Oleh:
NADZIROH
NIM :27040220067
1
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang
yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala
(2011, hlm.62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok
dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah proses
atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah
kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa
objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik.
Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik. Hasil belajar
peserta didik pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah
melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes
hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Walaupun demikian, tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau
menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).
Mengacu pada pembelajaran sebagai suatu proses pengalaman melihat,
mengamati, mengalami dan memahami sesuatu yang dipelajari untuk
memperoleh hasil yang telah ditentukan melalui pembinaan, dan dorongan
motivasi dari pendidik maka peran guru merujuk pada kegiatan
pembelajaran tersebut adalah dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang
2
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara lebih
bermakna bagi kehidupan sehari- hari peserta didik. Pendidik harus
dipandang sebagai suatu proses yang berkelanjutan, mulai dari usia anak
kecil sampai pada usia dewasa. Pendidik masih banyak yang belum
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memilih dan
mengkondisikan model atau pendekatan pembelajaran. Demikian halnya
proses pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah dasar, saat ini
masih belum dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang digunakan,
masih banyak yang berpusat pada pendidik dan hanya menggunakan metode
ceramah sedangkan peserta didik kurang terlibat atau cenderung pasif. Hal
itu dikarenakan pendidik kurang menguasai materi pembelajaran dan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, guru-guru yang sudah terjun
lama dalam pendidikan masih memegang teguh pendirian dengan
menggunakan model yang berpusat pada pendidik yaitu ceramah. Dalam
proses pembelajaran dikelas pendidik hanya memegang satu buku panduan
dan tidak banyak sumber jadi peserta didik hanya berpusat pada satu titik
saja sedangkan dalam kemajuan teknologi dan perkembangan zaman.
Berdasarkan hasil observasi saat pembelajaran di Madrasah Intidaiyah
yang sudah menerapkan kurikulum 2013 yaitu MIM Salafiyah Ngepanrejo
Bandongan Magelang khususnya kelas V bahwa pola pembelajaran yang
masih konvensional dan pemanfaatan media yang kurang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran. Pada saat merencanakan
pembelajaran, pendidik harus benar-benar mempertimbangkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam menetapkan tujuan pembelajaran
yang terlalu mudah akan membuat peserta didik menjadi bosan dan tidak
merasa tertantang, sebaliknya menetapkan tujuan pembelajaran yang terlalu
sulit akan membuat peserta didik patah semangat dan membuat mereka
kehilangan rasa percaya diri karena mereka tidak punya keyakinan akan
mampu mencapainya. Salah satu unsur penting dalam meningkatkan
kompetensi peserta didik diperlukan rasa percaya diri.
Pendidikan harus berpusat pada peserta didik bukan berpusat pada
pendidik, pendidik hanya fasilitator dalam pembelajaran dengan metode-
3
metode untuk mendidik peserta didiknya dengan sumber belajar yang bebas
tetapi masih dengan pengawasan gurunya. Sehingga peserta didik hafal teori
tidak dipahami secara rinci, peserta didik tidak melakukan percobaan secara
langsung dan membangun konsep pengetahuan mereka, selain itu jika
pendidik meminta peserta didik mengerjakan soal didepan kelas peserta
didik tidak percaya diri dan merasa takut dengan kemampuan yang
dimilikinya, sehingga tidak berani mengerjakan soal didepan kelas,
kemudian ketika peserta didik diminta untuk mengungkapkan jawaban atau
diminta pendapat didalam kelas peserta didik tidak percaya diri untuk
mengungkapkan kepada peserta didik yang lainnya, selain ketika siswa
mengerjakan tugas secara berkelompok peserta didik terkadang
mengerjakan individu tidak ada kerjasama dengan anggotanya, sehingga
pengetahuan yang
4
Berdasarkan dari hasil ulangan harian subtema Organ Gerak Hewan
kelas V MIM Salafiyah Ngepanrejo, kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan soal masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
belajar peserta didik pada saat ulangan harian yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimum (KKM) subtema Organ Gerak Hewan yaitu 70. Dari
18 siswa hanya 7 orang yang mencapai nilai KKM. Keadaan ini seharusnya
segera diatasi, baik dengan cara menindak lanjuti kinerja peserta didik
ataupun model pembelajaran yang digunakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui meningkatkan hasil belajar peserta didik, yaitu dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran. Salah satu model yang cukup
efektif untuk menunjang keberhasilan belajar peserta didik adalah dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Dengan model ini Mengajak peserta didik berfikir secara rasional,
menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi pelajaran,
dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-
kenyataan yang ada dalam masyarakat dan memotivasi peserta didik giat
belajar, membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan peserta
didik.
Dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning
(PBL) diharapkan dapat membuat peserta didik lebih aktif serta
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena peserta didik terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran artinya bahwa peserta didik berperan
aktif dalam menemukan informasi sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar pada subtema Organ Gerak Hewan. Oleh karena itu penelitian ini
berjudul “Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Subtema Organ Gerak Hewan.
B. Masalah Penelitian
5
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
D. Manfaat Penelitian
1) Secara Teoritis
6
b. Bagi Guru
E. Kerangka Teori
1) Hasil Belajar
Secara bahasa hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu kata
hasil yang berarti “sesuatu yang diadakan, dibuat oleh usaha”2
dan belajar berarti “memperoleh kepandaian atau ilmu.”3 Jadi
hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh
setelah proses transfer of knowledge (perpindahan ilmu
pengetahuan).
Menurut istilah, hasil belajar adalah perubahan
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami
proses belajar.4 Hasil belajar bisa dipahami sebagai kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
7
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
8
ilmiah. IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara alam. Beberapa pengertian tentang IPA
antara lain dikemukakan oleh para ahli. IPA adalah pengetahuan
khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain ( Abdullah,
1998:18).
9
teknologi ialah IPA. Bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat,
maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih dan
mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Mata pelajaran IPA
mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu membentuk kepribadian
anak secara keseluruhan.
10
pembelajaran. Subtema ini memuat enam pembelajaran dengan
alokasi waktu satu minggu pada pembelajaran di kelas V semester
satu.
4) Percaya Diri
11
b. Langkah-langkah Model PBL
Aris Shoimin mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam
model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai
berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik
yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka berbagai tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.9
c. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL
Aris Shoimin berpendapat bahwa kelebihan model Problem
BasedLearning diantaranya :
12
d) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
F. Metode Penelitian
13
suatu penelitian yang bersifat reflektif yang didasarkan pada kondisi riil
yang kemudian dicari permasalahannya dan ditindaklanjuti dengan
melakukan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.13 Jadi
penelitian kelas dilakukan sebagai upaya perbaikan terhadap pelaksanaan
praktek pembelajaran oleh guru dengan melakukan tindakan-tindakan
pembelajaran berdasarkan permasalahan yang ada.
1) Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
14
Adapun daftar nama siswa kelas V sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar nama-nama siswa kelas V MIM Salafiyah
Ngepanrejo Bandongan Magelang
15
Peneliti ini menduga hal ini terjadi karena pada saat
pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan
siswa tidak dilibatkan aktif dala proses pembelajaran, sehingga
sikap percaya diri dan hasil belajar masih kurang. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengetahui penyebab dari siswa yang
mendapatkan nilai yang kurang dalam materi pembelajaran
dikelas V MIM Salafiyah Ngepanrejo Bandongan Magelang.
Peneliti juga ingin mensosialisasikan model problem based
learning agar siswa antusias, termotivasi dan percaya diri dalam
mengikuti pembelajaran dan dapat mencapai hasil belajar yang
diinginkan.
b. Objek Penelitian
16
belajar terhadap model pembelajaran problem based learning
pada subtema organ gerak hewan.
2) Rancangan Penelitian
17
Gambar 3.1
18
Gambar 3.2.
Tahap-Tahap Penelitian
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
19
observasi, dan mendesain alat evaluasi.
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
a) Siklus 1
c) Siklus III
20
Pada siklus III terdiri dari 2 kegiatan pembelajaran yaitu
pembelajaran 5 dan pembelajaran 6. Pada siklus III pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan pembelajaraan
setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 5 dan pembelajaran 6,
setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap
langkah pembelajaran disusun sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran model problem based learning.
3) Pengamatan (Observing)
21
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang diperlukan, untuk itu peneliti membuat rancangan
pengumpulan data untuk memenuhi data peneliti yang
dibutuhkan untuk penelitian tindakan kelas dikelas V MIM
Salafiyah Ngepanrejo Bandongan Magelang.
a. Jenis data
b. Sumber Data
22
yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti sajikan, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan. Kemudian kemudian jika peneliti menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya berasal dari masusia, serta
jika penelitti menggunakan dokumentasi, maka maka
dokumen yang menjadi sumber data.
Data yang dikumpulkan dalam peneliti ini digunakan untuk
menguji hipotesis atau menjawab semua pertanyaan yang
telah dibuat. Karena data yang dikumpulkan atau diperoleh
akan ditarik kesimpulan dengan baik dan benar.
2. Rancangan Pengumpulan Data
a. Tes
23
peserta didik pada materi yang diajarkan oleh guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
cara atau prosedur yang digunakan untuk mengukur
ketercapaian hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Tes
yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
dilakukan pada awal (freetest) dan pada akhir (postest).
Proses pembelajaran pra siklus dan tes akhir pembelajaran
pada setiap siklus pembelajaran.
b. Non tes
24
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Hendaknya dilakukan
langsung oleh peneilti dan observer dalam kegiatan
pembelajaran.
Dari uraian pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa observasi adalah keggiatan yang
dilakukan secara langsung san sistematis dengan
mengamati prosese pembelajaran hingga mengetahui
hasil yang akurattentang perubahan sikap dan tingkah
laku indiviidu.
2) Dokumentasi
25
Menurut Sugiyono analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
(generalisasi/inferensi). Statistik deskriptif untuk
mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan
menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti
alur berpikirnya misalnya bentuk grafik dan tabel.18 Data-
data yang diperoleh dari penelitian baik melalui
pengamatan, tes atau dengan menggunakan Model yang
lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indicator
keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
keberhasilan pembelajaran dengan Model Problem Based
Learning dalam pembelajaran Fikih. Adapun tehnik
pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-
data yang disajikan berdasarkan angka-angka, maka
analisis yang digunakan adalah kuantitatif, misalnya untuk
mencari prosentase keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran fikih materi Praktik Manasik Haji.
Sedangkan rumus untuk mencari prosentase adalah sebagai
berikut:
skor yang dicapai
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100 %
skor maksimal
2. Kriteria Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian
tindakan ini maka harus mencapai indikator sebeagai
berikut:
Peningkatan percaya diri dan hasil belajar mata pelajaran
IPA subtema Organ Gerak Hewan setelah menerapkan
model Problem Based Learning yang ditandai rata-rata
nilai hasil tes lebih dari 75 sebanyak 80% dari jumlah
peserta didik.
26
DAFTAR PUSTAKA
28