PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan zaman
yang semakin maju.Selain itu pendidikan merupakan salah satu sektor penting dan dominan
dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa.Oleh karena itu, bidang pendidikan harus
mendapat perhatian khusus dari semua elemen masyarakat, pemerintah, terlebih instansi
sekolah sebagai ujung tombak dari keberhasilan pendidikan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
harus diajarkan di lingkungan sekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Hal ini sejalan
dengan peraturan pemerintah N0.55.Tahun 2007 Bab 1 Pasal 2 yang menyebutkan :
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan, membentuk sikap,
kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran / kuliah pada semua jalur,jenjang
dan jenis pendidikan. Jadi pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kehidupan didunia ini saja tetapi juga mengajarkan bagaimana
mempersiapkan kehidupan di akhirat nanti.
Adapun materi pelajaran PAI sebagai salah satu dari mata pelajaran yang di ujiankan
bahkan termasuk ujian Nasional menuntut guru PAI untuk berupaya meningkatkan kualitas
pengetahuan peserta didiknya. Guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab
yang besar bukan hanya menyangkut moral dan karakter anak didik tetapi juga bertanggung
jawab meningkatkan kualitas pengetahuan anak didik itu sendiri. Kualitas pengetahuan anak
didik dapat diukur dari ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan yang kita kenal dengan istilah KKM.
Kualitas pembelajaran PAI disekolah saat ini masih jauh dari kualitas yang
diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah kurang kreatifnya guru dalam menerapkan model
dan metode pembelajaran dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pada umumnya
guru masih menggunakan satu metode dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode ceramah.
Dalam metode ceramah kegiatan pembelajaran lebih banyak berpusat pada seorang guru
sementara peserta didik hanya menjadi pendengar dan cenderung pasif. Hal seperti ini
membuat siswa merasa jenuh dan bosan, kurang semangat mengikuti pembelajaran dan ini
menjadi penyebab utama rendahnya hasil belajar siswa.
Dengan demikian sangat penting merubah model dan metode pembelajaran yang
digunakan oleh seorang guru. Saatnya sekarang guru harus beralih menggunakan model
pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Salah satu model pembelajaran yang menekankan
keaktifan dan kerja sama siswa yang menyenangkan adalah model pembelajaran koperatif
(cooperative learning) tipe index card match. Diterapkannya model pembelajaran ini
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
1
B. RUMUSAN MASAALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan permasalahan yang
diajukan dalam penelitian tindakan kelas (ptk) ini adalah : ”Apakah penerapan model
pembelajaran koperatif tipe index card match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi Kisah Keteladanan Nabi Musa As di kelas IV SDN Saladang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Kisah Keteladanan Nabi Musa As
melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe index card match di kelas IV SDN
Saladang.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI khususnya materi
Kisah Keteladanan Nabi Musa As
2. Bagi Guru
Dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran PAI khususnya materi
Kisah Keteladanan Nabi Musa As di kelas IV SDN Saladang.
3. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan mutu pendidikan di SDN Saladang pada khususnya dan untuk
meningkatkan mutu pendidikan Nasional pada umumnya.
2
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar merupakan hasil dari
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilaku. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah bahwa
bentuk input dan output dari stimulus dalam bentuk tanggapan.
Stimulus adalah rangsang yang diberikan guru kepada siswa yang menyebabkan
terjadinya kegiatan belajar, sedangkan reaksi atau respon dalam bentuk tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
penting untuk dicatat karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Bower (1987 : 150), belajar dapat menunjukan adanya perubahan yang relatif dalam
perilaku yang terjadi karena adanya beberapa pengalaman yang telah dialami dan juga latihan
yang sudah dilakukan dalam waktu sebelumnya. Bower juga menjelaskan bahwa “Learning is
a cognitive process” yang artinya Belajar adalah suatu proses kognitif. Disini Bower
menjelaskan proses merupakan hal yang lebih penting dibandingkan hasil dari belajar itu
sendiri.
Moh.Surya (1981 :32) berpendapat belajar merupakan sebuah proses usaha yang telah
dilakukan oleh masing-masing individu untuk bisa memperoleh sebuah perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan. Selain itu belajar sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Bagi Moh. Surya, belajar kembali pada
masing-masing personalnya untuk mau belajar dan mengerti hasil yang bisa didapat dari
belajar itu sendiri.
Burton dalam Rusman (2015 : 14), belajar adalah perubahan tingkah laku dari diri
individu berkat adanya interaksi antar individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Imron (1996 :2) belajar didefinisikan sebagai sebuah perubahan tingkah laku
dalam diri seseorang yang relatif menetap, karena bentuk hasil dari sebuah pengalaman.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang yang terjadi karena interaksi dengan lingkungannya yang
relatif menetap karena bentuk dari sebuah pengalaman.
3
sebagai pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, abilitas dan keterampilan.
Dimyati dan Mudjiono (2013: 3), mengemukakan pengertian hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi seorang pengajar
tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak dari suatu proses belajar. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran.
Depdiknas (Sesiria, 2005:12), hasil belajar adalah penguasaan dan keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dari nilai tes atau nilai yang
diberikan guru.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah menerima materi pelajaran
dari guru yang berupa kemampuam-kemampuan berupa nilai-nilai, ilmu pengetahuan, sikap
dan keterampilan dan hasilnya dapat diukur melalui proses evaluasi. Dalam proses evaluasi
dapat diukur tingkat penguasaan materi pembelajaran setiap siswa dan predikat yang dicapai,
apakah tuntas atau tidak tuntas dan selanjutnya diberikan tindak lanjut berupa remedial dan
pengayaan.
4
memperbolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan
sekelas.
Tujuan penerapan model index card match ini adalah untuk melatih peserta didik agar
lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.
5
siswa pasti mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil pencarian
pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa bersama pasangannya dan siswa lainnya.
Dengan mendiskusikan bersama pasangannya maka siswa akan lebih mengerti dengan
konsep materi yang sedang dipelajari. Karena pembelajaran ini dilakukan dalam suasana
yang menyenangkan, maka diharapkan dapat meningkatkan semangat dan aktivitas siswa
dalam belajar siswa dalam kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat di atas, metode
pembelajaran Index Card Match merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa
untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang
dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu
untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan lain.
Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan
untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk
memperoleh pemahaman dan penguasaan materi. Dengan demikian metode pembelajaran
Index Card Match adalah suatu cara pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi
pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
6
4) Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar
tercampur.
b. Pelaksanaan model Index Card Match.
Nabi Musa a.s. lahir di zaman Raja Fir’aun. Di masa itu, Fir’aun memerintahkan
setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh karena pengaruh mimpinya. Menurut ahli
nujumnya, mimpi Raja Fir’aun menandakan akan lahir seorang bayi laki-laki dari Bani Israil
yang kelak akan membinasaan kekuasaannya. Raja Fir’aun terkenal sombong dan mengaku
dirinya sebagai Tuhan.
Allah Swt. melindungi Musa a.s. dengan menurunkan ilham kepada ibu Musa a.s.,
agar anaknya (Musa a.s.) dimasukkan ke dalam peti, kemudian dihanyutkan di Sungai Nil.
Bayi Musa pun diselamatkan oleh seorang wanita bernama Asiyah (istri Fir’aun). Melihat
anak itu, Fira’un marah. Akan tetapi, dengan bujuk rayu Asiyah, Fir’aun luluh hatinya, ia
tidak jadi membunuh Musa kecil.
Suatu ketika seorang laki-laki bergegas datang kepada Musa a.s., dan berkata, “Hai
Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding untuk membunuhmu. Keluarlah dari kota
ini. Itulah nasihatku kepadamu”.Musa a.s. mengikuti nasihat orang itu, maka keluarlah ia
7
dengan perasaan khawatir seraya berdoa. “Ya Tuhanku, Yang Maha Kuasa, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, bebaskanlah aku dari cengkraman kaum Fir’aun yang
aniaya.”
Seketika itu juga Musa a.s. menolong kedua gadis itu untuk memberikan minum
kepada ternak mereka. Setelah menolong, Musa a.s. berteduh di bawah pohon, seraya berdoa,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
Kedua gadis yang ditolong Musa a.s. pun pulang ke rumahnya, dan menceritakan kepada
ayah mereka bahwa telah ditolong seseorang yang berhati mulia. Salah seorang dari gadis itu
berkata, “Ya ayahku, ambillah ia (Musa) sebagai orang yang bekerja kepada kita.
Kelihatannya ia orang yang kuat dan dapat dipercaya”. Si ayah, mengabulkan permintaan
putrinya. Ternyata, ayah kedua wanita itu tak lain adalah Nabi Syu’aib a.s.. Di sinilah
perjumpaan antara Nabi Syu’aib a.s. dengan Nabi Musa a.s.. Pada akhirnya Nabi Syu’aib a.s.
menikahkan salah satu putrinya dengan Musa a.s..
Nabi Musa a.s. telah diberi Tuhan mukjizat, yaitu tongkat yang dapat dijadikan ular.
Tangan Musa a.s. dapat mengeluarkan cahaya dan menjadi pelindung baginya dari ketakutan.
Kedua mukjizat inilah yang dijadikan Musa a.s. untuk melawan Firaun bersama tukang
sihirnya.
Kedatangan Nabi Musa a.s. di Mesir membuat Fir’aun marah dan menuduh Musa a.s.
sebagai tukang sihir yang hendak mengusir Fira’un dari negeri itu. Musa a.s. telah
mengingatkan Fir’aun, ”Janganlah kamu membuat dusta, nanti kamu dibinasakan dan
mendapat siksa Allah Swt.” Fira’un dan tukang sihirnya tetap saja melawan dan menantang.
Akhirnya, Musa a.s. meladeninya, dan berkata: “Kalau begitu, kumpulkanlah semua tukang
sihirmu, datanglah beramai-ramai, kita berjumpa di suatu tempat”.
Di hari perjumpaan itu, tukang sihir Fir’aun berkata, “Ya, Musa! lemparkanlah
tongkatmu lebih dahulu, atau kami yang akan memulai lebih dahulu?”. Sahut Musa a.s.,
“Kamulah lebih dahulu.” Lalu tukang sihir Fir’aun melemparkan tali-tali dan
tongkattongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular menjalar mengelilingi Nabi Musa
a.s.. Di saat demikian, Allah Swt. berfirman, yang Artinya: “Dan lemparkanlah apa yang ada
di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa
yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang
tukang sihir itu, dari mana saja ia datangnya.” (Q.S Taahaa/20: 69).
8
Nabi Musa a.s. mengikuti perintah Allah Swt. Kemudian, ia melemparkan
tongkatnya, seketika itu jadilah ular besar merayap sambil memakan ular-ular tukang sihir
Fir’aun. Kejadian ini membuat sebagian tukang sihir Fir’aun mengaku kalah dan bersujud
kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah Swt yang Artinya: “Lalu tukang--tukang sihir itu
tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan
Musa.” (Q.S Taahaa/20: 70)
Karena melihat tukang sihirnya telah beriman kepada Nabi Musa a.s., demikian juga
istrinya, Siti Asiyah, maka Fir’aun bertambah marah dan ganas. Bersama bala tentaranya, dia
menyiksa orang-orang yang beriman termasuk istrinya sampai mati. Melihat yang demikian,
Nabi Musa a.s. dan orang-orang yang beriman mundur dan melarikan diri dari kota Mesir.
Fir’aun dan tentaranya terus mengejar Nabi Musa a.s. dan pengikutnya sampai ke
dekat Laut Merah. Nabi Musa a.s. dan pengikutnya kebingungan. Pada saat itulah turun
wahyu dari Allah Swt. yang memerintahkan agar Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke
permukaan laut merah. Tiba-tiba saja, laut membelah menjadi dua bagian. Jalan yang panjang
telah terentang di hadapan mereka.
Nabi Musa a.s. dan pengikutnya terus berlari mengikuti jalan panjang yang telah
terbentang menuju seberang. Di kejauhan, terlihat Fir’aun dan bala tentaranya terus saja
mengejar Nabi Musa a.s.. Akhirnya Nabi Musa a.s. sampai di seberang dengan selamat.
Sementara Fira’un dan tentaranya masih berada di pertengahan jalan. Di saat itulah, Allah
Swt. mengembalikan laut merah seperti semula. Fira’un dan tentaranya pun ditelan oleh air
laut. Demikianlah pembalasan dari Allah Swt. terhadap orang yang durhaka.
B. Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian Helmah, 2013. dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pai
Dalam Materi Iman Kepada Hari Akhir Melalui Metode Index Card Match Siswa Kelas
VI SDN Seranggan 2 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran dengan penerapan strategi
index card match mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan aktivitas dan
kemampuan siswa dalam materi Iman kepada Hari Akhir. Hal ini dapat dilihat pada
kegiatan guru dalam pembelajaran yaitu siklus I pertemuan pertama 62,5 dan pertemuan
kedua 64,7, siklus II pertemuan pertama 97 dan pertemuan kedua 97. Aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan pertama rata-rata 39,28 dan pada pertemuan kedua rata-rata
46,42. Siklus II pertemuan pertama rata-rata 55 dan pertemuan kedua 62,5. Hasil belajar
siswa siklus I rata-rata nilai pada pertemuan pertama yaitu 6,85 dan pertemuan kedua 7,
siklus II pertemuan pertama 8 dan pada pertemuan kedua 7,81, dengan demikian dapat
dikatakan berhasil karena telah memenuhi ketuntasan belajar 8,71. Berdasarkan refleksi
PTK siklus I dan II penelitian ini, diperoleh data bahwa kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode index card match dinyatakan efektif dan meningkatkan
kemampuannya, menunjukkan hasil pembelajaran yang maksimal. Hal ini disebabkan
maksimalnya guru dalam melaksanakan metode index card match, dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran tinggi.
9
2. Rita Jahara,2017.Dengan judul Peningkatan Hasil Belajar pendidikan agama Islam (PAI)
Melalui Metode Index Card MatchPada Siswa Kelas IV SDN Ladianta Kabupaten
Konawe Kepulauan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan metode Index Card Match pada materi malaikat dan tugasnya
mengalami peningkatan. Pada siklus 1, 60% penilaian menunjukkan kriteria baik. Terjadi
peningkatan penilaian pada siklus II, dengan perolehan nilai baik menjadi 85%.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui
metode Index Card Match pada materi Malaikat dan tugasnya. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengalami peningkatan. Siklus I memperoleh
nilai 60% dan siklus II 85%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.
C. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PAI, guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan. Guru harus mencoba berbagai variasi
model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan memberikan
pengalaman belajar yang aktif pada siswanya.
Dari uraian diatas maka penulis memilih untuk menerapkan model pembelajaran
koperatif tipe Index Card Match sebagai alternative pemecahan masaalah. Ada dua aspek
yang menjadi focus dalam penelitian ini yakni aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran ini.
Penggunaan model pembelajaran tipe Index Card Match ini sangat baik untuk melatih
siswa agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Selain
tujuan diatas Index Card Match juga digunakan untuk mengarahkan atensi siswa terhadap
materi yang dipelajarinya dan cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi meteri
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran PAI materi kisah keteladanan nabi musa as.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran tipe Index Card Match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kisah keteladanan Nabi Musa As di kelas
IV SDN Saladang.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK merupakan terjemahan dari Classroom ActionResearch yaitu suatu Action
Research (penelitiantindakan) yang dilakukan guru di dalam kelas (Daryanto, 2011: 3).
Penelitian jenis ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran.
Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas ini kerena mempertimbangkan :
1. Masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran.
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil subjek seluruh siswa kelas VI SDN SALADANG yang
berjumlah 17 orang, dengan siswa laki-laki berjumlah 7 orang dan siswa perempuan
berjumlah 10 orang.
2. Objek Penelitian
Pelaksanaan proses dan hasil belajar mata pelajaran PAI dengan menerapkan model
pembelajaran koperatif tipe index card match pada materi Kisah Keteladanan Nabi
Musa As di kelas IV SDN SALADANG.
11
C. Lokasi Dan Waktu Penelitianp
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN SALADANG. Penelitian ini dilakukan di dalam kelas.
2. Waktu Penelitian.
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan 2 siklus masing-masing siklus
1 kali pertemuan.
D. Desain Penelitian
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan
dan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas. Peningkatan dan perbaikan
kualitas dilakukan secara bertahap dan terus menurus selama penelitiandilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian
berdasarkan pada prinsip Kemmis S, MC Toggar R (1988) yang mencakup kegiatan
perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection).
Perencanaan
Siklus 1
Refleksi Pelaksanaan
Siklus 1 Siklus 1 Siklus 1
Observasi
Siklus 1
Perencanaan
Siklus 2
Refleksi Pelaksanaan
Siklus 2 Siklus 2 Siklus2
Observasi
Siklus 2
hasil
12
Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis S, dan MC Toggart R (1988) Secara
lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Berikut ini adalah tahapan perencanaan :
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan kompetensi inti (KI)
dan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan kepada siswa.
2) Membuat silabus Pembelajaran.
3) Membuat desain skenario pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
pasangan kartu index yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban, RPP
siklus 1 sebanyak satu kali pertemuan dan RPP siklus 2 sebanyak satu
kalipertemuan. Selain itu menyiapkan bahan materipembelajaran.
4) Membuat tes evaluasi (Latihan) dan menyiapkan lembar observasi aktivitas guru
dan lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaranberlangsung.
5) Mendesain alat evaluasi hasil belajar siswa yang digunakan untuk
mengetahuihasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari tindakanyang
sudah direncanakan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap iniadalah guru
melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan RencanaPelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
c. Observasi (observation)
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap perbaikan tindakan.
Padakegiatan observasi dilakukan pengamatan terhadap perbaikan tindakan
yangsesuai dengan model yang diterapkan. Selain itu, mengamati aktivitas guru
danaktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukanoleh
observer dengan menggunakan lembar observasi. Aktivitas guru yangdiamati
menyangkut kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhirpembelajaran. Sedangkan,
untuk aktivitas siswa diamati keterlibatan siswa dalamproses pembelajaran.
d. Refleksi (reflection)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dan observer setelah selesaiperbaikan
tindakan. Dalam tindakan refleksi ini dilakukan penilaian hasilpengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Hasil yang didapatkan pada tahap observasi dikumpulkan
oleh peneliti. Selanjutnya dari hasil tersebut akan dilihatapakah telah memenuhi target
yang telah ditetapkan dalam indikator pencapaian kinerja.
2. Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
Berdasarkan data dari siklus 1 maka dibuatkan rencana untukmelaksanakan siklus 2.
Pada siklus 2 ini merupakan penyempurnaan dari siklus 1.Adapun tahapan
perencanaannya yaitu sebagai berikut :
1) Memperbaiki skenario pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan alat
peraga pasangan kartu index yang terdiri dari kartu soal dan jawaban. RPP siklus
13
1 sebanyaksatu kali pertemuan dan RPP siklus 2 sebanyak satu kali pertemuan.
Selain itu,menyiapkan bahan materi pembelajaran.
2) Membuat tes evaluasi (Latihan) dan menyiapkan lembar observasiaktivitas guru
dan lembar aktivitas siswa selama proses pembelajaranberlangsung.
3) Mendesain alat evaluasi hasil belajar siswa untuk mengetahui hasil belajarsiswa
setelah mengikuti pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah guru melaksanakan
skenario pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Pada
siklus 2 difokuskan pada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Observasi (observation)
Pada tahap ini sama halnya pada siklus I dilaksanakan observasi
terhadapperbaikan tindakan. Pada kegiatan observasi dilakukan pengamatan
terhadapperbaikan tindakan. Selain itu,mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaranberlangsung. Observasi dilakukan oleh observer dengan
menggunakan lembarobservasi. Aktivitas guru yang diamati menyangkut kegiatan
awal, kegiatan inti,dan kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan, untuk aktivitas siswa
diamatiketerlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Refleksi (reflection)
Pada tahap akhir tindakan, kembali diakukan refleksi oleh peneliti dengan
observer. Dalam tindakan refleksi ini dilakukan penilaian hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan pada siklus 2. Hasil yang didapatkan pada tahap observasi
dikumpulkan oleh peneliti. Selanjutnya dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah
memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator pencapaian kinerja.
14
d. Dokumentasi pembelajaran
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh foto-foto kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif untuk menghitung rata-rata perolehan nilai siswa, presentase ketuntasan belajar,
presentase ketuntasan klasikal, presentase aktivitas guru dan presentase aktivitas siswa yang
dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung, sehingga analisis data yang digunakan
berupa analisis deskriptif, hal ini dimaksudkan unuk memberikan gambaran hasil belajar
siswa mata pelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe index
card match.
a. Ketuntasan individu
Ketuntasan individu siswa ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh padasetiap
siklus. Siswa dikatakan belajar tuntas jika nilai yang diperoleh siswa > 70sesuai
dengan KKM yang ditetapkan sekolah.
b. Ketuntasan klasikal
KBK =
∑ N X 100 %
∑S
Keterangan : ∑N = Jumlah siswa yang tuntas
15
∑S = Jumlah siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase klasikal yang dicapai adalah 80%
(Depdiknas, 2001).
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dengan menerapkan model
pembelajaran koperatif tipe index card matchakan dinyatakan berhasil apabila
memenuhiindikator kinerja berikut.
1. Hasil belajar siswa dinyatakan tuntas apabila minimal 75% siswa telah
mencapai nilai minimal 70. Berdasarkan KKM dari sekolah dan kriteriakeberhasilan
pembelajaran, (KKM SDN SALADANG).
2. Aktivitas guru dan aktivitas siswa dikatakan baik apabila minimal 80% dariRencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan langkah-langkah penerapan
model pembelajaran koperatif tipe index card match telah dilaksanakan (Depdiknas,
2008: 4).
16