Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH METHODOLOGI ISLAM

BUDAYA TAHLILAN

Disusun Oleh :
KMS . M . Bilal Azani 2120504021
Paula Melati Sukma 2120504009
Saskia Afridah 2120504022

Dosen Penampuh : Prof.Dr.Muhajirin

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tahlilan merupakan salah satu tradisi yang mungkin sering kita dengar di tengah
masyarakat kita, beraneka ragam tiap masyarakat melaksanakan kegiatan tahlil tersebut. Namun,
pada saat ini terlebih dizaman modernisasi ini islam telah jauh berkembang pesat ditambah
masuknya globalisasi. Sehingga terjadi berbagai macam aliran – aliran dalam islam yang
disebabkan oleh metode metode tiap – tiap aliran yang berbeda dalam melaksanakan ibadah dan
memahami ibadah itu sendiri dalam islam,
Termasuk tahlilan, tradisi ini tak semua individu dalam islam melaksanakannya sehingga
terkadang terjadi perselisihan di dalam pendapat ditambah globalisasi yang mempermudah
informasi untuk sampai ke masing – masing individu tanpa perlu perantara untuk mengetahui
apakah pendapat tersebut sesuai dengan kebenarannya ataupun tidak.
Oleh karena itu di dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang tradisi tahlilan yang
ada ditengah masyarakat kita,penjelasan tentang hukumnya dalil – dalil yang terkandung di
dalamnnya serta menjelaskan agar tidak terjadi perselisihan dalam pendapat tentang tradisi
tahlilan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan tahlilan ?
 Apa hukumnya membaca tahlilan ?
 Dalil - dalil apa saja yang membahas tentang tahlilan ?
1.3. Tujuan
 Agar mahasiswa dapat memahami penjelasan tentang tahlil
 Agar mahasiswa dapat memahami hukum tentang pembacaan tahlilan
 Agar Mahasiswa dapat memahami dalil sebab adanya tahlilan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tahlil


- Menurut buku pra kontra tahlil, Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Ayo kita tahlil
Kata tahlilan berasal dari kata kerja bahasa Arab hallala (‫ – )هَلَّ َل‬yuhallilu (‫ – )يُهَلِّ ُل‬tahliilan
(ً‫ )تَ ْهلِ ْيال‬. Dimana dari kata hallala sendiri memiliki arti membaca kalimat tauhid laa ilaaha illallah.
Kata tahlilan itu sendiri, ada yang mengatakan diambil dari pola mashdar kata hallala
yaitu tahlilan (ً‫)تَ ْهلِ ْيال‬. Dan adapula yang mengatakan bahwa imbuhan “an” dalam kata tahlil-an
mengisyaratkan kepada tradisi yang khas di Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tahlilan didefinisikan sebagai,
“Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’a’n untuk memohonkan rahmat dan ampunan bagi arwah
orang yang meninggal.”
- Menurut Buku Tradisi Nu
Tahlilan adalah aktivitas seseorang atau kelompok (jama’ah) yang melantunkan atau
membaca kalimat thayyibah/kalimat tahlil. dan merupakan satu set amalan umat islam untuk
beramal melalui bacaan tersebut yang disedekahkam ke para mayyit.
- Menurut Buku Sunni Salafi dan kamarul azmi
Tahlil secara Bahasa adalah ucapan Laa ila haillallah. Sementara secara istilah adalah tradisi
do’a bersama untuk mendo’akan orang yang telah meninggal atau ada hajat yang lain dengan
membacakan Al - qur’an, kalimat thayyibah, istighfar, takbir, tahmid, tasbih, sholawat dan
pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal tersebut
Dari referensi tersebut dapat kami peroleh penjelasan bahwa tahlilan merupakan suatu
kegiatan membacakan ayat – ayat suci al qur’an, kalimat – kalimat thoyyibah ( termasuk tauhid,
tasbih, takbir, istighfar, serta sholawat ) yang dimana bacaan tersebut ditujukan atau dihadiahkan
untuk para mayyit atau seseorang yang telah meninggal dunia, di Indonesia khususnya tahlil
merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat sekitar.
Namun, mungkin karena di dalam Indonesia Islam tidak hanya terdiri dari satu aliran, maka
dari itu terdapat bermacam tradisi yang berbeda dalam masing - masing aliran. Termasuklah
dalam kegiatan tahlilan, ada aliran yang membaca tahlilan dan juga ada yang tidak serta
bermacam - macam juga metode masing - masing aliran dalam bacaan dan kegiatan tahlilan.
2.2. Hukum membacakan tahlil
Inti daripada tahlilan tersebut tidak lain adalah menghadiahkan bacaan Al – Qur’an dan
juga Kalimat – kalimat thoyyibah serta sholawat kepada si mayyit tersebut, untuk itu banyak dari
kalangan yang berbeda berdebat tentang hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak, dan juga
apakah bacaan – bacaan yang kita hadiahkan tersebut sampai kepada si mayyit untuk itu pada
bab ini kami perjelas dan berikan penjelasannya.

Pertama, ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi’i, dan
ulama mazhab Hanbali menegaskan, menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an serta kalimat
thayyibah kepada mayit hukumnya boleh, dan pahalanya sampai kepada sang mayit.
 imam Nawawi dari mazhab Syafi’i menuturkan:
‫ َويَ ْدع ُْو لِ َمنْ يَز ُْو ُرهُ َولِ َج ِم ْي ِع َأه ِْل ا ْل َم ْقبَ َر ِة‬،‫سلِّ َم َعلَى ا ْل َمقَابِ ِر‬
َ ُ‫ست ََح ُّب لِل َّزاِئ ِر َأنْ ي‬
ْ ُ‫َوي‬
Artinya :
Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk mengucapkan salam kepada (penghuni) kubur, serta
mendoakan mayit yang diziarahi dan semua penghuni kubur (Lihat: Yahya bin Syaraf An-
Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 311). (kitab Al majmu’)
 Syekh Ibnu Qudamah dari mazhab Hanbali juga menuturkan:
‫ فَاَل‬،‫ت‬ ِ ‫ َوَأدَا ُءا ْل َو‬،ُ‫ص َدقَة‬
ِ ‫اجبَا‬ ْ ‫ َوااِل‬،‫ َأ َّما ال ُّدعَا ُء‬.ُ ‫ إنْ شَا َء هَّللا‬،َ‫ نَفَ َعهُ َذلِك‬،‫سلِ ِم‬
َّ ‫ َوال‬،‫ستِ ْغفَا ُر‬ ُّ ‫َوَأ‬
ِ ِّ‫ َو َج َع َل ثَ َوابَ َها لِ ْل َمي‬،‫ي قُ ْربَ ٍة فَ َعلَ َها‬
ْ ‫ت ا ْل ُم‬
‫َأ ْعلَ ُم فِي ِه ِخاَل فًا‬
Artinya:
Dan apapun ibadah yang dia kerjakan, serta dia hadiahkan pahalanya kepada mayit muslim,
akan memberi manfaat untuknya. Insya Allah. Adapun doa, istighfar, sedekah, dan pelaksanaan
kewajiban maka saya tidak melihat adanya perbedaan pendapat (akan kebolehannya). (Lihat:
Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, juz 5, h. 79).
(Hujjah Ahlussunnah Wal Jama’ah)
 Dalam kitab Majmu’ul Fatawa disebutkan:
‫ت ا ْل َمالِيَّ ِة‬ ِ ‫صو ِل ثَ َوا‬
ِ ‫ب ا ْل ِعبَادَا‬ ُّ ‫ص َدقَةُ َو َغ ْي ُر ُه َما ِمنْ َأ ْع َما ِل ا ْلبِ ِّر فَاَل نِ َزا َع بَيْنَ ُعلَ َما ِء ال‬
ُ ‫سنَّ ِة َوا ْل َج َما َع ِة فِي ُو‬ َّ ‫َوَأ َّما ا ْلقِ َرا َءةُ َوال‬
‫ َوتَنَا َزعُوا فِي‬.‫صاَل ةُ ا ْل ِجنَا َز ِة َوال ُّدعَا ُء ِع ْن َد قَ ْب ِر ِه‬ َّ ‫ستِ ْغفَا ُر َوال‬
َ ‫صاَل ةُ َعلَ ْي ِه‬ ْ ‫ضا ال ُّدعَا ُء َوااِل‬ ً ‫ص ُل إلَ ْي ِه َأ ْي‬
ِ َ‫ َك َما ي‬،‫ق‬ ِ ‫ص َدقَ ِة َوا ْل ِع ْت‬
َّ ‫َكال‬
ِ َ‫اب َأنَّ ا ْل َج ِمي َع ي‬
‫ص ُل إلَ ْي ِه‬ َّ ‫ َوال‬.‫صاَل ِة َوا ْلقِ َرا َء ِة‬
ُ ‫ص َو‬ َّ ‫ َكال‬،‫ول اَأْل ْع َما ِل ا ْلبَ َدنِيَّ ِة‬
َّ ‫ص ْو ِم َوال‬ ِ ‫ص‬ُ ‫ُو‬
Artinya :
Dan adapun bacaan, sedekah, dan sebagainya, berupa amal-amal kebaikan, maka tidak
ada perselisihan di antara para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah akan sampainya pahala ibadah
harta, seperti sedekah dan pembebasan (memerdekakan budak). Sebagaimana sampai kepada
mayit juga, pahala doa, istighfar, shalat jenazah, dan doa di samping kuburannya. Para ulama
berbeda pendapat soal sampainya pahala amal jasmani, seperti puasa, shalat, dan bacaan.
Menurut pendapat yang benar, semua amal itu sampai kepada mayit. (Lihat: Ahmad bin Abdul
Halim bin Taimiyyah, Majmu’ul Fatawa, juz 24, h. 366).

Kedua, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menyatakan, pahala bacaan Al-Qur’an dan
kalimat thayyibah tidak sampai kepada mayit, karenanya hal itu tidak diperbolehkan.
 Syekh Ad-Dasuqi dari mazhab Maliki menulis:
َ‫ش ْي ُخ ابْنُ َأبِي َج ْم َرة‬
َّ ‫ت َح َكاهُ ا ْلقَ َرافِ ُّي فِي قَ َوا ِع ِد ِه َوال‬
ِ ِّ‫ص ُل لِ ْل َمي‬ ُ ‫ ا ْل َم ْذه‬:‫ب ا ْل َح ِّج‬
ِ َ‫َب َأنَّ ا ْلقِ َرا َءةَ اَل ت‬ ِ ‫يح فِي بَا‬
ِ ‫ض‬ِ ‫قَا َل فِي الت َّْو‬
Artinya :
Penulis kitab At-Taudhih berkata dalam kitab At-Taudhih, bab Haji: Pendapat yang diikuti
dalam mazhab Maliki adalah bahwa pahala bacaan tidak sampai kepada mayit. Pendapat ini
diceritakan oleh Syekh Qarafi dalam kitab Qawaidnya, dan Syekh Ibnu Abi Jamrah. (Lihat:
Muhammad bin Ahmad bin Arafah Ad-Dasuqi, Hasyiyatud Dasuqi Alas Syarhil Kabir, juz 4, h.
173).

 Sebagian ahli bid'ah dari kalangan teolog mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang
sampai kepada orang yang sudah meninggal , baik doa maupun yang lainnya .

Adapun penjelasan yang kami peroleh dari beberapa pendapat para ulama’ atau pun imam
madzhab terdahulu, sebenarnya tahlilan itu diperbolehkan. Karena di dalam tahlilan tersebut
terdapat bacaan – bacaan al qur’an kalamnya Allah swt. Belum lagi kalimat – kalimat thoyyibah
yang memuji keagungan Allah swt. Serta sholawat kepada rosulullah Saw. dan juga kegiatan
dalam tahlilan tersebut bukan sebuah perkataan yang buruk, bukan juga suatu kegiatan yang
mengganggu atau bertentangan dalam ajaran islam.
Belum lagi kegiatan tahlilan juga membawa banyak manfaat, dan juga membantu kita
sebagai umat islam untuk mengingat Allah swt. Terutama saat kita sedang takziah ataupun
berziarah daripada berbicara yang tak membawa manfaat lebih baik mengucapkan kalimat tahlil.
2.3. Dalil – Dalil tentang tahlil
 Q.S. Al – Hasyr ayat : 9
َ َ‫َوالَّ ِذيْنَ َج ۤا ُء ْو ِم ۢنْ بَ ْع ِد ِه ْم يَقُ ْولُ ْونَ َربَّنَا ا ْغفِ ْر لَنَا وَاِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذيْن‬
ْ Œُ‫ا ِغاًّل لِّلَّ ِذيْنَ ٰا َمن‬ŒŒَ‫ ْل فِ ْي قُلُ ْوبِن‬Œ‫سبَقُ ْونَا بِااْل ِ ْي َما ِن َواَل ت َْج َع‬
َ‫ٓا اِنَّك‬ŒŒَ‫وا َربَّن‬Œ
‫َر ُء ْوفٌ َّر ِح ْي ٌم‬
Artinya :
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya
Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari
kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”

Ayat ini memiliki makna yang terkandung didalamnya, dimana ayat ini menjelaskan
bahwa orang - orang yang datang setelah mereka (yang masih hidup) memohonkan ampun
untuk mereka yang telah meninggal. Sebagaimana dijelaskan pada sebuah dalil tentang adanya
sesuatu yang dapat dijadikan wasilah (untuk mendapatkan pahala) bagi orang yang sudah
meninggal, dari amal yang dikerjakannya ketika ia masih hidup, riwayat Muslim di dalam
Shahih-nya.
 dari hadis Abu Hurairah bahwa Rasulullah mengucapkan :
ُ‫ح َي ْدعُو لَه‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه َو َولَ ٍد‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ‫ِإ َذا َماتَ اِإْل ْن‬
َ ْ‫سانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ ِإاَّل ِمنْ ثَاَل ثَ ٍة ِمن‬
Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh." (HR Muslim).
(kitab ar ruh)

 Imam bukhari juga meriwayatkan sebuah hadits bahwasanya Rasul saw besabda:
“maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka terhadap orang yang mengucapkan
‘La Ilaha Illa Allah’, yang dengan lafal tersebut ia mencari keridhaan Allah” (HR. al-Bukhari,
Kitab as-Shalah, Bab al-Masajid fi al-Buyut, dari ‘Itban ibn Malik)
Dari dalil – dalil tersebut dapat kita ketahui bahwa dengan tahlilan tak hanya memberi
manfaat untuk diri kita saja, tetapi untuk mayit yang kita hadiahkan bacaan tahlil tersebut
insyaallah sampai kepada mayit tersebut, sebagaimana dalil – dalil yang diterangkan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, dapat kami ambil kesimpulan bahwa tahlilan merupakan
suatu tradisi yang banyak memberikan banyak manfaat terutama dalam menginstropeksi diri agar
lebih sering mengingat Allah swt. Adapun bacaan – bacaan yang terdapat dalam tahlil
bermanfaat bagi orang yang membaca maupun mayit yang dihadiahkan bacaan tersebut.
Berdasarkan pendapat para ulama’ bukan merupakan kegiatan yang diwajibkan, namun
bukan juga kegiatan yang dilarang atau tidak diperbolehkan. Tahlilan kegiatan yang tidak
mengganggu ataupun merusak ajaran dalam agama, namun sebaliknya tahlilan merupakan
kegiatan yang banyak membawa manfaat dan menjauhi seorang hamba dari kemudhoratan juga
merupakan kegiatan yang mencakup amal perbuatan baik untuk diri sendiri maupun orang lain,
meskipun itu mayit sekalipun.

3.2. Saran
Kami sarankan agar tiap masing – masing aliran dalam islam dan juga tiap masyarakat
islam untuk menjaga tradisi tahlilan, karena tahlilan merupakan kegiatan yang berfaedah
terutama ketika dalam keadaan yang berkaitan dengan jenazah, dengan adanya tahlilan tiap
masing – masing individu dapat menghadiahkan bacaan tahlil tersebut untuk mayyit serta tiap –
tiap individu yang terkait dalam kegiatan jenazah tersebut dapat menjaga lisannya dengan bacaan
tahlil yang mereka baca sehingga saat kegiatan jenazah berlangsung tidak ada yang hanya
berbicara yang non faedah tetapi sebaliknya mereka melakukan perbuatan amal baik dengan
bacaan tahlil.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai