Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Nur Mila, Indo Kulau, Ahmad Syahrir

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi


Fakultas Ekonomi dan bisnis, Universistas Negeri Makassar

A. Pengembangan kurikulum

Istilah "Kurikulum" memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar


dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran
tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan
dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni "Curriculae",
artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelajari.

Praktek program pendidikan di sekolah, seringkali mengalami perubahan dan perbaikan.


Kemajuan ini dapat dicapai karena sekolah merupakan salah satu bagian dari penyelenggaraan
pendidikan yang tepat dengan berbagai kemungkinan yang ada pada siswa. Kemungkinan yang
berbeda ini memerlukan berbagai administrasi instruktif. Memang, bahkan dengan berbagai
kondisi ekologis, organisasi instruktif dinamis dan dilengkapi untuk terlibat secara inventif
dengan mencari peningkatan kualitas dalam siklus instruktif.

Harapan ini akan diakui apakah lembaga pelatihan sekolah dengan variasi yang berbeda
dapat merencanakan program pendidikan yang berlaku di tingkat masyarakat dan lingkungan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Selanjutnya diperlukan suatu metodologi dalam program
pendidikan pengurus dan pengembangannya, agar apa yang telah dirinci dapat dilaksanakan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ideal.

Metodologi selama waktu yang dihabiskan untuk mengembangkan rencana pendidikan


memiliki kepentingan yang sangat luas. Karena hal ini dapat diidentikkan dengan penyusunan
struktur rencana pendidikan lainnya (pengembangan program pendidikan), seperti halnya
penyempurnaan terhadap rencana pendidikan yang berkelanjutan (peningkatan program
pendidikan). Kemudian lagi, perbaikan rencana pendidikan terkait juga tentang penjabaran
program pendidikan yang telah direncanakan oleh pihak menengah ke dalam suatu program dan
penyusunan ukuran pembelajaran yang lebih eksplisit atau disebut dengan program pendidikan
mini. Hal ini sering dilakukan oleh guru, seperti metode yang terlibat dengan membentuk dan
menyiapkan proyek tahunan, program semester perencanaan, program bulan ke bulan, dan
program prinsip lainnya.

Kurikulum juga merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional). Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.
(Pasal 1 Butir 6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa). Beberapa Landasan Pengembangan
Kurikulum yaitu :

1. Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya


seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum play on words senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat
tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan.

2. Landasan Psikologis

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu


berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta
berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

3. Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu


rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknnologi

Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam
dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi
dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (figuring out how to learn)
dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu
dan antisipatif terhadap ketidakpastian.

Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh


tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan
dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Pada Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di


Indonesia setelah kemerdekaan. Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah
yang digunakan adalah Rencana Pelajaran. Pada Kurikulum 1968 kurikulum terintegrasi
pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa
cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies).
Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi
menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering disebut Sains. Pada
Kurikulum 1975 hingga kurikulum 1994 telah disempurnakan secara bertahap hingga
menjadi kurikulum berbasis kompetensi namun belum diterapkan di seluruh sekolah di
Indonesia dan pada akhirnya terjadi perubahan kurikulum hingga sekarang yaitu menjadi
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

B. Pendekatan pengembangan kurikulum dan pembelajaran

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.

Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan sebuah


kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu,
sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang
di harapkan. Dan pendekatan pengembangan kurikulum akan dijelaskan selengkapnya dalam
pembahasan makalah ini yang berjudul "Pendekatan Pengembangan Kurikulum Dan
pembelajaran".

Dalam mengembangan kurikulum maka diperlukan pendekatan-pendekatan sehingga


kurikulum itu dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Yang dimaksud dengan
pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang
lebih baik.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu compositions tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu compositions yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang
compositions pengembangan kurikulum.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan, yakni:

Pada pendekatan subjek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA,
IPS, dan sebagainya seperti yang lazim didapati dalam framework pendidikan sekarang ini
disemua sekolah dan perguruan tinggi.

Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah penguasaan bahan dan compositions
dalam disiplin ilmu tertentu. Karena setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu
dan berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembagan kurikulum subyek akademik
dilakukan dengan cara menetapkan terlebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari
peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.
Pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis:

• Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar


bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.

• Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integrative. yaitu respons terhadap perkembangan
masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu.

• Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.


Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis,
dan memecahkan masalah-masalah matematis.

Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi understudy focused, dan
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian fundamental
dari compositions belajar. Menurut Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan
humanistik prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat,
kebutuhan dan kemampuan anak.

Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni


sarana untuk membentuk pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara steady.
Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari
pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani.

Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup
ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan,
mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai
makhluk social yang memilki hak-hak sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban
sosialnya.

Pada pendekatan Teknologis, Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada


efektifitas program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (programming) dan perangkat keras (equipment).
Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (devices
innovation), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem
(framework innovation).

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan
alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisikan
rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak
melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran
dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul.
Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain.
Pada Pendekatan rekonstruksionisme ini disebut Rekonstuksi sosial. Kurikulum
rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan
politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita
tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual masyarakat
umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.

Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang


tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini
diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam
masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah
sekolah berusaha mengembangna potensi tersebut.

Pada Pendekatan Responsibility (The Responsibility Approach) Responsibility atau


pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat,
akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut
banyak pengamat pendidikan responsibility ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang
sebenarnya menjadi latihan belaka.

Responsibility yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor


dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai
"logical administration" atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus
diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.

Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Model pengembangan kurikulum adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan pengembangan kurikulum tersebut. oleh karena itu harus
dikembangkan dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan subyek akademik,
pendekatan humanistik, pendekatan teknologi dan pendekatan rekonstruksi sosial.

Pendekatan Kemajuan Rencana Pendidikan

Penyusunan rencana pendidikan harus dilakukan secara mendasar berdasarkan suatu


pedoman terpadu, yaitu memberikan arahan khusus bahwa semua bagian harus tepat dan
terkoordinasi secara terpadu, tidak terpisah, namun luas. Susunan satu bagian harus dievaluasi
konsistensinya dan diidentifikasi dengan bagian-bagian yang berbeda sehingga rencana
pendidikan benar-benar tergabung secara total dan lengkap. Ada berbagai metodologi yang
dapat digunakan dalam membuat rencana pendidikan, antara lain:

1. Metodologi berdasarkan materi pembelajaran

Metodologi ini sudah ada di Indonesia dalam rencana pendidikan sebelum rencana
pendidikan 1975. Apa yang dapat dikatakan tentang manfaat dan hambatan dari metodologi
materi terletak adalah bahwa materi yang ditampilkan lebih mudah beradaptasi dan bebas
dalam mengaturnya, karena tidak ada pengaturan positif dalam menentukan materi
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kendalanya adalah mengingat kenyataan bahwa
tujuan pendidikan tidak memuaskan, sulit untuk memutuskan aturan dalam menentukan
strategi yang tepat untuk mengajar. Setara berlaku untuk kebutuhan penilaian. Jadi
pertanyaan utama yang muncul sebanding dengan metodologi materi-terletak adalah materi
apa yang akan diberikan / diajarkan kepada siswa?

2. Metodologi yang terletak secara objektif

Metodologi yang terletak pada tujuan ini menempatkan perincian atau penetapan
tujuan yang akan dicapai dalam posisi fokus, karena tujuannya adalah untuk memberikan
panduan dalam pelaksanaan tindakan pengajaran dan pembelajaran. Apa manfaat dan
kerugian dari metodologi situasi objektif? Manfaat pendekatan perbaikan rencana pendidikan
yang terletak pada tujuan adalah:

A. Tujuan yang ingin dicapai jelas untuk perencanaan program pendidikan


B. Tujuan yang jelas juga dalam menentukan topik, strategi, jenis latihan dan perangkat
yang diharapkan untuk mencapai tujuan.
C. Tujuan yang pasti juga akan memberikan panduan dalam menilai hasil yang dicapai.
D. Konsekuensi dari penilaian yang ditentukan akan membantu pembuat rencana
pendidikan dalam membuat peningkatan penting

Sedangkan kekurangan dari pendekatan perbaikan program pendidikan yang disusun


secara objektif hanyalah kesulitan dalam membentuk tujuan (bagi pendidik). Pertanyaan
utama yang muncul dalam metodologi yang disusun secara objektif adalah "tujuan utama
yang ingin Anda capai, tentu saja informasi, kemampuan, dan mentalitas yang diandalkan
untuk digerakkan oleh siswa setelah menyelesaikan rencana pendidikan?"

3. Pendekatan dengan Material Association

 Topik Rencana Pendidikan Contoh Pendekatan

Metodologi ini menekankan pada mata pelajaran yang terisolasi, misalnya:


Sejarah, Studi planet, Sains, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak diidentifikasi satu
sama lain.

Pendekatan dengan Contoh program Pendidikan Terkait

Metodologi yang dirancang ini merupakan metodologi dengan contoh kumpulan


beberapa mata pelajaran (materi) secara bersama-sama, yang dapat dihubungkan secara
tegas. Metodologi ini dapat dilihat dari berbagai sudut, khususnya:

1. Metodologi yang Mendasari

Sebuah model adalah IPS. Bidang ini terdiri dari Studi planet, Sejarah, dan masalah
Keuangan. Jadi dalam suatu (mata pelajaran) Ilmu Bumi, berbagai ilmu juga dipusatkan pada
yang masih dalam lingkup suatu bidang studi.

2. Metodologi Praktis

Metodologi ini tergantung pada isu-isu yang penting dalam kehidupan sehari-hari biasa.
Masalah ini dibicarakan melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup bidang studi yang
dipandang terkait.
3. Pendekatan Spot/Lokal

Berdasarkan berbicara tempat tertentu sebagai topik diskusi. Misalnya, untuk wilayah
Yogyakarta cenderung dijadikan topik pembicaraan tentang; sejauh industri perjalanan, ilmu
manusia, budaya, masalah pemerintah, masalah keuangan, dll.

Metodologi ini tergantung keseluruhan hal yang memiliki kepentingan tertentu.


Keseluruhan ini bukan hanya kumpulan bagian-bagiannya, tetapi memiliki kepentingan
tertentu. Sesuai dengan tujuan dari sekolah umum negara kita, yang mendorong pengaturan
seluruh individu manusia, dalam memberikan materi metodologi ini menekankan kejujuran
kebutuhan, yang untuk situasi ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terisolasi, tetapi
harus dijalin menjadi sebuah keseluruhan yang mengambil batas. yakin dari setiap contoh
materi.

C. Model-Model Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang ideal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan framework pendidikan dan framework pengelolaan pendidikan yang dianut serta model
konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam framework
pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya
desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda
dengan kurikulm humanistik, teknologis, dan rekonstruksi social.

Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang expositions pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau
sudut pandang secara umum tentang compositions pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata, pengembangan
kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curiculum constraction),
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement).

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan. Selain harus memperhatikan unsur-unsur tadi, di dalam
mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan
pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai
sebuah tujuan seperti yang di harapkan.

Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum,


Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Top Down

Pendekatan Top Down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan


sistem komando dari atas ke bawah karena pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif
para pejabat pendidikan atau para executive atau dari para pemegang kebijakan (pejabat)
pendidikan seperti dirjen atau kepala Kantor Wilayah. Oleh karena dimulai dari atas itulah,
pendekatan ini juga dinamakan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di
negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.

2. Pendekatan Grass Roots

Pada model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau
dari master sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas,
makanya pengembangan kurikulum ini disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke
atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan
dalam penyempurnaan kurikulum (curiculum improvemnt), walaupun dalam skala yang
terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curiculum
constraction).

D. Model-model Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang


mempengaruhinya, sperti cara berpikir, sistem (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan
social), compositions pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun
arah program pendidikan. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain (planning), menerapkan (execution), dan mengevaluasi (assessment)
suatu kurikulum. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu
compositions sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan dalam pendidikan.

Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan premise apa yang


akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti elective yang menekankan pada kebutuhan mata
pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat, atau
permasalahan social. Oleh karena itu pengemangan kurikulum perlu dilakukan berlandaskan
teori yang tepat agar kurukulum yang dihasilkan bisa efektive.

Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif


model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja
secara lebih sistematis, sistemik dan ideal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum
yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik bisa diwujudkan.

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap
model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu
sendiri maupun dilihat dari tahapan pendekatannya maupun pengembangannya.

a. Model Ralph Tyler

1. Menentukan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran yang harus dicapai dalam
program pendidikan dan pembelajaran. Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan
tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berpikir, membantu
memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat
peserta didik dan pengembangan sikap social.

2. Menentukan Compositions Pembelajaran

Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan compositions


pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya,
pengalaman yang sudah diperoleh siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan compositions pembelajaran selanjutnya.

3. Menentukan Compositions Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar harus mencakup tahapan-tahapan balajar dan isi atau


materi pembelajaran. Pengalaman harus diorganisasikan sedemikian rupa sehingga
dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.

4. Menentukan Evaluasi Pembelajaran

Jenis penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari
tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan expositions
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Model Taba

Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model
dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah.
Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda
terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi
kurikulum).

Menurut Taba master harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum.


Pengembangan kurikulum yang dilakukan master dan memposisikan master sebagai inovator
dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan
Taba.Dalam pengembangannya, model ini bersifat induktif, berbeda dengan model
tradisional yang deduktif.

c. Model Wheeler

Menurut Wheeler expositions pengembangan kurikulum merupakan compositions


yang terjadi secara terus menerus dan saling berkaitan. Wheeler berpendapat bahawa
expositions pengembangan kurikulum terjadi dari lima fase atau tahap. Setiap tahap dalam
expositions ini merupakan suatu pekerjaan yang harus berlangsung secara berurut atau
sistematis. Maksudnya disini adalah kita tidak mungkin dapat menjalankan atau
menyelesaikan tahap kedua kalau tahap pertama belum terselesaikan atau dikerjakan. Namun
demikian manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali lagi ke tahap
awal. Demikian seterusnya sehingga expositions pengembangan daripada sebuah kurikulum
berlangsung secara terus menerus tanpa ada ujungnya.
d. Model Audery dan Howard Nicholls

Audery dan Howard Nicholls mendefinisikan kembali metode Tyler, Taba, dan
Wheeler dengan menekankan pada kurikulum expositions yang bersiklus atau berbentuk
lingkaran dengan langkah awalnya adalah analisis situasi. Mereka menitikberatkan pada
pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum baru yang
muncul dari adanya perubahan situasi. Fase analisis situasi ini merupakan sesuatu yang
memaksa para pengembang kurikulum untuk lebih responsif terhadap lingkungan dan
terutama dengan kebutuhan anak didik.

e. Model Malcolm Skilbeck

Malcolm Skilbeck mengembangkan suatu interaksi alternatif atau model dinamis bagi
expositions kurikulum, yang disebut dengan model dynamic in nature. Model ini menetapkan
bahwa pengembang kurikulum harus mendahulukan suatu elemen kurikulum dan
memulainya dengan suatu urutan dari urutan yang telah ditentukan oleh model rasional.

Model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh Walker dan Skilback


merupakan model pengembangan kurikulum Connection Model atau Dynamic Model

f. Model Beauchamp

Model pengembangan kurikukum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli


kurikulum Beauchamp. Mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum.

Pertama, menetapkan field atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten atau seluruh negara. Pentahapan field
ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalanm
pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. Walaupun daerah
yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu wilayah
propinsi, tetapi field pengembangan kurikulum hanya mencakup suatu daerah kabuapten saja
sebagai pilot proyek.

g. Peter F. Oliva

Model perkembangan kurikulurn menurut Oliva sebagaimana yang dikutip oleh Retci
Angralia terdiri dari tiga kriteria, yaitu : basic, komprehensif dan sistematis. Walaupun
model ini mewakili komponen-¬komponen withering penting, namun model ini dapat
diperluas menjadi model yang menyediakan detil tambahan dan menunjukkan beberapa
compositions yang diasumsikan oleh model yang lebih sederhana. Model ini mempunyai 6
komponen yaitu:

1. Explanation of theory (rumusan filosofis)

2. Explanation of objectives (rumusan tujuan umum)

3. Explanation of goals (rumusan tujuan khusus)


4. Plan of plan (desain perencanaan)

5. Execution (implementasi)

6. assessment (evaluasi)

E. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pemerintah pusat untuk situasi ini Layanan Instruksi Umum telah menciptakan keterampilan
dasar, petunjuk dan materi penting tergantung pada norma-norma kemampuan lulusan. Selain
itu, setiap lokal, kehidupan sehari-hari diandalkan untuk memiliki pilihan untuk membuat
interpretasinya ke dalam jadwal dan kerangka evaluasi yang ditunjukkan oleh atribut dan
kapasitas masing-masing. Bagi sekolah yang merasa mahir, mereka dapat menambahkan
kemampuan dasar dan penanda yang ditunjukkan oleh tingkat ideal. Kerangka penilaian jadwal
dan kemampuan disusun berdasarkan sekumpulan kemampuan esensial yang menggabungkan
sudut pandang intelektual, psikomotorik, dan penuh perasaan sebagai informasi, kemampuan,
dan mentalitas yang dapat ditampilkan atau dipamerkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Prinsip
kemampuan adalah keterampilan yang sebagian besar harus dikuasai oleh lulusan, sedangkan
kemampuan dasar adalah kemampuan paling sedikit yang harus dimiliki oleh mahasiswa.

Program pendidikan yang memuat tujuan atau keterampilan yang ingin dicapai, petunjuk,
pembinaan, dan materi dasar merupakan salah satu komponen dalam pengajaran umum yang
sangat penting dalam menentukan arah persekolahan untuk menyiapkan SDM sesuai tuntutan
keberadaan negara Indonesia pada periode dunia. Mempertimbangkan kondisi dan kesulitan
sama seperti keadaan yang menjanjikan menjelang awal abad ke-21, untuk bekerja pada
kualitas dan pentingnya pelatihan publik sesuai dengan kepentingan teritorial yang berbeda,
KBK diselenggarakan dengan menggunakan metodologi yang menyertainya:

1. Pencapaian keterampilan yang ada Rencana pendidikan yang digunakan selama ini adalah
materi pengajaran dan penyusunan yang objektif. Sesuai dengan strategi pemerintah terkait
KBK, kerangka pembelajaran juga harus mendorong penguasaan berbasis keterampilan.
Hasil belajar sebagai kemampuan menggabungkan sudut intelektual, penuh perasaan, dan
psikomotorik. Penggunaan KBK membawa perubahan dalam pengambilan desain dari
penyampaian informasi kepada siswa menjadi pencapaian kemampuan siswa.
Pengembangan program pendidikan yang bergantung pada keterampilan dasar mengisi
sebagai panggung publik yang memungkinkan siswa dan siswa di seluruh negeri yang
memiliki kemungkinan, kemampuan, dan minat belajar yang berbeda untuk memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelatihan tambahan atau dunia kerja di bidang
apa pun di Indonesia.

2. Menyeluruh dan menyeluruh (komprehensif). Peningkatan rencana pendidikan yang


menyeluruh dan berjangkauan jauh mencakup pembangunan karakter, dominasi kehidupan
dan kemampuan skolastik, penghayatan yang sehat dan ekspresi seni yang disukai baik
melalui latihan intra maupun ekstra kurikuler. Kerangka evaluasi diterapkan sepenuhnya
mencakup perspektif intelektual, psikomotorik, dan penuh perasaan dan layak, menyiratkan
bahwa itu memperkirakan setiap keterampilan penting dan hasil tes diselidiki tanpa henti
dan diikuti oleh tindak lanjut sebagai program pembelajaran obat atau program
pembelajaran yang berpotensi kemajuan.
3. Pembelajaran tuntas (authority learning). KBK dilakukan dengan kecurigaan bahwa setiap
orang dapat mempelajari segala sesuatu kecuali waktu yang dibutuhkan adalah unik. Ada
siswa yang tergolong siswa cepat namun ada siswa yang tergolong siswa lambat. Agar
kemampuan dasar yang belum benar-benar mapan dapat terpenuhi, maka penting untuk
menerapkan standar dominasi pembelajaran baik dalam pembelajaran maupun penilaian.
Oleh karena itu, siswa yang cepat mencapai keterampilan harus diberikan tugas peningkatan
sedangkan siswa yang mudah kembali atau lalai untuk mencapai kemampuan harus
diberikan obat. Siswa lain dapat mengambil bagian dalam mencari tahu bagaimana
mencapai keterampilan berikut setelah keterampilan sebelumnya dinyatakan selesai.

4. Kemampuan dasar (mencari tahu cara belajar). Konsep Pelatihan Kemampuan Dasar (PKH)
atau Pelatihan Kemampuan Dasar umumnya perlu membantu siswa dalam menciptakan
kemampuan belajar (mencari tahu cara belajar), membuang sikap dan kecenderungan yang
tidak tepat (mengetahui cara melupakan), mengakui dan bersyukur atas apa yang mereka
miliki. kemampuan untuk diciptakan dan dipraktikkan, mencoba menghadapi masalah
hidup, dan memiliki pilihan untuk menyelesaikannya secara imajinatif. Semua ini penting
dengan tujuan akhir untuk merencanakan studi untuk era data dan waktu AFTA dan
deregulasi.

5. Standar: mencari tahu bagaimana mengetahui, mencari tahu bagaimana melakukannya,


mencari tahu bagaimana menjadi, dan mencari tahu bagaimana hidup masing-masing.
Perubahan instruktif adalah tindakan yang tidak berhenti sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi dan tujuan yang tercipta di antara mitra sekolah. Salah satu faktor nyata dari
persoalan yang dihadapi saat ini adalah sebagian besar lulusan sekolah menengah tidak
dapat melanjutkan sekolah ke pendidikan lanjutan dan tidak memiliki bekal yang tepat
untuk memasuki dunia kerja. PKH jelas bukan mata pelajaran lain, yang diperlukan adalah
reorientasi pelatihan dari topik yang disusun ke kemampuan dasar yang ada. Dengan aturan
ini, subjek dipersepsikan sebagai instrumen dan bukan tujuan.

DAFTAR RUJUKAN

Cahyani, Julistin. “Pendekatan dan Model Pengembangan”. 13 Oktober 2014.


http://azthynjcs.blogspot.com/2013/01/pendekatan-dan-model-pengembangan.html.

Permana, Aziz. “Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum”. 14 Oktober 2014.


http://eostudent.blogspot.com/2013/12/pendekatan-dan-model-pengembangan.html.

Anggoro, Ronggo Tunjung. “Model-Model pengembangan Kurikulum”. 14 Oktober 2014.


http://imadiklus.com/model-model-pengembangan-kurikulum/.
Fadila Adelin (brl/pep), https://www.brilio.net/news/sudah-11-kali-ganti-ini-beda-
kurikulumpendidikan-dari-masa-ke-masa-150502x.html. Diekses tgl.18 November 2019

Musthofa, M. Zaeni. “Pendekatan Pengembangan Kurikulum”. 12 Oktober 2014.


http://willzen.blogspot.com/2012/01/pendekatan-pengembangan-kurikulum.html.

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung, Remaja Rosda
Karya, Cet. Ke 5, 2002.
Zaini,Muhammad.2009.Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi.Yogyakarta:Teras.
Sukiman.2013.Pengembangan    Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi.Yogyakata:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga..
Muhaimin.2005.Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan
Perguruan Tinggi.Jakarta: Raja grafindo  Persada.

https://umarroom.wordpress.com/2010/02/21/pendekatan-pengembangan-kurikulum/

https://menara62.com/pendekatan-kompetensi-dan-pengembangan-kurikulum/

Anda mungkin juga menyukai