Anda di halaman 1dari 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif tetap yang terjadi

pada segala macam keseluruhan tingkah laku suatu proses organisme sebagai hasil

pengalaman. Belajar mengakibatkan berbagai unsur yang ada, berupa kondisi fisik dan

psikis orang yang belajar. Kedua kondisi tersebut sangat intern dan berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar. Selain itu diperlukan juga tenaga pengajar yang memiliki kemampuan

dan kecakapan yang lebih memadai, kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih

lengkap, dan administrasi yang lebih teratur.

Kegiatan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap

orang sepanjang hidupnya. Pada hakikatnya, proses belajar itu terjadi karena adanya

interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi

kapan dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku pada dirinya yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan

pada tingkat pengetahuan, keterampilan atas sikapnya.

Perolehan hasil belajar yang maksimal perlu adanya dukungan dari guru

sebagai pengajar serta semua arahan yang disampaikan oleh guru. Aturan-aturan ini yang

nantinya diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas, diantaranya penggunaan

media pembelajaan serta metode apa yang nantinya akan diterapkan oleh guru tersebut

yang nantinya mendukung materi yang disampaikanpada saat itu.


2

Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis

berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Penerapan metode ini memang sangat

berpengaruh dengan kondisi belajar siswa di kelas. Penggunaan metode pembelajaran yang

menarik akan membuat siswa lebih berminat dalam belajar di kelas. Dapat dikatakan

adanya penerapan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru, merupakan salah satu

usaha merakayasa lingkungan, agar siswa merespon stimulus yang telah diberikan oleh

guru.

Stimulus pembelajaran merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk

memperoleh respon sesuai dengan tujuan awal dalam pembelajaran. Salah satu stimulus

yang dapat diciptakan oleh seorang guru dalam meningkatkan hasil dalam pembelajaran

adalah dengan menerapkan metode pembelajaran. Tujuan dari penerapanmetode

pembelajaran tersebut adalah terciptanya respon dari siswa sehingga mampu menangkap

pesan pembelajaran yang disampaikan lewat metode tersebut secara maksimal.

Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa

dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Hal tersebut tentunya sangat membantu siswa

dalam memahami sebuah pelajaran. Penggunaan media oleh guru nantinya akan

menentukan bagaimana siswa akan merasa nyaman pada saat pembelajaran berlangsung,

dan juga menarik tidaknya minat belajar siswa. Melalui pertimbangan tersebut membuat

guru nantinya agar mampu menciptakan keinginan siswa untuk belajar dengan nyaman

tentunya di dalam kelas.

Agar tujuan pendidikan Islam dan kriteria manusia yang baik dapat tercapai

maka dibutuhkan metode belajar yang tepat sejalan dengan materi pelajaran, dan secara

fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam
3

tujuan Pendidikan Agama Islam. Pengalaman membuktikan, bahwa kegagalan pengajaran

agama Islam salah satunya disebutkan oleh pemilihan cara atau metode belajar yang kurang

tepat, sering terjadi proses belajar mengajar yang kurang bergairah dan kondisi siswa

kurang kreatif dikarenakan penentuan cara belajar yang kurang sesuai dengan sifat bahan

dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Bahkan terkesan para guru nyaman

menggunakan cara atau metode belajar konvensional dan monoton untuk seluruh kegiatan

belajar mengajar.

Peserta didik yang berada pada tingkat MTs berada pada rentangan usia anak-

anak. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ

tumbuh dan berkembang luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat

segala sesuatu sebagai satu keseluruhan (holistik) serta mampu memahami hubungan

antara konsep secara sederhana. Proses pembejaran masih bergantung kepada aspek-aspek

secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada aspek-aspek konkret dan

pengalaman yang dialami.

Saat ini, pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan pembelajaran di MTs untuk setiap

mata pelajaran dilakukan “secara murni” mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar

kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Pada pembelajaran

yang memisahkan penyajian muda pelajaran secara tegas kurang mengembangkan anak

untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Dengan pelaksanaan

kegiatan, seperti yang disebutkan, muncul permasalahan pada yaitu tingginya angka

mengulang kelas dan putus sekolah.

Problematika pembelajaran dalam konsep pelajaran SKI juga berhubungan

dengan guru dan siswanya. Namun karena guru sebagai fasilitator yang berfungsi untuk
4

melayani, membimbing, membina dan membuat dirinya sebagai konsultan akademik yang

dituntut agar mampu membuat siswanya menuju gerbang keberhasilan. Dengan kata lain

bahwasannya guru sebagai jantung utama pembelajaran, yakni hidup dan mati sebuah

pembelajaran tergantung sepenuhnya kepada guru.

Untuk menjadi guru yang dapat membawa siswanya ke arah kehidupan yang

lebih baik, tentu saja membutuhkan syarat yang harus dipenuhi, di antaranya adalah

seorang guru harus dapat menjawab tantangan serta peluang pembelajaran, menyusun

strategi pembelajaran yang unggul dan profesional, melibatkan peran masyarakat dalam

pembelajaran, dan menjadi guru yang unggul dan profesional.

Keberadaan lingkungan yang mendukung ikut mengambil bagian dalam

terciptanya pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang nyaman bagi para siswa. Karena

pada hakikatnya, kepribadian manusia itu tidak dapat dirumuskan sebagai suatu

keseluruhan atau kesatuan an sich (satu individu saja) tanpa sekaligus meletakkan

hubungannya dengan lingkungan tempat dia berada.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk mewawancarai siswa kelas

VII B di MTs N 5 Bojonegoro. Jumlah siswa kelas VII B keseluruhan hanya berjumlah 32,

dan untuk siswa yang beragama Islam hanya 2 orang dan sisanya beragama Budha. Hasil

wawancara menunjukkan bahwa siswa kurang mendapatkan motivasi dalam belajar

Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah maupun di rumah.

Kedua siswa tersebut beranggapan bahwa mereka kurang mendapatkan

perhatian tentang Pendidikan Agama Islam sehingga belajar SKI ada kesulitan. Siswa

menyampaikan bahwa pembelajaran SKI hanya mereka dapatkan di sekolah, karena

lingkungan yang mayoritas Budha serta tempat tinggal yang berdampingan dengan banyak
5

vihara membuat mereka banyak melihat peribadatan lain. Jam pelajaran yang diberikan

oleh sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga dirasa kurang untuk para

siswa ini. Terutama kekurangan yang mereka rasakan dalam hal pendalaman materi seputar

Dawah Nabi Muhammad SAW di Mekah. Melihat banyak penyampaian siswa tentang

kurangnya motivasi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, membuat peneliti

menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa ikut serta berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas.

Hasil belajar siswa menunjukkanangka dimana masih sering di bawah Kriteria

ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan di MTs N 5 Bojonegoro yaitu 75.

Sebagai pengantisipasi di atas dan untuk menumbuhkan interaksi guru dengan siswa secara

efektif perlu diupayakan dengan menggunkan metode pembelajaran yang tepat. Karena

dengan penerapan metode yang tepat nantinya akan membantu keberhasilan pembelajaran

di kelas. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang

disampaikan pada saat itu , tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua materi.

Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran Index Card Match yang termasuk

model pembelajaran active learning PAIKEM. Diharapkan dengan metode pembelajaran

yang baru dapat membangkitkan semangat siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Index Card Match

Mapel SKI Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada Siswa Kelas VII B MTs

N 5 Bojonegoro tahun 2021/2022”


6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti bersama teman

sejawat mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan dari pembelajaran SKI materi

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah, sebagai berikut:

1. Mengapa hasil belajar siswa rendah?

2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam

pembelajaran?

3. Bagaimana agar hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Dakwah

Nabi Muhammad SAW di Mekah meningkat?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini data terarah dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran,

maka penulis membatasi masalah yang berhubungan dengan permasalahan saja yakni

sebagai berikut:

1. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro

tahun pelajaran 2021/2022 pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di

Mekah.

2. Penggunaan metode Index Card Match oleh guru pada pembelajaran SKI materi

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah tahun pelajaran 2021/2022.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b) Pengetahuan dan pengertian, c) Sikap dan
7

cita-cita. Sedangkan dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar

pengetahuan/ kognitif siswa pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

Index Card Match merupakan salah satu dari model atau strategi pembelajaran

aktif (active learning) berbasis PAIKEM sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh guru

untuk dapat menambah keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok.

Dalam bukunya Melvin L. Silberman, Index Card Match dari bahasa Inggris yang artinya

mencari jodoh kartu tanya jawab.

D. Rumusan Masalah

Dalam identifikasi masalah telah dipaparkan berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran SKI

materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah. Penggunaan metode Index Card Match

diarahkan oleh peneliti dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran SKI materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada siswa kelas VII

B MTs N 5 Bojonegoro. Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah

di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Index Card Match dalam meningkatkan hasil

belajar SKI materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada siswa kelas

VII B MTs N 5 Bojonegoro?

2. Apakah metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran SKI materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah di

kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro?


8

E. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti yang diaharapkan dari penelitian ini untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran SKI.

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Index Card Match

dalam pembelajaran SKI di kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat penelitian tindakan kelas ini dalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar dalam pembelajaran SKI melalui metode Index Card Match

bagi siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro.

b. Sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Paraktis

a. Manfaat bagi siswa.

Siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh seorang guru

serta meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas siswa.

b. Manfaat bagi guru.

Guru memperoleh informasi tentang mengajar tematik menggunakan

Metode Index Card Match.

c. Manfaat bagi Sekolah.

Menambah daftar pustaka disekolah, serta ikut memajukan sekolah demi

tercapainya proses belajar mengajar yang efektif.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu

kejadian telah dikenal, bahkan disadari atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun

pengertian yang lengkap untuk memenuhi keinginan semua pihak, khususnya keingan-

keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan psikolog, sampai sekarang telah diberikan. Itu

bukan berarti tidak perlu dan tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud

dengan belajar.

Para ahli telah mencoba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan

rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing, baik bentuk rumusan

maupun aspek-aspek yang ditentukan dalam belajar. Terdapat perbedaan pendapat antara

ahli yang satu dengan ahli yang lain. Namun, perlu diketahui bahwa disamping perbedaan

terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut.

Belajar menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berusaha (berlatih, dsb)

supaya mendapat suatu kepandaian. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya fikir,

sikap, kebiasaan dan lain-lain.

Menurut Umar Tirtarahadja pengertian belajar adalah aktivitas pengembangan

diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diribelajar dibawah bimbingan


10

pengajar. Definisi lain menyebutkan, belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Ada pula yang

menyebutkan belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

Menurut Sholeh Abdul Aziz dalam kitabnya yang berjudul AttarbiyahWaturuqu

al-Tadris, Juz I, mendefinisikan pengertian belajar:

“Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman

lama, kemudian terjadilah perubahan yang baru”.

Clifford T. Morgan mengemukakan “Learning may be defined asany relatively

permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice”.

Sedangkan menurut Charles E. Skiner, “Learning is a process ofprogressive behaviour

adaptation” artinya belajar adalah proses perubahantingkah laku melalui adaptasi.

Belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang perubahannya relatif tetap

dalam sebuah susunan tingkah laku yang dilakukan, yang terjadi sebagai suatu hasil dari

pengalaman. Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan

kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tinjauan

kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses falidasi atau pengabsahan terhadap

penguasaan peserta didik atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualititatif belajar

ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan

dunia di sekeliling peserta didik.


11

Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif peserta didik dalam membangun

makna atau pemahaman. Oleh sebab itu peserta didik perlu diberi waktu yang memadahi

untuk melakukan proses itu. Artinya, memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika

peserta didik menghadapi masalah sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk

membangun sendiri gagasannya.

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh peserta didik, kemudian bagaimana

informasi itu diperoleh dalam fikiran peserta didik. Berlandaskan suatu teori belajar,

diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman peserta didik sebagai

hasil belajar.

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan tingkah laku.

Dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, peningkatan

pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b) Pengetahuan dan pengertian, c) Sikap dan

cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan

dalam kurikulum.
12

Adapun Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a) Informasi verbal,

b) Keterampilan intelektual, c) Strategi kognitif, d) Sikap, dan e) Keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler,

tujuan institusional maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Menurut Wasty Soemanto, hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor.

Sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam

yaitu:

a. Faktor-faktor stimulasi belajar

Yaitu segala sesuatu diluar individu yang merangsang individu untuk

mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, yang dikelompokkan dalam faktor stimuli

belajar antara lain: banyaknya bahan pelajaran, tingkat kesulitan bahan pelajaran,

kebermaknaan bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajaryang

dipakai oleh pembelajar. Adapun faktor-faktor metode belajar menyangkut kegiatan

berlatih atau praktik, over learning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang

hasil-hasil belajar, belajardengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan

modalitas indera, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.

c. Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual meliputi kematangan, faktor usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi


13

kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani,dan motivasi. Kemudian hasil belajar

yang dicapai peserta didik melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung

menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik

pada diri peserta didik.

2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

3) Hasil belajar yang diperoleh peserta didik mantep dan tahan lama.

4) Hasil belajar yang diperoleh pesrta didik secara menyeluruh (komprehensif),

yakni mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris.

5) Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dengan

mengendalikanproses danusaha belajarnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sasaran

atau tujuan dari adanya proses interaksi belajar mengajar atau pengalaman belajar siswa.

Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan dalam interaksi

atau proses belajar mengajar diperlukan penilaian atau evaluasi.

2. Komponen-Komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah

komponen atau unsur yang meliputi tujuan, peserta didik, pendidik, lingkungan pendidikan

dan sarana pembelajaran.

Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan pembelajaran
14

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dipelaksanaan suatu

kegiatan, tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan sebagai unsur

penting untuk suatu kegiatan, maka dalamkegiatan suatu apapun tujuan tidak bisa

diabaikan. Demikian halnya dengan kegiatan pembelajaran.

Menurut Oemar Hamalik, tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran

merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam

merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:

1. Untuk menilai hasil pembelajaran.

2. Untuk membimbing siswa belajar.

3. Untuk merancang sistem pembelajaran.

4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan

proses pembelajaran.

5. Untuk melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program

pembelajaran.

Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi belajar.

2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku dalam bentuk dapat diukur dan dapat

diamati.

3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.

Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin

dicapai dalam kegiatannya. Jadi tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak

dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, misalnya


15

satuan acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku peserta

didik.

Untuk itu dapat digaris bawahi bahwa tujuan pokok pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan

segala permasalahan yang dihadapinya.

b. Peserta didik

Peserta didik adalah seorang anak yang selalu mengalami perkembangan

sejak terciptanya sampai meninggal dan perubahan-perubahan itu terjadi secara

wajar. Dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 disebutkan peserta didik

adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan

tertentu”.

Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek

atau sasaran pembelajaran, melainkanjuga harus diperhatikan sebagai subyek

dalam pembelajaran.

Dasar peserta didik sebagai obyek sekaligus subyek dalam wilayah keilmuan

harus dikaji dan dikembangkan secara optimal. Perpaduan pengembangan

keilmuan peserta didik ditinjau sebagai obyek maupun subyek dalam jangka

panjang dapat menghindarkan terjadinya perpecahan kepribadian dalam diri

peserta didik.

c. Pendidik

Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang
16

memberikan pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain.

Sejalan perkembangan keilmuan pendidikan, muncul konsep bahwa mendidik

bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada orang

yang belum tahu, tetapi suatu proses membantu seseorang untuk membentuk

pengetahuannya sendiri.

Dewasa ini pendidik berkembang sesuai dengan fungsinya membina untuk

mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini,

masalah pengetahuan, kecakapan dan keterampilan pendidik perlu mendapat

perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi dan

fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas

pendidik, maka tidak akan membawa hasil yang diharapkan.

d. Bahan pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalamproses

pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran, pembelajaran tidak akanberjalan. Karena

itu, guru yang akan mengajar harus memiliki danmenguasai bahan pelajaran

yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Melalui bahan pelajaran ini peserta didik diantarkan kepada tujuan

pembelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau

bidang studi yang diberikan kepada peserta didik sesuai kurikulum yang

digunakannya.

Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa

diabaikan dalam pembelajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses

pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.


17

e. Sumber pembelajaran

Dalam pembelajaran ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada peserta

didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai

sumber guna dipakai dalam proses pembelajaran.

Sumber pembelajaran dalam arti sempit adalah, misalnya, buku-buku atau

bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian pembelajaran tersebut masih sama

sempitnya bila diartikan sebagai sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan

secara auditif maupun visual saja, misal LCD, slides, video, film dan perangkat

keras lainnya. Pengertian yang labih luas tentang sumber pembelajaran adalah

segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam proses

pembelajaran.

Yang dimaksud dengan sumber-sumber pembelajaran di sini adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat

atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu

merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan.

f. Alat peraga

Sering disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap

oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang

disampaikan guru lebih mudah difahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran

alat peraga dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses

pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Sebagai alat bantu dalam pembelajaran alat peraga mempunyai sifat sebagai

berikut:
18

1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.

2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.

3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar.

4. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).

g. Metode

Metode secara harfiah berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta

berarti “melalui” dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti jalan atau

cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Berangkat dari pengertian diatas,

bila dikaitkan dengan pembelajaran, dapat digaris bawahi bahwa metode

pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh yang sesuai dan serasi

untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran

yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.

Proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara

bergantian atau saling bantu-membantu antara metode satudengan yang lain

sesuai dengan situasi dan kondisi. masing-masing metode ada kelebihan dan

kekurangannya.

h. Strategi

Secara umum strategi mempunyai pengertian “ suatu garis-garis besar

haluan” untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Dihubungkan dengan pembelajaran, srtategi bisa diartikan sebagai pola umum

kegiatan guru-peserta didik. Dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan.


19

Kalau metode merupakan cara untuk melakukan suatu pembelajaran agar

lebih tepat sesuai situasi peserta didik, maka perlu juga diatur ketepatan

penggunaan metode, tehnik dan strategi peneran metode. Andai saja metode itu

sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang tepatnya penerapan metode maka

hasil pembelajarannya pun akan kurang maksimal.

Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi disini berbeda dengan metode. Kalau

metode itu terkait langsung dengan pembelajran, maksudnya terkait langsung

antar guru dengan siswa dalam suatu pembelajaran, maka strategi disini barfungsi

mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran tersebut.

Banyak sekali model dan stategi pembelajaran aktif (active learning)-

PAIKEM sebagai alternative yang dapat digunakan olehpendidik untuk dapat

mengaktifkan peserta didik, baik secara individumaupun kelompok. Di antaranya

adalah strategi Index Card Match (menjodohkan kartu tanya jawab), dan masih

banyak lagi yang mana pada intinya guru diharapkan dapat melakukan

pengembangan, modifikasi, improvisasi, atau mencari strategi atau metode lain

yang dipandang lebih tepat. Karena pada dasarnya tidak ada strategi yang paling

baik atau ideal. Masing-masing strategi memiliki kelebihan dan kekurangan

sendiri-sendiri sesuai penggunaannya.

C. Penerapan Metode Index Card Match

Metode Index Card Match merupakan salah satu dari metode pembelajaran

berbasis PAIKEM. Maka sebelum membahas tentang penerapan metode Index Card

Match, perlu kita pahami dulu tentang pengertian PAIKEM.


20

1. Pengertian PAIKEM

Pengertian PAIKEM secara bahasa dan istilah dapat dijelaskan secara singkat,

ia merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Istilah aktif, maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif

membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun

pengalaman oleh peserta didik sendiri. Istilah inovatif, dimaksudkan dalam proses

pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasipositif yang lebih baik.

Istilah kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses

mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki

imajinasi dan rasa ingin tau yang tidak pernah berhenti. Istilah efektif, berarti bahwa model

pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan

tercapai secara maksimal. Sedangkan istilah menyenangkan dimaksudkan bahwa proses

pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.

Di dalam dunia pendidikan Islam sebenarnya telah dikenal istilah Thalib atau

murid yang merupakan cerminan dari pembelajaran aktif,yaitu mereka yang aktif untuk

mencari, mereka yang mempunyai iradah atau keinginan untuk memperoleh ilmu. Dalam

konteks ini PAIKEM pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

sebagai salah satu model pembelajaran yang telah dikembangkan dan sedang gencar

dipromosikan penerapannya dalam praktik dunia pendidikan di Indonesia.

Tinjauan psikologis pedagogis dalam konteks ini dimaksudkan ingin melihat

posisi dan signifikansi penerapan strategi berbasis PAIKEM menurut kajian psikologi

belajar. Menurut ahli psikologi Hamalik, sebagaimana yang dikutip olehMartinis Yamin,

menegaskan bahwa setiap manusia memiliki berbagaikebutuhan jasmani, rohani dan


21

sosial. Kebutuhan akan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang

dilakukan termasuk perbuatan belajar dan bekerja dimaksudkan untuk memuaskan

kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula.

Di sini peserta didik merupakan suatu organisme yang hidupyang di dalam

dirinya terdapat beraneka ragam potensi yang hidup danberkembang. Di dalam diri

seseorang tedapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Potensi hidup

itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang.

Dalam konteks inilah, kehadiran pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kretaif, Efektif dan Menyenangkan) diharapkan dapat memperkaya guru dalam

hal strategi, metode, dan teknik mengajar sebagai seni. Sehingga secara psikologis

pedagogis, PAIKEM secara nyata memiliki relevansi dalam kerangka mewujudkan proses

belajar yang memberdayakan peserta didik.

2. Indikator dan prinsip penerapan PAIKEM

Dalam penerapan PAIKEM oleh pendidik bias dicermati dan dilihat berbagai

indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Disamping itu,

pendidik juga perlu memperhatikan berbagai prinsip ketika menerapkannya. Kriteria ada

atau tidaknya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan diantaranya

dapat dilihat pada beberapa indikator berikut:


22

Tabel 2.1 Indikator PAIKEM

INDIKATOR PROSES PENJELASAN METODE


1. Pekerjaan peserta PAIKEM sangat Guru membimbing
didik (diungkapkan mengutamakan agar peserta didik dan
dengan kata-kata/ peserta didik mampu memajang hasil
bahasa peserta didik berfikir, berkata-kata, karyanya agar dapat
sendiri). dan mengungkapkan saling belajar.
sendiri
2. Kegiatan peserta Bila peserta didik Guru dan peserta didik
didik (peserta didik mengalami atau interaktif dan hasil
hanya diberi megerjakan sendiri, pekerjaan peserta didik
kesempatan untuk mereka belajar tentang dipajang unutk
mengalami atau apa saja. meningkatkan motivasi.
melakukan sendiri).
3. Ruag kelas (penuh Banyak yang dapat Pengamatan ruang kelas
pajangan hasil karya dipajang di kelas dan dan dilihat apa saja yang
peserta didik dan alat dari hasil pajangan itu dibutuhkan untuk
peraga sederhana peserta didik saling dipajang, dimana, dan
buatan guru dan belajar. Alat peraga yang bagaimana
peserta didik). sering digunakan memajangnya.
diletakkan strategis.
4. Penataan meja kursi ( Guru melaksanakan Diskusi, kerja
meja kursi tempat kegiatan pembelajaran kelompok, kerja mandiri
belajar peserta didik dengan berbagai cara/ pendekatan individual
dapat diatur secara metode/ teknik, misalnya guru kepada murid yang
fleksibel melalui kerja kelompok, prestasinya kurang baik.
diskusi, atau aktifitas
peserta didik secara
individual.
5. Suasana bebas Peserta didik dilatih Guru dan sesama peserta
(peserta didik untuk mengungkapkan didik mendengarkan dan
memiliki dukungan pendapat secara bebas, menghargai pendapat
suasana bebas unutk baik dalam diskusi, peserta didik lain,
menyampikan atau tulisan, maupun kegiatan diskusi, dan kerja
mengungkapkan lain. individual.
pendapat).
6. Umpan balik guru Guru memberikan tugas Penugasan individual
(guru memberi tugas yang mendorong peserta atau kelompok
yang bervariasi dan didik bereksplorasi, dan bimbingan langsung dan
secara langsung guru memberikan penyelesaian masalah.
memberi umpan balik bimbingan individual
agar peserta didik atau kelompok dalam hal
segera memperbaiki penyelesaian masalah.
kesalahan).
23

INDIKATOR PROSES PENJELASAN METODE


7. Sudut baca (sudut Sudut baca di ruang Observasi kelas.
kelas sangat baik bila kelas akan mendorong Diskusi, dan pendekatan
diciptakan sebagai peserta didik gemar terhadap orang tua.
sudut baca untuk mambaca (peserta didik
peserta didik). didekatkan dengan buku-
buku, jurnal, koran, dll).
8. Lingkungan sekitar Sawah, lapangan, pohon, Observasi lapangan,
(lingkungan sekitar sungai. Kantor pos, eksplorasi, diskusi,
sekolah dijadikan puskesmas, stasiun, dan kelompok, tugas
media pembelajaran). lain-lain dioptimalkan individual, dan lain-lain.
pemanfaatannya unutk
pembelajaran.

Prinsip-prisip yang harus diperhatikan ketika pendidik menerapkan stategi

PAIKEM adalah:

1) Memahami sifat peserta didik.

2) Mengenal peserta didik secara perorangan.

3) Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu

memecahkan masalah.

5) Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.

6) Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar.

7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan.

8) Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental.

Dari uraian mengenai indikasi dan prinsip-prinsip penerapan PAIKEM–

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan tersebut dapat digaris

bawahi bahwa secara praktis, tingkat keberhasilan penerapan stategi ini dapat diketahui

melalui uji coba yang beruluang-ulang dari pendidik, sekaligus perlu terus dilakukan
24

evaluasi proses dari tahap ke tahap. Dengan kata lain, seorang pendidik yang berhasil

dalam menerapkan strategi ini seharusnya melakukan penelitian tindakan kelas meskipun

skala kecil dan terbatas.

3. Pengertian Index Card Match dan Langkah-Langkah Penerapan Index Card Match

Index Card Matchmerupakan salah satu dari model atau strategipembelajaran

aktif (active learning) berbasis PAIKEM sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh

guru untuk dapat menambah keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun

kelompok. Dalam bukunya Melvin L. Silberman, Index Card Match dari bahasa Inggris

yang artinya mencari jodoh kartu tanya jawab. Strategi ini adalah merupakan cara

menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Strategi ini

memperbolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan

sekelas. Tujuan penerapan strategi Index Card Match ini adalah untuk melatih peserta

didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.

Langkah-langkah penerapan metode Index Card Match:

1) Guru membuka pelajaran kelas dan menyampaikan bahan materi pokok.

2) Guru menyiapkan potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan

kertas tersebut dibagi menjadi dua kelompok.

3) Kertas yang disiapkan tersebut telah diisi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang

materi yang telah diberikan sebelumnya.

4) Pada potongan kertas yang lain, telah dituliskan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang telah dibuat.

5) Kertas tersebut dikocok sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
25

6) Guru membagi setiap siswa satu kertas. Dengan menjelaskan bahwa ini adalah

aktifitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta akan mendapatkan soal,

dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Siswa diberikan waktu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang

diterimanya, dan sebaliknya.

8) Selanjutnya dilakukan pembahasan, dengan cara guru meminta siswa untuk

mencari pasangannya, dimulai dengan mempersilakan kepada siswa yang

membawa kertas berisi pertanyaan untuk membaca dengan suara keras, dan siswa

yang membawa kertas berisi jawaban mendengarkan sekaligus menjawab dengan

keras (bagi yang merasa jawabannya sesuai/tepat). Dan dijelaskan juga agar

mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

Begitu seterusnya. Hal ini dengan maksud memberikan informasi kepada siswa

yang lain tentang materi tersebut, sehingga dapat dibahas dan difahami bersama.

9) Melakukan pembahasan dari pertanyaan atau jawaban dari pendapat masing-

masing siswa.

10) Guru mengakhiri proses pembelajaran ini dengan apresiasi, klarifikas, kesimpulan

dan evaluasi serta tindak lanjut.

D. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pendidikan agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna, damai, dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi umat

manusia, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
26

sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan

keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan

membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan

moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup

pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-

nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan

spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki

manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk

Tuhan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu

berupayamenyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan

keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa

yangbermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,

hambatan, danperubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup

lokal, nasional, regional maupun global.

Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar

perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua

siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan

Pendidikan Agama Islam.


27

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama

Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga

menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu:“Usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dalam hal ini tentu saja diperlukan

adanya pendidik yang professional yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan

secara menyeluruh.

Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat,

dkk., adalah pendidikan dengan melalui anjuran-anjuran agama Islam, yaitu berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia

dapat memehami, menghayati, dan menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu

pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di

akherat kelak.

Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam

adalah usaha untuk membantu dan mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik
28

agar menghargai, menghayati, memahami, dan meyakini serta mengamalkan ajaran-ajaran

agama Islam dalam kehidupan supaya menjadi manusia yang bertakwa dan mempunyai

kepribadian yang utama serta berguna bagi umat manusia.

2. Fungsi dan Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

1) Fungsi Sejarah Kebudayaan Islam

Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam untuk madrasah berfungsi untuk:

a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada

Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahaggiaan hidup didunia

dan akhirat.

c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik

lingkunga fisik atau sosial yang dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran

Islam.

d) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan dan kelemahan

peserta didik dalam meyakini, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari.

e) Pencegahan, yaitu menghafal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya yang dapat

membahayakan peserta didik dan menghambat perkembangan menuju manusia

Indonesia yang utuh.

f) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagaman secara umum, sistem dan

fungsional.
29

g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di

bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga

dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip Armai Arif, bahwa tujuan

sejarah kebudayaan Islam dapat diklasifikasikan kepada:

a) Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

b) Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun

di akhirat.

Selanjutnya tujuan pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian

Andayani, adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, serta pengalaman peserta didik

tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan diatas maka dapat ditarik suatu

pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam disini yaitu untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui kejiwaan, akal,

pikiran, kecerdasan, dan panca indra, sehingga memilikikepribadian yang terintegrasi,

mulia dan utama sehingga terbentuklah insane pari purna yang dapat mendekatkan diri

kepada Allah SWT, tawakkal, optimis, tawadu’, ikhlas,dan berprasangka baik sehingga

dapat merasakan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.


30

3. Ruang lingkup pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu al-

quran, hadist, keimanan, syari’ah, ibadah muamalah, ahlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang

menekankan pada perkembangan politik pada kurikulum dipadatkan menjadi lima unsur

pokok, yaitu Al-quran, keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah serta tarikh. Sejarah

yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama ilmu pengetahuan dan

kebudayaan.

Dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam itu secara keseluruhannya dalam ruang lingkup Al-Qur’an dan al-Hadits,

keimanan, akhlaq, fiqih atau ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang

lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan

keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, mahluk

lainnya, maupun lingkungannya.

Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam meliputi aspek-aspek sebagai

berikut: Al-Quran dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam.

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara

hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,

hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
31

E. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti membuat

kerangka pikir sehingga penulisan menjadi sistematis, konsisten dan integratif. Penelitian

ini dibagi menjadi 5 bab yaitu:

Bab I Pendahuluan pada penelitian ini terdiri dari latar belakang, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Bab II Kajian Pustaka pada penelitian ini terdiri dari berbagai teori tentang

pengertian belajar, hasil belajar, dan metode Index Card Match. Kemudian dilanjut dengan

penjelasan penerapan langkah-langkah metode Index Card Match dan kerangka pikir

dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian ini berisi seputar setting penelitian, subjek

penelitian, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data, validasi data, analisis data,

indikator kinerja, dan prosedur penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan pada bab ini awalnya dibahas tentang

penerapan metode Index Card Match ketika di dalam kelas, kemudian membahas hasil

peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya.

Bab V Penutup merupakan bab terakhir dalam penelitian ini dimana

memberikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian memberikan

implikasi serta saran untuk perbaikan selanjutnya.


32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan selama 3 bulan, dimulai bulan Agustus dan berakhir bulan

Oktober 2021. Adapun jadwal rinci penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Agustus September Oktober


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menyusun proposal x
2 Menyusun instrumen x
3 Pengumpulan data dengan
melakukan tindakan:
a. Siklus I x x
b. Siklus II x x
4 Analisis data x
5 Pembahasan/ diskusi x
6 Menyusun laporan x x

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diadakan di kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tahun

pelajaran 2021/2022.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau responden yaitu pihak-pihak yang dijadikan sampel

dalam sebuah penelitian. Sedangkan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tahun pelajaran 2021/2022 .


33

C. Sumber Data

Penelitian ini bersumber dari buku-buku yang menunjang tentang penelitian

tindakan kelas, serta pengambilan data dari subjek penelitian. Pengumpulan data juga

diperoleh melalui wawancara, observasi, serta hasil evaluasi dari sejumlah siswa.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik tes

Data hasil belajar siswa yang dikumpulkan dengan mengunakan tes di setiap akhir

pertemuan.

2. Teknik non tes

a) Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data

dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang

mendukung kegiatan penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi

objek penelitian tersebut. Observasi yang dilakukan dalam proses penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana antusias siswa, perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi

guru, keaktifan siswa, keberanian siswa, kelancaran siswa dan ekspresi siswa pada saat

mengikuti pelajaran SKI di dalam kelas. Hasil observasi dikumpulkan melalui pengamatan

pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi yang telah

dibuat oleh peneliti.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
34

notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Melalui teknik dokumentasi peneliti

memperoleh data siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro, sehingga memudahkan peneliti

dalam mencatat kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran SKI di kelas

tersebut.

c) Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/ data untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka pewawancara dengan responden dengan

menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui pendapat siswa tentang Metode Index Card Match yang digunakan pada saat

mata pelajaran SKI yang berlangsung di kelas dan saran-saran dari siswa yang sifatnya

membangun untuk memperbaiki serta memantapkan penerapan Metode Index Card Match.

E. Validasi Data

1. Silabus

Silabus menurut Yulaelawati (2004:123) merupakan seperangkat rencana serta

pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis

memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan

kompetensi dasar. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana
35

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini terdiri dari dua kali pertemuan.

Pertemuan pertama masuk dalam siklus I dan pertemuan kedua masuk dalam siklus II,

dengan materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

3. Modul/bahan ajar

Bahan ajar yang digunakan oleh peneliti pada setiap pertemuan berbeda-beda

yakni mengacu pada silabus dan RPP yang telah ada. Adapun materi pada pertemuan

pertama dan pertemuan kedua Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

F. Analisis Data

Menurut Arikunto (2010:286) untuk menghitung hasil perolehan nilai siswa

pada tiap siklus digunakan rumus mean (rata-rata). Dari nilai rata-rata tiap pertemuan akan

diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dalam tiap siklus berdasarkan rumus di bawah ini :

Ʃ𝑡𝑓 (Siregar 2010:21)


Mean =
Ʃ𝑓

Keterangan :
Mean = Nilai rata-rata
Ʃt = Jumlah nilai tengah
Ʃf = Jumlah frekuensi

Setelah diketahui hasil perolehan nilai tiap siklus I dan siklus II kemudian

disesuaikan dengan indikator penelitian, bahwa nilai yang diperoleh siswa apa sudah

mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah atau belum. Hal ini untuk mengetahui

peningkatan pembelajaran SKI di dalam kelas, hasil perolehan nilai siswa pada siklus I dan

perolehan nilai siswa pada siklus II dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑅2 −𝑅1
(Hadi 2004:156)
Prosentase (%) = 𝑥 100%
𝑅1
36

Keterangan :
R1 = Nilai rata-rata sebelum
R2 = Nilai rata-rata sesudah

Analisis kuantitatif juga digunakan untuk menghitung data nontes berupa

angket dan observasi.

G. Indikator Kinerja

Berdasarkan beberapa alasan dalam latar belakang yang telah dipaparkan di

atas sebelumnya, serta pengambilan rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti,

maka perlu adanya indikator penelitian yang jelas untuk menjadi tolak ukur keberhasilan

dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui pencapaian di titik mana hasil

belajar siswa meningkat perlu diukur dengan menggunakan indikator kerja penelitian ini

sebagai berikut:

1. Keaktifan kelas di atas 70%.

2. Rata-rata nilai diatas 70.

3. Ketuntasan klasikal diatas 70%.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, apabila siklus I belum mencapai target,

maka siklus II berfungsi untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Namun, jika siklus I

sudah memuaskan maka siklus II berfungsi sebagai pemantapan atas media pembelajaran

yang digunakan pada siklus I. Artinya, siklus digunakan sebagai toleransi dalam

memperbaiki mutu pembelajaran.


37

Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas empat

tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Keempat tahapan ini

digunakan secara sistematis dan diterapkan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Tahap perencanaan diawali dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan

mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap

selanjutnya adalah tindakan yang meliputi penyampaian materi, melakukan tes dan

observasi terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini melibatkan rekan

yang jumlahnya 2 orang. Setiap orang mengobservasi barisan-barisan yang telah

ditentukan. Dengan demikian observer fokus pada tingkah laku siswa pada barisan-barisan

yang ada didepannya. Sehingga observasi tidak bersifat subjektif melainkan objektif. Tahap

selanjutnya dilakukan refleksi atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan

observasi dan wawancara. Siklus I bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pelajaran SKI

siswa dalam tindakan awal penelitian. Hasil siklus ini sekaligus dipakai sebagai bahan

pertimbangan dengan melakukan siklus II. Sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui

peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada

refleksi dan pemantapan penerapan Metode Index Card Match pada siklus I. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam Gambar prosedur penelitian tindakan kelas di bawah ini.
S
Permasalahan Alternatif Pelaksanaan I
Pemecahan Tindakan I K
L
U
Refleksi I Analisis Data S
Observasi I
I

S
I
Belum Alternatif Pemecahan Pelaksanaan K
(rencana tindakan) Tindakan II L
U
S

2
38

Refleksi II Analisis Data


Observasi II

Hasil
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan peneliti sebelum

melakukan tindakan. Di dalam tahapan perencanaan ini tercermin pandangan ke depan,

serta fleksibel untuk menerima efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara

dini kita dapat mengatasi masalah. Perencanaan yang baik akan lebih mudah untuk

mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih efektif. Pada tahap ini,

peneliti mempersiapkan rencana pengajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran.Di

samping rencana pembelajaran, perlu dipersiapkan juga alat-alat yang menunjang

pembelajaran seperti papan tulis, LCD, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Peneliti juga

perlu melakukan wawancara kepada siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro untuk

mengetahui keadaan siswa sebelum melakukan tindakan.

Perencanaan tindakan adalah tindak lanjut dari observasi awal serta bagaimana

cara memecahkan persoalan pembelajaran di kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tersebut.

Hal ini kemudian diterapkan dalam rencana penelitian tindakan kelas dengan membentuk

sebuah pengajaran dengan penerapan Metode Index Card Match. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) disusun dengan memperhatikan: kompetensi inti,kompetensi dasar,


39

indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, sumber belajar/alat/bahan, media pembelajaran, dan penilaian.

b. Tindakan

Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yaitu dalam

penelitian ini penggunaan media pembelajaran yang bertujuan untuk inovasi. Pada tahap ini

merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan

dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan

kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian pembelajaran SKI pada siswa

kelas VII B yang jumlah siswanya hanya dua siswa.

Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini

menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap

pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga

mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang

akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran SKI.

Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi Kisah-Kisah perjuangan

dakwah Nabi Allah SWT yaitu Nabi Muhammad SAW di Mekah. yang disajikan melalui

media slidepower point. Slide yang ditampilkan berupa materi yang berkaitan serta point-

point penting yang berhubungan dengan kisah-kisah para Nabi Allah.

Kemudian dilanjutkan dengan memasangkan kartu atau metode yang

digunakan peneliti yakni Index Card Match dimana dalam permainan ini memanfaatkan
40

kartu-kartu yang berbentuk bintang dan persegi panjang yang ditempatkan di atas meja

agar siswa dapat menemukan jodoh dari kartu yang dipegangnya, tujuan permainan ini agar

lebih bermakna dan menarik siswa belajar SKI pada materi tersebut.

Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui gambar

buta atau diagram kosong, kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang

telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.

Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada

seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.

Pada akhir pertemuan atau pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan wawancara

kepada beberapa siswa agar diperoleh data nontes pada siklus I.

c. Observasi/ Pengamatan

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan

dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat

oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-

hambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan

yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktifitas murid. Hasil

pengamatan yang diperoleh dianalisis.

Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)

antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa
41

dalam mengikuti pelajaran,e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti

permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti bersama guru dan observer yang meliputi kegiatan:

analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil

dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,

memperbaiki kinerja peneliti pada pertemuan selanjutnya dan memperbaiki penggunaan

media pembelajaran. Dengan demikian PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali

pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai

planning untuk siklus selanjutnya.

Siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang kemudian

mampu mengungkapkan secara lisan terkait daur air, yang kemudian digunakan sebagai

bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan

untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.

2. Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, telah dilakukan kegiatan-kegiatan perbaikan

rencana dan tindakan pada siklus II. Sama halnya dengan prosedur penelitian pada siklus

I,pada siklus II ini juga terdiri atas empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari

perencanaan siklus I. Berdasarkan uraian refleksi siklus I di atas, perencanaan pada siklus

II ini merupakan upaya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah


42

dilakukan refleksi siklus I. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan sebagai bentuk

perencanaan pada siklus II ini meliputi:

1) Memperbaiki skenario pembelajaran SKI di kelas.

2) Mempersiapkan permainan dengan bentuk kartu yang lebih menarik untuk siswa.

3) Memperbaiki pengawasan dan pengamatan yang lebih agar siswa lebih tertib dan

teratur.

4) Memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran SKI

menggunakan permainan kartu.

b. Tindakan

Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah

dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan

tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam

penilaian SKI pada siswa kelas 9E.

Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini

menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap

pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga

mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang

akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran SKI.

Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi Kisah-Kisah Nabi, yang

berkaitan dengan tema hari ini melalui slide dan kartu. Slide dan permainan tersebut
43

memanfaatkan gambar dan prosedur permainan yang mudah dipelajari, agar siswa lebih

bermakna dan lebih tertarik belajar SKI pada tema tersebut. Pada kegiatan ini siswa

memilih kartu berbentuk bintang yang di dalam kartu tersebut tertera nama Nabi yang

nantinya akan dijodohkan dengan kisah-kisahnya yang tertera pada kartu lain yang masih

acak di atas kotak yang telah disediakan. Kemudian siswa berlomba siapa yang cepat

mendapatkan jodoh untuk kartu bintang yang telah mereka pegang sebelumnya. Hal ini

juga bertujuan agar bermakna dipikiran siswa sehingga siswa dengan mudah mengingat

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui ulangan

harian tertulis,kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran

yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah

diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.

Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada

seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.

Pada pertemuan yang kedua proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan

pertama, ditambah dengan peneliti melakukan wawancara dengan siswa berkategori nilai

tertinggi, siswa berkategori sedang, dan siswa berkategori rendah untuk memperoleh data

nontes.

c. Observasi/ Pengamatan

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan

dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat
44

oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-

hambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan

yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktivitas murid. Hasil

pengamatan yang diperoleh dianalisis.

Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)

antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa

dalam mengikuti pelajaran, e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti

permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.

d. Refleksi

Seluruh hasil rangkaian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan wawancara kemudian dianalisis. Refleksi yang dilakukan antara lain: 1)

mengungkapkan hasil pengamatan yang berisi kelebihan dan kekurangan pembelajaran

SKI dengan menerapkan Metode Index Card Match, dan 2) mengungkapkan perilaku siswa

selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran.

Refleksi dilakukan bersama dengan guru pendamping pelajaran SKI.


45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Setelah dilakukan wawancara kepada siswa maka diperoleh hasil bahwa jumlah

siswa kelas VII B keseluruhan hanya berjumlah 32. Hasil wawancara menunjukkan bahwa

siswa kurang mendapatkan motivasi dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam dimana saja.

Kedua siswa tersebut beranggapan bahwa mereka kurang mendapatkan

perhatian tentang Sejarah Kebudayaan Islam sehingga belajar SKI dirasakesusahannya.

Siswa menyampaikan bahwa pembelajaran SKI hanya mereka dapatkan di sekolah, karena

lingkungan yang mayoritas Budha serta tempat tinggal yang berdampingan dengan banyak

vihara membuat mereka banyak melihat peribadatan lain. Jam pelajaran yang diberikan

oleh sekolah untuk mata pelajaran SKI juga dirasa kurang untuk para siswa ini. Terutama

kekurangan yang mereka rasakan dalam hal pendalaman materi seputar Dakwah Nabi

Muhammad SAW di Mekah. Melihat banyak penyampaian siswa tentang kurangnya

motivasi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, membuat peneliti menggunakan metode

pembelajaran yang membuat siswa ikut serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran SKI

di kelas.

Hasil belajar siswa menunjukkan angka dimana masih jauh di bawah Kriteria

ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan di MTs N 5 Bojonegoro yaitu 75.

Sebagai pengantisipasi di atas dan untuk menumbuhkan interaksi guru dengan siswa secara

efektif perlu diupayakan dengan menggunkan metode pembelajaran yang tepat. Karena

dengan penerapan metode yang tepat nantinya akan membantu keberhasilan pembelajaran
46

di kelas. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang

disampaikan pada saat itu karena tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua

materi.

B. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan peneliti sebelum

melakukan tindakan. Di dalam tahapan perencanaan ini tercermin pandangan ke depan,

serta fleksibel untuk menerima efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara

dini kita dapat mengatasi masalah. Perencanaan yang baik akan lebih mudah untuk

mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih efektif. Pada tahap ini,

peneliti mempersiapkan rencana pengajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran. Di

samping rencana pembelajaran, perlu dipersiapkan juga alat-alat yang menunjang

pembelajaran seperti papan tulis, LCD, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Peneliti juga

perlu melakukan wawancara kepada siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro untuk

mengetahui keadaan siswa sebelum melakukan tindakan.

Perencanaan tindakan adalah tindak lanjut dari observasi awal serta bagaimana

cara memecahkan persoalan pembelajaran di kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tersebut.

Hal ini kemudian diterapkan dalam rencana penelitian tindakan kelas dengan membentuk

sebuah pengajaran dengan penerapan Metode Index Card Match. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) disusun dengan memperhatikan: kompetensi inti,kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, sumber belajar/alat/bahan, media pembelajaran, dan penilaian.


47

b. Tindakan

Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yaitu dalam

penelitian ini penggunaan media pembelajaran yang bertujuan untuk inovasi. Pada tahap ini

merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan

dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan

kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian pembelajaran SKI pada siswa

kelas VII B.

Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini

menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap

pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga

mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang

akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran SKI.

Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi Dakwah Nabi Muhammad

SAW di Mekah. yang disajikan melalui media slidepower point. Slide yang ditampilkan

berupa materi yang berkaitan serta point-point penting yang berhubungan dengan kisah-

kisah para Nabi Allah. Kemudian dilanjutkan dengan memasangkan kartu atau metode

yang digunakan peneliti yakni Index Card Match dimana dalam permainan ini

memanfaatkan kartu-kartu yang berbentuk bintang dan persegi panjang yang ditempatkan

di atas meja agar siswa dapat menemukan jodoh dari kartu yang dipegangnya, tujuan

permainan ini agar lebih bermakna dan menarik siswa belajar SKI pada materi tersebut.
48

Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui gambar

buta atau diagram kosong, kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang

telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.

Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada

seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.

Pada akhir pertemuan atau pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan wawancara

kepada beberapa siswa agar diperoleh data nontes pada siklus I.

c. Observasi/ Pengamatan

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan

dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat

oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-

hambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan

yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktifitas murid. Hasil

pengamatan yang diperoleh dianalisis.

Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)

antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa

dalam mengikuti pelajaran,e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti

permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.
49

d. Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti bersama guru dan observer yang meliputi kegiatan:

analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil

dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,

memperbaiki kinerja peneliti pada pertemuan selanjutnya dan memperbaiki penggunaan

media pembelajaran. Dengan demikian PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali

pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai

planning untuk siklus selanjutnya.

Siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang kemudian

mampu mengungkapkan secara lisan terkait daur air, yang kemudian digunakan sebagai

bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan

untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.

C. Deskripsi Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, telah dilakukan kegiatan-kegiatan perbaikan

rencana dan tindakan pada siklus II. Sama halnya dengan prosedur penelitian pada siklus

I,pada siklus II ini juga terdiri atas empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari

perencanaan siklus I. Berdasarkan uraian refleksi siklus I di atas, perencanaan pada siklus

II ini merupakan upaya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah


50

dilakukan refleksi siklus I. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan sebagai bentuk

perencanaan pada siklus II ini meliputi:

a. Memperbaiki skenario pembelajaran SKI di kelas.

b. Mempersiapkan permainan dengan bentuk kartu yang lebih menarik untuk siswa.

c. Memperbaiki pengawasan dan pengamatan yang lebih agar siswa lebih tertib dan

teratur.

d. Memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

SKI menggunakan permainan kartu.

b. Tindakan

Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah

dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk

mempermudah peneliti dalam penilaian SKI pada siswa kelas VII B.

Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini

menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap

pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga

mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang

akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran SKI.

Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi Dakwah Nabi Muhammad

SAW di Mekah, yang berkaitan dengan tema hari ini melalui slide dan kartu. Slide dan
51

permainan tersebut memanfaatkan gambar dan prosedur permainan yang mudah dipelajari,

agar siswa lebih bermakna dan lebih tertarik belajar SKI pada tema tersebut. Pada kegiatan

ini siswa memilih kartu berbentuk bintang yang di dalam kartu tersebut tertera nama Nabi

yang nantinya akan dijodohkan dengan kisah-kisahnya yang tertera pada kartu lain yang

masih acak di atas kotak yang telah disediakan. Kemudian siswa berlomba siapa yang cepat

mendapatkan jodoh untuk kartu bintang yang telah mereka pegang sebelumnya. Hal ini

juga bertujuan agar bermakna dipikiran siswa sehingga siswa dengan mudah mengingat

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui ulangan

harian tertulis,kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran

yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah

diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.

Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada

seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.

Pada pertemuan yang kedua proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan

pertama, ditambah dengan peneliti melakukan wawancara dengan siswa berkategori nilai

tertinggi, siswa berkategori sedang, dan siswa berkategori rendah untuk memperoleh data

nontes.

c. Observasi/ Pengamatan

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan

dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat
52

oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-

hambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan

yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktivitas murid. Hasil

pengamatan yang diperoleh dianalisis.

Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)

antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa

dalam mengikuti pelajaran, e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti

permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.

d. Refleksi

Seluruh hasil rangkaian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan wawancara kemudian dianalisis. Refleksi yang dilakukan antara lain: 1)

mengungkapkan hasil pengamatan yang berisi kelebihan dan kekurangan pembelajaran

SKI dengan menerapkan Metode Index Card Match, dan 2) mengungkapkan perilaku siswa

selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran.

Refleksi dilakukan bersama dengan guru pendamping pelajaran SKI.

D. Pembahasan Antar dan Tiap Siklus

a. Pra Siklus

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang telah diperoleh dari siswa

kelas 9E, proses pembelajaran sebelum pelaksanaan penelitian ini masih menggunakan

metode ceramah. Guru mengawali dengan menjelaskan materi Dakwah Nabi Muhammad

SAW di Mekah dengan membacakan apa yang ada di buku. Saat guru menjelaskan siswa

diminta untuk mendengarkan dan jika ada hal-hal yang dirasa tidak mengerti, siswa dapat
53

langsung bertanya pada guru. Setelah guru selesai menjelaskan materi siswa diminta

mencatat apa yang telah dijelaskan tadi.

Untuk pelaksanaan pembelajaran selanjutnya guru meminta siswa mengerjakan

soal-soal lembar kerja siswa yang ada di dalam bahan ajar. Dari soal tersebut dikerjakan

oleh siswa dan dikoreksi secara bersama oleh guru dan siswa untuk mengetahui jawaban

yang tepat. Kemudian guru memberikan soal kembali tentang materi yang telah

disampaikan. Soal yang diberikan berbentuk lisan dan siswa diminta secara aktif menjawab

pertanyaan dengan cepat. Pada waktu menjelang akhir pelaksanaan pembelajaran diadakan

tes akhir.

Berdasarkan wawancara dengan guru menggunakan panduan angket keaktifan

dapat ditentukan rata-rata prosentasinya adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Pra Siklus

No Aspek yang Diamati Rata-rata


1. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran SKI 20
2. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses
40
pembelajaran SKI
3. Perhatian siswa terhadap arahan guru selama
30
pembelajaran SKI berlangsung
4. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran SKI 30
5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran SKI saat
30
berlangsung
6. Kemudahan siswa dalam menerima materi pelajaran
40
SKI yang telah disampaikan
7. Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang
30
telah dipelajari
Rata-rata keaktifan 31,4

Dari hasil pengamatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus

dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
54

masih banyak mendengarkan dalam memahami konsep materi yang disampaikan. Sehingga

dalam proses pembelajaran masih bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukkan dari rata-

rata prosentasi keaktifan siswa kelas VII B menunjukkan angka 31,4%yang masih berada

jauh di bawah indikator keaktifan yang ditentukan yaitu 70%.

b. Siklus I

Melalui pengamatan ketika pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan

menggunakan angket keaktifan didapat nilai (terlampir) yang rata-ratanya dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Siklus I

No Aspek yang Diamati Rata-rata


1. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran Tematik 60
2. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Tematik 40
3. Perhatian siswa terhadap arahan guru selama pembelajaran
70
Tematik berlangsung
4. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Tematik 60
5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Tematik saat berlangsung 60
6. Kemudahan siswa dalam menerima materi daur air yang
60
disampaikan
7. Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah
70
dipelajari
Rata-rata keaktifan 60

Berdasarkan nilai keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat disimpulkan

bahwa siswa sudah mulai terlihat aktif dalam proses pembelajaran walaupun belum optimal

sesuai dengan harapan. Siswa sudah banyak yang terlihat aktif bertanya, menjawab

pertanyaan, menulis, menyelesaikan masalah secara mandiri. Sehingga dalam proses

pembelajaran siswa sudah tidak lagi bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukkan dari

rata-rata prosentasi hasil penilaian keaktifan siswa yaitu 60%. Walaupun belum mencapai
55

indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran, tapi jika dibandingkan dengan pembelajaran

sebelumnya yakni pada pra siklus, rata-rata siswa sudah mengalami perubahan yang

signifikan.

c. Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

siklus II dapat dikatakan bahwa semua siswa sudah terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Siswa secara individu hampir keseluruhan terlihat aktif bertanya, menjawab

pertanyaan, menulis, menyelesaikan tugas. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa

sudah tidak lagi bergantung pada guru. hal ini juga ditunjukkan dari prosentasi keaktifan

pada tiap anak (terlampir). Rata-rata prosentasi keaktifan pembelajaran siklus II dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Siklus II

No Aspek yang Diamati Rata-rata


1. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran Tematik 100
2. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Tematik 70
3. Perhatian siswa terhadap arahan guru selama pembelajaran
100
Tematik berlangsung
4. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Tematik 100
5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Tematik saat berlangsung 100
6. Kemudahan siswa dalam menerima materi daur air yang
70
disampaikan
7. Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah
100
dipelajari
Rata-rata keaktifan 91,4

Keaktifan siswa pada siklus II ini semuanya sudah di atas indikator yang

ditentukan. Hal itu dapat dilihat dari tabel di atas menunjukkan di atas 70%. Jika

dibandingkan dengan pra siklus dan siklus I, keaktifan siswa di siklus II ini sudah
56

menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 91,4%. Berdasarkan rata-

rata prosentase penilaian keaktifan siswa di atas, maka dapat digambarkan kenaikan nilai

rata-rata subjek penelitian dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1 Kenaikan Penilaian Keaktifan Siswa setiap Siklus

120 100 100 100 100 100


100
80 70 70 70 70
60 60 60 60
60 40 40 40
40 30 30 30 30
20
20
0
kesiapan antusias perhatian semangat keaktifan kemudahan keberanian
siswa siswa siswa siswa siswa siswa siswa

pra siklus siklus I siklus II

Skor observasi penilaian keaktifan siswa pada setiap siklus menunjukkan

peningkatan skor pada setiap aspeknya. Hal ini menunjukkan perubahan tingkah laku siswa

ke arah yang lebih baik selama proses pembelajaran pada setiap pertemuan berlangsung.

E. Hasil Penelitian

a. Pra Siklus

1) Pemahaman Konsep

Mengukur pemahaman konsep materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di

Mekah dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest. Nilai rata-rata dari

pretest dapat dilihat pada tabel berikut:


57

Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus

TAHAP RATA-RATA NILAI

PRA SIKLUS 45,00

Dari hasil nilai yang diperoleh pada pretest kelas 9E dapat disimpulkan bahwa

anak belum menguasai konsep materi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas

pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada pretest adalah 45,00 yang

masih berada jauh di bawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75.

2) Ketuntasan Klasikal

Berdasarkan nilai yang ada dapat dilihat ketuntasan klasikalnya pada tabel

berikut:

Tabel 4.5 Ketuntasan Klasikal Pra Siklus

TAHAP KETUNTASAN KLASIKAL

PRA SIKLUS 0%

Dari ketuntasan klasikal di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal

pembelajaran Tematik dengan materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada

pretest adalah 0% sehingga masih jauh di bawah indikator yang ditentukan yaitu 75%.

b. Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada minggu pertama dan

kedua bulan September 2020. Berikut hasil pembelajaran siklus I yang dilihat dari

pemahaman konsep dan ketuntasan klasikal:


58

1) Pemahaman Konsep

Dari hasil penilaian pelaksanan pembelajaran siklus I menerapkan Metode

Index Card Match yang rata-ratanya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus dan Siklus I

TAHAP RATA-RATA NILAI

PRA SIKLUS 45,00

SIKLUS I 62,50

Berdasarkan rata-rata nilai di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mulai

memahami materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah. Hal ini ditandai dengan

siswa sudah bisa menyebutkan kisah-kisah dari nama-nama Nabi yang telah dipelajari,

melalui potongan kertas, serta menjodohkan antara nama Nabi dengan kisahnya.

Pemahaman konsep Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah juga dapat ditunjukkan dari

rata-rata nilai siklus I sebesar 62,50. Nilai rata-rata pada siklus I belum menunjukkan di

atas indikator yang ditetapkan yaitu 75. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata

pemahaman konsep pra siklus sebelumnya, nilai siswa sudah mengalami kenaikan yang

signifikan. Akan tetapi, perlu diadakan pertemuan kembali melalui siklus II dengan

pembaruan kertas, slide yang ditampilkan.

2) Ketuntasan Klasikal

Dari nilai yang diperoleh dapat ditentukan ketuntasan klasikal pada siklus I ini

yang dapat dilihat pada tabel berikut:


59

Tabel 4.7 Ketuntasan Klasikal Pra Siklus dan Siklus I

TAHAP KETUNTASAN KLASIKAL

PRA SIKLUS 0%

SIKLUS I 25%

Prosentasi ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 25% dan jika diukur dengan

indikator ketuntasan klasikal yanng ditentukan yaitu 75%, bisa dikatakan belum memenuhi

dan masih berada di bawah standar KKM. Tetapi jika dibandingkan dengan ketuntasan

klasikal pada pra siklus sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada siklus I

pertemuan 1 semua siswa belum tuntas KKM. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang tuntas belajar sebanyak1 siswa.

Jadi secara keseluruhan pelaksanaan siklus I pembelajaran Tematik

menggunakan Metode Index Card Match pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di

Mekah menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep, keaktifan dan ketuntasan

klasikal meskipun belum memenuhi standar KKM yang ditentukan oleh peneliti.

Melihat dari hasil evaluasi siklus I menghasilkan beberapa catatan yang harus

direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II yaitu sebagai berikut:

1) Guru kurang menguasai skenario pembelajaran, sehingga perjalanan pembelajaran

SKI dengan menerapkan Metode Index Card Match kurang lancar/optimal.

2) Guru kurang memberikan bimbingan pada tiap-tiap siswa saat menyelesaikan

masalah.

3) Siswa belum diberitahu untuk mempelajari materi Dakwah Nabi Muhammad SAW

di Mekah.
60

4) Murid cenderung masih pasif.

5) Kendala listrik terkadang pemadaman bergilir.

c. Siklus II

Berdasarkan evaluasi dari siklus I, refleksi yang dilakukan pada siklus II ini

adalah melakukan revisi RPP, Lembar Kerja dan juga perbaikan saat proses pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II minggu pertama dan ketiga bulan Oktober 2019.

Berikut hasil pembelajaran siklus II yang dilihat dari pemahaman konsep dan ketuntasan

klasikal:

1) Pemahaman Konsep

Indikator pembelajaran yang akan dicapai pada siklus II tentunya berbeda

dengan siklus I. Kalau pada siklus I siswa diharapkan dapat menunjukkan Dakwah Nabi

Muhammad SAW di Mekah, serta mencocokkannya, sedangkan pada siklus II siswa

diharapkan dapat menunjukkan serta menyampaikan kembali konsep materi tersebut. Dari

pelaksanaan siklus II dapat dikatakan bahwa siswa sudah dapat menguasai konsep materi

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari anak saat menyelesaikan susuna potongan kertas serta

menyampaikan kembali Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah dengan baik.

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

TAHAP RATA-RATA NILAI


PRA SIKLUS 45,00
SIKLUS I 62,50
SIKLUS II 82,50

Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pada siklus II siswa dapat menguasai konsep dengan baik. Nilai rata-rata
61

kelas yaitu sebesar 82,50 yang menunjukkan sudah jauh di atas indikator yang ditentukan

yaitu 75 (KKM). Nilai rata-rata kelas pada siklus II jika dibandingkan siklus I dan pra

siklus juga sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan tabel di atas, maka

dapat digambarkan kenaikan nilai rata-rata subjek penelitian dalam bentuk grafik sebagai

berikut:

Grafik 4.2 Kenaikan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Setiap Siklus

100,00 82,50
80,00 62,50
60,00 45,00

40,00
20,00
0,00
pra siklus siklus I siklus II

2) Ketuntasan Klasikal

Hasil dari nilai yang diperoleh pada siklus II dapat ditentukan prosentase

ketuntasan klasikal seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Rata-rata Nilai Tes Akhir Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

TAHAP KETUNTASAN KLASIKAL

PRA SIKLUS 0%

SIKLUS I 25%

SIKLUS II 100%

Berdasarkan tabel prosentase ketuntasan belajar pada siklus II di atas

menunjukkan hasil 100%. Jika diukur dengan indikator ketuntasan klasikal yang ditentukan
62

yaitu 75%, pada siklus II ini menunjukkan bahwa semua siswa dianggap tuntas dan

memiliki nilai maksimal. Jika dibandingkan dengan ketuntasan klasikal pada pra siklus dan

siklus I juga sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus II ini semua siswa

sudah tuntas dan mendapatkan nilai 100.

Berdasarkan hasil keseluruhan dari pra siklus, siklus I dan siklus II,

pelaksanaan pembelajaran pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah yang

menerapkan Metode Index Card Match menunjukkan adanya peningkatan pemahaman

konsep, keaktifan siswa, dan ketuntasan klasikal, sehingga pada siklus II semua indikator

yang ditentukan sudah dipenuhi, bahkan sampai memenuhi nilai maksimal.


63

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari serangkaian kegiatan penelitian,

diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Metode Index Card Match membuat siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tahun

pelajaran 2021/2022 lebih bersemangat dan bermakna dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI).

2. Selama proses penelitian berlangsung, terjadi perubahan tingkah laku siswa ke arah

positif. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata aspek pengamatan yang selalu

meningkat pada setiap pertemuan.Peningkatan pemahaman konsep terjadi sangat

signifikan setiap siklusnya, hal tersebut dilihat dari kenaikan rata-rata nilai pretest

yang semula 45,00 kemudian mengalami kenaikan pada siklus I dengan rata-rata

62,50 dan memperlihatkan kenaikan kembali pada siklus II dengan rata-rata

sebanyak 82,50. Hal itu juga dapat dilihat dengan nilai ketuntasan klasikal pada

setiap siklus yang bermula dari angka 25% menjadi 100% siswa dinyatakan tuntas

belajar dalam materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

B. Impilikasi/ Rekomendasi

Setelah diadakannya penelitian ini membuat peneliti merekomendasikan metode

Index Card Match sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk mengupayakan
64

peningkatan hasil belajar pada siswa, khususnya pada siswa kelas VII B MTs N 5

Bojonegoro tahun pelajaran 2021/2022.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang penerapan Metode

Index Card Match dalam pembelajaran SKI materi Kisah-Kisah Nabi Allah SWT pada

siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro, mengajukan saran agar tercapainya

pembelajaran yang lebih baik, yakni :

1. Penerapan Metode Index Card Match dalam pembelajaran SKI dapat dijadikan

sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

SKI khususnya materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.

2. Kartu-kartu telah dipelajari dalam metode ini diharapkan dapat membantu siswa

mengingat materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah lebih bermakna dan

mudah dipahami.
65

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: MISYKAT,


2009.

Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat pers,
2002.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka


Cipta, 2002.
__________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Asnawir dan Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Barizi,Ahmad dan M. Idris, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010.

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
__________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996.

Djamarah,Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT


Rineka Cipta, 2002.

Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Fajarwati, Dian, Perseorangan Happy Learning dalam Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam di SD Budi Mulya Dua Seturan Sleman,Skripsi Fakultas Tarbiyah,
Yogyakarta:PerpustakaanUIN Sunan Kalijaga., 2004.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi, 2001.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.


____________, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007.

Kustandi, Cecep, Media Pembelajaran Manual dan Digital, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011.
66

Majid, Abdul, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi


(Konsepdan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006.
Morgan, Cillford T., Introduction to Psychology, fourth edition, New York: Mc Grow
Hill inc., 1971.

Muchlich, Mansur, KTSP pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,


Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan


PendidikanAgama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2005.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006,


Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI dan SDLB, Jakarta: CV. Mini Jaya
Abadi, 2006.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


1985.

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Sadiman, Arief S., dan R. Raharjo, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan


dan Pemanfatannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.

Saminanto, Ayo Praktik PTK, Rasail Media Group, Semarang, 2011.

Silberman, Melvin L., Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terj. Raisul
Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009.

Siregar, Syofian, Statistika Dekriptif Untuk Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010.

Skiner, Charles E., Essentials of Educational Psychology, New York: Prentice Hall,
lac, 1958.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,


1995.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Soeparwoto, Psikologi Perkembangan, Semarang: UNNES Press, 2006.


67

Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, Bandung: Sianar Baru


Algesindo, 2007.
_________, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2005.
_________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

__________, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan RI tentang


SistemPendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Nuansa Aulia, 2008.

Tirtarahadja, Umar, La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan Peserta Didik, Jakarta: Gaung Persada Press,
2007.

Yulistyana, Naili Vidya, Pengembangan Media Pembelajaran Wayang Cucok Untuk


Meningkatkan Kemahiran Kalam Pada Siswa Kelas XI MAN 1 Jepara, Tesis,
Yogyakarta perpustakaan Pps UIN Sunan Kalijaga, 2016.

B. Web
http://oneallstudents.blogspot.com/2012/03/pengertian-rencana-pelaksanaan.html?m=
1, diunduh pada tanggal 11 September 2018.
68

LAMPIRAN 1 :

Tabel 4.1 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Pra Siklus

No Aspek yang Diamati Rata-rata


1. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran SKI 20
2. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses
40
pembelajaran SKI
3. Perhatian siswa terhadap arahan guru selama
30
pembelajaran SKI berlangsung
4. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran SKI 30
5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran SKI saat
30
berlangsung
6. Kemudahan siswa dalam menerima materi pelajaran
40
SKI yang telah disampaikan
7. Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang
30
telah dipelajari
Rata-rata keaktifan 31,4

LAMPIRAN 2 :

Grafik 4.1 Kenaikan Penilaian Keaktifan Siswa setiap Siklus

120 100 100 100 100 100


100
80 70 70 70 70
60 60 60 60
60 40 40 40
40 30 30 30 30
20
20
0
kesiapan antusias perhatian semangat keaktifan kemudahan keberanian
siswa siswa siswa siswa siswa siswa siswa

pra siklus siklus I siklus II


69

LAMPIRAN 3 :

Tabel 4.2 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Siklus I

No Aspek yang Diamati Rata-rata


1. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran Tematik 60
2. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Tematik 40
3. Perhatian siswa terhadap arahan guru selama pembelajaran
70
Tematik berlangsung
4. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Tematik 60
5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Tematik saat berlangsung 60
6. Kemudahan siswa dalam menerima materi daur air yang
60
disampaikan
7. Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah
70
dipelajari
Rata-rata keaktifan 60

LAMPIRAN 4 :

Tabel 4.3 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Siklus II

No Aspek yang Diamati Rata-rata


1. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran Tematik 100
2. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Tematik 70
3. Perhatian siswa terhadap arahan guru selama pembelajaran
100
Tematik berlangsung
4. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Tematik 100
5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Tematik saat berlangsung 100
6. Kemudahan siswa dalam menerima materi daur air yang
70
disampaikan
7. Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah
100
dipelajari
Rata-rata keaktifan 91,4
70

LAMPIRAN 5 :

Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus

TAHAP RATA-RATA NILAI

PRA SIKLUS 45,00

LAMPIRAN 6 :

Tabel 4.5 Ketuntasan Klasikal Pra Siklus

TAHAP KETUNTASAN KLASIKAL

PRA SIKLUS 0%

LAMPIRAN 7 :

Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus dan Siklus I

TAHAP RATA-RATA NILAI

PRA SIKLUS 45,00

SIKLUS I 62,50

LAMPIRAN 8 :

Tabel 4.7 Ketuntasan Klasikal Pra Siklus dan Siklus I

TAHAP KETUNTASAN KLASIKAL

PRA SIKLUS 0%

SIKLUS I 25%
71

LAMPIRAN 9 :

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

TAHAP RATA-RATA NILAI


PRA SIKLUS 45,00
SIKLUS I 62,50
SIKLUS II 82,50

LAMPIRAN 10 :

Grafik 4.2 Kenaikan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Setiap Siklus

100,00 82,50
80,00 62,50
60,00 45,00

40,00
20,00
0,00
pra siklus siklus I siklus II

LAMPIRAN 11 :

Tabel 4.9 Rata-rata Nilai Tes Akhir Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

TAHAP KETUNTASAN KLASIKAL

PRA SIKLUS 0%

SIKLUS I 25%

SIKLUS II 100%

Anda mungkin juga menyukai