Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI ORGAN

GERAK HEWAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING


PADA SISWA KELAS V
MIM SALAFIYAH NGEPANREJO BANDONGAN MAGELANG
2022/2023

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Diajukan Sebagian Syarat


Memperoleh Sertifikat Guru Profesional
pada Bidang Studi

Oleh:
NADZIROH
NIM :27040220067

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
IAIN SALATIGA
2022
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku untuk


mengubah seseorang menjadi lebih baik agar bermanfaat bagi kehidupan
dirinya dan orang lain. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan agar
dapat menjadi lebih berkembang dalam pendidikan. Dengan pendidikan
menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
seseorang untuk menjadi lebih baik dalam potensi yang dimilikinya agar
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan kehidupan dimasyarakat. Dalam
kehidupan didunia sekarang ini pendidikan sangat dibutuhkan bagi orang
yang memiliki pengetahuan dan memiliki keterampilan yang berkarakter.
Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1, yaitu:


“pendidikan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sesuai dengan
yang dikehendaki pendidikan yang bersifat pengembangan dan humanis,
yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik bukan pembentukan
secara behavioristik”.
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan
perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Secara psikologis pengertian pembelajaran dapat
dirumuskan bahwa:
“pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai hasil dari
interaksi individu itu dengan lingkungannya”.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi

1
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang
yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala
(2011, hlm.62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok
dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah proses
atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah
kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa
objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik.
Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik. Hasil belajar
peserta didik pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah
melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes
hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Walaupun demikian, tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau
menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).
Mengacu pada pembelajaran sebagai suatu proses pengalaman melihat,
mengamati, mengalami dan memahami sesuatu yang dipelajari untuk
memperoleh hasil yang telah ditentukan melalui pembinaan, dan dorongan
motivasi dari pendidik maka peran guru merujuk pada kegiatan
pembelajaran tersebut adalah dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang

2
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara lebih
bermakna bagi kehidupan sehari- hari peserta didik. Pendidik harus
dipandang sebagai suatu proses yang berkelanjutan, mulai dari usia anak
kecil sampai pada usia dewasa. Pendidik masih banyak yang belum
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memilih dan
mengkondisikan model atau pendekatan pembelajaran. Demikian halnya
proses pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah dasar, saat ini
masih belum dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang digunakan,
masih banyak yang berpusat pada pendidik dan hanya menggunakan metode
ceramah sedangkan peserta didik kurang terlibat atau cenderung pasif. Hal
itu dikarenakan pendidik kurang menguasai materi pembelajaran dan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, guru-guru yang sudah terjun
lama dalam pendidikan masih memegang teguh pendirian dengan
menggunakan model yang berpusat pada pendidik yaitu ceramah. Dalam
proses pembelajaran dikelas pendidik hanya memegang satu buku panduan
dan tidak banyak sumber jadi peserta didik hanya berpusat pada satu titik
saja sedangkan dalam kemajuan teknologi dan perkembangan zaman.
Berdasarkan hasil observasi saat pembelajaran di Madrasah Intidaiyah
yang sudah menerapkan kurikulum 2013 yaitu MIM Salafiyah Ngepanrejo
Bandongan Magelang khususnya kelas V bahwa pola pembelajaran yang
masih konvensional dan pemanfaatan media yang kurang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran. Pada saat merencanakan
pembelajaran, pendidik harus benar-benar mempertimbangkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam menetapkan tujuan pembelajaran
yang terlalu mudah akan membuat peserta didik menjadi bosan dan tidak
merasa tertantang, sebaliknya menetapkan tujuan pembelajaran yang terlalu
sulit akan membuat peserta didik patah semangat dan membuat mereka
kehilangan rasa percaya diri karena mereka tidak punya keyakinan akan
mampu mencapainya. Salah satu unsur penting dalam meningkatkan
kompetensi peserta didik diperlukan rasa percaya diri.
Pendidikan harus berpusat pada peserta didik bukan berpusat pada
pendidik, pendidik hanya fasilitator dalam pembelajaran dengan metode-

3
metode untuk mendidik peserta didiknya dengan sumber belajar yang bebas
tetapi masih dengan pengawasan gurunya. Sehingga peserta didik hafal teori
tidak dipahami secara rinci, peserta didik tidak melakukan percobaan secara
langsung dan membangun konsep pengetahuan mereka, selain itu jika
pendidik meminta peserta didik mengerjakan soal didepan kelas peserta
didik tidak percaya diri dan merasa takut dengan kemampuan yang
dimilikinya, sehingga tidak berani mengerjakan soal didepan kelas,
kemudian ketika peserta didik diminta untuk mengungkapkan jawaban atau
diminta pendapat didalam kelas peserta didik tidak percaya diri untuk
mengungkapkan kepada peserta didik yang lainnya, selain ketika siswa
mengerjakan tugas secara berkelompok peserta didik terkadang
mengerjakan individu tidak ada kerjasama dengan anggotanya, sehingga
pengetahuan yang

sebelumnya telah diketahui peserta didik tidak dapat berkembang karena


mereka tidak dapat mengungkapkan potensi yang mereka miliki, bukan
hanya menerima saja pengetahuan baru yang mereka dapat. Dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada pendidik, peserta didik tidak akan terlihat
sikap mandiri dalam proses pembelajaran dikarenakan peserta didiik hanya
berpusat pada pendidik sedangkan untuk menumbuhkan sikap percaya diri
peserta didik, peserta didik dituntut untuk melakukan pembelajaran dengan
percaya diri tanpa bantuan pendidik, jadi pendidik hanya sebagai fasilitator
dan mengarahkan saja selebihnya peserta didik mencari sendiri dengan
percaya diri untuk menggali informasi, merumuskan masalah, dan
menyimpulkan masalah, kualitas pembelajaran akan meningkat jika
pendidik mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, kratif, dan
inovatif.
Beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar kelas V MIM
Salafiyah Ngepanrejo Bandongan Magelang dikarenakan pada subtema ini
pendidik tidak menggunakan model pembelajaran alternatif, pendidik hanya
mengandalkan metode ceramah dan metode penugasan berupa menjawab
pertanyaan dan mengerjakan tugas yang ada di buku peserta didik sehingga
proses pembelajaran terlihat sangat monoton.

4
Berdasarkan dari hasil ulangan harian subtema Organ Gerak Hewan
kelas V MIM Salafiyah Ngepanrejo, kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan soal masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
belajar peserta didik pada saat ulangan harian yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimum (KKM) subtema Organ Gerak Hewan yaitu 70. Dari
18 siswa hanya 7 orang yang mencapai nilai KKM. Keadaan ini seharusnya
segera diatasi, baik dengan cara menindak lanjuti kinerja peserta didik
ataupun model pembelajaran yang digunakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui meningkatkan hasil belajar peserta didik, yaitu dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran. Salah satu model yang cukup
efektif untuk menunjang keberhasilan belajar peserta didik adalah dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Dengan model ini Mengajak peserta didik berfikir secara rasional,
menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi pelajaran,
dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-
kenyataan yang ada dalam masyarakat dan memotivasi peserta didik giat
belajar, membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan peserta
didik.
Dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning
(PBL) diharapkan dapat membuat peserta didik lebih aktif serta
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena peserta didik terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran artinya bahwa peserta didik berperan
aktif dalam menemukan informasi sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar pada subtema Organ Gerak Hewan. Oleh karena itu penelitian ini
berjudul “Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Subtema Organ Gerak Hewan.

B. Masalah Penelitian

Apakah penggunaan model Problem Based Learning pada subtema


organ gerak hewan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V MIM
Salafiyah Ngepanrejo?

5
C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan


umum daripenelitian ini adalah untuk meningkatkan percaya diri dan
hasil belajar peserta didik MIM Salafiyah Ngepanrejo pada Subtema
Organ Gerak Hewan dengan menggunakan model Problem Based
Learning.
2) Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan pendidik dalam menyusun


perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning.

2. Untuk meningkatkan kemampuan pendidik dalam menerapkan


model pembelajaran problem based learning.

3. Untuk meningkatkan sikap percaya diri peserta didik.

4. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

1) Secara Teoritis

Berdasarkan permasalahan di atas secara teoritis bahwa model


pembelajaran Problem Based Learning di kelas V dapat digunakan
sebagai salah satu teknik untuk meningkatkan rasa percaya diri dan
hasil belajar peserta didik pada subtema organ gerak hewan di kelas
V MIM Salafiyah Ngepanrejo.
2) Secara Praktis

a. Bagi Lembaga Sekolah

Model Problem Based Learning dapat dijadikan model


pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di kelas dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

6
b. Bagi Guru

1. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap


pembelajaran yang sudah berlangsung.

2. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang


pendekatan pembelajaran yang inovatif.

3. Menciptakan kreativitas baru dalam pembelajaran sehingga


pembelajaran yang dilakukan tidak membosankan dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
c. Bagi Peserta Didik

1. Mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik sesuai


dengan tujuanKurikulum 2013.

2. Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Subtema


Organ GerakHewan.

3. Meningkatkan rasa percaya diri dan kerja sama antar peserta


didik dalamkegiatan pembelajaran berlangsung.

E. Kerangka Teori

1) Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Secara bahasa hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu kata
hasil yang berarti “sesuatu yang diadakan, dibuat oleh usaha”2
dan belajar berarti “memperoleh kepandaian atau ilmu.”3 Jadi
hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh
setelah proses transfer of knowledge (perpindahan ilmu
pengetahuan).
Menurut istilah, hasil belajar adalah perubahan
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami
proses belajar.4 Hasil belajar bisa dipahami sebagai kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.

7
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar peserta didik sangat dipengaruhi


oleh berbagai faktor yang senantiasa mengiringinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni
keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik

2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni


kondisi lingkungan di sekitar peserta didik
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan
Modelyang digunakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.5

Faktor-faktor internal antara lain faktor fisiologis,


psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan lain-lain.
Sedangkan faktor-faktor eksternal antara lain faktor lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar
merupakan aktifitas individu yang disadari oleh peserta didik.
Oleh karena itu, hasil belajar di sekolah dipengaruhi oleh
kapasitas peserta didik dan kualitas pengajaran. Dalam artian,
kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi dan kualitas
proses pembelajaran akan menentukan baik buruknya hasil belajar
peserta didik. Prestasi merupakan hasil kerja yang keadaannya
sangat kompleks.6 Secara institusi hasil belajar ini merupakan
bagian dari sebuah proses pendidikan khususnya di sekolah.
Sehingga banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut.
2) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
a. Pengertian IPA
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

8
ilmiah. IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara alam. Beberapa pengertian tentang IPA
antara lain dikemukakan oleh para ahli. IPA adalah pengetahuan
khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain ( Abdullah,
1998:18).

Selanjutnya Ahmad Susanto (2013:167) dalam bukunya yang


berjudul Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar IPA
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan
suatu kesimpulan. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep ( Sri Sulistyorini, 2007:39)

b. Tujuan Pembelajaran IPA


Pemberian mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik
memahami/menguasai konsep-konsep IPA dan saling
keterkaitannya, serta mampu menggunakan model ilmaih untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih
menyadari kebesaran dan kekuasaan penciptanya (Sumaji dkk,
1998:35).

Mata pelajaran IPA dimasukkan dalam suatu kurikulum di


sekolah, mempunyai berbagai alasan diantaranya bahwa IPA
berfaedah bagi suatu bangsa. Menurut Usman Samatowa (2010)
menyatakan bahwa kesejahteraan materil suatu bangsa banyak
sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA,
sebab IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai
tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk

9
teknologi ialah IPA. Bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat,
maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih dan
mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Mata pelajaran IPA
mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu membentuk kepribadian
anak secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Permendiknas RI no 22 Tahun 2006, tujuan


pembelajaran IPA diantaranya:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran alam ciptaan-


Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pengembangan konsep-


konsep IPA yang bermanfaat, dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran


tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki


alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam


memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala


keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan


IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs.

3) Pembelajaran tematik subtema Organ Gerak Hewan

Subtema Organ Gerak Hewan merupakan bagian materi ajar


subtema pertama dari tema 1 yakni Organ Gerak Hewan dan
Manusia, dalam pembelajaran tematik pengetahuan berbagai
kompetensi pelajaran dimuat dalam tema yang sama. Satu tema
terdiri dari beberapa subtema dan satu subtema memuat enam

10
pembelajaran. Subtema ini memuat enam pembelajaran dengan
alokasi waktu satu minggu pada pembelajaran di kelas V semester
satu.
4) Percaya Diri

Lauster,P (2003) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau


keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-
tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan
hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas
perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain,
memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan diri sendiri.
5) Model Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model PBL

Kehidupaan identik dengan menghadapai masalah. Model


pembelajaran inimelatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik
dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berfikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara
adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, dan demokratis.

Menurut Duch (1995) mengemukakan bahwa pengertian dari


model Problem Based Learning adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.7
Finkle and Torp (1995) menyatakan bahwa PBM
merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran
yang mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan
masalah dan dasardasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai
pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan
baik.8

11
b. Langkah-langkah Model PBL
Aris Shoimin mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam
model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai
berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik
yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka berbagai tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.9
c. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL
Aris Shoimin berpendapat bahwa kelebihan model Problem
BasedLearning diantaranya :

6) Kelebihan Model PBL

a) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan


masalah dalam situasi nyata.
b) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar.
c) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang
tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.
Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau
menyimpan informasi.

12
d) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

e) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan,


baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan
observasi.
f) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya
sendiri.

g) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi


ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil
pekerjaan mereka.
h) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.10

7) Kelemahan Model PBL


Aris Shoimin berpendapat bahwa selain memiliki
kelebihan, model Problem Based Learning juga memilki
kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
a) PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam
menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk
pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang
kaitannya dengan pemecahan masalah.
b) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman
siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian
tugas.11

F. Metode Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian tindakan


kelas(classaction research). Penelitian tindakan merupakan penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat.12

Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan

13
suatu penelitian yang bersifat reflektif yang didasarkan pada kondisi riil
yang kemudian dicari permasalahannya dan ditindaklanjuti dengan
melakukan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.13 Jadi
penelitian kelas dilakukan sebagai upaya perbaikan terhadap pelaksanaan
praktek pembelajaran oleh guru dengan melakukan tindakan-tindakan
pembelajaran berdasarkan permasalahan yang ada.
1) Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI


Muhammadiyah Salafiyah Ngepanrejo Kec. Bandongan Kab.
Magelang. Jumlah siswa sebanyak 18 orang siswa yang terdiri
dari 9 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.

Adapun dipilihnya siswa kelas V MIM Salafiyah Ngepanrejo


sebagai objek penelitian adalah terdapatnya permasalahan yang
terdapat didalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung
yaitu belum terlihatnya sikap percaya d i r i dan rendahnya hasil
belajar siswa pada subtema organ gerak hewan, sehingga harus
diperlakukanupaya untuk memperbaiki serta meningkatkan proses
belajar mengajar maupun hasil belajar. Oleh karena itu peneliti
akan menggunakan model problem based learning (PBL) untuk
memperbaiki masalah yang terdapat di dalam kelas saat proses
pembelajaran berlangsung.
Subjek penelitian ini sangat bermacam-macam jika dilihat
dari tingkat kemampuan siswa bermacam-macam, ada yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi,sedang, rendah, sangat
rendah.

14
Adapun daftar nama siswa kelas V sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar nama-nama siswa kelas V MIM Salafiyah
Ngepanrejo Bandongan Magelang

No Nama Peserta Didik L/P


1 Adilla Maulidya Arif P
2 Dafa Khairul Anam L
3 Habibatussalma P
4 Irfan Adi Saputra L
5 Kaisa ‘Afwa Khubbiba P
6 Kalista Maghfiroh P
7 Khonita Afififah P
8 Kuvita Dwi Chandra P
9 Lutfiana Amalinda Ramadhani P
10 Muhammad Kafana Faiqul Ulum L
11 Muhammad Maftuhen L
12 Muhammad Aditya L
13 Muhammad Dimas Prasetyo L
14 Muhammad Ferdyansyah L
15 Muhammad Mustaqim L
16 Naila Munzila P
17 Nayla Putri Najwa P
18 Wahyu Rio Riansyah L
(Sumber: wali kelas V)

Kelas V dijadikan subjek penelitian ini karena rata-rata nilai


uji kompetensi dan hasil belajar siswa dikelas ini masih banyak
yang tidak mencapapai KKM dan sikap percaya diri masih
kurang sehingga memerlukan perbaikan situasi pembelajaran
yang lebih efektif.

15
Peneliti ini menduga hal ini terjadi karena pada saat
pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan
siswa tidak dilibatkan aktif dala proses pembelajaran, sehingga
sikap percaya diri dan hasil belajar masih kurang. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengetahui penyebab dari siswa yang
mendapatkan nilai yang kurang dalam materi pembelajaran
dikelas V MIM Salafiyah Ngepanrejo Bandongan Magelang.
Peneliti juga ingin mensosialisasikan model problem based
learning agar siswa antusias, termotivasi dan percaya diri dalam
mengikuti pembelajaran dan dapat mencapai hasil belajar yang
diinginkan.
b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari


kemampuannya, yakni ada siswa yang mempunyai kemampuan
yang tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.
Dengan sasaran penelitian ini yaitu untuk meningkatkan rasa
percaya diri dan hasil belajar siswa pada subtema organ gerak
hewan. Dalam penelitian ini siswa dibimbing agar dapat
mengetahui tentang pembelajaran subtema organ gerak hewan.
Untuk itu peneliti mengatasi masalah dengan penerapan model
problem based learning untuk meningkatkan sikap percaya diri
dan hasil belajar.
Variabel-variabel penelitian yang menjadi titik puncak untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Variabel input, yakni variabel yang berkaitan dengan siswa,
guru bahan pembelajaran, sumber belajar dan lingkungan
belajar.
2. Variabel proses, yakni variabel yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar seperti cara belajar siswa, dengan
implementasi penerapan model problem based learning.

3. Variabel output, yakni variabel yang berhubungan dengan


hasil yang diharapkan seperti, sikap percaya diri dan hasil

16
belajar terhadap model pembelajaran problem based learning
pada subtema organ gerak hewan.

2) Rancangan Penelitian

Dalam pelaksanaan PTK di perlukan sebuah rencana tindak lanjut


yang di lakukan secara berdaur membentuk suatu siklus sebagaimana
prosedur pelaksanaan PTK. Prosedur penelitian ini mengikuti tahap-
tahap penelitian tindakan kelas. Rencana ini di laksanakan secara
berkesinambungan, mulai dari silkus I sampai siklus III. Rencana
dalam tindakan kelas ini, di laksanakan dalam tiga siklus, rencana
tindakannya adalah:
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau skenario
pembelajaran.

2. Mempersiapkan alat evaluasi, berupa tes.

3. Membuat instrumen penelitian untuk memantau proses


pembelajaran.

4. Membuat instrumen penilaian untuk menilai hasil diskusi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan yang dilakukan dalam
penelitian dengan jelas digambarkan oleh Kemmis and Mc Tanggart
dalam Dadang Iskandar dan Nasrim (2015, hlm. 18):

17
Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Spiral dari Kemmis and Mc Tanggart Sumber:


Dadang Iskandar (2015, hlm. 18)

Gambar di atas menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas pada


model spiral setiap siklusnya terdiri dari langkah-langkah (a spiral of
steps). Setiap langkah terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (plan),
tindakan (action), observasi (observer) dan refleksi (reflective). Kemudian
di lanjutkan pada perencanaan kembali, tindakan, observasi dan refleksi
pada siklus selanjutnya. Kemudian di buat perencanaan kembali untuk
persiapan tindakan perbaikan. Model ini dipilih karena lebih efesien,
dengan empat tahapan penelitian tindakan yang mudah di pahami. Untuk
lebih jelasnya rangkaian ini dapat di lihat pada gambar berikut ini :

18
Gambar 3.2.
Tahap-Tahap Penelitian

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

Sumber: Arikunto (2010) dalam Dadang Iskandar dan Nasrim (2015,hlm.23)


Gambar 3.2 di atas memperlihatkan bahwa penelitian tindakan
kelas ini terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus meliputi dua pertemuan
dan empat tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi, dapat di uraikan prosedur Penetilitian Tindakan Kelas
sebagai berikut:

1) Perencanaan Tindakan (planning)

Sebelum melaksanakan PTK, peneliti hendaknya


mempersiapkan terlebih dahulu konsepnya dengan membuat
perencanaan dalam bentuk tulisan. Pernecanaan adalah langkah
yang dilakukan oleh peneliti ketika akan memulai tindakan. Ada
beberapa langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan ini,
yakni: membuat skenario pembelajaran, membuat lembaran

19
observasi, dan mendesain alat evaluasi.
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan skenario pembelajaran


yang telah dibuat. Seorang peneliti akan melakukan tindakan
harus memahami secara mendalam tentang skenario
pembelajaran beserta langkah-langkah praktisnya. Langkah-
langkah pembelajaran dalam pelaksanaan ini adalah dengan
menerapkan model problem based learning sebagai model
pembelajaran.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Siklus 1

Pada siklus 1 pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri


dari 2 kegiatan, setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35
menit, setiap langkah pembelajaran disusun sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran modelproblem based learning.
Apabila siklus I tidak berhasil maka dilakukan perbaikan-
perbaikan dan hasil refleksi dari siklus I tersebut yang
digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan siklus II.
b) Siklus II

Pada siklus II terdiri dari 2 kegiatan pembelajaran yaitu


pembelajaran 3 dan pembelajaran 4. Pada siklus II pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan pembelajaran
setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 3 dan pembelajaran 4,
setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap
langkah pembelajaran disusun sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran model problem based learning. Apabila siklus II
belum berhasil maka dilakukan perbaikan-perbaikan dari hasil
refleksi dari siklus II tersebut yang akan digunakan sebagai
bahan untuk melaksanakan siklus III.

c) Siklus III

20
Pada siklus III terdiri dari 2 kegiatan pembelajaran yaitu
pembelajaran 5 dan pembelajaran 6. Pada siklus III pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan pembelajaraan
setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 5 dan pembelajaran 6,
setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap
langkah pembelajaran disusun sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran model problem based learning.
3) Pengamatan (Observing)

Pengamatan adalah proses mencermati proses jalannya


pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini merupakan realisasi
dari lembar observasi yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah


langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang
dilakukan oleh dengan guru maupun siswa. Pada tahap ini hasil
yang diperoleh pada tahap observasi akan di evaluasi dan
dianalisis. Kemudian guru bersama pengamat dan juga siswa
mengadakan refleksi diri dengan melihat data observasi. Apakah
kegiatan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya target yang akan di tingkatkan dalam
penelitian.
Penelitian ini akan dilaksankan sebanyak tiga siklus, dimana
setiap siklusnya terdiri dari dua kali pembelajaran, yaitu siklus 1
memuat pembelajaran satu dan dua, siklus II memuat
pembelajaran tiga dan empat, dan siklus III memuat pembelajaran
lima dan enam.
3) Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang penting


untuk sebuah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka

21
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang diperlukan, untuk itu peneliti membuat rancangan
pengumpulan data untuk memenuhi data peneliti yang
dibutuhkan untuk penelitian tindakan kelas dikelas V MIM
Salafiyah Ngepanrejo Bandongan Magelang.

a. Jenis data

Penelitian tindakan kelas menurut Dadang Iskandar (2015,


hlm. 52) memiliki dua sumber yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif:
1) Data kuantitatif berupa angka-angka yang diambil dari
data evaluasi setelah diadakan pembelajaran diolah
dengan menggunakan teknik deskripsif presentase.
Selanjutna nilai dianalisis berdasarkan:
a) pencapaian peserta didik yakni nilai tertinggi,
terendah, jumlah, rata-rata kelas serta ketuntasan,
b) kelompok nilai misalnya nilai 40 sebanyak 3 orang
(30%) nilai 50 sebanyak 2 orang (20%) dan
seterusnya berdasarkan kelipatan.
2) Data kualitatif berisi kalimat penjelas yang diambil dari
hasil observasi peneliti pada siswa selama kegiatan belajar
berlangsung dan hasil pengamatan observer pada kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peneliti dianalisis dengan
deskriptif persentase dan dikelompokkan berdasarkan
kategori.

b. Sumber Data

Menurut Arikunto (1998, hlm 199) sumber data adalah


subjek dari mana suatu data dapat diperoleh. Menurut Sutopo
(2006, hlm.57) sumber data adalah tempat data diperoleh
dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia,
artepak ataupun dokumen-dokumen. Peneliti dalam
mengumpulkan data berupa angket, maka disebut responden,

22
yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti sajikan, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan. Kemudian kemudian jika peneliti menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya berasal dari masusia, serta
jika penelitti menggunakan dokumentasi, maka maka
dokumen yang menjadi sumber data.
Data yang dikumpulkan dalam peneliti ini digunakan untuk
menguji hipotesis atau menjawab semua pertanyaan yang
telah dibuat. Karena data yang dikumpulkan atau diperoleh
akan ditarik kesimpulan dengan baik dan benar.
2. Rancangan Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu


tes dan non tes, sebagai berikut:

a. Tes

Menurut Arikunto (2013, hlm.193) tes yaitu srentetan


pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat, yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Nana Sudjana (2009, hlm.35) mengemukakan bahwa
tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur
hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Nana Sudjana
menambahkan baha tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
dijawab siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulisan (tes tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (tes
tindakan). Teknik pengumpulan data dengan tes bermaksud
untuk menilai hasil belajar dalam ranah kognitif. Pada
konteks ini tes digunakan untuk mengukur pemahaman

23
peserta didik pada materi yang diajarkan oleh guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
cara atau prosedur yang digunakan untuk mengukur
ketercapaian hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Tes
yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
dilakukan pada awal (freetest) dan pada akhir (postest).
Proses pembelajaran pra siklus dan tes akhir pembelajaran
pada setiap siklus pembelajaran.

b. Non tes

Metode non tes adalah pelaksanaan penilaian dengan


menyajikan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab
dengan jujur atau apa adanya oleh responden, atau non test
dilakukan untuk mengumpulkan data proses pembelajaran
berupa deskripsi kondisi pembelajaran yang diambil dari
lembar observasi.
1) Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan


oleh beberapa observer dan pengamat terhadap proses
pembelajaran berlangsung.

Arikunto (2013, hlm 199) observasi adalah proses


mencermati jalannya tindakan. Pengamatan ini
dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang sudah
disediakan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas
guru dan siswa. Selain itu dalam lembar pengamataan
observer diharapkan dapat memberikan masukan yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan
demikian masukan yang diberikan dapat menjadi bahan
refleksi dalam menentukan siklus selanjutnya.
Nana Sudjana (2009, hlm. 84) mengemukakan
bahwa observasi atau pengamatan sebagai alat
penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkah laku

24
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Hendaknya dilakukan
langsung oleh peneilti dan observer dalam kegiatan
pembelajaran.
Dari uraian pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa observasi adalah keggiatan yang
dilakukan secara langsung san sistematis dengan
mengamati prosese pembelajaran hingga mengetahui
hasil yang akurattentang perubahan sikap dan tingkah
laku indiviidu.
2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data


dengan mengkaji dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Nawawi (2005, hlm. 133) menyatakan bahwa
dokumen adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku termasuk pendapat, dalil yang
berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa dokumentasi adalah cara untuk mengumpulkan
arsip-arsip dokumentasi atau memperoleh data
pendukung untuk memperkuat hasil penelitian yang
dinantinya dapat dipertanggung jawabkan.

3. Analisis Data dan kriteria keberhasilan

1. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan


mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Teknik analisis
data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.

25
Menurut Sugiyono analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
(generalisasi/inferensi). Statistik deskriptif untuk
mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan
menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti
alur berpikirnya misalnya bentuk grafik dan tabel.18 Data-
data yang diperoleh dari penelitian baik melalui
pengamatan, tes atau dengan menggunakan Model yang
lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indicator
keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
keberhasilan pembelajaran dengan Model Problem Based
Learning dalam pembelajaran Fikih. Adapun tehnik
pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-
data yang disajikan berdasarkan angka-angka, maka
analisis yang digunakan adalah kuantitatif, misalnya untuk
mencari prosentase keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran fikih materi Praktik Manasik Haji.
Sedangkan rumus untuk mencari prosentase adalah sebagai
berikut:
skor yang dicapai
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100 %
skor maksimal
2. Kriteria Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian
tindakan ini maka harus mencapai indikator sebeagai
berikut:
Peningkatan percaya diri dan hasil belajar mata pelajaran
IPA subtema Organ Gerak Hewan setelah menerapkan
model Problem Based Learning yang ditandai rata-rata
nilai hasil tes lebih dari 75 sebanyak 80% dari jumlah
peserta didik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman.Ginting (2012) Esensi dan praktis pembelajaran (disiapkan untuk


sertifikasi guru-dosen).Bandung:Humaniora.

Abdullah, Sani Ridwan. 2014. Pembelajaran saintifik untuk kurikulum


2013.Jakarta: Bumi Aksara.

Agus Suprijono. (2015). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran.PT. Remaja Rosdakarya: Bandung
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aris, shoimin. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Bahri, Aliem. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Makassar : Universitas


Muhammadiyah Makassar.

Berns, R. G. dan Erickson, P. M. (2001).Contextual Teaching and Learning:


Preparing Students for The New Economy.

Daryanto, (2014). Pembelajran Tematik, Terpadu,Terintegrasi (Kurikulum


2013).Jogjakarta: Gava Media.

Dimyati,Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara.
Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
27
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstualdalam Pembelajaran
Abad 21.Bogor:Ghalia Indonesia.

Iskandar, Dadang dan Narsim.(2015).Penelitian Tindakan Kelas dan Publikasinya


Untuk Kenaikan Pangkat dan Golongan Guru & Pedoman Penulisan PTK
bagi Mahasiswa.Cilacap:Ihya Media.

28

Anda mungkin juga menyukai