Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Terdapat berbagai macam pengertian diberikan kepada istilah kurikulum. Ada
yang memberikan pengertian secara luas maupun secara singkat. Kata kurikulum
sendiri bukan berasal dari Indonesia asli, namun kata serapan dari bahasa Yunani. 1
Dalam bahasa Yunani, kurikulum berarti Cucere yang berubah menjadi kata
benda Curriculum. Jamaknya adalah Curicula yang pertama kali dicapai dunia
atlantik.2 Dalam kamus Webster terdapat arti dari kurikulum, diantaranya:
1. Tempat berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba.
2. Pelajaran-pelajaran tertentu yang diberikan di sekolah maupun Perguruan Tinggi
yang ditujukan untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.
3. Keseluruhan pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut Hamalik dinyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.3
Dalam  buku Secondary School Improvement (1971) karya J. Lloyd Trump dan
Delmas F. Miller menyebutkan bahwa kurikulum itu termasuk metode pembelajaran,
cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran, perubahan tenaga pengajar,
bimbingan penyuluh, supervisi dan administrasi, alokasi waktu dan ruang, serta
kemungkinan memilih mata pelajaran.

1
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
PBM, Surabaya : Rajawali Pers,1995, Hal. 97
2
Afiful Ikhwan, Pengembangan Kurikulum PAI, Tulungagung:STAIM Press, 2013, Hal. 1
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Hal. 2

2
Oleh karena itu, pembentukan kurikulum yang baik dalam pembelajaran
dijenjang pendidikan dsar sampai perguruan tinggi memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi serta prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh.4

B. Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Prinsip yang dijadikan acuan oleh setiap tenaga pengajar dalam suatu lembaga
dengan lembaga yang lain terkadang memiliki perbedaan. Namun perbedaan tersebut
pada dasarnya tetap mengacu pada prinsip mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kurikulum yang
baik. Seperti yang dikutip dari Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktik, prinsip tersebut dikelompokkan  menjadi 2 yaitu
prinsip umum dan khusus.5
Prinsip umum meliputi:
1. Prinsip Relevansi: mengandung makna bahwa kompetensi yang dimiliki
siswa harus relevan dan sesuai kebutuhan di masyarakat. Sehingga dapat
juga diartikan bahwa prinsip ini harus memili keterkaitan/hubungan timbal
baik antara komponen-komponen di dalam dan luar sekolah.
2. Prinsip Fleksibel: mengandung makna bahwa setiap kurikulum hendaknya
bersifa fleksibel atau lentur, terutama yang berkaitan dengan
implementasinya. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
jati diri program studi yang ada.
3. Prinsip Kontinuitas: Mengandung makna bahwa adanya proses
pengembangan komponen-komponen kurikulum secara berkesinambungan.
Harus ada ketuntasan dalam penguasaan suatu kompetensi. Jika putus-putus
maka dikhawatirkan makna ketuntasan tersebut susah diperoleh.
4. Prinsip Kepraktisan: mengandung makna bahwa serangkaian kegiatan
pengembangan kurikulum mudah diikuti dan dilaksanakan. Seberapa baiknya
4
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Hal. 6                      
5
Hanun Asrohah dkk, Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Kopertais IV Press, 2014, Hal.64

3
kurikulum jika tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksanan lapangan maka
sudah dapat ditebak pula apa hasil yang akan dicapai.
5. Prinsip Efektifitas: mengandung makna bahwa prinsip yang dilaksanakan
harus mampu menghasilkan atau menyiapkan lulusan yang memenuhi
harapan masyarakat penggunaannya. Disinilah dimensi kepuasan pengguna
lulusan prodi yang diutamakan.6

Sedangkan prinsip khusus yang tentu tidak dapat disampingkan adalah:


1. Prinsip yang berkaitan dengan tujuan pendidikan: bahwa pembentukan
kurikulum harus berdasarkan pada tujuan pendidikan baik dalam jangka
pendek, menengah maupun panjang. Dan tujuan tersebut harus bersumber
pada kebijakan pemerintah, tuntutan dari masyarakat, pandangan para ahli
pendidikan, hasil riset maupun pengalaman dari Negara lain.
2. Prinsip yang berkaitan dengan isi pendidikan: memilih isi pendidikan harus
mempertimbangkan penjabaran tujuan pendidikan ke dalam kemampuan hasil
belajar, isi bahan pelajaran, yang meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan,
dan unit-unit kurikulum harus disusun secara logis.
3. Prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses belajar-mengajar: metode
belajar mengajar setidaknya harus menyesuaikan materi yang diajarkan.
Metode ini berhubungan dengan tehnik pembelajaran yang efektif untuk
dilakukan dan diterapkan dalam suatu proses pembelajaran agar materi
mampu diserap oleh siswa.
4. Prinsip yang berkaitan dengan media atau alat pembelajaran: pemilihan alat
peraga dalam proses pembelajaran tentu memiliki fungsi lebih dalam proses
penyerapan materi oleh siswa. Media yang dipilihpun juga harus sesuai
dengan karakteristik materi, metode dan kondisi kelas.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kegiatan penilaian: dalam setiap kurikulum
pasti memiliki metode dalam pemberian nilai. Karena nilai tersebut
6
Ibid, Hal :65

4
merupakan tujuan akhir dari setiap proses pembelajaran yang diberikan oleh
pengajar dan dinantikan oleh siswa. Pemberian nilai tersebut harus objektif
dan adil.7

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum


1. Pergururan Tinggi

Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum


sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak
memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi
selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan
media pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta
penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti
IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan
dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai
jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ini, umumnya disiapkan oleh LPTK
melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah
Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi

7
Ibid, Hal. 67

5
secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan
kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas


mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat.
Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi
kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat
yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani
aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam
masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di
masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah
tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk
dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat
berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.
3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai
positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah
nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya
heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok
intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing
kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat

6
aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya.
Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nwilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengakomodasi berbagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum
sekolah, diantaranya:
a. Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat.
b. Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral.
c. Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.
d. Menghargai nlai-nilai kelompok lain.
e. Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada

Anda mungkin juga menyukai