Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus

menerus akan di lakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak

mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau tidak diajar manusia

lainya. Belajar merupakan proses yang bersifat internal yang tidak dapat di lihat

dengan nyata. Proses itu terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami

proses belajar. Menurut Witherington, belajar adalah suatu perubaahaan di dalam

kepribaadian yang menyataakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. ( Purwnto,

2002 : 2)

Menurut pengertian secara pisikiologi, belajar adalah suatu proses usaha

yang di lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan. Dalam kesimpulan yang dikemukakan oleh Abdillah

(Anurrahman, 2009:35), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh

individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan

tertentu. Menurut Sudjana (Rusman, 201 : 1 ) belajar pada hakikatnya adalah

proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat

di pandang sebagai proses yang di arahkan kepada tujuan dan berbuat melalui

beberapaa pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan

memahami sesuatu, belajar bukan juga untuk mengubah tingkah laku tetapi
mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga dapat belajar

lebih banyak dan mudah mempelajari sesuatu yang di pelajari menjadi suatu

ketrampilan dan pengetahuan baru.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa,

belajar adalah proses perubahan tingkahlaku individu yang terjadi terus-menerus

akibat interaksi dengan lingkungan sehingga perkembangan intelektual semakin

baik dengan belajar setiap individu dapat membangun pengetahuanya sendiri

sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dan dapat memgembangkan

ketrampilan masing-masing.

2.2. Hasil belajar

Menurut Suprijono (Thobroni dan mustofa, 2011 : 22 ) hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, apresiasi dan ketrampilan. Hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

1. Domain kognitif mencakup:

a. Knowledge (pengetahuan, ingatan)

b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas)

c. Application (menerapkan)

d. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

e. Syinthesis (mengoeganisasikan, merencanakan, membentuk

pengetahuan baru)

f. Evaluating (menilai)

2. Domain Afektif mencakup;

a. Receving (sikap menerima)


b. Responding (memberikan respon)

c. Valuing (nilai)

d. Organization (organisasi)

e. Characterization (kharakterisasi)

3. Domain Psikomotor mencakup:

a. Initiator

b. Pre-routine

c. rountinized

Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil

yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam

jangka waktu tertentu, umumnya berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresepsi dan keterampilan dalam suatu proses

pembelajaran.

Seseorang dapat menguasai materi dengan baik tergantung dari penerapan

pembelajaran yang di gunakan pada saat pembelajaran materi tesebut. Bertolak

dari penjelasan di atas, maka proses pembelajaran menjadi bermakna dalam

penerapan pembelajaran tetap pada sasaranya, yaitu terkait materi dan

pembelajaran yang di gunakan oleh guru. Siswa merasa nyaman dalam mengikuti

proses belajar mengajar jika guru dapat menguasai kelas dengan baik dan

menciptakan suasana yang tidak membosankan serta menegangkan sehingga hasil

yang di peroleh merupakan dampak dari proses pembelajaran tersebut. Hasil

adalah bukti keberhasilan usaha yang di capai, pandapat ini mengambarkan bahwa

hasil belajar adalah merupakan suatu hasil yang di capai siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar dalam waktun tertentu (Winkel, 1986 : 62) hasil belajar sebagai

hasil kesanggupan di peroleh setelah melakukan usaha belajar dalam waktu

tertentu yang menunjukan kemampuan belajar atau kecerdasan dan

ketrampilanmya setelah proses belajar di lakukan.

Hasil belajar sesungguhnya dapat di jadikan sebagai tolak ukur berhasil

tidaknya dalam proses tersebut. Oleh karena itu hasil belajar suda merupakan

patokan yang dapat menunjukan kemampuan seorag siswa yang dapat member

informasi serta berhubungan dengan keberhasilan pendidikan. Dengan demikian,

hasil belajar adalah suatu hasil yang di capai oleh seseorang setelah melakukan

aktivitas tertentu.hasil belajar yang baik tergantung banyak tidaknya usaha yang di

lakukan dalam hal ini kegiatan belajarnya. Salah satu hal yang di duga

mempengaruhi kualitas pengajaran adalah guru. Namun bukan mengabaikan yang

lain seperti buku pelajaran dan alat bantu pengajaran. Di samping faktor guru,

kualitas pengajaran juga di pengaruhi oleh karakteristik kelas antara lain:

a. Besarnya kelas

b. Suasana belajar

c. Fasilitas dan sumber belajar yang tarsedia

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah adalah

karakteristik kelas berkaitan dengn disiplin dan juga sekolah memberikan

perasaan nyaman dan kepuasan dalam belajar.

2.3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)

Menurut Elaine B. Johnson ( Rusman, Riwayat, 2008 : 187 ), pembelajaran

kontekstual (contextual Teaching and Learning) pembelajaran kontekstual adalah

usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi
dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus

menerapkan dan mengaaitkannya dengan dunia nyata. Dengan demikian, inti dari

pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan

kehidupan nyata. Untuk mengkaitkannya bisa di lakukan berbagai cara, selain

karena materi yang di pelajari secara langsung terkait dengan kondisi factual, juga

bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan

lain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan

terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian,

pembelajaran selain akan lebih menarik, juga dirasakan sangat dibuhtuhkan oleh

setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.

Pembelajaran kontekstual (Conekstual teaching aed learning) merupakan

konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluaga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).

Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi

siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang leebih banyak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba dan mengalami sendiri dan

bahkan sekedar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang

di smpaikan guru. Oleh sebab itu, mulai pembelajaran kontekstual, mengajar

bukan transfortasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal

sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terleepas dari kehidupan nyata, akan

tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari

kemampuan untuk bias hidup dari apa yang dipelaarinya.


(CTL memungkiankan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik

dengan konteks kehidupan sehari untuk menemukan makna. CTL memperluas

konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan

merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang

baru) (Johnson, 2002). Sementara itu, Howey R, keneth, (2001) mendepenisikan

CTL adalah pembelajaran yng memungkinkan terjadinya proses belajar dimana

siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknyadalam berbagai

konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masaalah yang bersifat

simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam

mencapai tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari

pada memberi informasi. Disini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sebelum

melaksankan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu

guru harus membuat desain / scenario pembelajarannya, sebagi pedoman umum

dan sekaligus sebagi alat control dalam pelaksanaanya.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) lebih menekankan Student

Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus

melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.

2. Memahami latarbelakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses

pengkajian secara seksama.


3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya

memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam

pembelajaran kontekstual.

4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari

dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan

hidup mereka.

5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti

dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam

pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-lngkah sebagai berikut.

a. Kontruktivisme

Merupakan landasan berpikir (filisofi) dalam CTL, yaitu bahwa

pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Batasan kontruktivisme

di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai

bagian integral dari pengalaman di miliki oleh siswa, akan tetapi baimana dari

setiap konsep atau pengetahuan yang di miliki siswa itu dapat memberikan

pedoman nyata terhadap siswa untuk di aktualisasikan dalam kondisi nyata.

b. Menemukan

Menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

ketrampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan

merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi, merupakan hasil

menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya


menemukan telah lama di perkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and

discovey (mencari dan menemukan).

c. Bertanya

Bertanya merupakan strategi utama dalam CTL, penerapan unsure bertanya

harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk betanya atau kemampuan guru

dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan

kualitas dan priduktivitas pmgelajaran. Oleh karena itu, cukup beralasan jika

dengan perkembangan bertanya produvitas pembelajaran akan lebih tinggi karena

dengan bertanya, maka:

1. Dapat menggali informasi, baik admistrasi maupun akademik

2. Megecek pemahaman siswa.

3. Membangkitkan respon siswa.

4. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5. Mengetahui hal-hal yang di ketahui siswa.

6. Mengfokuskan perhatian siswa.

7. Membangkitkan lebih banyak lagi pernyataan dari siswa.

8. Menyerahkan pengetahuan yang telah di miliki siswa.

d. Masyarakat bertany

Maksud dari masyarakat bertanya adalah membiasakan siswa untuk kerja

sama untuk memamanfaatkan suber belajar secara luas yang tidak hanya di

lingkungan sekola, akan tetapi orang tua dan di lingkungan masyarakat juga.

e. Pemodelan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasaalahan

hidup yang di hadapi secara tuntutan siswa yang semakin berkembang dan
beranekaragam, Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan

alternative untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa biasa memahami

harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang di

miliki oleh para guru.

f. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir kebelakang tentang apa-apa yang suda

dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai

struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian Sebelumnya

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa

memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman siswa. Oleh karena itu,

program pembelajaran kontekstual hendaknya:

1. Pernyataan kegiatan siswa antara kompotensi dasar, konsep, dan indicator

pencapaian hasil belajar.

2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum tujuan pembelajarannya

3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan

digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang di harapkan.

4. Rumuskan skenario tahap kegiatan yang harus dilakukansiswa dalam

melakukan prose pembelajarannya.

5. Lakukan system penilaian dengan mempokuskan pada kemampuan

sebernarnya baik pada saat berlansungnya ( proses ) maupun setelah siswa

tersebut selesai belajar.


1. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning

a. Kelebihan

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk

dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu

akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan

tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,

dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

b. Kelemahan

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru

tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan

ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang

berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian,

peran guru bukanlah sebagai instruktur atau”penguasa” yang memaksa kehendak

melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai

dengan tahap perkembangannya.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan

dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun


dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang

ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan

semula.

Model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah

usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi

dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus

menerapkan dan nengaitkannya dengan dunia nyata, jadi dengan menggunakan

konsep aritmatika sosial siswa dapat menentukan sealigus mempelajari

perhitungan keuangan dan perdagangan dalam kehidupan sehari-hari.

2.4. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan merupakan reflektif antara teori dengan praktek.

Penelitian tindakan dilakukan dalam rangka meningkatkan proses belajar

mengajar, interaksi antara guru dengan siswa, yang kadangkala banyak terdapat

masalah yang mereka hadapi dalam proses belajar mengajar. Menurut Iskandar

(2010 : 210) penelitian tindakan dapat diartikan sebagai suatu bentuk insvestigasi

yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dengan model siklus, yang

memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi

kompetensi, dan situasi.

Pada dunia pendidikan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang

merupakan bagian dari penelitian tindakan. Tujuan dari PenelitianTindakan Kelas

(PTK) ini adalah untuk memperbaiki mutu pendidikan, proses pembelajaran di

kelas/sekolah dalam upaya mengembangakan profesi kependidikan hal tersebut

dikemukan oleh Iskandar ( 2010 : 211).


Adapun proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari perencanaan

tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengamati dan mengevaluasi

(observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya

sampai kepada perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Keempat

tahapan ini akan membentuk siklus, yaitu satu putaran dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan sampai dengan refleksi. Langakah-langkah tindakan

dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Tindakan

Pengamatan

Perencanaan

PERUBAHAN
SIKLUS II Tindakan

Refleksi

Pengamatan

Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan (Wijaya dan Dedi 2010, 44)
2.5. Ruang Lingkup Materi

A. Aritmatika Sosial Dalam Kegiatan Ekonomi

Pada zaman dahulu kala apabila seseorang ingin membeli suatu barang,

maka ia harus menyediakan barang miliknya sebagai ganti atau penukar barang

yang diinginkan tersebut. Misalnya seorang petani ingin membeli pakaian, maka

petani tersebut bisa menukarnya dengan tiga ekor ayam atau membelinya dengan

dua karung beras. Pembelian dengan cara tukar menukar dikenal dengan istilah

barter.

Kemudian dengan berkembangnya pengetahuan dan peradaban umat

manusia, jual beli dengan cara barter mulai ditinggalkan. Kegiatan jual beli

dilakukan dengan member nilai atau harga terhadap suatu barang. Setelah

mengalami proses, akhirnya manusia menemukan benda yang disebut mata uang.

Sejalan dengan perkembangan dengan dalam kehidupan sehari-hari, kita sering

mendengar istilah-istilah perdagangan seperti harga pembelian, harga penjualan,

untung dan rugi. Demikian pula, istilah impas, rabat (diskon), bruto, neto, tara,

bunga tabungan dan pajak. Istilah-istilah ini merupakan bagian dari matematika

yang disebut aritmetika sosial, yaitu yang membahas perhitungan keuangan dalam

perdagangan dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya.

1. Uang dalam Perdagangan

Sebagaimana diketahui bahwa setiap negara mempunyai satuan mata uang.

Misalnya negara Indonesia satuan mata uangnya dalam rupiah (Rp.), Inggris
satuan mata uangnya pounsterling (£), Amerika mempunyai satuan mata uang

dolar ($), Jepang satuan mata uangnya yen (¥), dan sebagainya. Karena setiap

negara mempunyai mata uang yang berbeda, maka dalam perdagangan

internasional berlaku nilai tukar mata uang dari suatu negara dengan negara lain.

Penentuan nilai tukar ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor dan yang sangat

mempengaruhi adalah faktor ekonomi dari negara masing-masing.

a. Untung dan Rugi

Dalam perdagangan kita tentunya pernah mendengar istilah harga penjualan,

harga pembelian, untung atau rugi. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan beberapa

contoh berikut.

Contoh 1

Seorang pedagang telur membeli telur sebanyak 72 butir dengan harga Rp

1.500,00 tiap butir. Setengahnya dijual Rp 1.750,00 tiap butir, dan setengahnya

lagi dijual Rp 1000 per butir. Tentukan untung atau rugi.

Penyelesaian:

Harga pembelian = 72 × Rp 1.500,00 = Rp 108.000,00

Harga penjualan = (36 × Rp 1.750,00) + ( 36 × Rp 1000,00)

= Rp 99.000,00

Jadi rugi = Rp 108.000,00 – Rp 99.000,00 = Rp 9.000,00

Contoh 2

Pa Ahmad membeli sebuah Televisi secara tunai seharga Rp 3.500.000,00.

Karena sesuatu hal sebulan kemudian televisi itu dijual kembali kepada

tetangganya secara tunai pula seharga Rp 3.500.000,00. Dalam hal ini harga
pembelian sama dengan harga penjualan, sehingga dikatakan bahwa penjualan itu

impas.

Dari kedua contoh di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan jual beli,

seseorang bisa saja memperoleh keuntungan atau kerugian. Pengertian untung

atau rugi dalam perdagangan dapat diartikan sebagai berikut:

(1) Jika harga penjualan lebih dari harga pembelian, maka dikatakan untung,

sebaliknya jika harga penjualan kurang dari harga pembelian, maka dikatakan

rugi.

(2) Jika harga penjualan sama dengan harga pembelian, maka dikatakan impas.

Untung = harga penjualan – harga pembelian.

Rugi = harga pembelian – harga penjualan.

b. Persentase tentang Untung dan Rugi

Untung atau rugi biasanya dinyatakan dengan persen, biasanya dari harga

pembelian atau biaya pembuatan, tergantung dari harga penjualan. Dalam semua

contoh berikut untung atau rugi dinyatakan sebagai suatu persentase dari harga

pembelian kecuali bila dinyatakan lain.

Contoh 3

Suatu barang dibeli dengan harga Rp 200.000,00 dan dijual Rp 250.000,00.

Nyatakanlah untungnya sebagai persentase dari:

a. Harga pembelian

b. Harga penjualan

Penyelesaian:

Untung = Rp 250.000 ,00 – Rp 200.000,00 = Rp 50.000,00


5
a. Untung sebagai perentase dari harga pembelian = x 100 %=25 %
20

5
b. Untung sebagai persentase dari harga penjualan = x 100% = 20%
25

Contoh 4

Ibu Ani membeli 50 kg gula pasir dengan harga Rp. 20.000,00 per kg.

Kemudian dijual dengan harga Rp. 10.500,00 tiap setengah kg. Tentukanlah

persentase untungnya.

Penyelesaian:

Untung = Harga Jual – Harga Beli

Harga beli = 50 kg x Rp 20.000,00 = Rp 1000.000,00

Harga penjualan = Setengah kg Rp 12.500,00. 1 kg =

Rp 12.500,00 x 2 = Rp 25.000,00 x 50 kg = Rp 1.250.000,00

Untung = Rp 1.250.000,00 – Rp 1.000.000,00 = Rp 250.000,00.

25
Persentase untung = x 100 %=25 % dari harga pembelian.
100

2. Rabat (Diskon), Bruto, Tara dan Neto

Dalam perdagangan kita mengenal adanya diskon (rabat), bruto, tara dan neto.

Rabat artinya potongan harga atau lebih kenal dengan istilah diskon.

Harga kotor adalah harga barang sebelum di potong rabat (diskon)

Harga bersih adalah harga barang sudah dipotong rabat (diskon)

a. Diskon (Rabat)
Untuk menarik minat pembeli biasanya diberlakukan diskon (rabat), yaitu

potongan harga penjualan pada saaat transaksi jual-beli. Istilah ini sering kita

jumpai di pusat-pusat perbelanjaan, misalnya dalam perdagangan pakaian,

makanan, elektronik dan berbagai produk lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Harga bersih = harga kotor – rabat (diskon)

Contoh 5

Sebuah penerbit buku menitipkan dua jenis buku masing-masing sebanyak

200 dan 500 buah. Pemilik toko harus membayar hasil penjualan buku kepada

penerbit setiap 3 bulan. Harga buku jenis pertama Rp. 7.500,00 sebuah, sedangkan

buku jenis kedua Rp. 10.000,00. Rabat untuk setiap buku pertama 30% sedang

untuk buku kedua hanya 25%. Jika pada akhir 3 bulan pertama toko itu berhasil

memasarkan 175 buku jenis pertama dan 400 buku jenis kedua, berapa:

a. Rabat yang diterima pemilik toko buku?

b. Uang yang harus disetorkan kepada penerbit?

Penyelesaian:

a. Untuk buku jenis pertama:

30
Harga jual = 175 × = Rp 1.312.500,00 = Rp 393.750,00
100

Untuk buku jenis kedua:

Harga jual = 400 × Rp 10,000,00 = Rp 4.000.000,00

Rabat buku pertama = 30% × Rp 1.312.500,00

30
= x Rp 1.312.500,00 = Rp 393.750,00
100
25
Rabat buku kedua = 25% × Rp 4.000.000,00 x Rp 4.000 .000,00
100

= Rp 1.000.000,00

Rabat total yang diterima pemilik toko adalah:

= Rp 393.750,00 + Rp 1.000.000,00 = Rp 1.393.750,00.

b. Tulis T = hasil penjualan total,

P = rabat yang diterima, dan

S = jumlah uang yang harus disetor ke penerbit.

T = Rp. 1.312.500,00 + Rp. 4.000.000,00 = Rp 5.312.500,00

S=T–P

= Rp. 5.312.500,00 – Rp. 1.393.750,00 = Rp 3.919.750,00

Jumlah uang yang harus disetor ke penerbit Rp 3.919.750,00

b. Bruto, Tara, dan Neto

Istilah bruto, tara, dan neto sering kita jumpai dalam masalah berat barang.

Dalam kehidupan sehari-hari bruto diarikan sebagai berat kotor, neto adalah berat

bersih, dan tara adalah selisih antara bruto dan neto.

Bruto = neto + tara

Neto = bruto – tara

Tara = bruto - neto

Untuk mencari tara = persen tara x bruto

Untuk harga bersih = neto x harga/satuan berat

Contoh 6
Seorang pengecer buah mangga menerima kiriman dua kotak buah mangga

“arumanis” dengan harga total Rp 160.000,00. Pada setiap kotak tertera. Bruto 40

kg, Neto 35 kg

Pengecer menjual kembali buah mangga itu dengan harga per kilo gramnya Rp.

3000,00. Tanpa memperhatikan biaya lainnya, tentukan:

a. keuntungan yang diperoleh pengecer tersebut

b. persentase keuntungan itu

Penyelesaian:

a. Diketahui B = harga beli = Rp 160.000,00

J = harga jual = 2 × 35 × Rp 3.000,00 = Rp 210.000,00

U = untung. Rumus U = J - B

= Rp. 210.000,00 – Rp. 160.000,00 = Rp 50.000,00

Berarti pengecer memperoleh keuntungan Rp 50.000,00

b. Presentase keuntungan:

Rp 50.000 5
= x 100 %= x 100 %
Rp 160.000 16

125
= % = 31,25%
4

Suatu pabrik menentukan target bahwa setiap bulan harus dapat menghasilkan

100 unit produksi. Untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar target

tersebut dapat tercapai, pabrik memberikan imbalan jasa kepada karyawannya,

bahkan imbalan itu akan ditambah lagi untuk setiap unit produksi setelah 100 unit

dicapai untuk setiap bulannya. Imbalan jasa seperti ini dalam perdagangan disebut

“bonus”.
3. Bunga Tabungan Dan Pajak

a. Bunga Tabungan

Pada bagian ini akan kita diskusikan perhitungan bunga tabungan berjangka

dengan bunga tunggal. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh berikut.

Contoh 7

Misalkan seseorang menabung sebesar Rp 100.000,00 disuatu bank selama

satu tahun dengan suku bunga 18% setahun. Pada akhir tahun pertama penabung

memperoleh bunga sebesar:

18
= 18% × Rp. 100.000,00 = x Rp 100.000,00
100

= Rp. 18.000,00

Pada akhir tahun kedua, bunga yang diperoleh adalah:

18
= 2 × 18% × Rp. 100.000,00 = 2 × x Rp 100.000,00 = Rp
100

36.000,00

Jika penabung ingin mengambil bunga tabungannya pada akhir bulan keenam,

maka bunga yang diperoleh adalah:

6 1 18
= x 18% x Rp 1.00.000,00 = x x Rp 100.000,00 = Rp 9.000,00
12 2 100

Pada akhir bulan kedua, besar bunga yang diperoleh adalah :

2 1 18
= x 18% x Rp 1.00..000,00 = x x Rp 100.000,00= Rp 3.000,00
12 6 100

Bunga tunggal adalah bunga yang dihitung bedasarkan besarnya modal per

satuan Waktu.
b. Pajak

Pajak adalah suatu kewajiban kewajiban yang di bebankan kepada

masyarakat untuk menyerahkan sebagian kekayaanya kepada Negara

menurut peraturan pemerintah yang diantaranya, pajak PBB, pajak PPN,

pajak PPh.

2.6. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat penting, dan selalu

diharapkan memiliki hasil belajar yang memuaskan. Namun, pelaksanaan

pembelajaran matematika masih dianggap memiliki kekurangan didalam

penyampain materi atau pun lemahnya siswa didalam memahami apa yang

diajarkan. Hal ini merupakan salah satu hambatan dalam pembelajaran

matematika khususnya pada konsep aritmatika sosial.

Seperti pembelajaran matematika pada umumnya konsep aritmatika sosial

merupakan salah satu pembelajaran matematika yang konferhensip, sehingga

membutuhkan pemahaman konsep yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah.

Konsep-konsep aritmatika sosial pada dasarnya terdiri dari beberapa konsep yang

saling berkaitan dan mendukung konsep selanjutnya. Jadi, kurangnya pemahaman

konsep awal akan menghambat pemahaman terhadap konsep berikutnya.

Akibatnya pembelajaran tersebut sulit diterima dan sukar dimengerti oleh siswa.

Sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar aritmatika sosial. Oleh karena

itu guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat

sehingga siswa tertarik terhadap pelajaran aritmatika sosial. Model pembelajaran

yang dapat diterapkan oleh guru diantaranya adalah (Kontekstual Teaching and

Learning) CTL. Dengan menggunakan model pembelajaran (Kontekstual


Teaching and Learning) CTL merupakan model pembelajaran yang

menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua

indera. Hal ini dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran.

2.7. Hipotesis Tindakan

Dari kerangka pikir di atas maka dapat yang menjadi hipotesis tindakan

dalam penelitian ini adalah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran (Kontestual Teaching and Learning) CTL di

kelas VII SMP Negeri 1 Atap Namae Seram.

Anda mungkin juga menyukai