PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang kurikulum dewasa ini semakin mendapat perhatian dari
kalangan ilmuwan yang menekuni bidang pengembangan kurikulum, teknologi
pendidikan dan administrasi pendidikan. Studi ini dianggap menepati bagian
terpenting dalam studi pengembangan kurikulum dan administrasi pendidikan. Hal ini
wajar, sebab kurikulum adalah komponen penting dan merupakan alat pendidikan
yang sangat vital dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Itu sebabnya, setiap
institusi pendidikan, baik formal dan non formal, harus memiliki kurikulum yang
sesuai dan serasi, tepat guna dengan kedudukan, fungsi dan peranan serta tujuan
lembaga tersebut. Jadi artinya, bermutu atau tidaknya sebuah institusi pendidikan
sangat bergantung pada sistem kurikulumnya.
Menilik dari hal-hal di atas telah melatarbelakangi kelompok kami dalam
menyusun makalah ini. Sebelum membahas pengembangan kurikulum lebih
mendalam, alangkah lebih baiknya kita mengetahui teori-teori pendidikan dan
kurikulum, karena ini merupakan fondasi untuk memahami pengembangan
kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
a. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan?
b. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan?
c. Apa yang dimaksud dengan teori kurikulum?
d. Apa fungsi dari teori kurikulum?
e. Bagaimana hubungan antara teori pendidikan dengan kurikulum?
A. Teori Pendidikan
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan.
Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum
dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu.
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang
ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara
logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan
lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai
penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan
minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama
pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih
berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas
kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan
3. Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam
teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan
pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang
khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang
mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain
program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan
media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola
kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera
digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih
banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak
dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan
bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk
kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan
interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan
dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta
didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran
2. Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan
membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya
berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai
sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis
pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat
dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam
pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi
menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama,
baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya
“ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan
Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama
dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk
membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber
utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya.
C. Teori Kurikulum
Menurut para ahli, keberadaan teori kurikulum belum mantap atau dengan
kata lain belum bisa dibentuk. Meskipun demikian, banyak ahli yang
menyumbangkan buah pikirannya agar terbentuk teori kurikulum yang akurat.
Karenanya, upaya-upaya ke arah terjadinya suatu teori kurikulum sebagai science of
curriculum terus dikembangkan. Kesulitan-kesulitan dalam menjadikan teori
kurikulum disebabkan berbagai faktor, antara lain karena para ahli, yaitu:
James B. MacDonald, mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum
merupakan an historical accident yang berlangsung secara kebetulan, acak dan tidak
sistematis. Pemikiran mengenai kurikulum tidak dilakukan secara sistematis
berdisarkan apa yang dicapai sebelumnya. Karenanya, pengembangan kurikulum
b. Teori Skinner
Skinner berpendapat bahwa metode pengaturan langsung reinforcement
secara positif harus digunakan di sekolah. Anak didik tidak boleti belajar secara
simpel dengan hanya memenuhi pengalaman saja. Lingkungan luar perlu juga dieter
secara teliti agar anak didik menjadi responsif dengan berbagai pekerjaan dan
konsekuensi yang akan mereka kontrol dengan hati-hati. Hal ini dapat dan harus
dilakukan dengan prosedur reinforcement yang tepat.
Teori Skinner didasarkan pada empat dasar asumsi, dan asumsi tersebut
3. Person-Centered Category
a. Teorisasi Carl Rogers
Carl Rogers mengembangkan pendekatannya setelah bekerja praktik
dengan para invididu Nien) di berbagai klinik sehingga is mengklaim (seperti
halnya Taba) bahwa prinsip-prinsipnya telah diuji di berbagai situasi praktik.
Pendekatannya tertumpu pada self directed learning yang pertama kali dijelaskan
dalam bukunya Client-Centered Therapy (1951) dan kemudian di Freedom to
Learn (1969). Orientasi Rogers diklasifikasikan sebagai pendekatan kurikulum,
dan publikasi-publikasi yang dilakukannya selama lebih dari setahun memberikan
perhitungan dan pertimbangan yang mendalam dan total terhadap elemen-elemen
perencanaan dan pengajaran yang diperlukan untuk mengimplementasikan
- Evaluation
Meskipun Rogers dan teorinya mendapatkan dukungan dari nilai-nilai
kebebasan dan eksplorasi langsung itu sendiri dalam kepustakaan
kurikulum,namun pendekatannya sangatlah filosofis.Pendekatan Rogers
A. Kesimpulan
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang
dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta
didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori
yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi
untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala
dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman
pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk
melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi
logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Keberadaan teori kurikulum belum mantap atau dengan kata lain belum bisa
dibentuk. Teori kurikulum, pada dasarnya bukanlah hal yang stabil atau mantap
keberadaannya, sebagaimana diungkapkan di muka, namun is selalu berkembang
mengikun perkembangan rains dan teknologi. Seperti halnya dalam mengambil
keputusan praktis lainnya, teori dapat dimanfaatkan dalam pengambilan (keputusan
praktik (pelaksanaan) sistem kurikulum dan sistem pendidikan yang memang
memerlukan sifat elektif.