Anda di halaman 1dari 10

Khutbah Jumat :

Kepedulian Terhadap Makanan Halal


 

ً‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدا‬ ْ َ‫ َوأ‬  ، َ‫صالِ ِحيْن‬ َّ ‫ش ِريْكَ لَهُ َولِ ُّي ال‬ َ َ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬ ْ َ‫ َون‬، َ‫ َوالَ ُعد َْوانَ إِالَّ َعلَى الظَّالِ ِميْن‬، َ‫ َوال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّقِيْن‬، َ‫ا ْل َح ْم ُد هللِ َر ِّب ال َعالَ ِميْن‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم‬
ٍ ‫س‬ َ ‫ص ْحبِ ِه َوالتَّابِ ِعيْنَ لَهُ ْم بِإ ِ ْح‬
َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،‫سالَ ُمهُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫صلَ َواتُ هللاِ َو‬ َ ، َ‫ق هللاِ أَ ْج َم ِعيْن‬ ِ ‫ض ُل َخ ْل‬ َ ‫ َوأَ ْف‬، َ‫سلِيْن‬ َ ‫س ْولُهُ إِ َما ُم األَنبِيَا ِء َوا ْل ُم ْر‬
ُ ‫َع ْب ُدهُ َو َر‬
ُ َ
َ‫ أع ُْوذ بِاهللِ ِمن‬، َ‫ق ا ْلقَائِلِيْن‬ ُ ‫ص َد‬ َ ْ َ
ِ ‫ َوقَا َل هللاُ تَ َعالَى فِي ْالقُ ْر‬. َ‫سي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُفلِ ُح ْون‬
ْ ‫ َوه َُو أ‬،‫آن ا ْل َع ِظ ْي ِم‬ ْ
ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَف‬ ِ ‫ فَيَا ِعبَا َد هللاِ اُ ْو‬: ‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬  .‫ال ِّد ْي ِن‬
َ‫سلِ ُمون‬ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموتُنَّ إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬: ‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬ ِ َ‫ش ْيط‬
ْ ِ‫ ب‬،‫ان ال َّر ِج ْي ِم‬ َّ ‫ ال‬.

‫س زَ َمانٌ الَ يُبَالِي ا ْل َم ْر ُء َما أَ َخ َذ أَ ِمنَ ا ْل َحاَل ِل أَ ْم ِمنَ ا ْل َح َر ِام‬ َ ‫سلَّ َم يَأْتِي ع‬
ِ ‫َلى النَّا‬ ُ ‫َوقَا َل َر‬
َ ‫سو ُل هللا صلى هللا َعلَ ْي ِه َو‬

Sidang Jumat rahimakumullah,

Mengonsumsi makanan halal dan menggunakan produk-produk halal sebenarnya bukan saja
merupakan kebutuhan kita setiap individu Muslim. Namun juga manusia pada umumnya. Maka,
tak heran sekarang masyarakat dunia dari berbagai agama dan negara pun lebih aman, nyaman
dan senang jika menggunakan bahan-bahan atau makanan yang terjamin kehalalannya.

Sertifikasi halal pun bukan hanya di Indonesia dan negeri-negeri mayoritas Muslim seperti
Indonesia, Malaysia, Turki, dsb. Namun juga berkembang di mancanegara.

Tidak kurang dari 42 badan sertifikasi halal dunia yang diakui oleh Majelis Ulama Indonesia di
23 negara. Sebagian besarnya malah di negara-negara non muslim seperti Singapura, Korea,
Filipina, Thailand, India, Jepang, Australia, Belanda, Inggris, hingga Amerika Serikat

Sebab, memang, seperti penelitian para ahli kesehatan mereka sendiri yang mengakui, bahwa
organ-organ tubuh akan sehat, tidak mudah sakit, kuat terhadap perubahan cuaca, jika diisi
dengan konsumsi makanan halal.

Sebaliknya akan mudah sakit dan rusak manakala diisi dengan bahan makanan dan minuman
yang haram atau tidak jelas kehalalannya (syubhat).

Bukan hanya makanan dan produk halal, dalam sistem keuangan pun, sistem ekonomi dunia
yang rapuh akibat kapitalisme, mulai melirik sistem keuangan Islam atau dikenal dengan
ekonomi syariah.

Bahkan perbankan Islam bukan hanya bekembang pesat di Malaysia, Qatar, dan Turki. Namun
merambah hingga Singapura yang notabene identik dengan kapitalis-liberalis, merambah ke
Eropa, seperti Jerman.
Bahkan Singapura menyatakan dirinya melalui kebijakan pemerintahannya untuk mendukung 
sistem perbankan dan keuangan syariah.

Singapura sejak 2006 telah membangun kerangka hukum untuk menjadikan negara itu sebagai
pusat jasa keuangan syariah (center for Islamic financial services).

Di Filipina saja, negara dengan penduduk 80% mayoritas beragama kristen, hanya terdapat
sekitar 8,5% Muslim atau sekitar 6 juta. Saat ini dikenal memiliki lembaga yang berkaitan
dengan halal terkenal, yaitu Sertifikasi Halal, Lembaga Haji dan ada Jurusan Perbankan Syariah
di Perguruan Tingginya.

Demikian pula di Thailand, khususnya bagian selatan atau Pattani (Fathoni). Keuangan syariah
telah hadir di sana dalam bentuk tabungan koperasi syari’ah, di bawah pengawasan Islamic
Council Pattani.

Empat koperasi tabungan syariah yang berkembang di wilayah itu, yaitu: Ibnu Affan, As-Siddiq,
Tsaqaffah dan Al-Islamiyah

Negera sebesar China pun yang dikuasai partai komunis, pun mulai menjalin kerjasama intensif
dengan Timur Tengah, termasuk dengan Palestina. Khususnya dalam investasi produksi halal.

Mereka secara ekonomis saja memandangnya, bahwa secara pangsa pasar ekonomi global,
potensi perdagangan makanan halal dunia saat ini sangat luar biasa. Diprediksi pada tahun
2017 lalu bernilai sekitar 1,2 triliun dolar AS (sekitar Rp15.892 triliun).

Produk halal juga akan terus meningkat setiap tahun menjadi 3,9 triliun dolar AS (Rp51.651
triliun). Termasuk barang-barang halal yang tidak dapat dikonsumsi, seperti kosmetik, termasuk
pasta gigi, shampo, dan sabun, hingga obat-obatan termasuk vaksin, dan banyak lainnya.

Mungkin di satu sisi bisa jadi harganya agak lebih mahal, jika menggunakan bahan halal.
Dibandingkan misalnya dengan bahan dasar gelatin lemak babi. Dan ini memang sebuah ujian,
di mana babi sangat mudah diternakkan, cepat, melimpah dan murah.

Ini seperti dikatakan oleh Richard Lutwyche, pengusaha pengelola peternak babi yang
berpengalaman puluhan tahun di Inggris, yang juga Ketua Traditional Breeds Meat Marketing
Company uyang mengatakan, semua anggota badan babi bisa dimanfaatkan semuanya untuk
lebih dari seratus produk sehar-hari. Semuanya dapat digunakan kecuali bunyi jeritannya saja.

Hadirin rahimakumullah.

Dari sinilah mari kita sebagai Muslim yang cinta pada Allah, sunnah, dan pada diri kita dan
keluarga kita snediri, juga masyarakat luas. Mari mulai peduli terhadap konsumsi halal pada kita
masing-masing.
Jangan sampai kita beribadah shalat, berwudhu, sementara kita menggunakan sabun, pasta
gigi, kosmetika, dari bahan dasar lemak babi. Bahkan minuman dan makanan yang kita
konsumsi pun tidak jelas kehalalannya.

Apa ketika kita makan ayam goreng di mall, apakah kita yakin bahwa ayam-ayam potong itu
sudah disembelih dengan ‘asma Allah’? Atau jangan-jangan melalui mesin jagal yang menggilas
leher-leher secara massal tanpa Basmallah?

Ini seperti ditegaskan di dalam hadits:

ٍ ‫ح َرام‬
َ ِ‫ي ب‬
َ ‫ذ‬ ُ ٌ‫سد‬
ِ ‫غ‬ َ ‫ج‬
َ ‫ة‬ َ ْ ‫ُل ال‬
َ َّ ‫جن‬ ُ ‫ال َ يَدْخ‬

Artinya: “Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makanan dengan yang
haram.” (H.R. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi, dengan sebagian sanadnya
hasan. Dalam Kitab Shahih At-Targhib)

Padahal, dulu isteri para pendahulu kita dari kalangan orang-orang shalih, bahkan anak-anak
mereka berkata kepada sang ayah saat akan bekerja.

‫ار‬
ِ َّ ‫َلى الن‬ ْ َ ‫وال َ ن‬
َ ‫صب ِ ُر ع‬ َ ‫ع‬
ِ ‫و‬ ُ ْ ‫صب ِ ُر عَلَى ال‬
ْ ‫ج‬ ْ َ ‫فإِنَّا ن‬ َ ْ ‫بال‬
َ ،ِ‫ح َرام‬ ْ َ ‫وك‬
َ ‫س‬ َ َّ ‫إِي‬
َ ‫اك‬

Artinya: “Jauhilah olehmu penghasilan yang haram, karena kami mampu bersabar atas rasa
lapar, tapi kami tak mampu bersabar atas neraka.” (Dalam Kitab Mukhtashar Minhajul
Qashidin).

Janganlah kita tidak peduli tentang hal ini. Seperti Rasul katakan:
َ َ َ َ ‫يأْتِي عَلى النَّاس زمانال َ يبالِي الْمرءُ ما أ‬
َ ْ ‫نال‬
ِ ‫ح َرام‬ َ ‫م‬
ِ ‫م‬
ْ ‫لأ‬ِ ‫حاَل‬
َ ْ ‫ن ال‬ ِ ‫خذَ أ‬
َ ‫م‬ َ ْ َ َ ُ ٌ َ َ ِ َ َ

Artinya: “Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli apa yang
dia ambil, apakah dari hasil yang halal atau yang haram.” (H.R. Bukhari).

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala

Terlebih ayat-ayat di dalam Al-Quran, yang dengan sangat-sangat jelas dan tegas menyatakan
kewajiban mencari harta, rezki, serta menggunakan dan mengonsumsi barang atau makanan
halal.

Beberapa ayat mengatakan:

ۡ‫ۥ لَ ُكم‬  ‫ه‬


ُ َّ ‫ن إِن‬ ‌ِ ‫طَـ‬
‌ِۚ ‫ٰن‬ ‫لشي ۡي‬
َّ ‫ت ٱ‬
ِ ‫وٲ‬
َ ُ‫عوا ْ خُط‬
ُ ِ ‫واَل تَتَّب‬
َ ً ‫حلَـ ً ۬ا‬
‫ٰالطَي ِّ ًب ۬ ًبا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫فىل أ َۡٱلر ۡر‬
ِ ‫ما‬ ِ ْ ‫س كُلُوا‬
َّ ‫م‬ ُ ‫ها ٱ لنَّا‬
َ
َ ُّ ‫يَـٰٓأي‬
۬
)١٦٨ ( ‫ين‬ ٌ ِ ‫مب‬ُّ ‫عدُ ٌّو ٌّو‬ َ
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik ,dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 168).

Imam As-Sa’di menjelaskan, ayat ini adalah pembicaraan yang ditujukan kepada manusia
seluruhnya, baik mukmin maupun kafir, bahwa Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka
yaitu dengan Allah perintahkan mereka agar memakan dari seluruh yang ada di muka bumi
berupa biji-bijian, buah-buahan, dan hewan-hewan selama keadaannya halal. Bukan dengan
cara merampok, mencuri, atau dengan cara transaksi yang haram, atau cara haram yang lain,
atau untuk membantu yang haram.

Pada ayat lain ditegaskan:

)٨٨ ( ‫ون‬ ِ ‫مؤ ۡؤ‬


‫من ُ َـ‬ ُ ‫هۦ‬
َ
ِ ِ ‫ى أنتُم ب‬ ِ َّ ‫ه ٱل‬
ٓ ‫ذ‬ َ َّ ‫قوا ْ ٱ لل‬
ُ َّ ‫وٱت‬ ۬ ً ‫حلَـ ً ۬ا‬
َ ‌‫ٰالطَي ِّ ًب‌ا ًب ۚا‬ ُ َّ ‫م ٱ لل‬
َ ‫ه‬ ُ ُ ‫قك‬
َ ‫ما َر َز‬ ِ ْ ‫وكُلُوا‬
َّ ‫م‬ َ

Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Q.S. Al-Ma’idah
[5]: 88).

)١١٤ َ ُ‫م إِيَّاهُتَع ۡعبُد‬


( ‫ون‬ ِ َّ ‫تٱلل‬
ۡ‫ه إِنكُنت ُ م‬ َ ‫م‬ ُ ۡ ‫وش ڪ‬
َ ‫ٱش ُرواْنِع ۡع‬ ۬ ً ‫حلَـ ً ۬ا‬
َ ‫ٰالطَي ِّ ًب ًبا‬ ُ َّ ‫م ٱ لل‬
َ ‫ه‬ ُ ُ ‫قڪ‬
َ ‫ما َر َز‬ ِ ْ ‫فكُلُوا‬
َّ ‫م‬ َ

Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu;
dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Q.S. An-Nahl
[16]: 114).

)٥١( ‫ص ٰـل ًِح ۖا‌ إِ ِّنى بِ َما َت ۡع َملُونَ َعلِي ۬ ٌم‬


َ ‫ٱع َملُو ْا‬ ِ ‫سل ُ ُكلُو ْا مِنَ ٱل َّط ِّي َب ٰـ‬
ۡ ‫ت َو‬ ُّ ‫َي ٰـٓأ َ ُّي َہا‬
ُ ‫ٱلر‬

Artinya: “Hai rasul-rasul, makanlah dari ath-thayyibaat, dan kerjakanlah amal yang shalih.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 51).

Kemudian di dalam hadits dikemukakan: Nabi pernah menyebutkan seseorang yang melakukan
perjalanan panjang, rambutnya kusut, tubuhnya berdebu, ia menengadahkan tangannya ke
langit seraya berucap: ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Akan tetapi makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, disuapi makanan yang haram, bagaimana mungkin
doanya terkabul? (HR Muslim).

Marilah kita tetapkan kembali hidup kita, mencari dari yang halal, dan mengonsumsi serta
memakai juga dari yang halal. Ini memang tidak mudah, tapi bukan mustahil, dan inilah
namanya jihad atau perjuangan.

Seperti disebutkan dalam hadits yang mengatakan:


َ َ َ ‫ل‬
َ ‫س‬
‫ول‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫قالُوا‬َ ‫ف‬َ ‫ه‬ ِ ِ‫شاط‬ َ َ ‫ون‬
َ ‫ه‬ ِ ‫د‬ ِ َ ‫جل‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ه‬ ِ ‫ول الل‬
ِ ‫س‬ ُ ‫اب َر‬ُ ‫ح‬ َ ‫ص‬ْ ‫ف َرأى أ‬ ٌ ‫ج‬ ُ ‫ي َر‬ ِّ ِ ‫م َّر عَلَى النَّب‬ َ
‫ه‬
ِ ‫د‬ َ
ِ ‫ول‬ َ ‫ى‬ َ ‫َل‬
‫ع‬ ‫ى‬ ‫ع‬
َ ‫س‬
ْ َ ‫ي‬ ‫ج‬
َ ‫َر‬
َ ‫خ‬ ‫ان‬
َ َ ‫ك‬ ‫ن‬
ْ ِ ‫إ‬ :‫ه‬ِ ‫الل‬ ُ
‫ول‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬
َ َ
‫ال‬ ‫ق‬َ َ
‫ف‬ .‫ه‬ِ ‫الل‬ ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫س‬
َ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫َا‬ ‫ذ‬‫ه‬َ ‫ان‬
َ َ ‫ك‬ ‫و‬
ْ َ ‫ل‬ ،‫ه‬ِ ‫الل‬
َ
‫في‬ ِ ‫و‬َ ‫ه‬ ُ ‫ف‬ َ ‫ن‬ ِ ْ ‫ن كَبِي ْ َري‬ ِ ْ ‫خي‬ َ ْ ‫شي‬ َ ‫ن‬ ِ ْ ‫وي‬َ َ ‫عى عَلَى أب‬ َ ‫س‬ ْ َ‫ج ي‬ َ ‫َر‬َ ‫ان خ‬ َ َ‫ن ك‬ْ ِ ‫وإ‬َ ،‫ه‬ ِ ‫يل الل‬
ِ ِ ‫سب‬
َ ‫في‬ ِ ‫و‬
َ ‫ه‬ ُ ‫ف‬َ ‫َارا‬
ً ‫صغ‬ ِ
‫ج‬
َ ‫َر‬
َ ‫خ‬ ‫ان‬
َ َ ‫ك‬ ‫ن‬
ْ ‫إ‬‫و‬
ِ َ ،‫ه‬ِ ‫الل‬ ‫يل‬ِ ِ َ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫و‬
َ ُ‫ه‬ َ
‫ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬
َ ُّ
‫ف‬ ‫ع‬
ِ ُ ‫ي‬ ‫ه‬
ِ ‫س‬
ِ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ ‫ى‬ َ ‫َل‬
‫ع‬ ‫ى‬ ‫ع‬
َ ‫س‬
ْ َ ‫ي‬ ‫ج‬
َ ‫َر‬
َ ‫خ‬ ‫ان‬
َ َ ‫ك‬ ‫ن‬
ْ ‫إ‬‫و‬
ِ َ ، ‫ه‬
ِ ‫الل‬ ‫يل‬ ‫ب‬
ِ ِ َ‫س‬
ِ َ‫الشيْط‬
‫ان‬ َّ ‫يل‬
ِ ِ ‫سب‬ َ ‫في‬ ِ ‫و‬ َ ‫ه‬ ُ ‫ف‬َ ً‫َرة‬ َ ‫فاخ‬ َ ‫م‬
ُ ‫و‬َ ً‫ريَاء‬ ِ ‫ى‬ ‫ع‬
َ ‫س‬
ْ َ ‫ي‬

Artinya: Seseorang telah melewati Nabi maka para sahabat Nabi melihat keuletan dan giatnya.
Sehingga mereka mengatakan: “Wahai Rasulullah, seandainya ia lakukan itu di jalan Allah.”
Maka Rasulullah bersabda: “Bila ia keluar (rumah) demi mengusahakan untuk anak-anaknya
yang kecil maka ia berada di jalan Allah. Bila ia keluar demi mengusahakan untuk kedua
orangtuanya yang telah berusia lanjut maka ia berada di jalan Allah. Bila dia keluar demi
mengusahakan untuk dirinya sendiri agar terjaga kehormatannya maka ia berada di jalan
Allah. Namun bila dia keluar dan berusaha untuk riya’ (mencari pujian orang) atau untuk
berbangga diri, maka ia berada di jalan setan.” (H.R. At-Thabrani).

Maka, dengan mencari, menggunakan, dan konsumsi makanan halalan thayyiban, di samping
dapat membawa keberkahan hidup dalam kegiatan sehari-hari, mempermudah terkabulnya
doa, dan menyelamatkan diri dari dosa, serta mempermudah jalan ke surga, ridha Allah. Juga
dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani masyarakat secara luas, dan otomatis bangsa dan
dunia. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. (A/RS2/P1)

‫و‬
َ ‫ه‬ُ ‫ه‬ ْ ُ ‫ْف ْر لَك‬
ُ ‫ إِن‬   ‫م‬ ِ ‫ يَغ‬  ُ‫ْف ُروه‬
ِ ‫استغ‬
ْ ‫ف‬ ْ ُ ‫ولَك‬
َ   ،‫م‬ َ ‫ لي‬  ‫يم‬
َ ِ ‫عظ‬
َ ‫ه ال‬
َ ‫ْف ُر الل‬
ِ ‫أستغ‬
ْ ‫و‬َ ‫هذَا‬
َ ‫ولي‬ َ ‫ول‬
ْ ‫ق‬ ُ ‫ق‬ُ ‫أ‬
‫يم‬
ُ ‫ح‬ ِ ‫الر‬
َّ ‫ور‬ ُ ‫َف‬ ُ ‫الغ‬

Mi’raj News Agency (MINA)


‫‪Khutbah Jumat: Dampak Rohani dari Apa yang Kita Konsumsi‬‬

‫‪Jumat 7 September 2018 10:15 WIB‬‬


‫‪Share:‬‬

‫)‪Ilustrasi (via binokl.cc‬‬


‫‪Khutbah I‬‬
‫‪ ‬‬
‫ات َو ْالبَ َر َك ُ‬
‫ات‪َ -،‬وبِتَ ْوفِ ْيقِ ِه‬ ‫ات‪َ -،‬وبِفَضْ لِ ِه تَتَنَ َّز ُل ْال َخي َْر ُ‬‫ْال َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ بِنِ ْع َمتِ ِه تَتِ ُّم الصَّالِ َح ُ‬
‫ْك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن ُم َح َّمدًا‬ ‫ات‪ .‬أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري َ‬ ‫اص ُد َو ْال َغايَ ُ‬ ‫ق ْال َمقَ ِ‬ ‫تَتَ َحقَّ ُ‬
‫صحْ بِ ِه‬ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫ي بَ ْع َدهُ‪ .‬اللهم َ‬ ‫َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ اَل نَبِ َّ‬
‫َّاي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه‬ ‫ص ْي ُك ْم َوإِي َ‬ ‫ضر ُْو َن أُ ْو ِ‬ ‫الحا ِ‬‫ال ُم َجا ِه ِدي َْن الطَّا ِه ِري َْن‪ .‬أَ َّما بَ ْع ُد‪ ،‬فَيَا آيُّهَا َ‬
‫ون‪،‬‬ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم َ‬‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح َّ‬‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن‪ .‬يَا أَيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫‪َ . ‬وتَ َز َّو ُدوا فَإِ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى‬
‫‪ ‬‬
ِ ‫ال هللاُ تَ َعالَى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم أَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيطَا ِن الر‬
‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن‬،‫َّجي ِْم‬ َ َ‫فَقَ ْد ق‬
‫اط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَا إِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَأْ ُكلُوا فَ ِريقًا ِم ْن أَ ْم َوا ِل‬
ِ َ‫ َواَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬:‫ال َّر ِحي ِْم‬
َ ‫اس بِاإْل ِ ْث ِم َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ِ َّ‫الن‬
 
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
 
Pernahkah Anda jengkel dengan kelakuan orang yang sudah jelas-jelas terbukti korupsi masih
menunjukkan rasa tak bersalah sama sekali? Atau gelisah dengan diri sendiri yang mengalami
kebuntuan pikiran akut tanpa tahu apa sebabnya? Atau beribadah secara tekun tapi tak
merasakan sama sekali manisnya ibadah tersebut—hati tetap terasa gersang? Atau terasa ada
dorongan penolakan oleh ego saat kita menerima nasihat?
 
Bisa jadi hal itu disebabkan oleh adanya barang haram dalam tubuh seseorang. Dalam Islam,
mengonsumsi yang halal adalah wajib. Masuknya barang haram dalam diri manusia tak hanya
membuat ia dosa tapi juga berdampak lanjutan kepada keruhnya batin dan kerasnya hati.
 
Syekh Abu Ishaq Ibrahim al-Matbuli pernah berwasiat:
 
ْ ‫ب َوي‬
‫ُظلِ ُمهُ َويَحْ ُجبُهُ َع ْن‬ -َ ‫لحاَل ِل يُقَسِّي ْالقَ ْل‬
َ ‫الحالَ ِل فَإِ َّن أَ ْك َل َغي ِْر ْا‬
َ ‫َواحْ ُذرْ ِم ْن أَ َك ِل َغي ِْر‬
َ َ‫ق الثِّي‬
‫اب‬ ُ ِ‫ُد ُخ ْو ِل َحضْ َر ِة هللاِ تَ َعالَى َوي ُْخل‬
 
"Hindarilah olehmu makanan yang haram. Sebab makanan yang haram mengeraskan hati,
menggelapkannya, dan menghalanginya dalam bermakrifah kepada Allah, serta merusakkan
pakaian (akhlak luhur)." (Syekh Abdul Wahab asy-Sya'rani dalam al-Minahussaniyyah)
 
Dengan demikian, ada konsekuensi nyata dari apa seseorang makan terhadap kondisi hatinya:
semakin mendekat kepada Allah atau justru menjauh dari-Nya. Makanan tidak semata membawa
akibat pada kesehatan jasmani kita tapi juga suasana rohani kita karena di dalamnya terdapat
peraturan Allah yang mesti ditaati, yakni keharusan kita memakan barang yang halal.
 
Dalam fiqih keharaman barang dipengaruhi oleh setidaknya dua hal. Pertama, haram secara
substansial (li dzâtihi). Barang tersebut diharamkan oleh syariat bisa karena membawa mudarat
bagi tubuh, memabukkan, merusak akal, najis, menjijikkan, atau disebut oleh nash Al-Qur'an
atau hadits. Contoh dari barang haram model ini antara lain arak, narkoba, kotoran, bangkai,
daging babi, dan lain sebagainya. Dalam keadaan tidak terpaksa, makanan-makanan jenis ini
secara substansial haram.
 
Kedua, haram karena faktor luar (li ghairihi). Bisa jadi barang-barang yang kita makan secara
substansial halal dimakan namun karena proses mendapatkannya tidak dibenarkan syariat
makanan itu berubah status menjadi haram. Karena itu, Islam tidak hanya menganjurkan
pemeluknya untuk mencari makanan halal (secara substansial) tapi juga menggunakan cara-cara
yang halal. Seperti harta hasil korupsi atau maling, gaji melakukan kejahatan, suap, penghasilan
hasil menipu, serta judi atau taruhan.
 
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
 
Luqman al-Hakim pernah memberikan nasihat kepada anaknya: "Wahai anakku, jangan kamu
makan barang haram dan mengisi perut terlalu kenyang. Sebab pikiran akan tertidur (beku).
Kalau oikiran beku (tidak kreatif) maka ilmu pengetahuan pun akan pergi, dan dirimu akan
merasa berat melakukan ibadah kepada Allah ‫ﷻ‬.
 
Syekh Wahab asy-Sya'rani menjelaskan lebih lanjut dalam kitab al-Minahus Saniyyah bahwa ada
tujuh akibat yang datang apabila seorang mengisi perut terlalu kenyang (apalagi dengan barang
haram dan syubhat). Yakni, hati menjadi keras, merusak kecerdasan dan kreativitas akal pikiran,
menghilangkan hafalan, memberatkan badan untuk beribadah kepada Allah, malas belajar,
memperkuat syahwat, dan membantu perangkap setan.
 
Itulah dampak-dampak rohani yang bakal dialami di dunia bagi siapa saja yang sengaja
memasukkan barang haram di dalam tubuhnya. Dampak lebih ekstrem tentu akan diterima kelak
di kehidupan akhirat. Surga enggan menerima orang-orang yang tubuhnya terdapat barang
haram.
 
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
 
‫ت فَالنَّا ُر أَ ْولَى ِب ِه‬ َ َ‫ُكلُّ لَحْ ٍم نَب‬
ٍ ْ‫ت ِم ْن سُح‬
 
Artinya: “Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih utama
baginya.” (HR Ahmad)
 
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
 
Setiap umat Islam tidak hanya wajib menjaga dari sesuatu yang haram bukan sematan kepada
dirinya sendiri tapi juga keluarganya. Apalagi bagi seorang kepala keluarga, ikhtiarnya mencari
nafkah mesti disertai perimbangan masak-masak bahwa segala aktivitas kita untuk memeroleh
rezeki berasal dari cara dan sumber yang halal.
 
Kadang kita jumpai, seorang pedagang, sales, atau sejenisnya rela mengelabui klien hanya demi
mengeruk keuntungan bagi dirinya sendiri, tanpa memikirkan kerugian bagi orang lain. Atau
sebagian pejabat pemerintahan yang gemar mencari pungutan liar di luar pendapatan resmi.
Cara-cara seperti ini, meski kadang terasa “lumrah” di masyarakat kita, setatusnya tetap
terlarang. Dan penghasilan yang didapatkan dengan cara demikian cepat atau lambat akan
berbuah pada mudarat bagi diri kita, anak-anak kita, keluarga kita, atau siapa saja yang
nafkahnya menjadi tanggung jawab kita. Mudarat tersebut bisa jadi tak tampak secara jasmani,
tapi akan sangat terasa di level rohani.
 
Kenapa mudarat jasmani bisa jadi tidak terlalu tampak? Mungkin karena dengan barang atau
cara haram tersebut, seseorang terlihat makin kaya dan sehat. Tapi, apakah kesejahteraan itu
membuatnya rendah hati, tenang secara batiniah, dan kian mendekat dengan Allah ‫ ?ﷻ‬Kita
mesti catat, sesuatu yang didapat dari melanggar perintah Allah, amat sulit membawa dampak
pada ketaatan kepada Allah.
‫‪ ‬‬
‫‪Semoga kita semua, termasuk anak, cucu, istri, dan keluaraga kita, terjaga dari barang-barang‬‬
‫‪haram. Sehingga, kita semua semakin diberi kelapangan dalam mencari jalan kedekatan kepada‬‬
‫‪, tenang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, serta bahagia baik di dunia‬ﷻ ‪Allah‬‬
‫‪maupun di akhirat kelak. ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Wallahu a’lam bish shawab.‬‬
‫‪ ‬‬
‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل‬‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬ ‫بَا َر َ‬
‫هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‪َ ،‬وأَقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم إِنَّهُ‬
‫هُ َو ال َغفُ ْو ُر الر ِ‬
‫َّحيْم‬
‫‪ ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫‪ ‬‬
‫لى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ‬ ‫لى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َع َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َع َ‬
‫اعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم‬ ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّد ِ‬ ‫ْك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد َّ‬‫َوحْ َدهُ الَ َش ِري َ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬ ‫َ‬
‫‪ ‬‬
‫أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر‬
‫صلُّ ْو َن َعل َى النَّبِى يآ‬ ‫ال تَعاَلَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫بَ َدأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬‫اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬
‫ض اللّهُ َّم َع ِن‬ ‫ك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي‬ ‫َّاش ِدي َْن أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى َو َع ْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬ ‫ْال ُخلَفَا ِ‪-‬ء الر ِ‬
‫ك يَا أَرْ َح َم الرَّا ِح ِمي َْن‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬
‫‪ ‬‬
‫ت اللهُ َّم‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬ ‫أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك إِلَى يَ ْو َم‬ ‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ أَ ْع َدا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫َم ْن نَ َ‬
‫ظهَ َر‬ ‫لوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َح َن َما َ‬ ‫ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْا َ‬
‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ‬ ‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْل َد ِ‬ ‫ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫اس ِري َْن‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر‪ ‬بِاْل َع ْد ِل‬ ‫لخ ِ‬‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْا َ‬ ‫اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬
‫بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫ان َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ َ‬ ‫َو ْا ِإلحْ َس ِ‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَرْ‬ ‫تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬

Anda mungkin juga menyukai