Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA

ZAKAT
Dosen Pengampu :

Disusun oleh :

1. Julia Rachma H.
2. Anggy Bestina Nelvira P.
3. Rini Agustin
4. Aik Nur
5. Citra Nur Nugraheni
6. Meilinda Dotama P.
7. Ihsan Zubaidi
8. Nindy Cica P.
9. Revi Nuraya

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan suatu kewajiban umat muslim sebagaimana telah ditetapkan di dalam
Al-quran,sebagai penyempurnaan ibadah kita kepada Allah Swt. Zakat termasuk rukun
Islam yang ke empat. Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta benda dengan syarat-
syarat tertentu sebagai sedekah wajib dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerima (fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti “bersih” “subur”
“suci” “berkat” dan “berkembang”. Hal ini disebutkan pada alquran sebagai berikut :

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS At-Taubah 103)

Sebagai umat muslim yang dianugrahi akal pikiran,sehat jasmani dan rohani hendaknya
kita sadar akan kewajiban berzakat dengan memnyisihkan sedikit harta yang kita punya
untuk orang orang yang membutuhkan.

B. Rumusan Masalah

1. Harta apa saja yang wajib dizakatkan?


2. Apa saja syarat-syarat wajib zakat?
3. Siapa saja golongan yang berhak menerima zakat?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan wawasan tentang ketentuan berzakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Zakat

Kata zakat adalah bentuk dasar (mashdar) yang secara bahassa berarti :
1. Berkah
2. Tumbuh subur, berkembang
3. Suci
4. Penyucian

Zakat dengan arti al-barakah punya pengertian harta yang dizaktkan diharapkan
akan membawa berkah terutama bagi dirinya sendiri. Zakat dengan arti al-nama’ punya
pengertian bahwa harta yang wajib dizakatkan adalah harta yang dimkasudkan untuk
dikembangkan atau yang mempunya potensi berkembang. Zakat dengan arti al-thaharah
dimaksudkan agar harta yang telah dizakatkan, menjadikan sisa hartanya yang lain suci dari
hak milik orang lain. Hal ini karena mugkin ada harta yang meragukan (syuhbat) yang
merupakan hak ilik orang lain yang secara tidak sengaja masuk kedalam harta milik kita.
Sedang zakat al-tazkiyah dimaksudkan agar orang yang membayar zakat mendapatkan
ketenangan batin karena telah tersucikan jiwanya dari sifat kekikiran dan hasil usaha yang
mungkin terselip hak orang lain.
Adapun pengertian zakat menurut istilah fiqih adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada golongan yang berhak menerimanya. Yang
dimaksud definisi ‘tertentu’ diatas yakni bahwa harta yang diwajibkan Allah dizakatkan itu
sudah tertentu jenisnya, tertentu jumlahnya dan tertentu batas waktunya.
Di dalam Al-Quran, ada beberapa terminologi yang biasa digunakan untuk
menjelaskan kata zakat, yaitu:
1. Shadaqah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Tawbah/9:103
Arti shadaqah sebenarnya adalah pemberian yang bersifat sunat. Namun pada ayat
diatas, kata terebut digunakan untuk menjelaskan arti zakat yang bersifat wajib
2. Nafaqah atau infaq, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Tawbah/ 9:34
Arti infaq sebenarnya sama dengan shadaqah yakni pemberian yang bersifat sunat.
Namun kedua istilah tersebut kadang dipakai untuk menggantikan kata zakat yang
bersifat wajib. Dapat disimpulkan bahwa infaq yang bersifat wajib zakat dan yang
bersifat sunnah shadaqah.
3. Haq (kewajiban/kebenaran), sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-An’am/6:141:
4. ‘Afwu (maaf), QS. Al-A’raf/7:199:
Hukum menunaikan zakat adalah wajib, sehingga hukuman bagi orang yang tidak
menunaikan zakat adalah wajib, sehingga hukuman bagi orang yang tidak
menunaikan zakat adalah siksa yang amat pedih yang digambarkan dalam QS. Al-
Tawbah/9:35 dan QS, Ali Imran/3:180
B. Filosofi zakat

Dalam ajaran islam, harta kekayaan dan segala sesuatu yang ada di alam ini adalah milik
Allah SWT, sedang manusia hanya merekayasa bahan mentah yang telah disiapkan Allah.
Karenaa ia milik Allah maka salah satu perintah-Nya adalah memberikan sebagian harta
itu kepada yang membutuhkan. Seperti didalam QS. Al-Nur/24:33 yang didalamnya berisi
perintah untuk memberikan sebagian harta kepada golongan ekonomi lemah dimaksudkan
agar tidak terjadi monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi pada kalangan orang kaya
saja. Disamping itu keberhasilan orang menjadi kaya tidak mungkin tanpa ada dukungan
dari orang lain khususnya para fakir miskin. Seperti kata Nabi saw “Kalian tidak akan
pernah mendapat kemenangan dan kecukupan, kecuali berkat orang-orang lemah
diantara kalian” (HSR. Al-Bukhari, al-Nasa’i dan ahmad)

Dengan demikian sangat wajar jika Allah SWT sebagai pemilik dengan sesuatu
mewajibkan kepada setiap orang yang berkucupan agar menyisihkan yang berkucupan
agar menyisihkan sebagian harta mereka yang membutuhkan.QS. Muhammad/47:36-37
yang artinya :
“Dan jaka kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan
tidak akan meminta harta-hartamu (seluruhnya). Jika dia meminta hartamu (sebagai
zaakat) lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir,
dan (karenanya dia hanya meminta sebagian, namun bils kamu tetap kikir) maka dia akan
menampakkan kedengkian antar kamu.”

Kata Zakat di dalam Al Quran disebutkan sampai 32 kali. Jumlah ini menurut
sebagian ahli bisa bertambah menjadi 82 kata bila kata-kata lain yang semakna dengan
kata zakat seperti : al-infaq, al-shadaqah, al-ma’un, ths’amul miskin dan lain-lain juga
dimasukkan dalam pengertian zakat. Namun yaang jelas ada sekitar 26 kali kata zakat
yang penyebutannya digandengkan dengan kata shalat. Misalnya disebutkan dalam QS.
Al-Baqarah/2; 10, Al-Tawabah/9:11, 71, Al-Muzzammil/73:20, AL-bayyinah/98:5, dan
lain-lain.Zakat dan shalat bahkan dijadikan oleh Allah sebagai lambang persaudaraan
dalam naungan agama islam :
Qs.Al-Tawab/11:9 yang artinya : “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama..”
Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya,
sedangkan penunaian Zakat merupakan lambang harmonisnya hubungan dengan
sesamanya.

C.Syarat-syartnya Wajib Zakat


Zakat sebagai kewajiban, sesungguhnya sudah ditetapkan Allah SWT sebelum
hirahnya Nabi Muhammad saw. Qs.Al-Tawabah ayat 60 tentang 8 golongan mustahiq
(yang berhak menerima zakat) baru turun pada tahun 9 hijriyah
Para ahli fiqih menetapkam bahwa zaka dowajibkan kepada seseorang apabila
telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, yaitu:
1. Muslim. Seseoran yang beragama islam wajib membayar zakat, sebagai
konsekuwensi dari persaksiannya (syahadat) kepada Allah SWT dan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai rasul-Nya.
2. Merdeka. Pada hakikatnya seorang hamba sahaya yang belum merdeka, tidaklah
memiliki apa-apa.Mereka sepenuhnya milik majikannya. Karena tidak memiliki
apa-apa, maka tidak ada kewajiban mebayar zakat.
3. Harta itu mencapai nishab. Nishab adalah jumlah atau berat minimal yang
harus dimiliki oleh hartantersebut untuk dikeluarkan zakatnya.
4. Hrta itu sampai haul. Haul adalah masa satu tahun bagi emas, perak, ternak dan
harta perniagaan, untuk dikeluarkan zakatnya.Sedangkan pembayaran zakat
tanaman tidak menggunakan perhitungan satu tahun tetapu pada setiap kali panen
(Qs.Al-An’am/6: 141).
5. Harta itu adalah miliknya sendiri secara penuh/sempurna. Maksud secara
penuh atau sempurna di sini adalah harta tersebut bukanlah harta pinjaman
(kredit) dan bukan pula hart hasl kejahatan.

Adanya syarat-syarat di atas, khususnya batasan nishab dna keharusan


pemilikan secara sempurna, maka orang yang wajib membayar zakat adalah orang
yang benar-benar sudah berkelebihan (kaya) dari segi mater. Sedangkan orang yang
hartanya kurang dari nishab , tidaklah di wajibkan zakat, bahkan bisa menjadi orang
yang wajib dizakati.Nabi Muhammad saw bersabda:

“sesungguhny Allah mewajibkan kepadsa mereka shadaqah (zakat) pada harta


mereka yang diambilkan dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikemba.
likan kepada kepada orang-orang faqir diantara mereka.”(HSR.jama’ah)
“Tidak ada shadaqah kecuali diatas punggung orang kaya.”(HSR. Al-Bukhari dan
Ahmad)

Bedasarkan dalil-dalil di atas sehingga mayoritas ulama seperti Imam Malik,


Syafi’i, Ahmad, para sahabat: ‘Umar, Ibn ‘Umar, ‘Ali, ‘Aisyah, Jabir, Anas, dan lain-
lain berpendapat bahwa harta kekayaan anak-anak dan orang gila bila sudah memenuhi
syarat wajib zakat, maka mereka tetap terkena kewajiban zakat.

D. Macam-macam Zakat

Secara garis besar zakat dibagi dua macam,yakni:


1. Zakat jiwa
2. Zakat harta
Yang dimaksud dengan zakat jiwa di sini adalah zakat fitrah yaitu zakat yang diwajibkan
pada setiap pribadi muslim tanpa kecuali,yang dibayarkan sebelum pelaksanaan shalat
Iedul Fitri. Kewajiban zakat fitrah ini didasarkan pada hadis Nabi Saw riwayat Ibnu
'Umar Ra. bahwa:

"Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah satu sha dari kurma atau satu sha dari
gandum terhadap seorang hamba,merdeka,laki-laki,perempuan,anak kecil dan orang
dewasa dari kalangan muslim. Dan beliau memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-
orang keluar untuk shalat."(Muttafaq alayh)

Jenis materi yang dikeluarkan pada zakat fitrah adalah makanan pokok yang biasa kita
makan dengan ukuran satu sha atau kurang lebih sama dengan 2,5 Kg. Bisa dibayarkan
dengan uang yang setara dengan harga makanan pokok yang biasa kita makan,tetapi
ketika pembagiannya hendaknya dibelikan dengan makanan pokok sejenis,menyesuaikan
dengan makanan pokok lain yang akan dibagikan kepada fakir miskin.
Sementara itu yang dimaksud dengan zakat harta disini adalah zakat
emas,perak,ternak,hasil tanaman,hasil perniagaan dan harta temuan.
E. Harta yang wajib disalatkan dan besar zakatnya 

1. Emas
Dasar diwajibkannya zakat emas terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Tawbah/9: 34-35 dan
hadis Nabi Muhammad Saw yang berbunyi:

"Tidak ada seorangpun yang mempunyai emas dan perak yang tidak ia keluarkan
zakatnya kecuali di hari kiamat nanti, hartanya itu dijadikan lempengan-lempengan dari
api neraka. Setelah lempengan itu dipanaskan di dalam api jahannam, lalu dituangkan ke
lambungnya,dahinya dan punggungnya. Setiap kali lempengan itu dingin,maka
dipanaskan lagi sampai pada suatu hari yang lamanya 50 ribu tahun sehingga Allah
menyelesaikan urusan diantara hamba-hambanya..." (HSE. Muslim, Abu Daud dan
Ahmad)

Berdasarkan hadis Nabi Saw di atas,maka emas yang wajib disalatkan adalah emas murni
yang sudah mencapai nishab 20 Dinar atau sama dengan 85 gram dan sudah mencapai
haul(satu tahun). Penetapan nishab emas sebanyak 85 gram emas ini karena 1 Dinar (atau
1 mitsqal=berat sekeping uang emas)sama dengan 4,25 gram=85 gram.

2. Perak
Dasar diwajibkannya zakat perak sama dengan dasar diwajibkannya zakat emas,yakni
QS.Al-Tawbah/9:34_35 dan HR. Muslim,Abu Daud dan Ahmad di atas.
Nisab perak adalah 200 dirham. 1 dirham = 595 gram, dari nisab tersebut diambil 2,5%
dengan perhitungan sama dengan emas.

3.Binatang Ternak

Nishab dan Ukuran Zakat Unta

No. Nishab Zakat Yang Wajib Dikeluarkan


1 ekor kambing umur 2 tahun, atau 1 ekor domba umur 1
1. 5 ekor
tahun
2 ekor kambing umur 2 tahun, atau 2 ekor domba umur 1
2. 10 ekor
tahun
3 ekor kambing umur 2 tahun, atau 3 ekor domba umur 1
3. 15 ekor
tahun
4 ekor kambing umur 2 tahun, atau 4 ekor domba umur 1
4. 20 ekor
tahun
5. 25 ekor 1 ekor onta betina umur 1 tahun
6. 36 ekor 1 ekor onta betina umur 2 tahun
7. 46 ekor 1 ekor onta betina umur 3 tahun
8. 61 ekor 1 ekor onta betina umur 4 tahun
9. 76 ekor 2 ekor onta betina umur 2 tahun
10. 91 ekor 2 ekor onta betina umur 3 tahun
11. 121 ekor 3 ekor onta betina umur 2 tahun

Jika aset mencapai 140 ekor unta, maka cara menghitung ukuran zakatnya adalah, setiap
kelipatan 40 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina umur 2 tahun, dan setiap kelipatan 50 ekor,
zakatnya 1 ekor unta betina umur 3 tahun.
Kadar wajib zakat pada kambing (domba)

Nishob Kadar wajib zakat


(jumlah
kambing)

40-120 1 kambing dari jenis domba yang berumur 1 tahun atau


ekor 1 kambing dari jenis ma’iz yang berumur 2 tahun

121-200 2 kambing
ekor
201-300 3 kambing
ekor
301 ke setiap kelipatan seratus bertambah 1 kambing sebagai
atas wajib zakat

Kadar wajib zakat pada sapi

Nishob Kadar wajib zakat


(jumlah sapi)

30-39 ekor 1 tabi’ (sapi jantan berumur 1 tahun) atau


tabi’ah (sapi betina berumur 1 tahun)
40-59 ekor 1 musinnah (sapi betina berumur 2 tahun)
60-69 ekor 2 tabi’
70-79 ekor 1 musinnah dan 1 tabi’
80-89 ekor 2 musinnah
90-99 ekor 3 tabi’
100-109 ekor 2 tabi’ dan 1musinnah
110-119 ekor 2 musinnah dan 1 tabi’
120 ke atas setiap 30 ekor: 1 tabi’ atau tabi’ah, setiap 40
ekor: 1 musinnah

4. Hasil tanaman

ٰ
َ P‫بِهًا َو َغ ْي‬P ‫ع ُم ْختَلِفًا ُأ ُكلُ ۥهُ َوٱل َّز ْيتُونَ َوٱلرُّ َّمانَ ُمت ٰ ََش‬
‫ر‬P Pٍ ‫ت َو َغ ْي َر َم ْعرُو ٰ َش‬
Pَ ْ‫ت َوٱلنَّ ْخ َل َوٱل َّزر‬ Pٍ ‫ت َّم ْعرُو ٰ َش‬ٍ َّ‫ى َأن َشَأ َجن‬
ٓ ‫َوهُ َو ٱلَّ ِذ‬
۟ ۟ ۟ ٰ
ِ ‫ا ۚ ِإنَّ ۥهُ اَل يُ ِحبُّ ْٱل ُمس‬P‫ْرفُ ٓو‬
َ‫ْرفِين‬ ِ ‫صا ِدِۦه ۖ َواَل تُس‬ َ ‫ُمتَ َشبِ ٍه ۚ ُكلُوا ِمن ثَ َم ِر ِٓۦه ِإ َذٓا َأ ْث َم َر َو َءاتُوا َحقَّ ۥهُ يَوْ َم َح‬

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu)
bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada
fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan.”
Jika tanah yang kita miliki atau kita sewa menghasilkan tanaman yang bernilai ekonomis,maka
nishab zakat tanaman adalah 5 wasaq (H.R Jama’ah) yang dikeluarkan pada setiap kali panen.
Bila dihitung dalam Kg maka 5 wasaq adalah 300 sha’ x 2,176 Kg = 652,8 kg atau dibulatkan
menjadi 653 Kg

5. Hasil Perniagaan

۟ ‫ا لَ ُكم ِّمنَ ٱَأْلرْ ض ۖ َواَل تَيَ َّم ُم‬Pَ‫ ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا َأ ْخ َرجْ ن‬P‫ا َك َس‬P‫ت م‬
َ ِ‫وا ْٱل َخب‬P ۟ ۟ ٓ
‫يث‬ ِ َ ِ َ‫وا ِمن طَيِّ ٰب‬Pُ‫ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓوا َأنفِق‬
‫ ٌد‬PPPPP‫و ۟ا َأ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي‬PPPPP ۟ PPPPP‫ض‬
ٓ ‫ ِه ۚ َوٱ ْعلَ ُم‬PPPPP‫وا فِي‬ ُ ‫اخ ِذي ِه ِإٓاَّل َأن تُ ْغ ِم‬
ِ ‫تُم بَِٔـ‬PPPPP‫ونَ َولَ ْس‬PPPPPُ‫هُ تُنفِق‬PPPPP‫ِم ْن‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Nishab zakat perniagaan sama dengan nishab emas yakni 85 gram emas murni yang sudah
mencapai haul (1 tahun) Jika mencapai nishab dan haul maka zakatnya adalah 2,5%

6. Barang Tambang(ma’din) dan harta temuan (rikaz)

Yang dimaksud barang tambang disini adalah kekayaan alam yang bersumber dari bumi,seperti
emas,perak,intan,permata,tembaga,minyak bumi,gas alam,dan lain lain. Sedang harta temua
(rikaz) adalah harta yang baru ditemukan,baik itu akibat perbuatan manusia,seperti harta
karun,ataupun yang bersumber dari bumi.

F. Zakat Penghasilan (Profesi)

Dasar untuk zakat penghasilan atau sebagian zakat profesi adalah Qs.Al-Baqarah/2:267:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu…..”

Zakat ini dikiaskan pada zakat perniagaan, oleh karena adanya kesamaan pada sisis jual-beli,
yakni yang satu memperdagangkan barang sedang yang lain memperdagangkan jasa. Dengan
demikian, besar zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5% yang diambil dari kelebihan (sisa)
harta setelah, dikurangi pengeluaran pokok selama 1 tahun.

Pengambilan yang diambil dari kelebihan (sisa) harta setelah, dikurangi pengeluaran pokok
selama 1 tahun.

Pengambilan harta zakat dari kelebihan harta selama setahun ini didasarkan harta zakat dari
kelebihan harta selama setahun ini didasarkan pada firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah / 2: 219:
Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih
dari keperluannya. Demikianlah Allah, menerangkan ayat-ayatnya-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.”

Menurut para ulama --seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar –bahwa kata() di atas berarti sesuatu
yang lebih dari kebutuhan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan keluarga disini
adalah kebutuhan rutin dan pokok (primer) dalam sebuah keluarga, seperti kebutuhan pangan
(makan-minum), sandang (pakaian), papan (perumahan), sarana transportasi, komunikasi,
pedidikan, pelunasan hutang (kredit) dan semacamnya.

Mengenai teknis pembayarannya, bisa saja disegerakan (di-ta’jil) pada setiap bulan gajian,
khususnya jika memang bisa diperkirakan bahwa sisa harta yang dimiliki sudah memenuhi
syarat-syarat wajib zakat.

Meskipun demikian, ada juga di antara ulama yang berpendapat bahwa zakat profesi dikiaskan
pada zakat tanaman dengan dua alas an. Alasan pertama, karena didasarkan pada ayat di atas juga
menyebutkan sekaligus tentang zakat hasil usaha dengan zakat tanaman, dan kedua karena
menerima gaji setiap gajian sama dengan menerima hasil panen yang diwajibkan pembayarannya
pada setiap kali panen.

Cara menghitung zakat

Soal latihan, misal:

Pak Dul seorang dosen pada Perguruan Tinggi Negeri dengan pangkat rector, mempunyai
seorang istri dan 2 orang anak

Diketahui:

Pendapatan Pak Dul /bulan:

-Gaji pokok & tunjangan jabatan Rp. 3.500.000,-

-HR dari PTS lain Rp. 1.500.000,-

Jumlah Rp. 5.000.000,-

Pengeluaran Pak Dul /bulan:

-Pembelian Sembako Rp. 2.000.000,-

-Biaya sekolah, listrik, telp, transport Rp. 1.000.000,-

-Kredit Perumnas / motor Rp. 500.000,-

Jumlah Rp. 3.500.000,-

Pertanyaan:

Jika harga emas murni (24 karat) saart ini adalah Rp. 300.000,-/gram, berapa zakat pak Dul
tahun ini ? silahkan dihitung !
Jawab:

Sisa atau kelebihan harta Pak Dul setiap bulan, rata-rata Rp. 1.500.000,- x 12 bulan = Rp
18.000.000,-. Nishab Emas 85 gram X harga emas saat ini yaitu Rp 300.000,-/gram =
Rp.25.500.000,-

Jika pendapatan Pak Dul hanya dari profesinya sebagai dosen maka Pak Dul tahun ini tidak
terkena kewajiban zakat karena sisa harta Pak Dul tidak mencapai nisbah. Teapi jika ia
mempunyai penghasilan sampingan yang lain diluar profesinya sebagai dosen, missal rata-rata
Rp. 1.000.000,-/bulan (bersih) x 12 bulan = Rp 12.000.000, maka ia terkena kewajiban zakat. Hal
ini karena total pemasukannya pertahun adalah adalah Rp. 18.000.00,- + Rp.12.000.000,- = Rp.
30.000.00,- sudah mencapai batas nishab emas saat ini yakni Rp. 25.500.000,-. Dengan demikian
zakat Pak Dul pada tahun ini adalah Rp. 30.000.000,-x 2,5% = Rp.750.000,-.

G. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat

Ada 8 golongan orang (ashnaf) yang berhak menerima harta zakat. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT, dalam QS At- Taubah /9:60:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil
zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Berdasarkan ayat diatas maka 8 golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) adalah sebagai
berikut:

1. Faqir adalah orang yang melarat hidupnya karena ketiadaan sarana (harta) dan prasarana
(tenaga) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Miskin adalah orang yang serba kekurangan, tidak pernah tercukupi kebutuhan hidupnya,
meskipun mungkin sudah berusaha secara maksimal.
3. Amil adalah pengurus atau pengelola zakat yang mengumpulkan dan mendistribusikan
harta zakat kepada para mustahiq.
4. Muallaf adalah orang yang terbujuk hatinya masuk Islam atau orang yang punya potensi
memeluk agama Islam.
5. Riqab adalah budak atau tawanan perang dalam rangka membebaskan mereka dari
perbudakan atau penawanan.
6. Gharim adalah orang yang terlilit hutang dan dia tidak bisa melunasi hutangnya kecuali
dengan bantuan orang lain.
7. Sabilillah adalah jihad dan dakwah Islam, baik secara individu (perorangan) maupun
secara kolektif (dalam bentuk lembaga atau organisasi dakwah).
8. Ibn Sabil adalah musafir yang kehabisan bekal untuk melanjutkan perjalanannya.

H. Pengelolaan Zakat
Sebenarnya di dalam Al-Qur'an tidak ada penjelasan yang tegas tentang siapa atau lembaga
mana yang berhak mengelola zakat. Al-Qur'an hanya menetapkan bahwa 'Amil (pengelola zakat)
berhak menerima harta zakat (QS. Al-Tawbah:60) dan adanya perintah kepada Nabi saw untuk
mengambil zakat sebagian dari harta orang kaya (QS. Al-Tawbah: 130)

Mengingat Nabi Muhammad saw juga sebagai kepala negara dan Abu Bakar ketika menjadi
khalifah untuk pertama kalinya pernah memerangi orang/kelompok penentang syari'at zakat,
maka pengelolaan zakat sudah seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, meskipun tidak
harus mengelolanya sendirian. Tradisi yang dicontohkan oleh Nabi saw serta dilanjutkan oleh
para al-Khulafa ' ar-Rasyidun,sampai sekarang di negara-negara yang menerapkan hukum islam
pengelolaan zakat di bawah tanggung jawab perintahan atau khilafah

I. Zakat dan Pajak


Masalah yang sering muncul ketika membicarakan tentang zakat dan pajak yaitu apakah
warga negara yang beragama Islam pada negara yang tidak memisahkan antara pajak dan
zakat terkena kewajiban rangkap yakni disamping membayar zakat juga membayar pajak?
Yang jelas pada masa Nabi Muhammad saw dan al-Khulafa’ ar-Rasydun hanya ada satu
kewajiban umat bagi muslim yang berkenaan dengan harta, yakni zakat (QS. 2: 110),
sementara Non-muslim dikenakan jizyah (upeti) semacam pajak (QS. 9:29). Pada saat itu tidak
ada penduduk yang terkena kewajiban rangkap berupa zakat dan pajak.
Meskipun ada persamaannya, namun sisi perbedaab antara zakat dan pajak ternyata lebih
banyak, yaitu :
a. Zakat adalah kewajiban terhadap agama yang ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an ,
sedangkan pajak adalah kewajiban terhadap negara yang ditetapkan oleh pemerintah.
b. Karena zakat merupakan kewajiban terhadap agama maka konsekuensinya bila
ditinggalkan akan mendapatkan dosa yang sangsinya dari Allah swt (akhirat), sedangkan
pajak bila diabaikan sangsinya adalah sangsi dunia (penjara) dari pemerintah.
c. Zakat hanya bagi umat islam yang berkecukupan, sedangkan pajak untuk semua, baik
muslim maupun non-muslim.
d. Objek sasaran zakat seperti diatur dalam Al-Qur’an terbatas pada delapan golongan,
sedangkan pada pajak ditujukan pada seluruh rakyat berupa pembangunan sarana dan
prasarana umum, dan lain-lain.

Salah satu jalan keluar agar tidak terjadi rangkap kewajiban seperti diatas, yaitu umat
islam diharuskan membayar zakat lebih dahulu tanpa harus memperhitungkan zakat tersebut
dalam harta yang terkena pajak. Hal ini dikarenakan ada dalil dari Nabi Muhammad saw yang
menyatakan “... maka hutang(kewajiban) kepada Allah swt lebih berhak untuk ditunaikan
(terlebih dahulu)” . Tetapi jika belum ada jalan keluar sepeerti itu dari pemerintah maka pajak
harus dimasukkan dalam daftar harga yang tidak wajib zakat seperti hutang dan pengeluaran
pokok lainnya.

J. Hikmah Zakat
a. Mengikis dan melepaskan sifat kekikiran dan ketergantungan terhadap aspek materi
yang sering membelenggu jiwa seseorang. Fitrah manusia sejak diciptakan Allah
terdiri dari aspek materi dan immateri, raga dan jiwa yang harus dijaga kebersihannya
dan keseimbangannya. Islam mengajarkan zakat, infaq dan shadaqah sesungguhnya
ingin menjaga kesucian fitrah diri manusia dan hartanya sekaligus (QS. 9:103). Hidup
itu tidak selamanya berjalan linier/lurus, kadang manusia berada diatas namun kadang
manusia berada dibawah,kadang mendapatkan namun kadang harus
kehilangan/melepaskan. Bagi yang bersyukur maka diaa pasti wujudkan
kesyukurannya antara lain melalui zakat, infaq dan shadaqah. Dan bagi yang sudah
biasa berzakat dan berinfaq, dia tidak akan kecewa/ stress mana kala suatu saat Allah
meminta miliknya.
b. Menciptakan ketenangan dan ketentraman baik pada muzzaki-nya maupun maupun
mustahiq-nya. Ketentraman jiwa dan kebahagiaan bagi manusia ternyata bisa datang
bukan hanya ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain, tetapi bisa juga saat
membantu orang lain dalam meringankan beban dan kesulitan. Ketenangan dan
ketentraman ini muncul karena hubungan antara muzaki dari kalangan berkecukupan
dengan mustahiq dibidang ekonomi fakir/miskin menjadi harmonis layaknya
hubuangan saudara yang saling membantu satu sama lain.
c. Mengembangkan segala hal yang baik,tidak hanya secara ekonomi individual (QS.
30:29), tetapi juga secara spiritual (QS. 2:276) dan secara social.
d. Membebaskan diri muzakki dari pedihnya dan panasnya siska api neraka.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kita sebagai umat muslim yang dikaruniai akal dan pikiran,sehat jasmani dan rohani kita waib
melaksanakan perintah Allah sesuai dengan Rukun Islam kita. Dengan berzakat kita bisa
mensucikan diri dan terhindar dari perbuatan tercela,serta bermanfaat bagi sesama makhluk Allah
Swt.

Anda mungkin juga menyukai