Anda di halaman 1dari 9

KBM (kegiatan belajar mengajar)

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


prestasi belajar merupakan hasil belajaryang dicapai setelah melalui proses belajar mengajar.
prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai studi yang telah diberikan oleh guru dari jumlah
bidang studi yang dipelajari oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran tentunya selalu
mengharapkan akan menghasilkan pembelajran yang maksimal.dalam proses pencapaiannya,
prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Salah satu factor utama yang paling
mempengaruhi adalah keberhasilan guru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah prinsip dan cirri KBM?
2. Bagaimanakah cara mengelola KBM?
3. Bagaimanakah cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa?
4. Bagaimanakah cara memilih strategi pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prinsip dan cirri KBM
2. Untuk mengetahui cara mengelola KBM
3. Untuk mengetahui cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa
4. Untuk mengetahui cara memilih strategi pembelajaran

BAB II

2.1 Ciri dan Prinsip Kegiatan Belajar Mengajar


2.1.1 Ciri-Ciri KBM
Menurut pandangan awam, belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di
kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal sesuatu atau mengerjakan
kembali apa yang telah diperolehnya di sekolah. Tetapi pendapat para ahli pendidikan tentang
makna belajar lebih luas lagi, misalnya dengan adanya konsep long-life education, bahwa seluruh
gerak dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Karena subjek ajar adalah peserta didik, maka mau tidak mau peserta didik harus aktif. Jadi, belajar
tidak lain adalah proses yang memungkinkan berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik
dalam berinteraksi secara aktif dengan guru, peserta didik lain, dengan konsep dan fakta yang
muncul di dalam kelas, dan dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan.
Sebagai suatu proses perngaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu,
yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan belajar mengajar itu sadar akan
tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.
2. Ada suatu proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai secara
optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan
relevan.
3. Kegiatan belajar mengajarditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini
materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan
syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi, agar terjadi proses
interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan dispilin. Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut
ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditingkatkan. Setiap
tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi. Dari seluruh kagiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lalkukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah dilakukan.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Mengajar


Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut adalah sebagai berikut:
a) Apersepsi
Yaitu psikologi struktur yang mengemukakan bahwa pengalaman mempunyai foreground (objek
yang diperhatikan) dan background (bahan-bahan yang telah diamati terdahulu). Jiwa manusia
pada dasarnya adalah kumpulan dari bahan-bahan apersepsi atau pengalaman-pengalaman masa
lampau.
b) Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Pada dasarnya
motivasi ingin memberikan jawaban dari tiga persoalan yang menyangkut tingkah laku manusia.
Yaitu: apa, mengapa, dan bagaimana.
1) Apa yang diinginkan manusia?. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan dan hasil-hasil apa
yang ingin dicapai oleh seseorang (tujuan)
2) Mengapa ia berbuat demikian?. Pertanyaan ini berusaha untuk menemukan jawaban sebab
apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu (motif).
3) Bagaimana ia melakukannya?. Pertanyaan ini berusaha untuk mengetahui proses-proses apa
yang dialami dalam usaha untuk mencapai suatu hasil tertentu (proses).
c) Aktivitas
Dalam proses mengajar keaktifan pendidik yang didikuti keaktifan peserta didik merupakan hal
yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses belajar-mengajar yang
ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal.
Dewasa ini prinsip aktivitas dalam belajar digalakkan dengan dipergunakannya CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) dalam proses belajar mengajar karena pada dasarnya tidak ada belajar tanpa
keaktifan peserta didik (dalam lingkup sekolah formal).
d) Korelasi dan Integrasi
Pandangan modern berpendapat bahwa pengajaran harus berkorelasi satu sama lain yang bertolak
dengan pendapat sekolah tradisional yang mengotak-kotakkan setiap mata pelajaran. Gagasan ini
mulai tumbuh setelah para ahli pendidikan mengajukan banyak pertimbangan yang mendukung
perlunya korelasi:
1) Setelah diteliti, ternyata diantara beberapa mata pelajaran yang sejenis terdapat karakteristik
yang sama seperti: sejarah dan ilmu bumi, ilmu hayat dan tumbuh-tumbuhan.
2) Dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam penjualan tanah, seorang pembeli harus
mengetahui berapa luas tanah, dimana tempatnya, milik siapa sebelumnya, dan lain sebagainya.
3) Jiwa peserta didik masih bersifat konsentris. Ia lebih mudah menerima dengan cara
keseluruhan dan instan dari pada melalui unsur-unsur yang terpisah.
e) Lingkungan
Pada garis besarnya lingkungan terbagi dalam dua jenis: lingkungan alam misalnya hutan, sungai,
batu gunung, tumbuhan , udara. Dan lingkungan sosial misalnya keluarga, masyarakat desa,
masyarakat kota, dan lain-lain.
Lingkungan yang dibahas disini bisa dibagi dalam beberapa bagian:
1) Alam sekitar dan lingkungan
2) Interaksi individu dan lingkungan
3) Lingkungan dalam pendidikan
f) Kerja sama
Kerja sama berlangsung didalam suatu proses kelompok yang para anggotanya mengadakan
hubungan satu sama lain dan berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan
bersama.[1]
Secara umum prinsip belajar-mengajar itu meliputi:
1) Belajar-mengajar menurut esensinya mempunyai tujuan.
2) Dasar proses belajar-mengajar ialah suatu yang bersifat eksploratif serta menemukan, dan
bukan merupakan pengulangan rutin.
3) Hasil belajar-mengajar yang dicapai selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang
dapat dipahami dan masuk akal.
4) Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi di tempat mencapainya, tetapi dapat juga digunakan
di dalam situasi yang lain.
5) Proses belajar-mengajar selamanya merupakan proses pengalaman, yaitu proses interaksi
individu dengan lingkungannya.[2]

2.2 Cara Mengelola KBM


Kegiatan belajar- mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan.
Pengawasan yang dilakukan terhadap lingkungan itu turut menentukan sejauhmana lingkungan
tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan
yang bersifat menantang dan merangsang murid-murid untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan, serta mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendekatan terbaik dalam mengelola kelas itu berupa perbuatan keputusan-keputusan yang
direncanakan, bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat. Jika
seorang guru, dalam keadaan marah atau frustasi, menyuruh seorang siswa menghadap Kepala
Sekolah dan di situ ditegur, mungkin si guru setelah tenang kembali, merasa bahwa hukuman
tersebut terlalu berat. Apabila kelak tidak terjadi lagi pelangaran serupa oleh siswa lain, Jika
demikian, ia bertindak tidak adil, tetapi jika tidak demikian, ia tidak konsisten. Biasanya antisipasi
terhadap timbulnya masalah-masalah di kelas akan menolong guru terhindar dari dilema-dilema
seperti itu, maka diperlukan sebuah perencanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar sebelum
kegiatan belajar mengajar.[3]
Kualitas dan kuantitas belajar murid di dalam proses belajar-mengajar bergantung pada banyak
faktor, antara lain murid-murid di dalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengakapan belajar,
kondisi umum dan suasana di dalam proses belajar-mengajar. Adapun faktor-faktor lainnya yang
dapat mendukung terciptanya kondisi belajar yang baik di dalam kelas adalah persiapan apa yang
akan dilakukan (job description) selama proses belajar-mengajar yang memuat suatu rangkaian
pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelimpok-kelompok siswa. Sehubungan dengan
itu job description guru dalam pengelolaan proses belajar-mengajar adalah:
1) Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
organisasi belajar.
2) Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan dan yang mengandung terciptanya proses belajar-mengajar.
3) Menggerakkan peserta didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan
mengarahkan motivasi belajar peserta didik.
4) Supervisi dan pengawasan, yaitu usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan,
dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan perencanaan instruksional yang
telah didesain.
5) Penilaian yang lebih bersifat assessment (penaksiran/ penilaian situasi) yang mengandung
pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
Proses pengelolaan KBM sangat halus dan tidak terpisah sehingga tidak dapat dianalisis ke dalam
komponen-komponen karena proses pengelolaan kelas merupakan keseluruhan yang tak dapat
dibagi-bagi.
Berbagai upaya telah diusahakan untuk menganaisis proses pengelolaan KBM ke dalam unsur-
unsur komponennya, adapun komponen-komponen tersebut adalah:
a) Perencanaan (yang meliputi penciptaan, penyusuna program, dan perumusan kegiatan),
1) Menetapkan apa yang dikerjakan, kapan, dan bagaimana cara melakukannya.
2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai
keefektifan maksimum melalui proses penentuan terget.
3) Mengembangkan alternatif-alternatif.
4) Mengumpulkan dan menganalisis informasi.
5) Mempersiapkan dan mengomunikasikan rencana dan keputusan-keputusan.
b) Pengorganisasian ( yang meliputi pemanfaatan sumber dan pembagian tugas),
1) Menyediakan fasilitas, perlengakapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan
kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana melalui proses penetapan kerja yang
diperlukan untuk menyelesaikan rencana-rencana tadi.
2) Mengelompokkan komponen kerja kedalam struktur organisasi secara teratur.
3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
4) Merumuskan dan menentukan metode dan prosedur.
5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja, serta mencari sumber-sumber
lainnya yang diperlukan.
c) Pengarahan ( yang meliputi motivasi, supervisi, dan koordinasi),
1) Menyusun kerangka waktu dan biaya yang terinci.
2) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpina dalam melaksanankan rencana-rencana
dengan pengambilan keputusan-keputusan.
3) Mengeluarkan instruksi-instrusi yang spesifik.
4) Membimbing, memotivasi, dan memantau keadaan lapangan langsung.
d) Pengawasan (yang meliputi penganggaran, pelapor, dan evaluasi)
1) Mengevaluasi pekerjaan dibandingkan dengan rencana.
2) Melaporkan penyimpangan-penyimpangan dalam suatu waktu untuk tindakan koreksi dan
mengajukan cara tindakan koreksi dengan membuat standar-standar dan sasaran-sasaran.
3) Menilai pekerjaan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan.[4]

2.3 Pengajaran Berdasarkan Pengalaman


2.3.1 Pengertian Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Pengajaran berdasrkan pengalaman melengkapi siswa dengan suatu alternatif pengalaman belajar
dengan menggunakan pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. Strategi
pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar
secara aktif dengan personalisasi. Rumusan pengertian tersebut menunjukkan bahwa pengajaran
berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar
dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini
mengarahkan para siswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung kedalam situasi
pemecahan masalah/daerah mata ajaran tertentu.
Tujuan pendidikan yang mendasari strategi ini adalah:
1) Untuk menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar aktif.
2) Untuk menciptakan interaksi sosial yang positif guna memperbaiki hubungan sosial dalam
kelas.
Strategi ini dilandasi teori John Dewey, yakni prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing).
Prinsip ini berdasarkan asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman
dengan cara keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan dengan bila mereka hanya
melihat materi/konsep. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, meningkat apabila guru menerima peranan nonintervensi.
2.3.2 Pelaksanaan Teknik Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman belajar sambil berbuat bagi siswa adalah sebagai
berikut:
1) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka
(open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat hasil-hasil alternatif tertentu.
2) Guru memberikan rangsangan dan motifasi pengenalan terhadap pengenalan.
3) Siswa dapat bekerja secara individual/bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan
kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
4) Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam situasi
pengganti. Contoh: Di dalam kelompok kecil siswa membuat miniatur kota dengan menggunakan
potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membangun suatu miniatur kota.
5) Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri,
dan menerima konsekuensi berdasarka keputusan tersebut.
6) Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan mata
ajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang
membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
Pertemuan pembahasan terdiri dari 4 bagian, yakni review, analisis, distilasi, dan integrasai.
1) Review terhadap peristiwa secara terperinci/mendetail.
2) Menganalisis aspek-aspek peristiwa. Guru harus membantu siswa mengidentifikasi masalah
sentra/isu yang berkaitan dengan peristiwa.
3) Mendistilasi prinsip-prinsip dan nilai premisis yang berkaitan dengan peristiwa.
4) Mengintegrasikan pengalaman baru ke dalam kerangka belajar siswa. Gugu menghubungkan
pengalaman baru itu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Dengan cara melaksanakan pertemuan, pembahasan tersebut mendefinisikan apa yang terjadi, dan
pembagian temuan merupakan karakteristik yang membedakan dengan strategi belajar
pengalaman. Belajar pengalaman terutama terpusat pada pemberian kepada siswa pengalaman-
pengalaman belajar yang bersifat terbuka dan siswa membimbing diri sendiri.[5]

2.4 Cara Memilih Strategi Pembelajaran


Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesasan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia pendidikan J.R. David (1976): Strategy a plan, method, or series of activities
designed to achieves a particular educational goal, sehingga dapat diartikan sebagai suatu
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ada dua hal yang perlu dicermati dalam ini, yaitu: pertama, strategi pembelajaran
merupakan rancangan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu
adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar siswa.
Upaya mengimplementasikan rencana sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tecapai secara optimal, disebut Metode. Dalam satu strategi dapat digunakan beberapa
metode, misalnya strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya
jawab atau bahkan diskusi. Dengan demikian, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk
pada sebuah perencanaan mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan suatu strategi.
Istilah lain yang mirip dengan strategi adalah pendekatan. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode, pembelajaran
yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998)
mencatat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran juga dikenal istilah teknik dan taktik
mengajar. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara
yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik adalah gaya
seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu, sehingga taktik bersifat lebih
individual.
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan. Strategi dapat didapatkan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran guru
dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik memiliki
taktik tersendiri oleh setiap guru.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan
dipilih, sebagai berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai, semakin kompleks tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit
strategi yang akan dirancang. Tujuan pembelajaran berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau
psikomotorik, sehingga kompleksitas tujuan berimplikasi pada rancangan strategi dan
keterampilan lain yang dibutuhkan untuk pencapaiannya.
2. Bahan atau materi yang pembelajaran, berkaitan dengan conten yang akan dipelajarai, prasyarat
tertentu dan sumber belajar yang dibutuhkan.
3. Pertimbangan dari sudut siswa, strategi yang dipilih harus sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa, seperti tingkat kematangan siswa, minat siswa dan gaya belajar siswa.
4. Pertimbangan dari strategi itu sendiri, berkaitan dengan jumlah strategi yang akan digunakan,
strategi terbaik serta efektivitas dan efisiensi strategi yang akan digunakan.
Dari beberapa hal yang dipertimbangkan di atas, sebagai guru yang telah menempah diri melalui
proses pendidikan dan pengalaman akan memiliki daya intuisi dalam menentukan strategi yang
tepat yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran di kelas. Bahwa proses yang baik
diasumsikan dapat menghasilkan produk yang baik.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru
yang sedang menerangkan, menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah
diperolehnya di sekolah. Tetapi pendapat para ahli pendidikan tentang makna belajar lebih luas
lagi, misalnya dengan adanya konsep long-life education, bahwa seluruh gerak dan tempat hidup
siswa merupakan kegiatan belajar.
Beranjak dari pengertian diatas bahwa proses belajar- mengajar bukan sekedar guru
menyampaikan pelajaran, tapi sebelum itu harus melalui proses persiapan yang matang agar tujuan
dari pembelajaran bias tercapai dengan maksimal dan agar bias lebih afektif dan efisien mulai dari
cara pengelolaan, cara menyediakan pengalaman belajarsiswa, dan cara memilih strategi
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
James Popham, Eva L Baker, 1981, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta, Penerbit
Kanisius.
Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1989, Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung, Rosdakarya.
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, PT.Bumi Aksara.

[1] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, hal.90-155
[2] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, hal.89-90
[3] W. James Popham, Eva L Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, hal.120
[4] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, hal.182-185
[5] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hal. 212-214.

Anda mungkin juga menyukai