BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif tetap yang terjadi
pada segala macam keseluruhan tingkah laku suatu proses organisme sebagai hasil
pengalaman. Belajar mengakibatkan berbagai unsur yang ada, berupa kondisi fisik dan
psikis orang yang belajar. Kedua kondisi tersebut sangat intern dan berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar. Selain itu diperlukan juga tenaga pengajar yang memiliki kemampuan
dan kecakapan yang lebih memadai, kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih
Kegiatan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Pada hakikatnya, proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi
kapan dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada dirinya yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
Perolehan hasil belajar yang maksimal perlu adanya dukungan dari guru
sebagai pengajar serta semua arahan yang disampaikan oleh guru. Aturan-aturan ini yang
media pembelajaan serta metode apa yang nantinya akan diterapkan oleh guru tersebut
berpengaruh dengan kondisi belajar siswa di kelas. Penggunaan metode pembelajaran yang
menarik akan membuat siswa lebih berminat dalam belajar di kelas. Dapat dikatakan
adanya penerapan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru, merupakan salah satu
usaha merakayasa lingkungan, agar siswa merespon stimulus yang telah diberikan oleh
guru.
memperoleh respon sesuai dengan tujuan awal dalam pembelajaran. Salah satu stimulus
yang dapat diciptakan oleh seorang guru dalam meningkatkan hasil dalam pembelajaran
pembelajaran tersebut adalah terciptanya respon dari siswa sehingga mampu menangkap
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa
dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Hal tersebut tentunya sangat membantu siswa
dalam memahami sebuah pelajaran. Penggunaan media oleh guru nantinya akan
menentukan bagaimana siswa akan merasa nyaman pada saat pembelajaran berlangsung,
dan juga menarik tidaknya minat belajar siswa. Melalui pertimbangan tersebut membuat
guru nantinya agar mampu menciptakan keinginan siswa untuk belajar dengan nyaman
Agar tujuan pendidikan Islam dan kriteria manusia yang baik dapat tercapai
maka dibutuhkan metode belajar yang tepat sejalan dengan materi pelajaran, dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam
3
agama Islam salah satunya disebutkan oleh pemilihan cara atau metode belajar yang kurang
tepat, sering terjadi proses belajar mengajar yang kurang bergairah dan kondisi siswa
kurang kreatif dikarenakan penentuan cara belajar yang kurang sesuai dengan sifat bahan
dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Bahkan terkesan para guru nyaman
menggunakan cara atau metode belajar konvensional dan monoton untuk seluruh kegiatan
belajar mengajar.
Peserta didik yang berada pada tingkat MTs berada pada rentangan usia anak-
anak. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ
tumbuh dan berkembang luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keseluruhan (holistik) serta mampu memahami hubungan
antara konsep secara sederhana. Proses pembejaran masih bergantung kepada aspek-aspek
secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada aspek-aspek konkret dan
mata pelajaran dilakukan “secara murni” mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar
kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Pada pembelajaran
yang memisahkan penyajian muda pelajaran secara tegas kurang mengembangkan anak
untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Dengan pelaksanaan
kegiatan, seperti yang disebutkan, muncul permasalahan pada yaitu tingginya angka
dengan guru dan siswanya. Namun karena guru sebagai fasilitator yang berfungsi untuk
4
melayani, membimbing, membina dan membuat dirinya sebagai konsultan akademik yang
dituntut agar mampu membuat siswanya menuju gerbang keberhasilan. Dengan kata lain
bahwasannya guru sebagai jantung utama pembelajaran, yakni hidup dan mati sebuah
Untuk menjadi guru yang dapat membawa siswanya ke arah kehidupan yang
lebih baik, tentu saja membutuhkan syarat yang harus dipenuhi, di antaranya adalah
seorang guru harus dapat menjawab tantangan serta peluang pembelajaran, menyusun
strategi pembelajaran yang unggul dan profesional, melibatkan peran masyarakat dalam
terciptanya pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang nyaman bagi para siswa. Karena
pada hakikatnya, kepribadian manusia itu tidak dapat dirumuskan sebagai suatu
keseluruhan atau kesatuan an sich (satu individu saja) tanpa sekaligus meletakkan
VII B di MTs N 5 Bojonegoro. Jumlah siswa kelas VII B keseluruhan hanya berjumlah 32,
dan untuk siswa yang beragama Islam hanya 2 orang dan sisanya beragama Budha. Hasil
perhatian tentang Pendidikan Agama Islam sehingga belajar SKI ada kesulitan. Siswa
lingkungan yang mayoritas Budha serta tempat tinggal yang berdampingan dengan banyak
5
vihara membuat mereka banyak melihat peribadatan lain. Jam pelajaran yang diberikan
oleh sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga dirasa kurang untuk para
siswa ini. Terutama kekurangan yang mereka rasakan dalam hal pendalaman materi seputar
Dawah Nabi Muhammad SAW di Mekah. Melihat banyak penyampaian siswa tentang
kurangnya motivasi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, membuat peneliti
menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa ikut serta berpartisipasi aktif
ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan di MTs N 5 Bojonegoro yaitu 75.
Sebagai pengantisipasi di atas dan untuk menumbuhkan interaksi guru dengan siswa secara
efektif perlu diupayakan dengan menggunkan metode pembelajaran yang tepat. Karena
dengan penerapan metode yang tepat nantinya akan membantu keberhasilan pembelajaran
di kelas. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang
disampaikan pada saat itu , tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua materi.
penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran Index Card Match yang termasuk
yang baru dapat membangkitkan semangat siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Index Card Match
Mapel SKI Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada Siswa Kelas VII B MTs
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran?
3. Bagaimana agar hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Dakwah
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini data terarah dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran,
maka penulis membatasi masalah yang berhubungan dengan permasalahan saja yakni
sebagai berikut:
Mekah.
2. Penggunaan metode Index Card Match oleh guru pada pembelajaran SKI materi
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b) Pengetahuan dan pengertian, c) Sikap dan
7
cita-cita. Sedangkan dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar
pengetahuan/ kognitif siswa pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah.
Index Card Match merupakan salah satu dari model atau strategi pembelajaran
aktif (active learning) berbasis PAIKEM sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh guru
untuk dapat menambah keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok.
Dalam bukunya Melvin L. Silberman, Index Card Match dari bahasa Inggris yang artinya
D. Rumusan Masalah
berkaitan dengan rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran SKI
materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah. Penggunaan metode Index Card Match
diarahkan oleh peneliti dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran SKI materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada siswa kelas VII
belajar SKI materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada siswa kelas
2. Apakah metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa
E. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Index Card Match
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
hasil belajar dalam pembelajaran SKI melalui metode Index Card Match
2. Manfaat Paraktis
Siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh seorang guru
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi
kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu
kejadian telah dikenal, bahkan disadari atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun
pengertian yang lengkap untuk memenuhi keinginan semua pihak, khususnya keingan-
keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan psikolog, sampai sekarang telah diberikan. Itu
bukan berarti tidak perlu dan tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud
dengan belajar.
rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing, baik bentuk rumusan
maupun aspek-aspek yang ditentukan dalam belajar. Terdapat perbedaan pendapat antara
ahli yang satu dengan ahli yang lain. Namun, perlu diketahui bahwa disamping perbedaan
Belajar menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berusaha (berlatih, dsb)
supaya mendapat suatu kepandaian. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya fikir,
pengajar. Definisi lain menyebutkan, belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Ada pula yang
menyebutkan belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
“Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman
dalam sebuah susunan tingkah laku yang dilakukan, yang terjadi sebagai suatu hasil dari
penguasaan peserta didik atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualititatif belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif peserta didik dalam membangun
makna atau pemahaman. Oleh sebab itu peserta didik perlu diberi waktu yang memadahi
untuk melakukan proses itu. Artinya, memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika
peserta didik menghadapi masalah sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh peserta didik, kemudian bagaimana
informasi itu diperoleh dalam fikiran peserta didik. Berlandaskan suatu teori belajar,
diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman peserta didik sebagai
hasil belajar.
perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan tingkah laku.
Dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, peningkatan
B. Hasil Belajar
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b) Pengetahuan dan pengertian, c) Sikap dan
cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
12
Adapun Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a) Informasi verbal,
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler,
tujuan institusional maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah
Menurut Wasty Soemanto, hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam
yaitu:
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, yang dikelompokkan dalam faktor stimuli
belajar antara lain: banyaknya bahan pelajaran, tingkat kesulitan bahan pelajaran,
berlatih atau praktik, over learning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang
c. Faktor-faktor individual
yang dicapai peserta didik melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung
3) Hasil belajar yang diperoleh peserta didik mantep dan tahan lama.
dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dengan
atau tujuan dari adanya proses interaksi belajar mengajar atau pengalaman belajar siswa.
Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan dalam interaksi
komponen atau unsur yang meliputi tujuan, peserta didik, pendidik, lingkungan pendidikan
a. Tujuan pembelajaran
14
kegiatan, tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan sebagai unsur
penting untuk suatu kegiatan, maka dalamkegiatan suatu apapun tujuan tidak bisa
merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam
merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:
proses pembelajaran.
pembelajaran.
2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku dalam bentuk dapat diukur dan dapat
diamati.
dicapai dalam kegiatannya. Jadi tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak
satuan acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku peserta
didik.
Untuk itu dapat digaris bawahi bahwa tujuan pokok pembelajaran adalah
b. Peserta didik
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu”.
Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek
dalam pembelajaran.
Dasar peserta didik sebagai obyek sekaligus subyek dalam wilayah keilmuan
keilmuan peserta didik ditinjau sebagai obyek maupun subyek dalam jangka
peserta didik.
c. Pendidik
Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang
16
bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada orang
yang belum tahu, tetapi suatu proses membantu seseorang untuk membentuk
pengetahuannya sendiri.
d. Bahan pelajaran
itu, guru yang akan mengajar harus memiliki danmenguasai bahan pelajaran
pembelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau
bidang studi yang diberikan kepada peserta didik sesuai kurikulum yang
digunakannya.
e. Sumber pembelajaran
didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai
sempitnya bila diartikan sebagai sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan
secara auditif maupun visual saja, misal LCD, slides, video, film dan perangkat
keras lainnya. Pengertian yang labih luas tentang sumber pembelajaran adalah
segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam proses
pembelajaran.
sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat
atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu
f. Alat peraga
Sering disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap
oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang
disampaikan guru lebih mudah difahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran
alat peraga dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses
Sebagai alat bantu dalam pembelajaran alat peraga mempunyai sifat sebagai
berikut:
18
g. Metode
Metode secara harfiah berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti “melalui” dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti jalan atau
cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Berangkat dari pengertian diatas,
pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh yang sesuai dan serasi
untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran
sesuai dengan situasi dan kondisi. masing-masing metode ada kelebihan dan
kekurangannya.
h. Strategi
haluan” untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
lebih tepat sesuai situasi peserta didik, maka perlu juga diatur ketepatan
penggunaan metode, tehnik dan strategi peneran metode. Andai saja metode itu
sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang tepatnya penerapan metode maka
Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi disini berbeda dengan metode. Kalau
antar guru dengan siswa dalam suatu pembelajaran, maka strategi disini barfungsi
adalah strategi Index Card Match (menjodohkan kartu tanya jawab), dan masih
banyak lagi yang mana pada intinya guru diharapkan dapat melakukan
yang dipandang lebih tepat. Karena pada dasarnya tidak ada strategi yang paling
Metode Index Card Match merupakan salah satu dari metode pembelajaran
berbasis PAIKEM. Maka sebelum membahas tentang penerapan metode Index Card
1. Pengertian PAIKEM
Pengertian PAIKEM secara bahasa dan istilah dapat dijelaskan secara singkat,
pengalaman oleh peserta didik sendiri. Istilah inovatif, dimaksudkan dalam proses
pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasipositif yang lebih baik.
mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki
imajinasi dan rasa ingin tau yang tidak pernah berhenti. Istilah efektif, berarti bahwa model
pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan
Di dalam dunia pendidikan Islam sebenarnya telah dikenal istilah Thalib atau
murid yang merupakan cerminan dari pembelajaran aktif,yaitu mereka yang aktif untuk
mencari, mereka yang mempunyai iradah atau keinginan untuk memperoleh ilmu. Dalam
konteks ini PAIKEM pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
sebagai salah satu model pembelajaran yang telah dikembangkan dan sedang gencar
posisi dan signifikansi penerapan strategi berbasis PAIKEM menurut kajian psikologi
belajar. Menurut ahli psikologi Hamalik, sebagaimana yang dikutip olehMartinis Yamin,
dirinya terdapat beraneka ragam potensi yang hidup danberkembang. Di dalam diri
seseorang tedapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Potensi hidup
Inovatif, Kretaif, Efektif dan Menyenangkan) diharapkan dapat memperkaya guru dalam
hal strategi, metode, dan teknik mengajar sebagai seni. Sehingga secara psikologis
pedagogis, PAIKEM secara nyata memiliki relevansi dalam kerangka mewujudkan proses
Dalam penerapan PAIKEM oleh pendidik bias dicermati dan dilihat berbagai
indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Disamping itu,
pendidik juga perlu memperhatikan berbagai prinsip ketika menerapkannya. Kriteria ada
atau tidaknya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan diantaranya
PAIKEM adalah:
memecahkan masalah.
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan tersebut dapat digaris
bawahi bahwa secara praktis, tingkat keberhasilan penerapan stategi ini dapat diketahui
melalui uji coba yang beruluang-ulang dari pendidik, sekaligus perlu terus dilakukan
24
evaluasi proses dari tahap ke tahap. Dengan kata lain, seorang pendidik yang berhasil
dalam menerapkan strategi ini seharusnya melakukan penelitian tindakan kelas meskipun
3. Pengertian Index Card Match dan Langkah-Langkah Penerapan Index Card Match
aktif (active learning) berbasis PAIKEM sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh
guru untuk dapat menambah keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun
kelompok. Dalam bukunya Melvin L. Silberman, Index Card Match dari bahasa Inggris
yang artinya mencari jodoh kartu tanya jawab. Strategi ini adalah merupakan cara
menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Strategi ini
memperbolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan
sekelas. Tujuan penerapan strategi Index Card Match ini adalah untuk melatih peserta
didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.
4) Pada potongan kertas yang lain, telah dituliskan jawaban dari pertanyaan-
5) Kertas tersebut dikocok sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
25
6) Guru membagi setiap siswa satu kertas. Dengan menjelaskan bahwa ini adalah
membawa kertas berisi pertanyaan untuk membaca dengan suara keras, dan siswa
keras (bagi yang merasa jawabannya sesuai/tepat). Dan dijelaskan juga agar
mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
Begitu seterusnya. Hal ini dengan maksud memberikan informasi kepada siswa
yang lain tentang materi tersebut, sehingga dapat dibahas dan difahami bersama.
masing siswa.
10) Guru mengakhiri proses pembelajaran ini dengan apresiasi, klarifikas, kesimpulan
Pendidikan agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai, dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi umat
manusia, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
26
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup
spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki
Tuhan.
berupayamenyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan
hambatan, danperubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar
perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua
siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama
Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dalam hal ini tentu saja diperlukan
secara menyeluruh.
dkk., adalah pendidikan dengan melalui anjuran-anjuran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memehami, menghayati, dan menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
akherat kelak.
adalah usaha untuk membantu dan mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik
28
agama Islam dalam kehidupan supaya menjadi manusia yang bertakwa dan mempunyai
b) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahaggiaan hidup didunia
dan akhirat.
lingkunga fisik atau sosial yang dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran
Islam.
peserta didik dalam meyakini, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Pencegahan, yaitu menghafal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya yang dapat
fungsional.
29
bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga
a) Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
b) Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun
di akhirat.
Selanjutnya tujuan pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian
tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada
Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan diatas maka dapat ditarik suatu
pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam disini yaitu untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui kejiwaan, akal,
mulia dan utama sehingga terbentuklah insane pari purna yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, tawakkal, optimis, tawadu’, ikhlas,dan berprasangka baik sehingga
Ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu al-
quran, hadist, keimanan, syari’ah, ibadah muamalah, ahlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang
menekankan pada perkembangan politik pada kurikulum dipadatkan menjadi lima unsur
pokok, yaitu Al-quran, keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah serta tarikh. Sejarah
yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
Dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam itu secara keseluruhannya dalam ruang lingkup Al-Qur’an dan al-Hadits,
keimanan, akhlaq, fiqih atau ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, mahluk
berikut: Al-Quran dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam.
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,
hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
31
E. Kerangka Pikir
kerangka pikir sehingga penulisan menjadi sistematis, konsisten dan integratif. Penelitian
Bab I Pendahuluan pada penelitian ini terdiri dari latar belakang, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka pada penelitian ini terdiri dari berbagai teori tentang
pengertian belajar, hasil belajar, dan metode Index Card Match. Kemudian dilanjut dengan
penjelasan penerapan langkah-langkah metode Index Card Match dan kerangka pikir
Bab III Metode Penelitian ini berisi seputar setting penelitian, subjek
penelitian, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data, validasi data, analisis data,
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan pada bab ini awalnya dibahas tentang
penerapan metode Index Card Match ketika di dalam kelas, kemudian membahas hasil
memberikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian memberikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama 3 bulan, dimulai bulan Agustus dan berakhir bulan
2. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diadakan di kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tahun
pelajaran 2021/2022.
B. Subjek Penelitian
dalam sebuah penelitian. Sedangkan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
C. Sumber Data
tindakan kelas, serta pengambilan data dari subjek penelitian. Pengumpulan data juga
diperoleh melalui wawancara, observasi, serta hasil evaluasi dari sejumlah siswa.
1. Teknik tes
Data hasil belajar siswa yang dikumpulkan dengan mengunakan tes di setiap akhir
pertemuan.
a) Observasi
dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang
mendukung kegiatan penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi
objek penelitian tersebut. Observasi yang dilakukan dalam proses penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana antusias siswa, perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi
guru, keaktifan siswa, keberanian siswa, kelancaran siswa dan ekspresi siswa pada saat
mengikuti pelajaran SKI di dalam kelas. Hasil observasi dikumpulkan melalui pengamatan
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi yang telah
b) Dokumentasi
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
34
notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Melalui teknik dokumentasi peneliti
memperoleh data siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro, sehingga memudahkan peneliti
dalam mencatat kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran SKI di kelas
tersebut.
c) Wawancara
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka pewawancara dengan responden dengan
mengetahui pendapat siswa tentang Metode Index Card Match yang digunakan pada saat
mata pelajaran SKI yang berlangsung di kelas dan saran-saran dari siswa yang sifatnya
membangun untuk memperbaiki serta memantapkan penerapan Metode Index Card Match.
E. Validasi Data
1. Silabus
kompetensi dasar. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana
35
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini terdiri dari dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama masuk dalam siklus I dan pertemuan kedua masuk dalam siklus II,
3. Modul/bahan ajar
Bahan ajar yang digunakan oleh peneliti pada setiap pertemuan berbeda-beda
yakni mengacu pada silabus dan RPP yang telah ada. Adapun materi pada pertemuan
F. Analisis Data
pada tiap siklus digunakan rumus mean (rata-rata). Dari nilai rata-rata tiap pertemuan akan
diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dalam tiap siklus berdasarkan rumus di bawah ini :
Keterangan :
Mean = Nilai rata-rata
Ʃt = Jumlah nilai tengah
Ʃf = Jumlah frekuensi
Setelah diketahui hasil perolehan nilai tiap siklus I dan siklus II kemudian
disesuaikan dengan indikator penelitian, bahwa nilai yang diperoleh siswa apa sudah
mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah atau belum. Hal ini untuk mengetahui
peningkatan pembelajaran SKI di dalam kelas, hasil perolehan nilai siswa pada siklus I dan
perolehan nilai siswa pada siklus II dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅2 −𝑅1
(Hadi 2004:156)
Prosentase (%) = 𝑥 100%
𝑅1
36
Keterangan :
R1 = Nilai rata-rata sebelum
R2 = Nilai rata-rata sesudah
G. Indikator Kinerja
atas sebelumnya, serta pengambilan rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti,
maka perlu adanya indikator penelitian yang jelas untuk menjadi tolak ukur keberhasilan
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui pencapaian di titik mana hasil
belajar siswa meningkat perlu diukur dengan menggunakan indikator kerja penelitian ini
sebagai berikut:
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, apabila siklus I belum mencapai target,
maka siklus II berfungsi untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Namun, jika siklus I
sudah memuaskan maka siklus II berfungsi sebagai pemantapan atas media pembelajaran
yang digunakan pada siklus I. Artinya, siklus digunakan sebagai toleransi dalam
Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas empat
tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Keempat tahapan ini
digunakan secara sistematis dan diterapkan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
selanjutnya adalah tindakan yang meliputi penyampaian materi, melakukan tes dan
observasi terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini melibatkan rekan
ditentukan. Dengan demikian observer fokus pada tingkah laku siswa pada barisan-barisan
yang ada didepannya. Sehingga observasi tidak bersifat subjektif melainkan objektif. Tahap
observasi dan wawancara. Siklus I bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pelajaran SKI
siswa dalam tindakan awal penelitian. Hasil siklus ini sekaligus dipakai sebagai bahan
pertimbangan dengan melakukan siklus II. Sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui
peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada
refleksi dan pemantapan penerapan Metode Index Card Match pada siklus I. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam Gambar prosedur penelitian tindakan kelas di bawah ini.
S
Permasalahan Alternatif Pelaksanaan I
Pemecahan Tindakan I K
L
U
Refleksi I Analisis Data S
Observasi I
I
S
I
Belum Alternatif Pemecahan Pelaksanaan K
(rencana tindakan) Tindakan II L
U
S
2
38
Hasil
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
1. Siklus I
a. Perencanaan
serta fleksibel untuk menerima efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara
dini kita dapat mengatasi masalah. Perencanaan yang baik akan lebih mudah untuk
mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih efektif. Pada tahap ini,
pembelajaran seperti papan tulis, LCD, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Peneliti juga
perlu melakukan wawancara kepada siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro untuk
Perencanaan tindakan adalah tindak lanjut dari observasi awal serta bagaimana
Hal ini kemudian diterapkan dalam rencana penelitian tindakan kelas dengan membentuk
sebuah pengajaran dengan penerapan Metode Index Card Match. Rencana Pelaksanaan
b. Tindakan
Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yaitu dalam
penelitian ini penggunaan media pembelajaran yang bertujuan untuk inovasi. Pada tahap ini
merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan
dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat
kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian pembelajaran SKI pada siswa
proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini
menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap
pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa
siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga
mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang
dakwah Nabi Allah SWT yaitu Nabi Muhammad SAW di Mekah. yang disajikan melalui
media slidepower point. Slide yang ditampilkan berupa materi yang berkaitan serta point-
digunakan peneliti yakni Index Card Match dimana dalam permainan ini memanfaatkan
40
kartu-kartu yang berbentuk bintang dan persegi panjang yang ditempatkan di atas meja
agar siswa dapat menemukan jodoh dari kartu yang dipegangnya, tujuan permainan ini agar
lebih bermakna dan menarik siswa belajar SKI pada materi tersebut.
Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui gambar
buta atau diagram kosong, kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang
telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.
Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada
seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.
Pada akhir pertemuan atau pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan wawancara
c. Observasi/ Pengamatan
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan
menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat
oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktifitas murid. Hasil
Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)
antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa
41
dalam mengikuti pelajaran,e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti
permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti bersama guru dan observer yang meliputi kegiatan:
dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,
media pembelajaran. Dengan demikian PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali
mampu mengungkapkan secara lisan terkait daur air, yang kemudian digunakan sebagai
bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan
2. Siklus II
rencana dan tindakan pada siklus II. Sama halnya dengan prosedur penelitian pada siklus
I,pada siklus II ini juga terdiri atas empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut.
a. Perencanaan
perencanaan siklus I. Berdasarkan uraian refleksi siklus I di atas, perencanaan pada siklus
2) Mempersiapkan permainan dengan bentuk kartu yang lebih menarik untuk siswa.
3) Memperbaiki pengawasan dan pengamatan yang lebih agar siswa lebih tertib dan
teratur.
4) Memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran SKI
b. Tindakan
dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan
tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam
proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini
menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap
pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa
siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga
mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang
berkaitan dengan tema hari ini melalui slide dan kartu. Slide dan permainan tersebut
43
memanfaatkan gambar dan prosedur permainan yang mudah dipelajari, agar siswa lebih
bermakna dan lebih tertarik belajar SKI pada tema tersebut. Pada kegiatan ini siswa
memilih kartu berbentuk bintang yang di dalam kartu tersebut tertera nama Nabi yang
nantinya akan dijodohkan dengan kisah-kisahnya yang tertera pada kartu lain yang masih
acak di atas kotak yang telah disediakan. Kemudian siswa berlomba siapa yang cepat
mendapatkan jodoh untuk kartu bintang yang telah mereka pegang sebelumnya. Hal ini
juga bertujuan agar bermakna dipikiran siswa sehingga siswa dengan mudah mengingat
Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui ulangan
yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.
Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada
seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.
Pada pertemuan yang kedua proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan
pertama, ditambah dengan peneliti melakukan wawancara dengan siswa berkategori nilai
tertinggi, siswa berkategori sedang, dan siswa berkategori rendah untuk memperoleh data
nontes.
c. Observasi/ Pengamatan
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan
menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat
44
oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktivitas murid. Hasil
Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)
antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa
dalam mengikuti pelajaran, e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti
permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.
d. Refleksi
pengamatan, dan wawancara kemudian dianalisis. Refleksi yang dilakukan antara lain: 1)
SKI dengan menerapkan Metode Index Card Match, dan 2) mengungkapkan perilaku siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran.
BAB IV
Setelah dilakukan wawancara kepada siswa maka diperoleh hasil bahwa jumlah
siswa kelas VII B keseluruhan hanya berjumlah 32. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
siswa kurang mendapatkan motivasi dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam dimana saja.
Siswa menyampaikan bahwa pembelajaran SKI hanya mereka dapatkan di sekolah, karena
lingkungan yang mayoritas Budha serta tempat tinggal yang berdampingan dengan banyak
vihara membuat mereka banyak melihat peribadatan lain. Jam pelajaran yang diberikan
oleh sekolah untuk mata pelajaran SKI juga dirasa kurang untuk para siswa ini. Terutama
kekurangan yang mereka rasakan dalam hal pendalaman materi seputar Dakwah Nabi
motivasi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, membuat peneliti menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa ikut serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran SKI
di kelas.
Hasil belajar siswa menunjukkan angka dimana masih jauh di bawah Kriteria
ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan di MTs N 5 Bojonegoro yaitu 75.
Sebagai pengantisipasi di atas dan untuk menumbuhkan interaksi guru dengan siswa secara
efektif perlu diupayakan dengan menggunkan metode pembelajaran yang tepat. Karena
dengan penerapan metode yang tepat nantinya akan membantu keberhasilan pembelajaran
46
di kelas. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang
disampaikan pada saat itu karena tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua
materi.
B. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
serta fleksibel untuk menerima efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara
dini kita dapat mengatasi masalah. Perencanaan yang baik akan lebih mudah untuk
mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih efektif. Pada tahap ini,
pembelajaran seperti papan tulis, LCD, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Peneliti juga
perlu melakukan wawancara kepada siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro untuk
Perencanaan tindakan adalah tindak lanjut dari observasi awal serta bagaimana
Hal ini kemudian diterapkan dalam rencana penelitian tindakan kelas dengan membentuk
sebuah pengajaran dengan penerapan Metode Index Card Match. Rencana Pelaksanaan
b. Tindakan
Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yaitu dalam
penelitian ini penggunaan media pembelajaran yang bertujuan untuk inovasi. Pada tahap ini
merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan
dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat
kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian pembelajaran SKI pada siswa
kelas VII B.
proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini
menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap
pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa
siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga
mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang
SAW di Mekah. yang disajikan melalui media slidepower point. Slide yang ditampilkan
berupa materi yang berkaitan serta point-point penting yang berhubungan dengan kisah-
kisah para Nabi Allah. Kemudian dilanjutkan dengan memasangkan kartu atau metode
yang digunakan peneliti yakni Index Card Match dimana dalam permainan ini
memanfaatkan kartu-kartu yang berbentuk bintang dan persegi panjang yang ditempatkan
di atas meja agar siswa dapat menemukan jodoh dari kartu yang dipegangnya, tujuan
permainan ini agar lebih bermakna dan menarik siswa belajar SKI pada materi tersebut.
48
Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui gambar
buta atau diagram kosong, kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang
telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.
Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada
seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.
Pada akhir pertemuan atau pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan wawancara
c. Observasi/ Pengamatan
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan
menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat
oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktifitas murid. Hasil
Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)
antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa
dalam mengikuti pelajaran,e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti
permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.
49
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti bersama guru dan observer yang meliputi kegiatan:
dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,
media pembelajaran. Dengan demikian PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali
mampu mengungkapkan secara lisan terkait daur air, yang kemudian digunakan sebagai
bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan
C. Deskripsi Siklus II
rencana dan tindakan pada siklus II. Sama halnya dengan prosedur penelitian pada siklus
I,pada siklus II ini juga terdiri atas empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut.
a. Perencanaan
perencanaan siklus I. Berdasarkan uraian refleksi siklus I di atas, perencanaan pada siklus
b. Mempersiapkan permainan dengan bentuk kartu yang lebih menarik untuk siswa.
c. Memperbaiki pengawasan dan pengamatan yang lebih agar siswa lebih tertib dan
teratur.
b. Tindakan
dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan
proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini
menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap
pembelajaran SKI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa
siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran SKI. Peneliti juga
mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang
SAW di Mekah, yang berkaitan dengan tema hari ini melalui slide dan kartu. Slide dan
51
permainan tersebut memanfaatkan gambar dan prosedur permainan yang mudah dipelajari,
agar siswa lebih bermakna dan lebih tertarik belajar SKI pada tema tersebut. Pada kegiatan
ini siswa memilih kartu berbentuk bintang yang di dalam kartu tersebut tertera nama Nabi
yang nantinya akan dijodohkan dengan kisah-kisahnya yang tertera pada kartu lain yang
masih acak di atas kotak yang telah disediakan. Kemudian siswa berlomba siapa yang cepat
mendapatkan jodoh untuk kartu bintang yang telah mereka pegang sebelumnya. Hal ini
juga bertujuan agar bermakna dipikiran siswa sehingga siswa dengan mudah mengingat
Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui ulangan
yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya.
Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada
seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.
Pada pertemuan yang kedua proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan
pertama, ditambah dengan peneliti melakukan wawancara dengan siswa berkategori nilai
tertinggi, siswa berkategori sedang, dan siswa berkategori rendah untuk memperoleh data
nontes.
c. Observasi/ Pengamatan
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan
menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat
52
oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktivitas murid. Hasil
Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b)
antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa
dalam mengikuti pelajaran, e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti
permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari.
d. Refleksi
pengamatan, dan wawancara kemudian dianalisis. Refleksi yang dilakukan antara lain: 1)
SKI dengan menerapkan Metode Index Card Match, dan 2) mengungkapkan perilaku siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran.
a. Pra Siklus
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang telah diperoleh dari siswa
kelas 9E, proses pembelajaran sebelum pelaksanaan penelitian ini masih menggunakan
metode ceramah. Guru mengawali dengan menjelaskan materi Dakwah Nabi Muhammad
SAW di Mekah dengan membacakan apa yang ada di buku. Saat guru menjelaskan siswa
diminta untuk mendengarkan dan jika ada hal-hal yang dirasa tidak mengerti, siswa dapat
53
langsung bertanya pada guru. Setelah guru selesai menjelaskan materi siswa diminta
soal-soal lembar kerja siswa yang ada di dalam bahan ajar. Dari soal tersebut dikerjakan
oleh siswa dan dikoreksi secara bersama oleh guru dan siswa untuk mengetahui jawaban
yang tepat. Kemudian guru memberikan soal kembali tentang materi yang telah
disampaikan. Soal yang diberikan berbentuk lisan dan siswa diminta secara aktif menjawab
pertanyaan dengan cepat. Pada waktu menjelang akhir pelaksanaan pembelajaran diadakan
tes akhir.
dapat ditentukan rata-rata prosentasinya adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Dari hasil pengamatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus
dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
54
masih banyak mendengarkan dalam memahami konsep materi yang disampaikan. Sehingga
dalam proses pembelajaran masih bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukkan dari rata-
rata prosentasi keaktifan siswa kelas VII B menunjukkan angka 31,4%yang masih berada
b. Siklus I
menggunakan angket keaktifan didapat nilai (terlampir) yang rata-ratanya dapat dilihat
bahwa siswa sudah mulai terlihat aktif dalam proses pembelajaran walaupun belum optimal
sesuai dengan harapan. Siswa sudah banyak yang terlihat aktif bertanya, menjawab
pembelajaran siswa sudah tidak lagi bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukkan dari
rata-rata prosentasi hasil penilaian keaktifan siswa yaitu 60%. Walaupun belum mencapai
55
indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran, tapi jika dibandingkan dengan pembelajaran
sebelumnya yakni pada pra siklus, rata-rata siswa sudah mengalami perubahan yang
signifikan.
c. Siklus II
siklus II dapat dikatakan bahwa semua siswa sudah terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa secara individu hampir keseluruhan terlihat aktif bertanya, menjawab
sudah tidak lagi bergantung pada guru. hal ini juga ditunjukkan dari prosentasi keaktifan
pada tiap anak (terlampir). Rata-rata prosentasi keaktifan pembelajaran siklus II dapat
Keaktifan siswa pada siklus II ini semuanya sudah di atas indikator yang
ditentukan. Hal itu dapat dilihat dari tabel di atas menunjukkan di atas 70%. Jika
dibandingkan dengan pra siklus dan siklus I, keaktifan siswa di siklus II ini sudah
56
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 91,4%. Berdasarkan rata-
rata prosentase penilaian keaktifan siswa di atas, maka dapat digambarkan kenaikan nilai
peningkatan skor pada setiap aspeknya. Hal ini menunjukkan perubahan tingkah laku siswa
ke arah yang lebih baik selama proses pembelajaran pada setiap pertemuan berlangsung.
E. Hasil Penelitian
a. Pra Siklus
1) Pemahaman Konsep
Mekah dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest. Nilai rata-rata dari
Dari hasil nilai yang diperoleh pada pretest kelas 9E dapat disimpulkan bahwa
anak belum menguasai konsep materi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas
pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada pretest adalah 45,00 yang
masih berada jauh di bawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75.
2) Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan nilai yang ada dapat dilihat ketuntasan klasikalnya pada tabel
berikut:
PRA SIKLUS 0%
pembelajaran Tematik dengan materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah pada
pretest adalah 0% sehingga masih jauh di bawah indikator yang ditentukan yaitu 75%.
b. Siklus I
kedua bulan September 2020. Berikut hasil pembelajaran siklus I yang dilihat dari
1) Pemahaman Konsep
Index Card Match yang rata-ratanya dapat dilihat pada tabel berikut:
SIKLUS I 62,50
Berdasarkan rata-rata nilai di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mulai
memahami materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah. Hal ini ditandai dengan
siswa sudah bisa menyebutkan kisah-kisah dari nama-nama Nabi yang telah dipelajari,
melalui potongan kertas, serta menjodohkan antara nama Nabi dengan kisahnya.
Pemahaman konsep Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah juga dapat ditunjukkan dari
rata-rata nilai siklus I sebesar 62,50. Nilai rata-rata pada siklus I belum menunjukkan di
atas indikator yang ditetapkan yaitu 75. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata
pemahaman konsep pra siklus sebelumnya, nilai siswa sudah mengalami kenaikan yang
signifikan. Akan tetapi, perlu diadakan pertemuan kembali melalui siklus II dengan
2) Ketuntasan Klasikal
Dari nilai yang diperoleh dapat ditentukan ketuntasan klasikal pada siklus I ini
PRA SIKLUS 0%
SIKLUS I 25%
Prosentasi ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 25% dan jika diukur dengan
indikator ketuntasan klasikal yanng ditentukan yaitu 75%, bisa dikatakan belum memenuhi
dan masih berada di bawah standar KKM. Tetapi jika dibandingkan dengan ketuntasan
klasikal pada pra siklus sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada siklus I
pertemuan 1 semua siswa belum tuntas KKM. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
menggunakan Metode Index Card Match pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di
klasikal meskipun belum memenuhi standar KKM yang ditentukan oleh peneliti.
Melihat dari hasil evaluasi siklus I menghasilkan beberapa catatan yang harus
masalah.
3) Siswa belum diberitahu untuk mempelajari materi Dakwah Nabi Muhammad SAW
di Mekah.
60
c. Siklus II
Berdasarkan evaluasi dari siklus I, refleksi yang dilakukan pada siklus II ini
adalah melakukan revisi RPP, Lembar Kerja dan juga perbaikan saat proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II minggu pertama dan ketiga bulan Oktober 2019.
Berikut hasil pembelajaran siklus II yang dilihat dari pemahaman konsep dan ketuntasan
klasikal:
1) Pemahaman Konsep
dengan siklus I. Kalau pada siklus I siswa diharapkan dapat menunjukkan Dakwah Nabi
diharapkan dapat menunjukkan serta menyampaikan kembali konsep materi tersebut. Dari
pelaksanaan siklus II dapat dikatakan bahwa siswa sudah dapat menguasai konsep materi
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari anak saat menyelesaikan susuna potongan kertas serta
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
pembelajaran pada siklus II siswa dapat menguasai konsep dengan baik. Nilai rata-rata
61
kelas yaitu sebesar 82,50 yang menunjukkan sudah jauh di atas indikator yang ditentukan
yaitu 75 (KKM). Nilai rata-rata kelas pada siklus II jika dibandingkan siklus I dan pra
siklus juga sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat digambarkan kenaikan nilai rata-rata subjek penelitian dalam bentuk grafik sebagai
berikut:
100,00 82,50
80,00 62,50
60,00 45,00
40,00
20,00
0,00
pra siklus siklus I siklus II
2) Ketuntasan Klasikal
Hasil dari nilai yang diperoleh pada siklus II dapat ditentukan prosentase
ketuntasan klasikal seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Rata-rata Nilai Tes Akhir Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
PRA SIKLUS 0%
SIKLUS I 25%
SIKLUS II 100%
menunjukkan hasil 100%. Jika diukur dengan indikator ketuntasan klasikal yang ditentukan
62
yaitu 75%, pada siklus II ini menunjukkan bahwa semua siswa dianggap tuntas dan
memiliki nilai maksimal. Jika dibandingkan dengan ketuntasan klasikal pada pra siklus dan
siklus I juga sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus II ini semua siswa
Berdasarkan hasil keseluruhan dari pra siklus, siklus I dan siklus II,
pelaksanaan pembelajaran pada materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah yang
konsep, keaktifan siswa, dan ketuntasan klasikal, sehingga pada siklus II semua indikator
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Metode Index Card Match membuat siswa kelas VII B MTs N 5 Bojonegoro tahun
2. Selama proses penelitian berlangsung, terjadi perubahan tingkah laku siswa ke arah
positif. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata aspek pengamatan yang selalu
signifikan setiap siklusnya, hal tersebut dilihat dari kenaikan rata-rata nilai pretest
yang semula 45,00 kemudian mengalami kenaikan pada siklus I dengan rata-rata
sebanyak 82,50. Hal itu juga dapat dilihat dengan nilai ketuntasan klasikal pada
setiap siklus yang bermula dari angka 25% menjadi 100% siswa dinyatakan tuntas
B. Impilikasi/ Rekomendasi
Index Card Match sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk mengupayakan
64
peningkatan hasil belajar pada siswa, khususnya pada siswa kelas VII B MTs N 5
C. Saran
Index Card Match dalam pembelajaran SKI materi Kisah-Kisah Nabi Allah SWT pada
1. Penerapan Metode Index Card Match dalam pembelajaran SKI dapat dijadikan
sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
2. Kartu-kartu telah dipelajari dalam metode ini diharapkan dapat membantu siswa
mengingat materi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah lebih bermakna dan
mudah dipahami.
65
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat pers,
2002.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Asnawir dan Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Barizi,Ahmad dan M. Idris, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010.
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
__________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996.
Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Kustandi, Cecep, Media Pembelajaran Manual dan Digital, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011.
66
Silberman, Melvin L., Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terj. Raisul
Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009.
Siregar, Syofian, Statistika Dekriptif Untuk Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010.
Skiner, Charles E., Essentials of Educational Psychology, New York: Prentice Hall,
lac, 1958.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan Peserta Didik, Jakarta: Gaung Persada Press,
2007.
B. Web
http://oneallstudents.blogspot.com/2012/03/pengertian-rencana-pelaksanaan.html?m=
1, diunduh pada tanggal 11 September 2018.
68
LAMPIRAN 1 :
LAMPIRAN 2 :
LAMPIRAN 3 :
LAMPIRAN 4 :
LAMPIRAN 5 :
LAMPIRAN 6 :
PRA SIKLUS 0%
LAMPIRAN 7 :
SIKLUS I 62,50
LAMPIRAN 8 :
PRA SIKLUS 0%
SIKLUS I 25%
71
LAMPIRAN 9 :
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
LAMPIRAN 10 :
100,00 82,50
80,00 62,50
60,00 45,00
40,00
20,00
0,00
pra siklus siklus I siklus II
LAMPIRAN 11 :
Tabel 4.9 Rata-rata Nilai Tes Akhir Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
PRA SIKLUS 0%
SIKLUS I 25%
SIKLUS II 100%