Anda di halaman 1dari 24

KONSEP FIQH ZAKAT DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :
1. KMS. M. BILAL AZANI ( 2120504021 )
2. M. RIDHO ISMAIL ( 2120504006 )
A. Definisi Zakat
1. Secara Bahasa
Kata Zakat berasal dari Bahasa Arab ‫اة‬/‫ زك‬atau “Zakah” yang berarti bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang . Menurut ketentuan yang telah
ditetapkan oleh syariat Islam, Zakat merupakan rukun yang ke empat dari rukun Islam. Secara bahasa zakat mengandung beberapa makna antara
lain :
a. At-Thahuru, yang artinya mensucikan atau membersihkan. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena
Allah SWT dan bukan karena ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikannya, baik harta maupun jiwa.
b. Al-Barokatu, yang artinya berkah. Makna ini bermakna bahwa orang yang selalu menunaikan zakat pada hartanya akan dilimpahkan
keberkahan, kemudian keberkahan ini akan berdampak pada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan adalah harta
yang suci dan bersih.
c. An-Namuw, yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa harta yang dizakatkan (dengan izin Allah) akan
selalu tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya.
d. As-Shalahu, yang artinya aman atau baik. Bahwa orang-orang yang selalu menuaikan zakatnya hartanya akan selalu merasa aman dan
jauh dari masalah.

2. Secara Istilah
Menurut istilah, Zakat (Zakah) adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan di dalam islam.
Dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Pada dasarnya zakat di dalam agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat.
Para ulama’ madzhab mengemukakan masing - masing pendapatnya mengenai pengertian zakat antara lain :
a. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai hisab kepada
orang yang berhak menerima. Harta yang dimaksud dengan syarat kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna selain barang tambang,
tanaman dan harta temuan.
b. Mazhab Hanafiah mendefinisikan zakat sebagai pemberian hak kepemilikan atas sebagian harta tertentu dari harta tertentu oleh syariat,
semata-mata karena Allah.
c. Mazhab Syafi'iyah menyatakan bahwa zakat adalah nama untuk barang yang dikeluarkan untuk harta atau badan (diri manusia untuk
zakat fitrah) kepada pihak tertentu.
d. Mazhab Hanbaliah menyebut zakat sebagai hak yang wajib pada harta tertentu kepada kelompok tertentu pada waktu tertentu

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa zakat merupakan suatu ibadah yang dilaksanakan oleh seorang muslim
dengan mengeluarkan sejumlah harta yang telah ditentukan sesuai syari’at islam yang bertujuan untuk mensucikan dan memperoleh barokah serta
melaksanakan perintah Allah Swt.

B. Sumber Hukum Zakat


1. Al - Qur’an
a. Q.S. Al - Baqarah ayat 43

‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
Artinya :
Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. (Al-Baqarah [2]:43)
Q.S. At – Taubah ayat 103

‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َك ٌن َّلُهْۗم َوُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬
Artinya :
Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah
ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah [9]:103)

2. Hadits
a. H.R. Bukhari
‫َح َّد َثَنا َأُبو َع اِص ٍم الَّضَّح اُك ْبُن َم ْخ َلٍد َع ْن َزَك ِرَّياَء ْبِن ِإْس َح اَق َع ْن َيْح َيى ْبِن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َص ْيِفٍّي َع ْن َأِبي َم ْع َبٍد َع ْن‬
‫اْبِن َع َّباٍس َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َبَعَث ُم َعاًذ ا َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه ِإَلى اْلَيَمِن َفَقاَل اْدُع ُهْم‬
‫ِإَلى َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأِّني َرُس وُل ِهَّللا َفِإْن ُهْم َأَطاُع وا ِلَذ ِلَك َفَأْع ِلْم ُهْم َأَّن َهَّللا َقْد اْفَتَرَض َع َلْيِهْم َخ ْم َس‬
‫َص َلَو اٍت ِفي ُك ِّل َيْو ٍم َو َلْيَلٍة َفِإْن ُهْم َأَطاُع وا ِلَذ ِلَك َفَأْع ِلْم ُهْم َأَّن َهَّللا اْفَتَرَض َع َلْيِهْم َص َد َقًة ِفي َأْم َو اِلِهْم ُتْؤ َخ ُذ ِم ْن‬
‫َأْغ ِنَياِئِهْم َو ُتَر ُّد َع َلى ُفَقَر اِئِهْم‬
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim Adh-Dlohhak bin Makhlad dari Zakariya' bin Ishaq dari Yahya bin 'Abdullah bin Shayfiy dari Abu
Ma'bad dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma bahwa ketika Nabi Shallallahu'alaihiwasallam mengutus Mu'adz radliallahu 'anhu ke negeri Yaman,
Beliau berkata,: "Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan
Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika
mereka telah mena'atinya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari
orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka".
3. Ijma’ Ulama’
Dari ijma‟ ulama, mereka sepakat dari generasi ke generasi hingga sekarang tentang wajibnya zakat. Bahkan para sahabat Nabi sepakat untuk
memerangi orang-orang yang enggan membayar Zakat. Dengan demikian, seorang muslim yang mengingkari kewajiaban zakat berarti dia
dianggap telah murtad.

4. Undang – undang Zakat


Pemerintah mengeluarkan undang-undang zakat yaitu Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dalam Undang-Undang
tersebut meliputi berbagai aspek. Pengertian zakat tertera pada Pasal 1 ayat 2 yaitu zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.
Tujuan dari pengelolaan zakat tertera pada Pasal 3 yaitu:
a. meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat,
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

C. Kedudukan dan Fungsi Zakat Dalam Islam


1. Kedudukan Zakat
Mengenai kedudukan zakat dalam Islam, bahwasanya zakat itu mengandung dua aspek, yaitu aspek kebaktian terhadap Allah dan kebaktian
terhadap sesama manusia/masyarakat.
a. Adapun kebaktian kepada Allah adalah, bahwa menunaikan zakat bukan memberikan umpeti material kepada-Nya, melainkan
mempersembahkan ketakwaan dengan melaksanakan perintahnya. Karena zakat adalah rukun Islam yang ke empat dan salah satu pilar
bangunannya yang agung Allâh Azza wa Jalla dan Allah Swt. juga menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah melaksanakan
shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.
b. Adapun kebaktian kepada masyarakat mengandung segi sosial dan ekonomi. Karena di dalamnya mengandung unsur amal sosial
kemasyarakatan, selain unsur ibadah, oleh karenanya masalah-masalah yang terkandung dalam bab mengenai zakat memerlukan peran ijtihad
di dalamnya. Dengan demikian zakat itu bisa berkembang seirama dengan tuntutan perkembangan masyarakat sebagaimana manfaat-manfaat
pendayagunaannya yang diharapkan oleh persyariatan dan pelembagaan zakat itu sendiri.

2. Fungsi Zakat
Adapun yang dimaksud Fungsi zakat, dalam hal ini adalah sasaran praktisnya. Yusuf Al-Qardhawi membagi tiga fungsi zakat, yaitu dari pihak para
wajib zakat (muzakkiy), pihak penerima zakat (mustahiq) dan dari kepentingan masyarakat (sosial).
a. Fungsi zakat bagi pihak wajib zakat (muzakkiy), dalam hal ini adalah untuk mensucikan diri dari sifat bakhil, rakus, egois dan
sejenisnya, selain itu juga melatih jiwa untuk bersikap terpuji, seperti bersyukur atas nikmat Allah, mengobati bathin dari
sikap berlebihan mencintai harta sehingga dapat diperbudak oleh harta itu sendiri. Selain itu juga menumbuhkan sikap kasih sayang kepada
sesama, membersihkan nilai harta itu dari unsur noda dan cacat, dan melatih diri agar menjadi pemurah serta menumbuh kembangkan harta itu
sehingga memberi keberkatan bagi pemiliknya.
b. Adapun fungsi zakat bagi penerima zakat (mustahiq) adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan primer sehari-hari
dan tersucikannya hati mereka dari rasa dengki dan kebencian yang sering menyelimuti hati mereka apabila melihat orang kaya yang bakhil. Selain
itu akan muncul dalam hati mereka rasa simpati, hormat serta rasa tanggung jawab untuk ikut mengamankan dan mendo’akan keselamatan dan
pengembangan harta orang-orang kaya yang pemurah.
c. Adapun fungsi zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, antara lain adalah bahwa zakat itu bernilai ekonomi, merealisasi fungsi
harta sebagai alat perjuangan untuk agama Allah dan mewujudkan keadilan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya.
D. Definisi Muzakki
1. Pengertian Muzakki
Menurut UU No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pasal 1, muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang
berkewajiban menunakian zakat. Berdasarkan penyataan tersebut jelas bahwa zakat tidak hanya diwajibkan kepada perorangan saja. Para ahli fiqih
sepakat bahwa setiap muslim, merdeka, baligh dan berakal wajib menunaikan zakat.
2. Syarat Wajib Muzakki
a. Beragama Islam
Syarat pertama untuk menjadi muzakki adalah seseorang harus beragama Islam. Karena kewajiban akan zakat ini hanya berlaku bagi seorang
muslim.
Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, "Abu Bakar Shiddiq berkata, inilah sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh Rasulullah kepada kaum
Muslim." (HR Bukhari).Sedangkan bagi orang non-muslim yang ingin mengeluarkan hartanya, maka itu tidak bisa disebut sebagai zakat.
b. Status Merdeka
Syarat selanjutnya, kewajiban membayar zakat hanya bisa berlaku bagi orang yang berstatus merdeka. Sedangkan seorang hamba sahaya atau
budak tidak bisa dikenai wajib zakat.
Hal ini karena seorang budak tidaklah memiliki harta apa-apa, bahkan ia sendiri adalah milik tuannya. Kalaupun ia memiliki sesuatu, maka itu
bukanlah pemilikan yang sempurna (penuh).
c. Dewasa dan Berakal
Syekh Yusuf Qardhawi dalam Kitabul Fiqh 'alal Mazaahibil arba'ah menyebutkan bahwa syarat wajib zakat itu adalah baligh, berakal dan Islam.
Namun dalam hal ini, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Untuk anak-anak dan orang gila yang memiliki harta, menurut tiga imam kecuali
Hanafiyyah, wajib dikeluarkan zakatnya, akan tetapi kewajiban itu dibebankan kepada walinya. Sementara menurut Hanafiyyah mereka tidak
wajib zakat.
3. Syarat Harta Muzakki
Berikut ini 6 syarat harta yang diwajibkan zakat;
a. Milik Penuh
Artinya harta benda yang wajib dibayarkan zakat adalah harta yang murni sepenuhnya dimiliki seorang muslim secara sempurna. Jika harta yang
dimiliki adalah hasil perkongsian (dimiliki bersama) dengan orang lain, maka yang wajib dikenakan zakat hanyalah bagian harta yang dimiliki.
Begitu juga dengan harta yang statusnya hutang. Maka harta tersebut tidak dikenakan kewajiban untuk zakat.
b. Berkembang
Artinya harta kekayaan tersebut dapat dikembangkan atau mempunyai potensi untuk bertambah. Contohnya seperti hasil usaha, hasil ternak atau
hasil tambang. Sementara harta yang tidak bisa bertambah atau berkembang, maka tidak wajib untuk dibayar zakatnya. Contohnya adalah barang
pribadi seperti mobil, motor, pakaian, rumah, dll.
c. Cukup Satu Nisab
Nisab adalah jumlah harta tertentu yang harus dipenuhi untuk membuat seseorang wajib membayar zakat. Besar nisab zakat dihitung berdasarkan
harga emas murni satu mitsqal setara 85 gram emas.
Oleh karena itu, jika total nilai harta yang dimiliki sudah mencapai atau melebihi 85 gram emas murni, maka seseorang dianggap sudah wajib
membayar zakat. Namun, jika jumlahnya masih di bawah nisab, maka seseorang tidak diwajibkan untuk membayar zakat pada tahun itu.
Untuk menghitung apakah harta kita sudah cukup nisab, kita harus mengetahui nilai emas saat ini dan mengalikan dengan jumlah emas yang
dimiliki. Contohnya, jika harga emas saat ini adalah Rp 1.000.000 per gram dan kita memiliki 10 gram emas, maka total nilai emas kita adalah Rp
10.000.000.
Selanjutnya kadar yang harus dikeluarkan dari total harta tersebut adalah 2,5%. Dalam contoh ini jumlahnya adalah Rp 250.000.
Selanjutnya, kita perlu memperhitungkan juga nilai harta lain yang kita miliki seperti uang tunai, tanah, dan aset lainnya. Setelah semua harta
dijumlahkan, apabila jumlahnya mencapai atau melebihi jumlah nisab zakat yang berlaku, maka kita diwajibkan untuk membayar zakat.
d. Sudah Lebih untuk Memenuhi Kebutuhan Pokok
Syarat selanjutnya harta yang wajib dikenakan zakat adalah bahwa harta tersebut sudah cukup dan lebih untuk memenuhi kebutuhan pokok. Seperti
untuk makan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, sarana mencari nafkah dan lain-lain.
e. Bebas dari Utang
Bebas dari utang adalah salah satu syarat harta yang wajib zakat. Artinya, jika seseorang memiliki utang, maka hutang tersebut harus dibayar
terlebih dahulu sebelum menghitung besaran zakat yang harus dikeluarkan.
Hutang yang dimaksud di sini adalah utang yang jatuh tempo pembayarannya pada saat zakat wajib dikeluarkan. Jika seseorang memiliki hutang
yang jatuh tempo setelah jatuh tempo zakat, maka utang tersebut tidak perlu dipertimbangkan dalam menghitung besaran zakat yang harus
dikeluarkan.
f. Cukup Haul
Cukup haul atau cukup satu tahun adalah syarat harta yang wajib zakat. Artinya, harta yang dimiliki seseorang harus sudah melewati masa
kepemilikan selama satu tahun Hijriyah (12 bulan qomariyah) atau lebih sebelum dihitung zakatnya.
Syarat ini sangat penting karena zakat dikenakan hanya pada harta yang dimiliki selama satu tahun Hijriyah atau lebih. Jika seseorang memiliki
harta selama kurang dari satu tahun Hijriyah, maka harta tersebut tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
Syarat satu tahun ini berlaku untuk ternak, uang, perdagangan dan perusahaan. Sedangkan zakat pertanian, harta qarun, barang tambang, dan semua
yang dikategorikan pendapatan, tidaklah disyaratkan satu tahun. Jenis Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya.
Selain syarat harta di atas, ada pula beberapa aturan tentang jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini untuk memudahkan masyarakat
dalam mengetahui kewajiban zakatnya.
Menurut Yusuf Qardhawi, berikut jenis-jenis kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya;
a. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, domba dan kuda.
b. Emas dan Perak, termasuk di dalamnya uang dan perhiasan.
c. Perdagangan
d. Pertanian
e. Madu dan produksi hewani lain, seperti sutera, susu dll.
f. Barang tambang dan hasil laut
g. Investasi
h. Pencarian dan profesi
i. Saham dan obligasi

E. Definisi 8 Asnaf / Golongan Mustahik


Dalam pengertian secara umum, mustahik atau mustahiq ( ‫)ُم ْسَتِح ّق‬memiliki arti berhak menerima; pantas menerima.Sementara dalam konteks agama
Islam, mustahiq merupakan golongan orang yang berhak menerima zakat dalam konteks zakat apapun.
Secara mendasar, seseorang dapat dikatakan sebagai mustahiq/mustahik apabila tidak berkecukupan secara finansial ataupun materi.
Menurut UU Administrasi Zakat No. 38 Tahun 1999, 8 Asnaf Mustahiq dinyatakan sebagai fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, sabilillah dan
ibnu sabil, yang dimungkinkan dalam diri mereka.
Aplikasi ini mencakup masyarakat yang paling rentan secara kebutuhan ekonomi, seperti halnya anak yatim, jompo, orang cacat, orang yang
sedang menuntut ilmu, pesantren, anak yang terlantar atau tidak terurus, debitur, pengungsi yang terlantar dan korban dari bencana alam. Allah
Swt. Berfirman :
‫ِاَّنَم ا الَّص َد ٰق ُت ِلْلُفَقَر ۤا ِء َو اْلَم ٰس ِكْيِن َو اْلٰع ِمِلْيَن َع َلْيَها َو اْلُم َؤ َّلَفِة ُقُلْو ُبُهْم َو ِفى الِّر َقاِب َو اْلٰغ ِر ِم ْيَن َو ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َو اْبِن الَّس ِبْيِۗل َفِر ْيَض ًة ِّم َن ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا َع ِلْيٌم َحِكْيٌم‬
Artinya :
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf),
untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang
sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. At-
Taubah [9]:60)
Berdasarkan ayat tersebut ada 8 asnaf atau golongan mustahik (mereka yang berhak menerima zakat) antara lain :
1. Fakir
Terdapat perbedaan interpretasi ulama fiqih dalam mendefinisikan orang fakir (al-faqr, jamaknya al-fuqara). Imam Abu Hanifah berpendapat orang
fakir adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun menurut jumhur ulama fakir
adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala
keperluan pokok lainnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungannya
Menurut tiga mazhab fakir adalah orang-orang yang tidak memiliki harta maupun penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan orang
yang berada dibawah tanggungjawabnya, seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan serta segala kebutuhan pokok lainnya. Sebagai
contoh, orang memerlukan 10 ribu rupiah untuk memenuhi kebutuhannya, namun ia hanya memilki 3 ribu rupiah (Qardhawi, 1996: 513).
2. Miskin
Dalam mendefinisikan orang miskin (al-miskin, jamaknya al-masakin) orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan tetap tetapi tiddak
dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Jumhur ulama mengatakan bahwa orang miskin adalah orang yang mempunya harta atau penghasilan
layak untuk memenuhi kebutuhan diri dan tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak mencukupi.
Menurut tiga mazhab lainnya miskin adalah orang-orang yang memiliki penghasilan atau kekayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya dan orang yang menjadi tanggung jawabnya tetapi belum sepenuhnya mencukupi. Sebagai contoh orang dalam memenuhi
kebutuhannya membutuhakan 10 ribu rupiah, namun ia hanya mampu memenuhi sebesar 8 ribu rupiah.
3. Amil Zakat
Yaitu orang-orang yang bertugas mengambil zakat dari para muzakki dan mendistribusikan kepada para mustahiq. Mereka itu adalah kelengkapan
personil dan finasial untuk mengelola zakat.
a. Termasuk dalam kewajiban imam adalah mengutus para pemungut zakat dan mendistribusikannya, seperti yang pernah dilakukan
Rasulullah dan para khalifah sesudahnya.
b. Syarat orang-orang yang dapat dipekerjakan sebagai amil pengelola zakat, adalah seorang muslim, baligh dan berakal, mengerti hukum
zakat-sesuai dengan kebutuhan lapangan - membidangi pekerjaannya, dimungkinkan mempekerjakan wanita dalam sebagian urusan zakat,
terutama yang berkaitan dengan wanita, dengan tetap menjaga syarat-syarat syar’i.
c. Para amil mendapatkan kompensasi sesuai dengan pekerjaannya. d. Para amil harus bersikap lunak dengan para muzakki, meyakinkan
apa yang menjadi kewajibannya, mendoakannya ketika mengambil zakat, menetapkan para mustahiq, dan memberikan bagian mereka.
4. Muallaf
Mu’allaf adalah orang-orang yang sedang dilunakkan hatinya untuk memeluk Islam, atau untuk menguatkan Islamnya, atau untuk mencegah
keburukan sikapnya terhadap kaum muslimin, atau mengharapkan dukungannya terhadap kaum muslimin.
Para Fuqaha’ membagi muallaf dalam dua golongan; pertama, mereka yang masih non-Muslim, yaitu mereka yang diharap akan beriman dengan
diberikan pertolongan atau kafir yang diberikan kepadanya hak muallaf untuk menolak kejahatannya. Kedua, mereka yang telah menjadi Muslim
akan tetapi masih lemah imannya. Ketiga, orang Islam diperbatasan yang tinggal diperbatasan (Shiddieqy, 1997: 179-180). Ibnu katsir
mendefinisikan muallaf dengan mereka kaum yang lunak hatinya kepada Islam dari kalangan orang yang tidak benar menolongnya, demi
memperbaiki dirinya dan keluarganya
5. Riqab (hamba sahaya)
Riqab adalah mereka yang masih dalam perbudakan. Riqab dalam QS. attaubah ayat 60 diartikan sebagai “segala mereka yang hendak melepaskan
dirinya dari ikatan riqab atau perbudakan” (Shiddieqy, hal: 183, 1997). Riqab merupakan bentuk jamak dari raqabah, istilah ini dalam al-Qur’an
berarti budak belian laki-laki (abid) dan bukan budak belian perempuan (amah). Istilah ini berkaitan dengan pembebasan atau pelepasan,
maksudnya perbudakan bagi manusia tidak ada bedanya dengan belenggu yang mengikat. Membebaskan budak belian artinya sama dengan
menghilangkan atau melepaskan belenggu yang mengikatnya.
Maka disinilah zakat berfungsi untuk memerdekakan budak (hamba sahaya) seperti :
a. Membantu para budak mukatab, yaitu budak yang sedang menyicil pembayaran sejumlah tertentu untuk pembebasan dirinya dari
majikannya agar dapat hidup merdeka. Mereka berhak mendapatkannya dari zakat.
b. Atau dengan membeli budak kemudian dimerdekakan.
Pada zaman sekarang ini, sejak penghapusan sistem perbudakan di dunia, mereka sudah ‘dianggap’ tidak ada lagi. Tetapi menurut sebagian mazhab
Maliki dan Hanbali, pembebasan tawanan muslim dari tangan musuh dengan uang zakat termasuk dalam bab perbudakan. Dengan demikian maka
mustahik ini tetap akan ada selama masih berlangsung peperangan antara kaum muslimin dengan musuhnya. Bahkan Mahmud Syaltut (tokoh fiqih
Mesir) menyatakan bahwa bagian zakat untuk memerdekakan budak bisa dipergunakan untuk menghindari suatu Negara dari perbudakan ekonomi,
cara berpikir dan politik
6. Al Gharim
Al-Gharim adalah orang yang berhutang dan tidak mampu membayarnya. Ada dua macam jenis gharim, yaitu:
a. Al-Gharim untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu orang yang berhutang untuk menutup kebutuhan primer pribadi dan orang-orang
yang menjadi tanggung jawabnya, seperti rumah, makan, pernikahan, perabotan. Atau orang yang terkena musibah sehingga kehilangan hartanya,
dan memaksanya untuk berhutang. Mereka dapat diberi zakat dengan syarat:
1. Membutuhkan dana untuk membayar hutang
2. Hutangnya untuk mentaati Allah atau untuk perbuatan mubah
3. Hutangnya jatuh tempo saat itu atau pada tahun itu
4. Tagihan hutang dengan sesama manusia, maka hutang kifarat tidak termasuk dalam jenis ini, karena tidak ada seorangpun yang dapat
menagihnya.
b. Al-Gharim untuk kemaslahatan orang lain, seperti orang yang berhutang untuk mendamaikan dua orang muslim yang sedang berselisih,
dan harus mengeluarkan dana untuk meredam kemarahannya. Maka, siapapun yang mengeluarkan dana untuk kemaslahatan umum yang
diperbolehkan agama, lalu ia berhutang untuk itu, ia dibantu melunasinya dari zakat.
7. Ibnu Sabil
Ibnul Atsir berkata, kata Sabilillah berkonotasi umum, untuk seluruh orang yang bekerja ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan kewajiban, yang sunnah dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dan jika kata itu diucapkan, maka pada umumnya ditujukan untuk makna
jihad. Karena banyak penggunaannya untuk konotasi ini maka sepertinya kata fisabilillah, hanya digunakan untuk makna jihad ini.
8. Fi sabilillah
Ibnu sabil oleh ulama diqiyaskan dengan musafir, yaitu mereka yang melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lainnya. As-sabil secara
bahasa berarti ath-thariq atau jalan. Imam Syafi’i berpendapat, yang dimaksud dengan ibnu sabil ialah mereka yang kehabisan bekal dalam
perjalanannya ataupun mereka yang akan memulai perjalanan namun tidak memiliki bekal, mereka berhak menerima zakat untuk memenuhi
kebutuhannya, dengan tujuan kemaslahatan. Sedangkan menurut Qardhawi, tidak setiap orang yang melakukan perjalanan demi kemaslahatan
diberi bagian zakat, walaupun perjalanannya untuk suatu kemanfaatan tertentu (Qardhawi, 1996: 654-655).
Menurut jumhur ulama, ibnu sabil adalah musafir yang melakukan suatu perjalanan bukan untuk maksiat dan dalam perjalanan itu mereka
kehabisan bekal. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa orang yang mampu (sekalipun ia tidak termasuk kategori kaya) maka tetap tidak
boleh menerima zakat.

F. Macam - Macam Zakat


1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkannya terkait dengan bulan suci ramadhan. Zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
perbuatan yang tidak ada gunanya dengan memberikan makan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan minta-minta
pada hari raya.
Zakat fitrah disyari’atkan pada tahun kedua Hijriyah bulan Syakban. Sejak saat itu zakat fitrah menjadi pengeluaran wajib yang dilakukan setiap
muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah
karena telah menyelesaikan ibadah puasa.
Imam Malik, imam Syafi’i, Imam Ahmad dan para ulama lain sepakat bahwa zakat fitrah ditunaikan sebesar satu sha’ (di Indonesia berat satu
sha’ dibakukan menjadi 2,5 kg) kurma, gandum, atau makanan lain yang menjadi makanan pokok negeri yang bersangkutan. Imam Hanafi
membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang senilai bahan makanan pokok yang wajib dibayarkan. Namun, ukuran satu sha’ menurut
madzhab hanafiyyah lebih tinggi dari pendapat para ulama’ yang lain, yakni 3,8 kg
Ada beberapa syarat zakat fitrah yang perlu diketahui. Beberapa syarat tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Beragama Islam, Syarat Zakat fitrah yang pertama yaitu beragama Islam. Jadi, setiap orang yang memeluk agama Islam diwajibkan
membayar zakat fitrah.
b. Merdeka, Syarat yang kedua adalah merdeka atau terbebas dari perbudakan. Jadi, orang yang masih menjadi hamba sahaya tidak wajib
membayar zakat fitrah.
c. Mampu atau Berkecukupan, Mampu atau berkecukupan yabg dimaksud di sini adalah golongan muslim yang memiliki kemampuan
untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-harinya.
d. Membayar Sesuai Waktu Wajib Zakat, Syarat zakat fitrah yang kedua adalah membayar zakat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.Waktu pembayaran zakat fitrah yakni saat bulan Ramadhan. Namun, waktu yang lebih afdhol adalah pada hari terakhir Ramadhan
hingga sebelum sholat Idul Fitri.

Selain itu, Ada juga beberapa golongan manusia yang tidak diwajibkan membayar zakat. Adapun ketentuan seseorang boleh tidak membayar zakat
yakni sebagai berikut:
a. Orang yang meninggal atau gugur sebelum matahari terbenam di hari terakhir bulan Ramadhan.
b. Anak yang lahir sesudah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan
c. Tanggungan istri yang baru dinikahi sesudah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.
e. Orang yang baru masuk agama Islam usai matahari terbenam pada hari terakhir Ramadhan.

Rukun zakat fitrah terdiri dari:


a. Niat
b. Pemberi Zakat (muzakki)
c. Penerima Zakat (mustahiq)
d. Ada Harta yang Dikeluarkan untuk Zakat, Madzhab Syafi'i mengatakan bahwa umat muslim wajib mengeluarkan zakat fitrah yang
berasal dari makanan pokok yang dikonsumsi sesuai daerah atau negerinya. Namun, membayar zakat fitrah juga bisa dilakukan dengan uang tunai,
asalkan nilainya setara dengan satu sha' atau 2,5 kilogram.
Rukun zakat mal antara lain :
a. Niat dalam hati.
b. Ada orang yang menunaikan zakat (muzaki).
c. Ada orang yang menerima zakat (mustahik).
d. Ada harta yang dizakatkan.

Adapun Syarat wajib zakat mal yang harus dipenuhi oleh seorang muslim, antara lain ialah:
a. Beragama Islam.
b. Merdeka yang artinya bukan budak.
c. Baligh dan berakal.
d. Memiliki harta secara sempurna atau milik sendiri
e. Sudah mencapai nisab, berarti mencapai jumlah harta benda minimum yang dikenakan zakat.
f. Sudah mencapai haul, artinya mencapai batas waktu minimal harta benda dikenakan zakat, yaitu dalam waktu satu tahun.
g. Tidak dalam keadaan berhutang.
Selain itu, Ada beberapa jenis harta atau kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya, yaitu:
a. Emas dan Perak
Perintah wajib mengeluarkan zakat apabila emas dan perak tersebut telah mencapai nisab serta haulnya. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
At Taubah ayat 34.
۞ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّن َك ِثيًرا ِّم َن ٱَأْلْح َباِر َو ٱلُّر ْهَباِن َلَيْأُك ُلوَن َأْم َٰو َل ٱلَّناِس ِبٱْلَٰب ِط ِل َو َيُص ُّد وَن َع ن َس ِبيِل ٱِهَّللۗ َو ٱَّلِذ يَن َيْك ِنُز وَن ٱلَّذ َهَب َو ٱْلِفَّض َة َو اَل ُينِفُقوَنَها ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل َفَبِّش ْر ُهم ِبَع َذ اٍب َأِليٍم‬
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,"

b. Harta Perniagaan
Kewajiban mengeluarkan zakat harta perniagaan terdapat dalam sebuah hadits, berikut bunyinya:
"Dari Samurah bin Jundub, dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita supaya mengeluarkan zakat barang yang
diperjualbelikan," (HR Abu Dawud).
c. Hasil Pertanian
Hasil pertanian atau perkebunan wajib dikeluarkan zakatnya setiap panen apabila telah mencapai nisab. Perintah untuk menunaikan zakat pertanian
atau perkebunan termaktub dalam surat Al An'am ayat 141.
۞ ‫َو ُهَو ٱَّلِذ ٓى َأنَش َأ َج َّٰن ٍت َّم ْعُروَٰش ٍت َو َغْيَر َم ْعُروَٰش ٍت َو ٱلَّنْخ َل َو ٱلَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًفا ُأُك ُل ۥُه َو ٱلَّز ْيُتوَن َو ٱلُّر َّم اَن ُم َتَٰش ِبًها َو َغْيَر ُم َتَٰش ِبٍهۚ ُك ُلو۟ا ِم ن َثَم ِرِهٓۦ ِإَذ ٓا َأْثَم َر َوَء اُتو۟ا َح َّق ۥُه َيْو َم َحَص اِدِهۦۖ َو اَل ُتْس ِر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن ۥُه اَل ُيِح ُّب‬
‫ٱْلُم ْس ِر ِفيَن‬
Artinya:
"Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu)
bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan,"
d. Hewan Ternak
Hewan ternak juga termasuk ke dalam kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya, seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing. Sama halnya dengan
hasil perikanan dan ternak unggas.

e. Barang Temuan atau Rikaz


Barang temuan atau rikaz wajib dikeluarkan zakatnya namun tidak disyaratkan harus mencapai haul atau batas waktu minimal dan tidak ada ukuran
nisab. Penjelasan mengenai zakat barang temuan disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Dan di dalam rikaz (barang temuan) ada haknya seperlima," (HR Malik).
2. Zakat mal
Zakat maal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk dimiliki, dimanfaatkan dan juga disimpan. Sesuatu inilah yang perlu
dikeluarkan zakatnya jika sudah memenuhi syarat dan rukunnya.
Dalam perekonomian modern zakat maal dapat berupa :
1) Zakat profesi.
2) Zakat perusahaan.
3) Zakat surat-surat berharga (saham dan obligasi).
4) Zakat perdagangan mata uang.
5) Zakat hewan ternak yang diperdagangkan.
6) Zakat madu dan produk hewani (sutra dan susu).
7) Zakat investasi property.
8) Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung wallet, ikan hias, dan sector modern lainnya yang sejenis.
9) Zakat sektor rumah tangga modern.

G. Hikmah Zakat

Dalam ajaran Islam tiap-tiap perintah untuk melakukan ibadah mengandung hikmah dan rahasia yang sangat berguna bagi pelaku ibadah tersebut,
termasuk ibadah zakat. Adapun yang dimaksud dengan hikmah zakat dalam hal ini adalah makna yang bersifat rohaniah dan filosofis yang
mengandung manfaat.
Dari berbagai hikmah disyariatkannya zakat menurut para ulama, maka dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek diniyyah, aspek khuluqiyyah,
dan aspek ijtimaiyyah.
1. Faidah dinniyah (segi agama)
Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek dinniyah ini adalah :
a. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari rukun Islam yang menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia akhirat.
b. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Tuhannya, akan menambah keimanan karena keberadaannya
yang memuat beberapa macam ketaatan.
c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT dalamn QS. Al-baqarah
ayat 276:
‫َيۡم َح ُق ٱُهَّلل ٱلِّر َبٰو ْا َو ُيۡر ِبي ٱلَّص َد َٰق ِۗت َو ٱُهَّلل اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َأِثيٍم‬
Terjemahnya:
“Allah Memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa”.
2. Faidah Khuluqiyah (segi akhlak)
Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek khuluqiyah ini adalah :
a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.
b. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
c. Merupakan realita, bahwa dengan menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat, baik berupa harta maupun raga bagi kaum muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
3. Faidah Ijtimaiyyah (segi sosial kemasyarakatan)
Di antara hikmah zakat apabila di tinjau dari aspek ijtimaiyyah ini adalah ;
a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian
besar negara di dunia.
b. Memberikan support kekuatan bagi kaum muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Hal ini bisa dilihat dalam kelompok penerima
zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam, dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin, karena masyarakat bawah
akan mudah tersulut rasa benci dan permusuhan jika mereka melihat kelompok masyarakat ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk
sesuatu yang tidak bermanfaat. Apabila harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin
keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas lebih
banyak pihak yang mengambil manfaat.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa zakat adalah suatu ibadah yang terdapat didalam islam sebagaimana juga termasuk di dalam rukun islam yakni rukun
yang ke empat, zakat memiliki beberapa makna baik secara bahasa yaitu berasal dari kata al barokatu(barokah), ath thohuru (suci), an namuw
(tumbuh), ash sholahu (baik), yang memberikan kaitannya dengan harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim. Sementara secara istilah zakat
memiliki makna adalah harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim dan diwajibkan atasnya baik itu zakat fitrah (untuk badannya) atau pun zakat
mal (untuk hartanya) yang dikeluarkan dengan sesuai ketentuan dan syari’at dalam islam.
Didalam zakat juga terdapat istilah bagi yang mengeluarkan ataupun yang menerima zakat. Untuk orang yang mengeluarkan zakat disebut muzakki
dan bagi yang menerima zakat disebut dengan mustahiq serta tentunya baik bagi yang mengeluarkan ataupun yang menerima tentunya ada syarat
dan ketentuan seperti islam, merdeka, baligh dan berakal. Terkhusus untuk yang mengeluarkan zakat harus memiliki kuasa penuh atas harta, tidak
berhutang. Dan untuk yang menerima haruslah mereka yang termasuk kedalam 8 asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat yakni : fakir,
miskin, amil, muallaf, riqab, al gharim, ibnu sabil, fii sabilillah sebagaimana dijelaskan di dalam Al - Qur’an Surat At -Taubah ayat 60, mengenai
golongan yang berhak menrima zakat.
Selain itu zakat memiliki kedudukan serta fungsi yang penting di dalamnya seperti hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt. melalui
pelaksanaan ibadah zakat, lalu hubungan antara sesama makhluk yakni membantu bagi sesama saudara muslim yang kurang mampu. Zakat juga
terdiri atas 2 macam jenis zakat yaitu zakat fitrah (badan) dan zakat maal (harta) yang berfungsi untuk mensucikan diri dan juga harta seorang
muslim.
2. Saran
Kami menyarankan untuk kita semua agar dapat memahami dengan baik mengenai konsep Fiqh Zakat di dalam Islam, karena zakat merupakan
ibadah yang kita wajib kerjakan sebagai umat islam dan sebagaimana dicantumkan di dalam rukun islam. Jika kita dapat memahami dengan baik
konsep Fiqh Zakat di dalam Islam maka insya allah kita akan dapat melaksanakan dengan baik salah satu ibadah yang Allah Swt. perintahkan ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai