’at disunahkan mandi, dan menggunakan wangi-
wangian serta menggunakan pakaian yang paling bagus dan bersih.
Sebelum duduk menunggu khotbah dan sholat jum’at lakukan sholat
tahiyatul masjid dua rakaat.34 Setelah sholat dua rakaat duduk dan
dia mendengarkan bacaan Al-qur’an serta menghayati makna-
maknanya. Jika datang waktu sholat muadzin mendengarkan adzan,
orang yang membaca Al-qur’an berhenti dan orang-orang bangkit
berdiri untuk sholat tathawwu dua rakaat atau empat rakaat sebelum
khatib naik mimbar.
Setelah selesai sholat tathawwu anda lihat khatib naik mimbar,
muadzin mengumandangkan adzan didepannya dan anda menjawab
seruan muadzin dan kemudian menyimak khotbah dengan seksama.
Setelah khotib usai dari khotbah kedua yang dipisah dengan duduk
diantara dua khotbah, khatib turun dari mimbar. Kemudian iqomah
dikumandangkan, khatibpun lalu mengerjakan sholat fardhu jum’at
bersama jama’ah. Setelah selesai mengerjakan sholat fardhu jum’at
dua rakaat dan imam bersalam diikuti oleh para makmum, maka
kerjakanlah sholat sunnah ba’diyah jum’at di masjid35
10) Wirid dan bacaan sholat jum’at
Beberapa bacaan yang dianjurkan setelah sholat jum’at yaitu:
a) Surat Al-Fatihah sebanyak 7x
b) Surat Al-Ikhlas sebanyak 7x

34
Ladib Mz, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. Karya Toha Putra 2005)
h. 97
35
Muhammad Mahmud Ash-Shawwaf, Sempurnakan Shalatmu (Bandung: Mitra Pustaka
2007) h. 170-173
c) Surat Al-Falaq sebanyak 7x
d) Surat An-Nas sebanyak 7x

H. RUMUSAN HIPOTESIS
Secara etimologi, hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti
sesuatu yang masih kurang, dan tesis yang berarti sebuah kesimpulan
pendapat. Hipotesis, dengan demikian adalah sebuah kesimpulan yang
belum final karena masih harus diuji kebenarannya. Dari uraian ini,
dijelaskan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang tengah diteliti.36
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti hipotesis adalah pernyataan
atau tuduhan bahwa sementara masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah (belum tentu benar) sehingga harus diuji secara empiris.37
Sedangkan menurut Nanang Martono hipotesis dapat didefinisikan
sebagai jawaban sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman
kesimpulan secara teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka.38
Tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya, menurut
pemahaman peneliti hipotesis adalah dugaan sementara yang berisi
jawaban dari rumusan masalah yang kebenarannya masih harus diuji
melalui pembuktian dan pengumpulan data-data di lapangan.
Penelitian ini direncanakan tiga siklus dan disetiap siklus dengan prosedur
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Melalui prosedur tersebut dapat
diamati peningkatan kemampuan siswa. Sehingga hipotesis tindakan penelitian
ini adalah: “Dengan model demonstration dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam isi materi pokok bahasan shalat jum’at maka kemampuan shalat jum’at
peserta didik dapat ditingkatkan.”

I. METODE PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bawen yang beralamat di
Jl Soekarno Hatta No 54 Harjosari Bawen, Kabupaten Semarang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitan dimulai pada bulan November 2022 sampai Desember
2022

36
Tobroni dan Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, cet Ke-2
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 146
37
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, “Metode penelitian kuantitatif:
untuk administrasi publik dan masalah-masalah sosial.” (Yogyakarta: Gava Media, 2007), h. 137
38
Nanang Martono, “Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder.” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010), h. 57
B. SUBYEK, OBJEK, DAN KOLABOLATOR PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri
Bawen Dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 14 siswa
laki-laki dan 11 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah hasil belajar,
materi sholat jumat, dan penerapan metode demonstrasi.

C. SUMBER DATA DAN JENIS DATA


Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses
pembelajaran materi sholat jumat, hasil belajar peserta didik materi sholat
jumat, minat peserta didik dalam menjalankan sholat jumat, serta
kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran
di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang
meliputi: 1) informan atau narasumber, yaitu peserta didik dan guru; 2)
tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran menulis dan
aktivitas lain yang bertalian; dan 3) dokumen atau arsip, yang antara lain
berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan buku
penilaian.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian
digunakan beberapa teknik, yaitu:
a. Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis.39
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan suatu catatan yang tertulis dari apa yang
didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh peneliti dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian.

39
Darwyan Syah, Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
HAJA Mandiri, 2014) h. 60
c. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden (peserta didik) dengan jalan
tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini
responden (peserta didik) tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan
Metode ini dilaksanakan melalui percakapan antara guru (peneliti)
dengan siswa, untuk mengetahui pendapat mengenai pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan metode pembelajaran pemecahan
masalah. Guru kolaborator pun turut dilibatkan dalam kegiatan ini.
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, guru kelas, dan siswa kelas VII A SMPN 1
BAWEN
d. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, arsip, agenda sekolah, dan lain
sebagainya. Metode dekumentasi ini digunakan untuk mencari data-
data berupa tulisan-tulisan yang berhubungan dengan obyek penelitian
yang akan dibahas oleh penelitian ini, diantaranya untuk mengetahui
data berupa nama-nama siswa, jumlah siswa dan dokumen yang
berkaitan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pokok
bahasan dengan menggunakan model demonstration.
e. Tes
Tes merupakan suatu cara yang berbentuk tugas atau serangkaian tugas
yang harus diselesaikan siswa yang bersangkutan. Digunakan
instrumen tes untuk megumpulkan data mengenai kemampuan siswa
terhadap penguasaan materi sholat jum’at dan dijadikan acuan untuk
menjawab suatu tujuan penelitian yaitu ingin meningkatan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan
sholat jum’at. Dalam penelitian ini, jenis tes yang akan diujikan yaitu
tes tertulis, dengan bentuk tes esay dan tes pilihan ganda (PG).
Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan sholat jum’at.
Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk mengetahui hasil belajar
siswa yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan metode atau
model pembelajaran kooperatif

E. VALIDASI DATA
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Data aktivitas
belajar peserta didik yang diperoleh melalui pengamatan dan hasil belajar
materi sholat jumat divalidasi dengan bantuan kolaborator teman
sejawat.

F. TEKNIK ANALISA DATA


Analisis data adalah salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar
mengajar komponen-komponen manakah yang masih lemah. Dengan
demikian kita mudah mengetahui seberapa tingkat keberhasilan dalam
pengumpulan data. Data-data yang diperoleh dari penelitian baik dari
pengamatan, observasi, tes atau dengan menggunakan metode yang lain
kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan
peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dalam
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
demonstration pada pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan di
kelas VII A SMPN 1 BAWEN. Adapun teknik pengumpulan data yang
berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-
angka.
Semua data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan deskriptif
presentase. Dimana hasil penelitian dianalisis dua kali, yaitu: rata-rata hasil
belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
X = nilai rerata hasil belajar
Σ X = jumlah nilai seluruh siswa
N = banyaknya siswa
Ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan:
P = Nilai ketuntasan belajar klasikal
Σ n1 = Jumlah siswa tuntas belajar individu (nilai ≥ 67)
Σ n = Jumlah total siswa40

G. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Indikator perubahan keaktifan peserta didik dikatakan meningkat jika

telah memperoleh kriteria aktif dan sangat aktif minimal 75% dari

jumlah peserta didik.

2. Indikator prestasi belajar peserta didik dikatakan meningkat jika

sekurang-kurangnya 75 % peserta didik menunjukkan tuntas belajar

atau mendapat nilai ≥ 67,00, dengan KKM 67,00.

Ketercapaian tujuan penelitian dapat diukur dengan membandingkan hasil

tindakan tiap siklus dengan indikator keberhasilan tindakan yang termuat

dalam tabel di bawah ini. Indikator-indikator tersebut dapat dirumuskan

sebagai berikut.

Tabel 6. Indikator Keberhasilan Tindakan

40
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h. 31
Pencapaian
Indikator Cara mengukur
siklus terakhir
Keaktifan dan minimal 75 % Diamati saat pembelajaran berlangsung dan
antusias peserta didik dihitung dari jumlah peserta didik yang
peserta didik aktif dan memperlihatkan keaktifan dan antusias selama
dalam diskusi antusias selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
kelompok pembelajaran lembar observasi. Peserta didik bersemangat
materi sholat melakukan diskusi kelompok dengan skala:
jumat 1. Tidak antusias (peserta didik tidak tertarik
dengan diskusi kelompok)
2. Kurang antusias (peserta didik cukup tertarik
dengan diskusi kelompok)
3. Antusias (peserta didik tertarik dengan diskusi
kelompok )
4. Sangat antusias (peserta didik sangat tertarik
dengan diskusi kelompok)
Respon minimal 75 % Diamati ketika proses pembelajaran dan dihitung
peserta didik peserta didik dari jumlah peserta didik yang responsif terhadap
dalam proses responsif proses pembelajaran materi sholat jumat dengan
pembelajaran terhadap proses skala:
materi sholat pembelajaran 1. Tidak responsif (peserta didik tidak
jumat materi sholat memberikan tanggapan atau pertanyaan
jumat terhadap proses pembelajaran)
2. Kurang responsif (peserta didik kurang
memberikan tanggapan atau pertanyaan
terhadap proses pembelajaran)
3. Responsif (peserta didik memberikan
tanggapan atau pertanyaan terhadap proses
pembelajarn)
4. Sangat responsif (pesera didik sangat
memberikan tanggapan atau pertanyaan
terhadap proses pembelajaran)
Antusias minimal 75 % Diamati ketika proses pembelajaran dan dihitung
peserta didik peserta didik dari jumlah peserta didik yang terampil
dalam media antusias saat menggunakan media pembelajaran dengan skala:
pembelajaran penayangan 1. Tidak antusias (peserta didik tidak
media bersemangat saat menggunakan media
pembelajaran pemodelan)
2. Kurang antusias (peserta didik kurang
bersemangat saat menggunakan media
pemodelan)
3. antusias (peserta didik bersemangat saat
menggunakan media pemodelan)
4. Sangat antusias (peserta didik sangat
bersemangat saat menggunakan media
pemodelan)
Ketuntasan minimal 75 % Diamati dari praktek sholat jumat peserta didik dan
hasil belajar peserta didik dihitung dari jumlah peserta didik yang
praktek sholat mampu memperoleh nilai praktik ≥ 67 (nilai 67 merupakan
jumat mencapai nilai nilai standar ketuntasan untuk materi sholat jumat)
batas ketuntasan
belajar ≥ 67.

H. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur adalah aturan dalam bermain, bekerja sama, berkordinasi
sehingga unit-unit dalam suatu sistem dapat berinteraksi secara efisien dan
efektif.41
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah
suatu susunan yang teratur dalam kegiatan yang berhubungan satu sama
lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan dan
memudahkan kegiatan utama dari satu organisasi. Prosedur penelitian
tindakan kelas dapat digambarkan dalam bentuk empat fase yang bersifat
sikluk. Keempat fase siklus meliputi perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan tindak lanjut (reflecting).

Model siklus penelitian tindakan kelas (PTK)42


Rencana Tindakan
1. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan berarti menyusun rencana tindakan dan penelitian
tindakan, antara lain:

41
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jambi: Gaung Persada Press, 2008) h. 28
42
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas. (Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, 2008) h.49
(1) Melakukan analisis terhadap standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
(2) Mengkaji silabus dan RPP yang berkaitan dengan materi yang
akan diteliti dengan bertujuan untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan dalam proses penelitian.
(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
yaitu model demonstration.
(4) Menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model demonstration.
(5) Membuat LOS (Lembar Observasi Siswa)
(6) Mempersiapkan sumber bahan yang dibutuhkan supaya dapat
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
(7) Menyusun format evaluasi pembelajaran yang diberikan pada
setiap akhir siklus
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti mempraktikan pembelajaran nyata
berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun pada tahap
sebelumnya. Tindakan ini termasuk pengaplikasian pembelajaran
baru, dan memperkenalkan siswa tentang pembelajaran model
demonstration. Maka dilakukan tindakan yaitu dengan
menggunakan model demonstration dapat dijabarkan sebagai
berikut:
(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
(2) Guru menjelaskan kepada peserta didik apa yang direncanakan
dan apa yang akan dikerjakan.
(3) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan.
(4) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
(5) Guru mendemonstrasikan kepada pesrta didik secara perlahan-
lahan, serta memberikan penjelasan yang cukup singkat.
(6) Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan
menjelaskan alasan-alasan setiap langkah yang akan
dikerjakan.
(7) Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan
demonstration sendiri selangkah demi selangkah dan disertai
penjelasan.
(8) Seluruh siswa memperhatikan demonstration dan
menganalisisnya.
(9) Tiap siswa mengemukakan hasil analisis dan
medemostrasikan pengalaman.
(10) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa
(11) Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan.
(12) Penutup.43
c. Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan teknik evaluasi yang
dilakukan dengan cara meneliti secara cermat dan sistematis. Pada
tahap ini observasi dilakukan pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran. Adapun aspek-aspek yang diamati peneliti
diantaranya:
(1) Aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar.
(2) Kreativitas dan kemampuan siswa pada saat proses belajar
mengajar.
(3) Siswa melaksanakan proses pembelajaran, peneliti melakukan
pengamatan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.
(4) Setiap kejadian dalam proses pembelajaran menjadi catatan
bagi peneliti dan penyempurna untuk kelompok berikutnya.
Hasil observasi diatas, menjadi refleksi bagi penyususan program
tindakan selanjutnya.
d. Refleksi

43
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum, (yogyakarta: Ar-ruzz
media 2013) h. 62-63
Pada tahap ini dapat ditemukan makna dari kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan untuk mendapatkan dasar perbaikan tindakan
selanjutnya. Apabila siklus I belum dapat meningkatkan kemampuan
shalat jum’at dengan menggunakan model demonstration pada
materi shalat jum’at maka peneliti akan melakukan tindakan
selanjutnya.
Refleksi dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil pengamatan
dan kegiatan pada setiap siklusnya. Refleksi dilakukan oleh guru dan
observer. Hasil refleksi ini tersebut dijadikan bahan pertimbangan
untuk perencanaan pembelajaran siklus berikutnya, sehingga dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Catatan-catatan penting guru (pene

J. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam pembahasan PTK ini, penulis membagi kedalam lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka Teori, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Bab ini merupakan landasan teori yang terdiri dari :
Pengertian Belajar, Tujuan Belajar, Pengertian Hasil
Belajar, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Belajar, Pengertian Sholat, Pengertian Sholat Jum’at,
Hukum Sholat Jum’at, Syarat-Syarat Wajib Sholat
Jum’at, Syarat Sah Mendirikan Sholat Jum’at, Rukun
Khutbah Jum’at, Syarat-Syarat Khutbah, Sunnah
Khutbah, Niat Sholat Jum’at, Tata Cara Sholat Jum’at,
Wirid dan Bacaan Sholat Juma’at, Fungsi Kurikulum
PAI, Pengertian Model Pembelajaran, Macam-Macam
Metode Dan Model Pembelajaran, Pengertian Model
Demonstration, Tujuan Model Demonstration , Langkah-
Langkah Pelaksanaan Model Demonstration, Kelebihan
dan Kekurangan Model Demonstration.
BAB III : Berisi metodologi penelitian yang terdiri dari :
Pendekatan Penelitian, Kancah Penelitian, Model
Penelitian, Prosedur Penelitian, Indikator Kinerja,
Instrumen Pengumpulan Data, dan Analisis Data.
BAB IV : Dalam bab ini merupakan hasil penelitian yang terdiri
dari : Deskripsi Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Data
Penelitian.
BAB V : Penutup, yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran

K. DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia.
Analia, Resa Evandari. 2010. “Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 Pada Mata
Pelajaran PAI Dengan Materi Sholat (Penelitian Di SDN
Kersamenak II Tarogong Kidul),” (Jurnal Fakultas Pendidikan Islam
dan Keguruan Universitas Garut, Vol 4. No. 1)
Muchtar, Heri Jauhan. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode
Penelitian Kuantitatif: Untuk Administrasi Publik Dan Masalah-
Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Tobroni dan Imam Suprayogo. 2003. Metodologi Penelitian Sosial
Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:
PT Remaja Rosdikarya

Anda mungkin juga menyukai