Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA MAHASISWA

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU

Dr. Putu Nanci Riastini, S.Pd, M.Pd.

Luh Sri Surya Wisma Jayanti, S.Pd., M.Pd.

OLEH

I MADE BAGUS MERTADANA MAS (2311031109)

YOGA REDYTA EKA PRATAMA (2311031113)

I MADE AGASTIYA (2311031145)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2024
A. BELAJAR

Belajar secara luas merujuk pada aktivitas pembelajaran yang meliputi


berbagai subjek dan materi. Para ahli mendefinisikan belajar sebagai proses di
mana individu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, pemahaman, atau nilai-
nilai baru melalui pengalaman, studi, atau instruksi. Belajar juga dapat
dianggap sebagai perubahan perilaku yang berkelanjutan sebagai hasil dari
pengalaman. Proses belajar ini dapat terjadi secara formal di sekolah atau
institusi pendidikan, maupun secara informal melalui interaksi sehari-hari
dengan lingkungan sekitar.

B. PEMBELAJARAN

Pembelajaran mengacu pada proses dimana individu memperoleh


pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai positif melalui pemahaman
berbagai materi yang dipelajari. Menurut definisi para ahli, pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber
belajar dalam lingkungan belajar tertentu. Pembelajaran berfungsi sebagai
bantuan yang diberikan oleh pendidik untuk memfasilitasi proses pemerolehan
pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan nilai
pada peserta didik. Proses pembelajaran melibatkan tahapan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi guna mencapai tujuan tertentu, dengan melibatkan
berbagai komponen yang saling terkait.

C. HAKIKAT BELAJAR

hakikat belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan


sebagai pola-pola respons yang baru dalam bentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan (Suyono & Hariyanto, 2017, hlm. 11).
Dengan demikian, perubahan merupakan substansi dari belajar itu
sendiri.Tentunya berbagai perubahan yang dimanifestasikan dalam banyak
pola dan respons itu didapatkan dari proses belajar itu sendiri.

Sementara itu menurut Djamaluddin & Wardana (2019, hlm. 6) hakikat


belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana
dalam Rusman, 2010: 1). Artinya, seluruh aktivitas anak memperhatikan
sesuatu merupakan proses belajar. Tujuan belajar adalah memperoleh dengan
suatu cara yang dapat melahirkan suatu kemampuan intelektual, merangsang
keingintahuan, dan memotivasi peserta didik.

Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan diatas,


maka dapat disimpulkan bahwa, Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan
pengetahuan yang diperoleh dari sumber yang diplajari. Belajar juga dapat
dipandang sebagai sebuah proses pengembangan gagasan dalam upaya
pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi menjadi lebih
professional, sehingga kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang dan
dengan usaha yang semaksimal mungkin untuk meningkatakan skill / usaha
tersebut. Kegiatan belajar dilakukan tanpa mengenal batas usia mulai dari
muda hingga tua, sehingga kegiatan belajar bukan saja hanya dilakukan di
lingkungan sekolah, tetapi juga berasal dari lingkungan sekitarnya, tergantung
dari seseorang bagaimana melakukan proses belajar tersebut

Dari kegiatan belajar munculah istilah Pembelajaran, Pembelajaran


merupakan suatu proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Sementara menurut para ahli
seperti Achjar Chalil mendefinisikan pembelajaran sebagai proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Sedangkan menurut Arief. S Sadiman pembelajaran adalah proses
penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau
media tertentu (Arief S. Sadiman, dkk., 1990, 11). Dari ketiga definisi tersebut
dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran memuat tiga unsur penting yaitu:

1. Proses yang direncanakan guru


2. Sumber belajar
3. Siswa yang belajar.

D. HASIL BELAJAR
Pada umumnya manusia memiliki akal dan fikiran untuk berpikir yaitu
untuk mengetahui hal yang baik terhadap dirinya maupun lingkungannya yang
dapat dilihat dengan panca indra manusia yang sesuai dengan umur karena
proses belajar perlu pengalaman. Belajar yaitu suatu proses untuk berusaha
mendapatkan suatu bentuk perubahan tingkah laku baru yang diperoleh dari
lingkungannya dengan memiliki pengalaman. Upaya dalam belajar yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan berbagai kebiasan, ilmu, dan
sikap-sikap yang dilakukan dengan cara tertentu, agar dapat menimbulkan
suatu perubahan dalam dirinya saya situasi belajar sedang dialami.
Hasil belajar manusia sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain
seperti hewan. Pada manusia proses belajar akan mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan umur sedangkan pada hewan tidak mengalami
hal tersebut. Maka disebutlah manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling
sempurna dari pada makhluk hidup lainnya. Tentu cara proses berfikir
manusia masih bisa dikendalikan oleh akal sehat.

Hasil belajar terdiri dari dua kata makna yang berbeda yaitu hasil dan
belajar. Arti dari belajar merupakan hal pokok yang penting dalam proses
pendidikan di sekolahan. Berhasil atau tidaknya tergantung dalam diri siswa
saat melakukan pembelajaran, baik ketika belajar dalam sekolahan maupun
dalam lingkungan tempat tinggal siswa. Hasil belajar adalah seluruh
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pengalaman
belajar. Singkatnya hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar, bentuk
perubahan dari hasil belajar bisa berupa berupa perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan dan kecakapan. Dalam
pengertian tentang belajar, dapat diketahui bahwa belajar adalah pengalaman
baru yang diperoleh seseorang dalam wujud berubahnya tingkah laku sebagai
hasil adanya proses interaksi dalam belajar terhadap suatu objek yang ada
dalam lingkungan belajar.

Setelah selesai mendapatkan proses belajar saatnya mendapatkan hasil


dari belajar, yang dimaksud hasil dari belajar yaitu perolehan siswa yang
dicapai setelah melakukan kegiatan belajar. hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya proses belajar. Dapat diketahui apa yang dimaksud dengan hasil
belajar yaitu hasil yang sudah didapatkan oleh siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran mulai dari kemampuan-kemampuan, baik yang
berkenaan dengan aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

E. ASPEK-ASPEK HASIL BELAJAR

Didalam proses hasil belajar terdapat 3 bentuk aspek yaitu kognitif,


afektif dan aspek psikomotorik.

1. Aspek Kognitif merupakan berkesinambungan dengan hasil belajar


intelektual yang terdiri dari enam aspek atau tipe hasil belajar sebagai
berikut:
1) Tipe hasil pengetahuan hafalan (Knowledge) yaitu kemampuan
belajar untuk bisa menghafal, mengingat dan mengulang informasi
yang telah disampaikan. Siswa tidak hanya mengingat materi yang
disampaikan oleh guru saja, namun siswa juga harus mampu
mengingat, menghafal, dan mengulang materi yang sudah
dipelajari sebelumnya.
2) Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehention) yaitu memahami
materi dengan kosa kata sendiri. Siswa bisa dapat menggunakan
kata-kata sendiri atau mengulang informasi yang disampaikan guru
dengan bahasa sendiri.
3) Tipe hasil belajar penerapan (Aplikasi) yaitu kemampuan
menggunakan informasi, dan aturan pada situasi baru. Diharapkan
siswa dapat mempraktikkan materi yang telah disampaikan
didalam kehidupan sehari-hari.
4) Tipe hasil belajar analisis yaitu kemampuan mengurai pemikiran
yang lengkap, dan mengenai bagian-bagian serta hubungan. Seperti
siswa mampu menganalisis suatu permasalahan sampai dapat
mendapatkan pemecahan masalah didalam materi.
5) Tipe hasil belajar sintensis yaitu kemampuan mengumpulkan
komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang
baru. Siswa harus memiliki sisi kreatif dari diri untuk menghadapi
berbagai masalah.
6) Tipe hasil belajar evaluasi yaitu kemampuan membuat pemikiran
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Siswa dapat
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru dan mengevaluasi
jawaban yang kurang tepat dari hasil penyelesaiannya.
2. Aspek afektif merupakan aspek tentang nilai dan sikap. Tipe hasil belajar
afektif terlihat pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
memperhasitkan pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis
kategori dimulai dari rendah sampai kompleks:
1) Receiving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima
respon dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala lainnya.
2) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.
3) Valuing (menilai atau menghargai) artinya Guru memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan dalam proses pembelajaran
kepada siswa yang berprestasi.
4) Organization, yaitu mengatur atau, atau bisa diartikan siswa
mampu menemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
dalam pembelajaran.
5) Characterictic, yaitu kesatuam antara semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya dalam tujuan pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa kategori ranah afektif adalah mempelajari
tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran
3. Aspek psikomotorik yaitu terdapat dalam bentuk keterampilan dan
tindakan setiap individu. Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan
dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-
kecenderungan berprilaku. Dapat disimpulkan bahwa aspek psikomotorik
dalam keterampilan siswa mempengaruhi proses belajar terhadap hasil
pembelajaran. Karena dengan adanya aspek psikomotorik dalam proses
pembelajaran diharapkan siswa bisa memiliki keterampilan atau skill yang
baru dan bisa bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Ketiga ranah yang telah dijelaskan diatas penting diketahui oleh
Guru, dalam rangka merumuskan tujuan pengejaran dan menyusun alat-
alat penilaian, baik melalui tes maupun bukan tes. Karena yang harus
diingat prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR


1. Faktor Internal, Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor
internal ini meliputi:
1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini ada dua macam
yaitu : (a) Keadaan jasmani. Keadaan ini sangat mempengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan dampak positif terhadap kegiatan belajar. (b) Keadaan
fungsi fisiologis. Selama proses belajar berlangsung peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar
terutama panca indra.
2) Faktor psikologis Keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut: (a)
Kecerdasan/intelegensi siswa merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan belajar
siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin
besar peluang individu meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. (b) Motivasi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. (c) Minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. (d) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya.
(e) Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat
itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar
akan berhasil.
2. Faktor Eksternal, factor eksternal adalah factor yang mempengaruhi dari
luar, factor ini antara lain sebagai berikut :
1) Lingkungan sosial (a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses
belajar siswa. (b) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. (c)
Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga, orang
tua, anak, kakak yang harmonis akan membantu siwa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non
sosial adalah : (a) Lingkungan alamiah, kondisi udara yang segar dan
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi belajar siswa. Bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung proses belajar siswa akan terhambat. (b) Faktor
instrumental, perangkat belajar yang dapat digolongkan 2 macam yaitu
: Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahraga. Kedua, software seperi kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan,buku panduan,silabi dan sebagainya. (c) Faktor
materi pelajaran, faktor yang hendak disesuaikan dengan usai
perkembangan siswa dengan metode mengajar guru disesuaikan
dengan kondisi siswa.

G. 4 PILAR PENDIDIKAN UNESCO


1. Pengertian Pilar

Pilar adalah elemen penting dalam sebuah struktur bangunan yang


memberikan dukungan untuk menjaga kestabilan bangunan tersebut.
Sistem pendidikan juga membutuhkan fondasi yang kokoh untuk
mendukung pelaksanaan pendidikan sehingga tujuan-tujuan pendidikan
dapat tercapai secara efektif. Keberadaan pilar dalam berbagai konteks
dapat dianggap sangat penting karena perannya sebagai penyangga yang
menghasilkan kesatuan (unity). Bangunan atau rumah yang dimulai dari
fondasi yang diperkuat dengan pilar memungkinkan atap untuk berdiri
dengan kokoh dan mencegah keruntuhan yang mudah, sehingga
keseluruhan terlihat lengkap dan seimbang.

Fenomena ini juga tercermin dari era yang terus berubah dengan
cepat, terutama dalam bidang teknologi dan informasi, yang
mengharuskan visi pendidikan untuk tetap relevan. Ini kemudian
mengarah pada transformasi dalam metode pembelajaran, di mana
paradigma pengajaran berubah menjadi paradigma pembelajaran. Dengan
perubahan ini, proses pendidikan menjadi lebih fokus pada bagaimana
belajar bersama antara guru dan murid. Guru juga terlibat dalam proses
pembelajaran ini, sehingga lingkungan sekolah menjadi sebuah
masyarakat belajar. Sebagai subjek dan objek dalam proses pendidikan,
manusia menjadi pusat perhatian yang mengarahkan pencapaian tujuan
pendidikan. Manusia secara alami belajar dari lingkungannya untuk
bertahan hidup dan mengembangkan potensi dirinya. Proses belajar
dimulai sejak lahir, ketika manusia masih berada di rahim ibunya, dan
dilengkapi dengan kemampuan penglihatan, pendengaran, dan akal untuk
digunakan dalam menjalankan perannya sebagai manusia. Paradigma
pembelajaran ini menjadi dasar dalam pendidikan, mengakui pentingnya
adaptasi terhadap perubahan zaman, dan bersumber dari esensi
pembelajaran manusia itu sendiri.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia


yang memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan dunia dengan
baik dan memenuhi tugas-tugas spiritual yang diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Manusia, yang dianugerahi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki kemampuan unik untuk berpikir dan merenung yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain. Untuk mengembangkan potensi ini,
pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan melalui pembelajaran
dan pengalaman.

3. Pilar Pendidikan Unesco

Pilar pendidikan, sebagai fondasi atau dukungan bagi segala upaya,


pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang ditujukan kepada anak didik
untuk memfasilitasi perkembangan dan kedewasaan mereka, memainkan
peran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas suatu
bangsa. Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui lembaga UNESCO (United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) yang fokus
pada bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya, telah menetapkan
empat pilar pendidikan: (1) belajar untuk Mengetahui (learning to Know),
(2) belajar untuk Melakukan (learning to Do), (3) belajar untuk Menjadi
(learning to Be), dan (4) belajar untuk Hidup Bersama (learning to Live
Together).

"Pendidikan menurut UNESCO didasarkan pada empat pilar utama


yang saling terkait, menciptakan pendekatan holistik dan berkelanjutan
dalam proses pembelajaran:

1) Belajar Mengetahui (Learning to Know): Menekankan pentingnya


memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang luas melalui
pembelajaran. Ini melibatkan pengembangan keterampilan berpikir
kritis, analitis, dan kreatif untuk memahami konsep dan informasi
dengan baik. Proses ini memberikan kepuasan melalui pemahaman
dan penemuan secara mandiri.
2) Belajar Melakukan Sesuatu (Learning to Do): Fokus pada
penerapan pengetahuan dalam tindakan nyata. Siswa tidak hanya
mempelajari teori, tetapi juga diberi kesempatan untuk
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan praktis,
mempersiapkan mereka untuk terjun ke dunia kerja dengan
keterampilan yang relevan dan diperlukan.
3) Belajar Menjadi Sesuatu (Learning to Be): Menggarisbawahi
pengembangan kepribadian, moral, dan etika individu. Pendidikan
tidak hanya tentang penguasaan materi pelajaran, tetapi juga
tentang membentuk individu yang bertanggung jawab, beretika,
dan memiliki nilai-nilai yang mulia.
4) Belajar Hidup Bersama (Learning to Live Together): Mendorong
pembelajaran yang mempromosikan kerjasama, toleransi, dan
penghargaan terhadap keberagaman. Siswa diajarkan untuk hidup
secara harmonis dalam masyarakat yang multikultural,
menghormati perbedaan, dan bekerja sama secara inklusif.

Empat pilar pendidikan menurut UNESCO kemudian diuraikan


sebagai berikut.

4 PILAR INDIKATOR 4 PILAR PENDIDIKAN UNESCO


PENDIDIKAN
UNESCO
Learning to Know 1. Menguasai dan mendapatkan materi
2. Mencari informasi dari lingkungan sekitar
dan sumber yang beragam
3. Merespon sumber informasi baru
4. Memanfaatkan sumber belajar
Learning to Do 1. Mengaitkan pembelajaran dengan
kompetensi
2. Menjembatani pengetahuan dan ketrampilan
3. Mengaplikasikan pemahaman dan bertindak
secara kreatif
4. Meningkatkan problem solving
5. Menngaplikasikan ilmu yang diperoleh
Learning to Be 1. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri
sendiri
2. Menunjukkan sikap percaya diri
3. Menunjukkan kemampuan belajar secara
mandiri
4. Membentuk nilai-nilai yang dimiliki
bersama
5. Belajar menjadi orang yang bertanggung
jawab
Learning to Live 1. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan di
Together kelas
2. Belajar menghargai perbedaan pendapat
3. Memiliki kemampuan untuk hidup bersama
anak-anak yang berbeda

Dengan mengintegrasikan keempat pilar ini, pendidikan


diharapkan memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan holistik
individu, mempersiapkan mereka untuk berkontribusi positif dalam
masyarakat, dan membangun perdamaian dunia melalui pemahaman,
kerjasama, dan penghargaan terhadap keberagaman."

H. DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan: Pengertian, Pengem-bangan,


dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali

Astuti, M. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar


Siswa Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas Iv A Sdit Al-Qur’aniyyah.
Jurnal Ilmiah, 21-22.

Cindy priscilla, d. Y. (2021). Implementasi pilar-pilar pendidikan unesco. Jurnal


pendidikan, 67-74.

Djamaluddin & Wardana. (2019). Belajar dan pembelajaran: 4 pilar peningkatan


kompetensi pedagogis. Parepare: Kaaffah Learning Center.
Fitri april yanti, m. H. (2018). Teori dan aplikasi model cooperative research
project based learning di perguruan tinggi. Yogyakarta: cv. Gre
publishing.

Laksana, s. D. (n.d.). Integrasi empat pilar pendidikan (unesco). Jurnal


pendidikan, 46-51.

Lestari, i. (n.d.). Pengaruh waktu belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar
matematika. Jurnal formatif, 117-121.

Pratama, d. (2021). Profesionalitas guru melalui pendekatan empat pilar


pendidikan dalam mengembangkan nilai - nilai karakter siswa. Jurnal
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, 133-137.

Rahman, s. (2021). Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar.


Jurnal ilmiah, 297-300.

Ridwan. (2013). Aspek hasil belajar. Jurnal formatif, 10-17.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: RajaGrafindo Persada

Silviana Nur Faizah. (2017). Hakikat Belajar Dan Pembelajaran. Jurnal


pendidikan, 181-182

Suyono, & Hariyanto. (2017). Belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zulvia Trinova. (2012). Hakikat Belajar Dan Bermain Menyenangkan Bagi


Peserta Didik. Jurnal Al-Ta’lim, 209

Anda mungkin juga menyukai