Anda di halaman 1dari 13

SOAL

A. Pengertian Zakat

B. Macam macam Zakat


1. Zakat Fitrah

2. Zakat Maal

C. Nisab dan Haul Zakat

D. Permasalah Seputar Zakat


1. Zakat harta anak kecil dan orang gila

2. Zakat harta pinjaman dan hutang

3. Zakat Profesi

4. Zakat harta bersama

E. Penerima Zakat/Mustahiq
1. Orang yang berhak menerima zakat

2. Mustahiq dulu dan sekarang

3. Menyalurkan zakat keluar daerah atau negri lain

Nb

.Ringkasan Materi Zakat ditulis di kertas folio

.Menyampaikan perbedaan pendapat ulama mazhab secara ringkas

.Maksimal 7 halaman

.Dikumpul paling lambatSabtu, 27 Juni 2020 pukul 22.00 Wita

.File dalam bentuk PDF, kirim ke 081317470374 atau Email : ismailsyah55@gmail.com


Pengertian Zakat
 Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan
semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah.Zakat termasuk rukun Islam
yang ke-4, selain syahadat, salat, puasa dan haji. Zakat merupakan kewajiban bagi
seorang muslim yang mampu. Dari sisi bahasa, zakat memiliki arti bersih, suci,
berkat, subur, dan berkembang.
 Kata zakat  berasal dari bahasa Arab ‫زكاة‬ atau zakah  yang berarti bersih, suci, subur,
berkat, dan berkembang. Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta yang wajib
dikeluarkan oleh umat Muslim dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Pengertian zakat
tertulis dalam QS Al-Baqarah 2:43,
َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬
َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬
Artinya: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’”
Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang beragama Islam lalu mengerjakan salat secara
benar dan menunaikan zakat, mereka termasuk dalam orang-orang yang ruku’, yakni
tergolong sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
 Zakat merupakan isim masdar dari kata zaka-yuzaku-zakah yang berarti berkah,
tumbuh , bersih, baik dan bertambah. Dengan demikian orang yang mengeluarkan
zakat diharapkan hatinya bersih (Al- Munawwir (Kamus Arab – Indonesia),
cet.Pustaka Progressif , Surabaya, 1997, hal.557-578)
Pengertian Zakat menurut para Ulama
Madzhab

 Pendapat Pertama dari web

o Madzhab Syafi’i: Zakat itu ialah harta tertentu dikeluarkan dari suatu harta
tertentu dengan cara tertentu pula.

o Madzhab Hanafi: Zakat mal adalah ialah pemberian harta karena Allah, agar
dimiliki orang fakir yang beragama Islam selain dari bani Hasyim atau bekas
budaknya, dengan ketentuan manfaat dan harta harus terputus dari pemiliknya
yang asli dengan cara apapun.

o Madzhab Maliki: Zakat itu ialah mengeluarkan bahagian tertentu dari harta
tertentu pula, yang telah mencapai satu nisab pula, diberikan kepada orang yang
berhak menerimanya, yakni apabila harta itu merupakan milik penuh si pemberi,
dan telah berulang tahun bagi selain barang tambang dan hasil pertanian.

o Madzhab Hambali: Zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari suatu harta.

 Pendapat kedua

o Dalam kitabnya Fiqih Islam Wa Adillatuhu Wahbah Zuhaili mengungkapkan


beberapa define zakat menurut para ulama mazhab yaitu :

 Menurut Malikiyah : zakat yaitu mengeluarkan sebagian tertentu dari harta


tertentu yang telah sampai nishab kepada orang yang berhak menerima,
jika kepemilikan , haul (genap satu tahun) telah sempurna selain barang
tambang, tanaman dan harta temuan.

 Menurut Hanafiah : zakat adalah pemberian hak kepemilikan atas sebagian


harta tertentu kepada orang tertentu yang telah ditentukkan oleh syariat
semata – mata karena Allah SWT.
 Menurut Syafi’iyah : zakat yaitu nama untuk barang yang dikeluarkan
untuk harta atau badan kepada pihak tertentu.

 Menurut Hanabilah : zakat yaitu hak yang wajib pada harta tertentu
kepada kelompok tertentu yang dikeluarkan pada waktu tertentu . (Fiqih
Islam Wa Adillatuhu, vol.3, cet. Daar al- Fikr , Bairut, 2007, hal. 1788-
1789)

Sejarah Zakat
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kapan zakat diwajibkan. Di dalam
kitab Hasyiyah al-Jamal dijelaskan bahwa Zakat mal mulai diwajibkan di bulan Sya’ban
tahun kedua hijriah bersamaan dengan zakat fitri. Ada yang berpendapat bahwa zakat
diwajibkan sebelum baginda Nabi hijrah ke Madinah.
Namun, menurut pendapat yang masyhur di kalangan para pakar hadits, zakat mal diwajibkan
pada bulan Syawal tahun kedua hijriah sedangkan zakat fitri diwajibkan dua hari sebelum
hari raya Idul Fitri setelah diwajibkannya puasa Ramadhan. (Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-
Jamal ala al-Minhaj, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2003, jilid dua, halaman 96)

Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah
menyebutkan bahwa “Islam dibangun di atas 5 tiang pokok, yaitu kesaksian bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa pada bulan Ramaduan, dan naik haji bagi yang mampu.” {HR. Bukhari &
Musllim}. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib atas setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu.

Jenis Jenis Zakat

1. Zakat Fitrah
 Zakat yang hanya dikeluarkan saat bulan Ramadan ini adalah zakat berupa sedekah
wajib yang bayarkan untuk menyempurnakan dan menyucikan harta serta
menyempernakan ibadah puasa bulan Ramadan. Jenis zakat ini wajib ditunaikan oleh
Muslim baik pria dan wanita yang mampu dengan mengikuti persyaratan tertentu.
Sedangkan batasan mampu bagi ulama adalah seseorang yang memiliki makanan
untuk dirinya dan keluarganya pada hari raya Idul Fitri.

Mengutip penjelasan dari sebuah hadits :

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’
kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-
laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan
untuk dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat ‘Ied.” (HR.
Bukhari, Nomor 1503 dan Muslim Nomor 984)

 Zakat Fitrah yang termasuk zakat yang fleksibel ini dapat dilakukan mengikut
keadaan dan geografis umat Muslim setempat. Seperti di Indonesia, Zakat Fitrah yang
dikeluarkan adalah zakat dalam bentuk beras sebesar 2,5 kilogram atau 3,5 liter
karena beras adalah makanan pokok sebagian besar penduduk negara ini. Namun
banyak juga pengeluar zakat menggunakan kurma seperti yang disabdakan oleh
Rasullullah, tepung atau apa saja mengikut jenis makanan pokok di mana mereka
tinggal.
 Hukum Membayar Zakat Fitrah dengan Uang
o Terkait hukum membayar zakat fitrah dalam bentuk uang, para ulama juga
berbeda pendapat.
 Pendapat Pertama, mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali sepakat bahwa
zakat fitrah tidak boleh diberikan kepada penerima zakat dalam bentuk
uang. Mereka berpegangan pada hadits riwayat Abu Said:

 َّ ‫ ُر َو‬b‫ا التَّ ْم‬bَ‫انَ طَ َعا ُمن‬b‫ َو َك‬،‫ام‬b


ُ‫ َّزبِيْب‬b‫ ِع ْي ُر َوال‬b‫الش‬ َ ‫لَّ َم‬b‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
ٍ ‫اعًا ِم ْن طَ َع‬b‫ص‬ َ ِ‫ُكنَّا نُ ْخ ِر ُجهَا َعلَى َع ْه ِد َرسُوْ ِل هللا‬
ُ‫َواَأل ْقط‬
“Pada masa Rasulullah shallallahu ala’ihi wasallam, kami mengeluarkan zakat fitrah
sebanyak satu sha’ makanan, dan pada waktu itu makanan kami berupa kurma,
gandum, anggur, dan keju.” (HR. Muslim, hadits nomor 985)
 Pendapat Kedua, menurut mazhab Hanafi, zakat fitrah boleh
dibayarkan dalam bentuk uang. Mereka berpedoman pada firman Allah
subhanahu wa ta’ala:

 َ‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّى تُ ْنفِقُوا ِم َّما تُ ِحبُّون‬


Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. (Ali Imran : 92)
Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk
menafkahkan sebagian harta yang kita cintai. Harta yang paling
dicintai pada masa Rasul berupa makanan, sedangkan harta yang
paling dicintai pada masa sekarang adalah uang. Karenanya,
menunaikan zakat fitrah dalam bentuk uang diperbolehkan.

Di samping itu, mereka juga berargumen bahwa menjaga


kemaslahatan merupakan hal prinsip dalam hukum Islam. Dalam hal
zakat fitrah, mengeluarkan zakat dalam bentuk uang membawa
kemaslahatan baik untuk muzakki maupun mustahiq zakat. Bagi
muzakki, mengeluarkan zakat dalam bentuk uang sangatlah simpel dan
mudah. Sedangkan bagi mustahiq, dengan uang tersebut ia bisa
membeli keperluan yang mendesak pada saat itu. (Lihat: Abdullah Al-
Ghafili, Hukmu Ikhraji al-Qimah fi Zakat al-Fithr, halaman 2-5).

2. Jenis Zakat Harta (Maal)

 Zakat Mal yaitu zakat dari harta seorang muslim yang hanya dibayarkan bila seorang
muslim memenuhi syarat –syaratnya, yaitu :

 Memiliki harta itu secara sempurna, harta yang dimiliki merupakan harta
yang sempurna.
 Telah mencapai nisabnya yaitu jumlahnya telah sesuai dengan syariat yang
wajib di zakatnya, telah mencapai haulnya yaitu bertahan selama satu
tahun.
 Harta yang dimiliki adalah kelebihan dari kebutuhan pokoknya.

Sedangkan jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah berupa :


 Uang, emas, perak yang dibayarkan dengan perhitungan 2,5% dari jumlah yang
telah mencapai nishab dengan detail 85 gram untuk emas murni, 595 gram untuk
perak murni dan uang yang mengikuti ketentuan emas dan perak.
 Hasil hewan ternak, pertanian, hasil laut, perkebunan dan lainnya yang juga
mempunyai perhitungan tersendiri.

Kedua zakat in tentu mempunyai perbedaan tersendiri pula, baik itu secara ketentuan, hukum
dan jenis yang dikeluarkan. Berikut ini perbedaan kedua zakat tersebut :

1. Perbedaan waktu menunaikan zakat


perbedaan zakat mal dan zakat fitrah yang paling utama tentunya adalah pada
perbedaan waktu menunaikannya. Zakat mal adalah zakat yang ditunaikan saat harta
yang dimiliki telah mencapi nisab dan haulnya. Nisab adalah batas terendah jumlah
harta yang dimiliki, dan haul adalah waktu yang harus dipenuhi dari kepemilikan
sebuah harta. Sedangkan zakat fitrah merupakan zakat yang dibayarkan selama atau
pada akhir bulan Ramadan sebelum sholat Ied. Zakat fitrah ini hukumnya wajib untuk
ditunaikan oleh seluruh umat muslim terlepas dari umurnya.

2. Perbedaan peruntukan atau target zakat


Perbedaan yang berikutnya adalah pada peruntukan atau target penerima zakat
tersebut. Zakat mal adalah jenis zakat harta yang ditunaikan untuk membersihkan
harta dan memberikan hak- hak orang dalam kategori tidak mampu. Sementara zakat
fitrah dimaksudkan untuk diri si pembayar zakat sebagai alat pembersihan diri dari
berbagai perbuatan kotor dan perbuatan sia sia.

3. Perbedaan jumlah zakat yang dikeluarkan


Selanjutnya perbedaan dari kedua zakat ini jumlah zakat yang ditunaikan atau
dikeluarkan. Jumlah zakat mal yang dikeluarkan tergantung pada pada besaran yang
ditentukan dalam ilmu fiqih sedangkan zakat fitrah dapat ditunaikan dengan minimal
sebesar makanan pokok mengikuti tempat dan daerah pengeluar zakat masing-
masing.

4. Perbedaan orang yang wajib berzakat


Perbedaan terakhir dari zakat berikutnya adalah orang -orang yang wajib
menunaikannya. Zakat mal diwajibkan kepada mereka yang telah merdeka dengan
harta yang telah sempurna dan mencapai nisab serta haulnya. Sedangkan zakat fitrah
diwajibkan pada semua umat muslim yang tanpa terkecuali selama mampu dan
mempunyai kelebihan harta meski hanya sedikit.

Nisab dan Haul Zakat


 nishob zakat adalah batasan / syarat dari jumlah harta yang harus dikeluarkan
zakatnya sesuai syariat.
 Haul zakat adalah batas waktu atau masa dalam sebuah periode tahun hijriah dimana
harta itu harus dikeluarkan zakatnya.
Penerima Zakat /
Mustahiq
Orang Yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah hanya mereka yang telah ditentukan oleh
Allah dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 yang artinya :

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (Qs attaubah ayat 60)

 Pendapat para Ulama’ Fiqih tentang Mustahiq Zakat :


 Faqir ialah orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan sama sekali.
 Imam Hanafi : Orang faqir adalah orang yang mempunyai harta kurang
dari satu nishob, atau memiliki satu nishab atau lebih, tetapi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
 Imam Maliki : Orang faqir adalah orang yang mempunyai harta,
sedangkanhartanya tidak mencukupi untuk keperluannya selama satu
tahun.
 Imam Syafi’i : Orang faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta
dan usaha atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua)
keperluannya dan tidak ada orang yang menanggungnya.
 Imam Hambali : Orang faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta
atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua) keperluannya.
 Orang Miskin : orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak
dapat di pakai untuk memenuhi hidupnya (Hukum Zakat, cet.IAIN Walisongo,
Semarang, hal.513).
 Imam Hanafi : Orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai
sesuatu apapun.
 Imam Maliki : Orang miskin ialah orang yang tidak mempunyai
sesuatu apapun.
(menurut keduanya orang miskin ialah orang yang keadaan ekonominya
lebih buruk dari orang faqir )[15]
 Imam Syafi’i : Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta
tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.
 Imam Hambali : Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta
tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.

Terdapat persamaan dan perbedaan batasan tetang “Fakir dan Miskin”.


Persamaan keduanya adalah orang-orang yang berada dalam kebutuhan dan
mereka tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Demikianlah menurut
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhus Sunnah. Sedangkan perbedaannya : “Fakir”
adalah orang yang tidak memliki sesuatu (harta) untuk menutupi kebutuhan
hidupnya dan tidak kuat berusaha (bekerja) untuk menutupi kebutuhan
hidupnya tersebut. Sedangkan “Miskin” adalah orang yang lebih ringan
kebutuhan hidupnya dibandingkan orang fakir.
  ‘Amil  zakat terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ‘Ulama fiqih,
antara lain pendapat imam empat mazhab sebagai berikut :
 Imam Hanafi. ‘Amil adalah orang yang  diangkat untuk mengambil
dan mengurus zakat.
 Imam Malik. ‘Amil adalah orang yang menjadi pencatat, pembagi,
penasehat dan sebagainya yang bekerja untuk kepentingan zakat.
 Imam Hambali. ‘Amil  adalah pengurus zakat, dia diberi zakat
sekedar  upah pekerjaannya. 
 Imam Syafi’i. ‘Amil  adalah semua orang yang bekerja mengurus
zakat, sedangkan dia tidak mendapat upah selain dari zakat itu .[16]

Rasulullah saw pernah mengangkat ‘Amil zakat seperti yang


digambarkan dalam hadits berikut ini :
  
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Musa,
telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah mengabarkan
kepada kami Hisyam bin ‘Urwah, dari bapaknya, dari Abu Humaid As-
Sa’adiy ra,  berkata : “Rasulullah saw  memperkerjakan seorang laki-
laki untuk mengurus zakat Bani Sulaim yang dikenal dengan sebutan
Ibnu Al-Lutbiyah. Ketika orang itu kembali, beliau memberinya (upah
dari bagian zakat)”. (HR.Bukhari)
 Muallaf adalah orang yang baru masuk islam dan asih lemah imannya.
 Imam Hanafi : Mereka tidak diberi zakat lagi sejak zaman kholifah
Abu Bakar As-Shiddiq.
 Imam Maliki : Madzhab ini mempunyai dua pendapat tentang
muallaf, yaitu:
 Orang kafir yang ada harapan masuk islam.
 Orang yang baru memeluk islam.
 Imam Syafi’i : Mempunyai dua pengertian tentang muallaf,
 Orang yang baru masuk islam dan masih lemah
imannya.
 Orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya dan ada
harapan kalau dia diberi zakat orang disekitarnya akan
masuk islam.
 Orang Islam yang kuat imannya dan punya pengaruh
terhadap orang kafir, dan kalau dia diberi zakat, maka
kita akan terpelihara dari kejahatan kafir yang ada di
bawah pengaruhnya.
 Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.
 Imam Hambali : Muallaf adalah orang islam yang ada harapan
imannya akan bertambah teguh atau ada harapan orang lain akan
masuk islam karena pengaruhnya.
  Riqob adalah memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan
muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
 Imam Hanafi : Riqob adalah hamba yang telah dijanjikan oleh
tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang atau dengan
harta lainnya.
 Imam Maliki : Riqob adalah hamba muslim yang dibeli dengan uang
zakat dan dimerdekakan
 Imam Syafi’i : Riqob adalah hamba (budak) yang dijanjikan oleh
tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya.
 Imam Hambali : Riqob adalah hamba yang dijanjikan oleh tuannya
bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang yang telah ditentukan
oleh tuannya.
  Ghorimin adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
 Imam Hanafi : Ghorimin adalah orang yang mempunyai hutang,
sedangkan artanya diluar hutang tidak cukup satu nishob. Dan ia diberi
zakat untuk membayar hutangnya.
 Imam Maliki : Ghorimin adalah orang yang berhutang sedangkan
hartanya tidak mencukupi untuk membayar hutangnya. Dan diberi
zakat dengan syarat hutangnya bukan untuk sesuatu yang fasad (jahat).
 Imam Syafi’i : Mempunyai beberapa pengertian tentang ghorimin
yaitu,(Kifaytul Akhyar, cet. Bina Iman, 9 H, hal.193)
 orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang
berselisih.
 orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri.
 orang yang berhutang karena menjamin hutang orang lain.
 Imam Hambali : Mempunyai beberapa pengertian tentang ghorimin
yaitu,
 orang yang berhutang untuk mendamaikan dua orang yang
berselisih.
 orang yang berhutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan
yang mubah atau haram tetapi dia sudah bertaubat.
 Fisabilillah adalah orang yang berada dijalan Allah.[19]
 Imam Hanafi : Fisabilillah adalah bala tentara yang berperang pada
jalan Allah.
 Imam Maliki : Fisabilillah adalah bala tentara, mata-mata dan
untukmembeli perlengkapan perang dijalan Allah.
 Imam Syafi’i : Fisabilillah adalah bala tentara yang membantu dengan
kehendaknya sendiri dan tidak mendapat gaji serta tidak mendapatkan
harta yang disediakan untuk berperang.
 Imam Hambali : Fisabilillah adalah bala tentara yang tidak mendapat
gajidari pemerintah.
 Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan untuk
maksiat, dan mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
 Imam Hanafi : Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan,
yang putus perhubungan dengan hartanya.
 Imam Maliki : Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan,
sedang ia butuh untuk ongkos pulang kenegerinya. Dengan syarat
perjalanannya bukan untuk maksiat
 Imam Syafi’i : Ibnu Sabil adalah orang yang mengadakan perjalanan
yang bukan maksiat tetapi dengan tujuan yang sah.
 Imam Hambali : Ibnu Sabil adalah orang yang keputusan belanja
dalam perjalanan yang halal.

Anda mungkin juga menyukai