Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat

Silaturahim Pengantar Ke Surga

Khutbah 1

‫ت َأعْ َمالِ َنا َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل‬ ِ ‫شر ُْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َو مِنْ َسـيِّـَئا‬ ُ ْ‫هلل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْـغ ِف ُرهُ َو َنع ُْو ُذ ِباهلل ِمِن‬ ِ ِ َ‫ِإنَّ ْال َحمْد‬
‫ِي َل ُه‬
َ ‫َهاد‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ْك َل ُه َو ْش َه ُد نَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه‬َ ‫َأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإ َل َه ِإاّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬
ِ ‫ان ِا َلى َي ْو ِم ال ِّدي‬
‫ْن‬ ٍ ‫ـاب ِع التـ َّ ِاب ِعي َْن َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه َو التـ َّ ِاب ِعي َْن َوا َّت‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬.
ْ‫هللا ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ ي‬
ِ َ‫ُون اَمَّا َبعْ ُد عِ َباد‬ َ ‫ِين َءا َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬ َ ‫ان الرَّ ِجي ِْم َياَأ ُّي َها الَّذ‬ ِ ‫ْط‬ َ ‫َأع ُْو ُذ ِباهلل م َِن ال َّشي‬
‫از ال ُم َّتقُ ْو َن‬ ِ ‫ِب َت ْق َوى‬
َ ‫هللا َف َق ْد َف‬

Hamba Allah, jamaah Jumat rahimakumullah

Pada kesempatan yang berbahagia ini kami mengingatkan diri kami dan kaum Muslimin
yang hadir, dengan wasiat taqwa, sebagaimana firman Allah yang telah dibacakan tadi yang
artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim”. (QS.
Ali Imran: 102)

Mengenai firman Allah: ‫“( ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه‬Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya”) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Agar Dia
ditaati dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak diingkari.” Isnad
ini shahih mauquf.

Sedangkan Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Yang dimaksud
‘takwa yang sebenar-benarnya’ adalah berjihad di jalan Allah sebenar-benar jihad dengan
tidak merasa takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela, berlaku adil meskipun
terhadap diri mereka sendiri, orang tua dan anak-anak mereka.”

َ ‫“( َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬Dan janganlah sekali-kali kamu meninggal
Sedangkan firman Allah, ‫ُون‬
dunia melainkan dalam keadaan beragama Islam,”) maksudnya, tetaplah berada dalam
Islam semasa kalian masih dalam keadaan sehat dan selamat agar kalian meninggal dunia
dalam keadaan Islam.

Sebab dengan kemurahan-Nya, Allah yang Maha Pemurah telah menjadikan sunnah-Nya
bahwa barangsiapa yang hidup di atas suatu keadaan, maka ia pun akan meninggal dunia
dalam keadaan tersebut. Dan barangsiapa meninggal dunia di atas sesuatu keadaan, maka
ia pun akan dibangkitkan dalam keadaan itu pula. Semoga Allah melindungi kita agar tetap
dalam keadaan Islam. (Tafsir Ibnu Katsir).

Hamba Allah, jamaah Jumat rahimakumullah.

Dalam satu hadits dinyatakan,


َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َمنْ َأ َحبَّ َأنْ ُيب‬
‫ْس َط َل ُه فِيْ ِر ْز ِق ِه َو ُي ْن َسَأ َل ُه فِيْ َأ َث ِر ِه َف ْليَصِ ْل َر ِح َم ُه‬ ِ ‫س َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َأنَّ َرس ُْو َل‬
َ ‫هللا‬ ٍ ‫َعنْ َأ َن‬
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia
menyambung tali kasih sayang ” (HR. Bukhari Muslim).

Kata rahim berasal dari bahasa Arab. Bila kita buka kamus-kamus bahasa Arab, maka kita
akan dapati kata rahim berasal dari akar kata rahima yang memiliki arti kasih sayang, saling
berlaku lemah lembut, kekerabatan, dan kekeluargaan. Sedangkan shilah berasal dari kata
washala yang memiliki makna “sampai” atau “menyambung”.

Dalam kamus Al-Mu’jamul Wasith disebutkan, makna rahim adalah kerabat dekat.
Sedangkan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazhil Qur’an disebutkan, “Kerabat dinamakan
rahim karena mereka lahir dari satu rahim yang sama.” Dengan demikian, silaturahim akan
selalu menjaga rasa kasih sayang dan sikap peduli kepada orang lain, terlebih lagi kepada
keluarga dan kerabat.

Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ص َل َها‬
َ ‫ت َر ِح ُم ُه َو‬ ِ ‫ْس ْال َواصِ ُل ِب ْال ُم َكا ِفِئ َو َلك‬
ْ ‫ِن ْال َواصِ ُل الَّذِى ِإ َذا َق َط َع‬ َ ‫َلي‬
Artinya: ”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas
kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung
silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung tali kasih sayang setelah
sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)

Abu Hurairah berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha silaturrahmi
dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik pada
mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal
saya bermurah hati pada mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah-olah engkau memberi
mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu
selama keadaanmu seperti itu.” (HR. Muslim no. 2558)

Hamba Allah, jamaah Jumat rahimakumullah

Begitu banyak kemuliaan dari syariat shilaturrahmi ini, di antaranya:

Pintu Masuk Ke Surga


Banyak amalan yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya, di antaranya selalu
bersilaturahim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫الط َعا َم َوصِ لُوا ْاَألرْ َحا َم َو‬


…‫صلُّوا َوال َّناسُ ِن َيا ٌم َت ْد ُخلُوا ْال َج َّن َة ِب َسالَ ٍم‬ َّ ‫شوا ال َّسالَ َم َوَأ ْط ِعمُوا‬
ُ ‫َأ ْف‬
“Sebarkanlah salam (kedamaian), berilah makan, bersilaturahimlah, dan shalatlah (di waktu
malam) saat manusia tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ahmad,
Hakim, Tabrani, Baihaqi, dan Darimi).
Sahabat pernah bertanya, amalan yang dapat memasukannya ke sorga dan
menjauhkannya dari api neraka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

َّ ‫ك ِب ِه َش ْيًئ ا َو ُت ِق ْي ُم ال‬
َّ ‫صالَ َة َو ُتْؤ تِي‬
‫الز َكا َة َو َتصِ ُل الرَّ ِح َم‬ ُ ‫هللا َوالَ ُت ْش ِر‬
َ ‫ َتعْ ُب ُد‬.
“Kamu sembah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, kamu
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan selalu bersilaturahim.”

Sebenarnya, silaturahim tidak sebatas pada keluarga atau kerabat saja, namun juga kepada
sesama Muslim lainnya. Kecintaan kita terhadap saudara seiman harus benar-benar terjalin,
tanpa harus ada kepentingan duniawi. Dengan demikian, ridha dan cinta Allah Subhanahu
Wa Ta’ala yang Maha Mengasih dan Penyayang akan kita dapati.

Pembawa Rezeki dan Panjang Umur


Kalau kita ingin panjang umur dan lancar rezeki, maka salah satu kuncinya adalah selalu
menjalin silaturahim. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

َ ‫َمنْ َأ َحبَّ َأنْ ُيب‬


‫ْس َط َل ُه فِيْ ِر ْز ِق ِه َو ُي ْن َسَأ َل ُه فِيْ َأ َث ِر ِه َف ْليَصِ ْل َر ِح َم ُه‬
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah dia selalu bersilaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dikabulkannya Do’a
Ada jaminan dari Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam, apabila setiap Muslim berdoa dan
dalam doanya tidak terdapat perbuatan dosa atau pemutusan silaturahim, maka Allah
Subhanahu Wa Ta’ala akan kabulkan do’anya.

Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam bersabda,

ُ ‫يع ِة َرح ٍِم َما َل ْم َيسْ َتعْ ِج ْل قِي َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ َما االِسْ تِعْ َجا ُل َقا َل َيقُو ُل َق ْد دَ َع ْو‬
ُ ‫ت َو َق ْد دَ َع ْو‬
‫ت‬ َ ِ‫الَ َي َزا ُل يُسْ َت َجابُ ل ِْل َع ْب ِد َما َل ْم َي ْد ُع بِِإ ْث ٍم َأ ْو َقط‬
َ ‫َف َل ْم َأ َر َيسْ َت ِجيبُ لِى َف َيسْ َتحْ سِ ُر عِ ْندَ َذل َِك َو َيدَ ُع الد‬
‫ُّعا َء‬
“Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdo’a bukan untuk
keburukan atau memutus tali silaturahim dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdo’a.
Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam
berdo’a?’. Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, ‘Sungguh aku telah berdo’a
dan berdo’a, namun tak juga aku melihat do’aku dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan
meninggalkan do’a tersebut”. (HR Muslim)

Dicintai Allah
Shilaturahmi yang kita lakukan akan bernilai lebih tinggi dan mendatangkan kecintaan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala apabila kunjugan yang kita lakukan tanpa didasari kebutuhan dan
keperluan duniawi, melainkan didasari rasa cinta kepada saudaranya karena Allah.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya;

“Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun
mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, Malaikat
tersebut bertanya: “engkau mau kemana?”. Ia menjawab: “Aku ingin mengunjungi
saudaraku di daerah ini”. Malaikat bertanya: “apakah ada suatu keuntungan yang ingin
‫‪engkau dapatkan darinya?”. Orang tadi mengatakan: “Tidak ada, kecuali karena aku‬‬
‫‪mencintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla”. Maka malaikat mengatakan: “Sesungguhnya aku‬‬
‫‪diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana‬‬
‫‪engkau mencintai saudaramu karena-Nya” (HR Muslim no.2567).‬‬

‫‪Dari hadits ditegaskan bahwa orang yang saling berkunjung karena Allah akan dicintai oleh‬‬
‫‪Allah Ta’ala. Imam An Nawawi mengatakan: “Dalam hadits ini ada keutamaan saling‬‬
‫‪mencintai karena Allah, dan itu merupakan sebab mendapatkan cinta dari Allah dan‬‬
‫‪keutamaan mengunjungi orang shalih” (dari Mirqatul Mafatih, 8/3135).‬‬

‫العظِ ي ِْم َو َن َف َعنِيْ َوِإ َيا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه م َِن اآل َيات‬


‫آن َ‬ ‫ك هللاُ لِيْ َو َل ُك ْم فِيْ القُرْ ِ‬ ‫ار َ‬ ‫َب َ‬
‫الغفُ ْو ُر َ‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ‫َوالذ ِْك ِر َ‬
‫الح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل ِم ِّنيْ َو ِم ْن ُك ْم ِتاَل َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو َ‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫هلل َع َلى ِإحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر َل ُه َع َلى َت ْو ِف ْي ِق ِه َوامْ َت َنا ِن ِه‬ ‫اَ ْل َحمْ ُد ِ ِ‬
‫ْك َل ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى ِإ َلى ِرضْ َوانِه‬ ‫َأ ْش َه ُد َأنْ الَِإ َل َه ِإالَّهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬
‫ِّ‬
‫صل ْوا َع َل ْي ِه َو َسلم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‬ ‫ُّ‬ ‫ُصلُّ ْو َن َع َلى ال َّن ِبيِّ َيآ ُّي َهاال ِذي َْن آ َمن ْوا َ‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫هللا َومَالِئ َك َت ُه ي َ‬ ‫ِإنّ َ‬
‫َأل‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َأل‬ ‫ْ‬
‫ض الل ُه َّم َع ِن ا رْ َب َع ِة الخلفا ِء الرَّ شِ ِدي َْن َوا ِئ َّم ِة‬ ‫ْن ا ز َه ِر َوارْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َأل‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َأل‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اَلل ُه َّم َ‬
‫ِب ال َوجْ ِه ا ن َو ِر َوال َج ِبي ِ‬ ‫صاح َ‬ ‫ِك َو َرس ُْول َِك م َُح َّم ٍد َ‬ ‫ص ِّل َعلى َع ْبد َ‬
‫ان ِإ َلى َي ْو ِم‬ ‫ان َو َعلِى َو َع ِن الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس ٍ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬
‫ض ْوا ِب ْال َح ِّق َو ِب ِه َكا ُن ْوا َيعْ ِدلُ ْو َن ِبى َب ْك ٍر َو ُع َم َر َوعُث َم َ‬ ‫ْال َم ْه ِد ِّيي َْن الَّ ِذي َْن َق َ‬
‫ِك َيا رْ َح َم الرَّ ِح ِمي َْن‬ ‫َأ‬ ‫ِك َوِإحْ َسان َ‬ ‫ك َو َك َرم َ‬ ‫ْ‬
‫ْن َوعِ َنا َم َع ُه ْم ِب َعف ِو َ‬ ‫‪.‬ال ِّدي ِ‬
‫ت‬‫ََ ِ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫َّع‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫ْبُ‬
‫ي‬ ‫ج‬
‫ِ‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫ْبٌ‬‫ي‬‫ر‬ ‫َ‬
‫ق‬ ‫ع‬‫ٌ‬ ‫ي‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ك‬
‫َ ِ ِإ َ َ ِ‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫مْو‬ ‫َأل‬‫ا‬‫ْ‬ ‫و‬ ‫م‬
‫َ ِ ِ ْ َ‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫حْ‬ ‫َأل‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫َِ ِ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ُسْ‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫و‬ ‫ِِ َ َ‬ ‫ْن‬ ‫ي‬‫م‬ ‫ل‬ ‫ُسْ‬ ‫م‬‫ال‬ ‫ْ‬ ‫و‬ ‫ِ ِ َ‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫ن‬‫َ‬ ‫م‬ ‫ُْؤ‬
‫م‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫و‬
‫ِِ َ َ‬‫ْن‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫م‬ ‫ُْؤ‬‫م‬ ‫ْ‬
‫ِل‬ ‫ل‬ ‫ِرْ‬
‫ف‬ ‫ْ‬
‫اغ‬ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ِ‬
‫ك ْالم َُوحِّ ِدي َْن‬ ‫ك َو ْالمُسْ ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َبادَ َ‬ ‫َأ‬
‫اَلل ُه َّم عِ َّز ْاِإلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬ ‫َأ‬
‫َر َّب َنا َظ َلمْ َنا َأ ْنفُ َس َنا َوِإنْ َل ْم َت ْغفِرْ َل َنا َو َترْ َحمْ َنا لنك ْوننَّ م َِن الخاسِ ِري َْن‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اًّل‬
‫ان َواَل َتجْ َع ْل فِيْ قُلُ ْو ِب َنا غِ لِلَّ ِذي َْن آ َم ُنوا َر َّب َنا ِإ َّن َ‬
‫ك َرءُوفٌ َرحِي ٌم‬ ‫اغفِرْ َل َنا َوِإِل ْخ َوا ِن َنا الَّ ِذي َْن َس َبقُ ْو َنا ِباِإْل ْي َم ِ‬ ‫َر َّب َنا ْ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ِّت ْقدَ ا َم َنا َوا ْنصُرْ َنا َع َلى ال َق ْو ِم ال َكاف ِِري َْن‬ ‫َأ‬ ‫َ‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬
‫مْر َنا َوثب ْ‬ ‫اغفِرْ َل َنا ذ ُن ْو َب َنا َوِإسْ َرا َف َنا فِيْ ِ‬ ‫َر َّب َنا ْ‬
‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬
‫َر َّب َنا َهبْ لنا مِنْ ز َوا ِجنا َوذرِّ يَّا ِتنا قرَّ َة عْ ي ٍُن َواجْ َعلنا لِل ُمت ِقي َْن ِإ َمامًا‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫َر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذ َ‬
‫ْأ‬
‫هللا ْال َعظِ ْي َم‬ ‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َف ْاذ ُكر ُْوا َ‬‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِى ْالقُرْ َبى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫هللا َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َو ْاِإلحْ َس ِ‬ ‫هللا ِإنَّ َ‬ ‫عِ َبادَ ِ‬
‫ْ‬
‫هللا ك َب ُر‬ ‫َأ‬ ‫َي ْذ ُكرْ ُك ْم َواشكرْ وا َعلى ن َِع ِم ِه َي ِزدك ْم َولذِك ُر ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬

Anda mungkin juga menyukai