Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Pertama

‫ض َّل‬ِ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَ ََل ُم‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ َ ‫ وم ِْن‬،‫ور أ َ ْنفُ ِسنَا‬


ِ ‫س ِيئ َا‬ ِ َّ ِ َ‫ِإ َّن ا ْل َح ْمد‬
ِ ‫ ونعوذُ با‬،ِ‫ نَ ْح َمدُهُ َونَ ْستَعِي ُنهُ َونَ ْست َ ْغف ُِرهُ َونَت ُوبُ ِإلَ ْيه‬،‫ّلِل‬
ِ ‫هلل ِم ْن شُ ُر‬
ُ
َّ ِ‫ ََل نَب‬،ُ‫ع ْبدُهُ َو َرسُوله‬
ُ‫ي بَ ْعدَه‬ َ َ َ َّ َ َ َ َ
َ ‫ َوأ ْش َهدُ أ َّن ُم َح َّمدًا‬،ُ‫ َوأ ْش َهدُ أ ْن ََل إِلهَ إَِل هللاُ َو ْحدَهُ ََل ش َِريكَ له‬،ُ‫ِي له‬ َ ‫ض ِل ْل فَ ََل هَاد‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬،ُ‫لَه‬

َ‫ أَعُ ْوذُ بِاهللِ مِ ن‬:‫ان اْلك َِري ْم‬ ِ ‫الى فِي اْلقُ ْر‬ َ َ‫ قَا َل هللاُ تَع‬،‫عتِ ِه لَعَلَّكُ ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو ْن‬ َ ‫ي بِت َ ْق َوى هللاِ َو‬
َ ‫طا‬ ْ ‫ص ْيكُ ْم َو نَ ْف ِس‬ ِ ‫ فَيَايُّ َها‬:ُ‫أ َ َّما بَ ْعد‬
ُ ‫ ْأو‬،‫اإل ْخ َوان‬
‫صلِحْ لَكُ ْم أ َ ْع َمالَكُ ْم َويَ ْغف ِْر لَكُ ْم ذُنُوبَكُ ْم‬ َ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو ًَل‬:‫الرحِ ْي ْم‬
ْ ُ‫ ي‬،‫سدِيدًا‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫الرحْ َم‬
َّ ِ‫ ِبس ِْم هللا‬،}‫الر ِجيْم‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫ط‬ َ ‫الَّش ْي‬
‫عظِ ي ًما‬ ً َ َ ْ َ َ َ
َ ‫َو َمن يُطِ ِع هللا َو َرسُولهُ فقد فازَ ف ْوزا‬ ْ

‫ َوكُ َّل‬،ٌ‫عة‬َ ْ‫ َوكُ َّل ُمحْ دَث َ ٍة بِد‬،‫ور ُمحْ دَثَات ُ َها‬ ِ ‫ َوش ََّر األ ُ ُم‬،‫صلَّى هللا علي ِه َوسلَّم‬
َ ‫ َو َخي َْر ا ْل ُهدَى هدى ُم َح َّم ٍد‬،ِ‫ث ِكتَابُ هللا‬
ِ ‫صدَقَ ا ْل َح ِد ْي‬
ْ َ ‫فَإِ َّن أ‬
‫ار‬ ِ َّ‫ض ََللَ ٍة فِي الن‬ ٌ
َ ‫ َوكُ َّل‬،‫ض ََللة‬ َ ‫ع ٍة‬ َ ْ‫بِد‬

َ . َ‫وقال تعالى يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوَلَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إَِلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬
‫صدَقَ هللاُ العَظِ ي ْم‬

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah


Pertama marilah kita bertakwa kepada Allah, yaitu menjauhi segala larangan dan melaksanakan
segala perintah-Nya. Hal tersebut kita lakukan karena takwa merupakan nilai esensial dalam hidup
sebagai muslim. Takwa bagi generasi muda juga bisa dimaknai dengan meningkatkan belajar,
meraih prestasi, disiplin, unggul, rajin shalat lima waktu dan beribadah kepada Allah. Sebaliknya
menjauhi larangan Allah, seperti menjauhi narkoba, menghindari hoaks dan ujarna kebencian,
menjauhi radikalisme dan terorisme, menjauhi permusuhan demi membangun dan membela NKRI
yang bermartabat.

Hadirin Rahimakumullah
Sesungguhnya di antara dosa besar yang diperingatkan oleh syariat adalah memakan sesuatu dari
hasil yang haram. Rasulullah ‫ ﷺ‬telah mengabarkan bahwasanya akan datang suatu masa di mana
orang-orang sudah tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan hartanya. Beliau ‫ ﷺ‬bersabda:
ٌ ‫لَيَأْتِيَ َّن زَ َم‬
‫ بِ َح ََل ٍل أ َ ْو َح َر ٍام‬:َ‫ان ََل يُبَالِي ا ْل َم ْر ُء بِ َما أ َ َخذَ ا ْل َمال‬
“Sungguh akan datang suatu zaman dimana seseorang tidak peduli apakah ia mengambil hartanya
dengan cara halal atau haram.”

Terlebih lagi sampai ada ungkapan yang familier di tengah-tengah masyarakat kita saat ini
bahwasanya jangankan untuk mencari harta yang halal, mencari harta yang haram pun susah.
Ungkapan tersebut akhirnya membuat seseorang semakin mudah untuk mencari harta dengan cara
yang haram.

Ketahuilah bahwasanya barang siapa yang mengambil harta yang haram atau memakan harta yang
haram, baik itu karena cara atau pun sumbernya, maka ketahuilah bahwa dia telah terjerumus
dalam dosa besar.
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬juga telah bersabda,
ِ ‫سب ِْع أ َ َر‬
َ‫ضين‬ َ ُ‫ فَإِنَّهُ ي‬،‫ض ظُ ْل ًما‬
َ ‫ط َّوقُهُ يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة مِ ْن‬ ِ ‫َم ْن أ َ َخذَ ِشب ًْرا ِمنَ األ َ ْر‬
“Barang siapa yang mengambil sejengkal saja dari tanah secara zalim, maka dia akan dikalungkan
dengan tanah sebanyak tujuh lapis bumi pada hari kiamat.”

Dalam hadis yang lain Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬juga bersabda,


‫هللا؟‬
ِ ‫ِيرا َيا َرسُو َل‬ َ َ‫ َو ِإ ْن َكان‬:ٌ‫ فَقَا َل لَهُ َر ُجل‬،َ‫علَ ْي ِه ا ْل َجنَّة‬
ً ‫ش ْيئًا َيس‬ َ ‫ َو َح َّر َم‬،‫ار‬ َ ‫ فَقَدْ أ َ ْو َج‬،ِ‫ئ ُم ْسل ٍِم ِب َي ِمينِه‬
َ َّ‫ب هللاُ لَهُ الن‬ َ َ ‫َم ِن ا ْقت‬
ٍ ‫ط َع َح َّق ا ْم ِر‬
َ
ٍ‫ضيبًا ِم ْن أ َراك‬
ِ َ‫ َوإِ ْن ق‬:َ‫قَال‬
“Barang siapa mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya (dengan kezaliman), maka
Allah mewajibkan neraka untuknya, dan mengharamkan surga atasnya.” Maka seorang laki-laki
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, meskipun itu sesuatu yang sedikit?’ Beliau menjawab, ‘Meskipun
itu hanya sebatang kayu siwak’.”

Sungguh terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwa memakan harta dengan cara yang haram
merupakan dosa besar. Ketahuilah bahwa inilah ciri-ciri orang Yahudi, sebagaimana Allah ‫ ﷻ‬telah
berfirman tentang ciri-ciri mereka,
﴾ِ‫ب أ َ َّكالُونَ لِلسُّحْ ت‬
ِ ‫س َّماعُونَ ِل ْل َك ِذ‬
َ ﴿
“Mereka itu (orang-orang Yahudi) adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,
banyak memakan yang haram.” (QS. Al-Maidah: 42)
Ma’syiral muslimin yang dirahmati oleh Allah ‫ﷻ‬.

Oleh karena itu, ada beberapa praktik-praktik memakan harta haram yang tersebar di masyarakat
kita, yang akan khatib ingatkan pada kesempatan kali ini. Kita berharap agar Allah ‫ ﷻ‬menjauhkan
kita dari perbuatan-perbuatan tersebut, dan semoga kita bisa menjaga mulut dan perut kita kecuali
dari suatu yang kita yakini akan kehalalannya. Di antara praktik-praktik tersebut antara lain:
1. Tidak bekerja sebagaimana dengan jam kerja yang telah disepakati.
Terkadang seorang pegawai negeri maupun swasta di sebuah lembaga atau perusahaan, mereka
telah ditetapkan bekerja selama delapan jam sehari, namun ternyata dia hanya bekerja kurang lebih
enam jam, adapun dua jamnya yang lain habis untuk mengisi waktu keterlambatannya dan sisa
waktu karena dia pulang lebih cepat, padahal dia mendapatkan gaji penuh tanpa ada pengurangan
sedikit pun. Ketahuilah bahwa dari waktu yang dia tidak penuhi, maka ada harta yang asalnya
haram untuk dia makan.
Oleh karena itu, ingatlah bahwa jika seseorang telah memiliki ikatan-ikatan janji dengan
perusahaan atau lembaga tertentu yang merupakan tempat dia bekerja, maka penuhilah janji
tersebut, termasuk jam kerja yang telah diatur. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah bersabda,
َ َ‫ا ْل ُم ْس ِل ُمون‬
‫علَى شُ ُروطِ ِه ْم‬
“Orang-orang muslim itu terikat di atas syarat-syarat (kesepakatan) mereka.”([5])
Maka ketika seseorang bekerja kurang dari waktu yang telah ditentukan, sementara dia
mendapatkan gaji secara penuh, maka dia telah memakan harta yang haram. Oleh karena itu,
hendaknya siapa pun di antara kita yang bekerja dengan keterikatan tertentu, penuhilah syarat-
syarat tersebut.

2. Memosisikan diri sebagai wakil lalu mengambil keuntungan tanpa sepengetahuan dari yang
mewakilkannya.
Contohnya: seseorang yang bertugas di bagian pengadaan barang di sebuah perusahaan. Dia adalah
orang yang pandai menawar. Ketika diperintahkan untuk mengadakan suatu barang, dia mencari
dan menawar barang-barang hingga di bawah harta normal. Akan tetapi, dia melaporkan kepada
perusahaan tempat dia bekerja bahwa barang-barang dia beli dengan harga normal, dan selisih
harga dia masukkan ke dalam kantongnya. Maka apa yang dilakukan oleh pegawai seperti ini
hukumnya haram, karena dia posisinya sebagai wakil.
Perkara ini banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Maka hendaknya setiap kita waspada
akan hal ini, dan bertobat serta mengembalikan kelebihan harta yang kita ambil jika kita pernah
melakukannya. Adapun cara agar praktik seperti ini terlepas dari sesuatu yang haram, maka
seseorang boleh memosisikan dirinya sebagai penjual terlebih dahulu, atau meminta keuntungan
secara langsung kepada pihak yang mewakilkan atas tugasnya sebagai wakil.

3. Berutang dan tidak mengembalikannya.


Seseorang yang berutang dan tidak mengembalikan utangnya tersebut, maka dia telah
memakan harta yang haram. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah bersabda,
ُ َّ ُ‫ َو َم ْن أ َ َخذَ ي ُِريدُ ِإتَْلَفَ َها أَتْلَفَه‬،ُ‫ع ْنه‬
‫َّللا‬ َّ ‫اس ي ُِريدُ أَدَا َءهَا أَدَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ‫َم ْن أ َ َخذَ أ َ ْم َوا َل الن‬
“Barang siapa yang mengambil harta manusia (berutang) disertai maksud akan membayarnya
maka Allah akan membayarkannya untuknya. Sebaliknya, barang siapa yang mengambilnya
dengan maksud merusaknya (tidak mengembalikannya), maka Allah akan hancurkan dia.”([6])
Orang yang berutang dengan niat tidak ingin mengembalikan apa yang dia utangi, maka dia akan
dihancurkan oleh Allah ‫ﷻ‬. Kalau dia tidak hancur di dunia, maka pasti dia akan hancur di alam
barzakh sebelum dia kembali disiksa di neraka jahanam.
Perkara berutang ini bukanlah perkara yang ringan. Lihatlah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, sampai-sampai
beliau tidak mau menyalati jenazah seseorang yang utangnya ternyata belum lunas.([7])
Oleh karena itu, apabila seseorang berutang kepada orang lain seperti meminjam uang, maka dia
harus berniat untuk mengembalikannya.
Ingatlah pula bahwasanya bukan hanya berniat tidak membayar utang, menunda-nunda
pembayaran utang pun dicela dengan sebutan perbuatan zalim oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ط ُل الغَنِي ِ ظُ ْل ٌم‬ْ ‫َم‬
“Menunda pembayaran utang bagi orang yang mampu adalah kezaliman.”([8])
Ketahuilah, apabila seseorang mampu membayar utang namun dia terus-terusan menundanya
sementara telah jatuh tempo, maka dia telah melakukan kezaliman. Semakin lama dia menunda
pembayaran utang, maka argo dosa kezalimannya pun tetap jalan terus.
Sungguh sebagian orang telah menjadi tidak beradab kepada orang lain dalam hal ini, dia telah
membalas air susu dengan air tuba, orang telah berbuat baik kepadanya, namun dia malah
menunda-nunda pembayaran utangnya. Sebagian orang menunda-nunda pembayaran utangnya,
akhirnya membuat sang pemberi utang seakan-akan menjadi pengemis kepadanya. Maka setiap
dari kita hendaknya waspada ketika berutang, jangan sampai menunda-nunda pembayaran utang,
dan terlebih lagi jangan sampai berniat untuk tidak membayar utang tersebut.

4. Al-Ghulul
Al-Ghulul adalah mengambil harta masyarakat umum atau negara untuk kepentingan pribadinya.
Di antara bentuk ghulul adalah pegawai negeri yang menerima hadiah dari masyarakat karena
statusnya sebagai pegawai negara, yang jika dia bukan sebagai pegawai negara maka tidak akan
ada yang memberinya hadiah.
Di zaman Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, ada seseorang yang bernama Ibnu Luthbiyah yang ditugaskan
untuk mengambil harta zakat. Ketika dia telah mengambil harta zakat, maka dia pun
menyerahkannya kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Ketika dia serahkan harta zakat tersebut, dia pun
mengatakan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bahwasanya dari apa yang dia bawa tersebut,
ada harta kaum muslimin dan ada pula hadiah yang diberikan untuknya. Maka Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬pun marah dan mengingatkannya,
َ ُ‫ فَيَ ْنظُ َر يُ ْهدَى لَهُ أ َ ْم َلَ؟ َوالَّذِي نَ ْفسِي ِبيَ ِد ِه َلَ يَأ ْ ُخذُ أ َ َحدٌ ِم ْنه‬،ِ‫ت أ ُ ِمه‬
ُ‫ش ْيئًا ِإ ََّل َجا َء ِب ِه يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة يَحْمِ لُه‬ ِ ‫ت أ َ ِبي ِه أ َ ْو بَ ْي‬ َ َ‫فَ َه ََّل َجل‬
ِ ‫س فِي بَ ْي‬
ً َ
‫ أ ْو شَاة ت َ ْيعَ ُر‬،‫ار‬ ُ َ ً َ َ
ٌ ‫ أ ْو بَق َرة ل َها خ َو‬،‫ِيرا لهُ ُرغَا ٌء‬ َ َ ْ
ً ‫ إِن كانَ بَع‬،ِ‫على َرقبَتِه‬ َ َ َ
“Cobalah dia tinggal di rumah ayahnya atau ibunya lalu dia lihat apakah dia diberi hadiah atau
tidak? Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak seorang pun yang mengambil sesuatu dari
zakat kecuali dia akan datang pada hari kiamat dengan dipikulkan di atas lehernya berupa unta
yang berteriak, atau sapi yang melembuh atau kambing yang mengembik.”([9])
Oleh karena itu, ini menjadi peringatan bagi para pegawai negeri bahwasanya ketika Anda
melakukan tugas negara kemudian masyarakat memberikan hadiah kepada Anda, maka tidak
boleh Anda terima. Kalaupun Anda terima, maka hadiah tersebut harus Anda serahkan kepada
negara. Jika Anda menerimanya untuk kepentingan pribadi, maka itu adalah ghulul, dan hukumnya
haram.
Demikian pula dengan mengambil harta negara. Disebutkan sebuah kisah di zaman Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dalam perang Khaibar, ketika ada seseorang meninggal dalam peperangan, maka
para sahabat mengatakan bahwa orang tersebut mati syahid dan masuk surga. Namun, Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬tidak mengatakan demikian, bahkan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬mengatakan bahwa dia
tempatnya di neraka jahanam. Mengapa demikian? Setelah diperiksa ternyata orang tersebut
mengambil burdah yang seharusnya itu menjadi harta ganimah yang dibagi oleh negara, akan
tetapi dia mengambilnya sebelum dibagi.([10])
Demikian pula Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah mengutus Abu Mas’ud t, beliau ‫ ﷺ‬berkata,
ُ‫غلَ ْلتَه‬
َ ْ‫ قَد‬،‫صدَقَ ِة لَهُ ُرغَا ٌء‬
َّ ‫ِير م ِْن إِبِ ِل ال‬ َ ‫ َو ََل أ ُ ْل ِفيَنَّكَ يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة ت َِجي ُء َو‬،ٍ‫طل ِْق أَبَا َم ْسعُود‬
َ ‫علَى‬
ٌ ‫ظ ْه ِركَ بَع‬ َ ‫ا ْن‬
“Pergilah wahai Abu Mas’ud, dan jangan sampai aku mendapatimu pada hari kiamat datang
sementara di atas punggungmu terdapat unta dari unta-unta zakat yang mengeluarkan suara yang
telah engkau ambil sebagai harta ghulul.”([11])
Oleh karena itu, tidak boleh seseorang mengambil harta negara, karena itu adalah
ghulul. Di antara praktik yang jelas dalam hal ini pula adalah korupsi (mengambil harta negara)
yang dilakukan oleh sebagian orang. Ketahuilah, jika mencuri harta satu orang saja akan
menjadikannya bermasalah pada hari kiamat kelak, maka bagaimana lagi dengan mencuri uang
rakyat dan aset-aset negara? Maka tentu dosanya tidak sama dengan mencuri dari satu orang saja.

5. Menerima subsidi yang tidak berhak untuk dia terima


Banyak dari sebagian kita yang melakukan praktik ini. Ketahuilah bahwa apabila pemerintah
memberikan subsidi pada barang tertentu, kemudian kita ternyata tidak termasuk dalam kriteria
penerima subsidi tersebut, namun kita ambil subsidi tersebut, maka kita telah memakan harta yang
haram.

6. Seorang istri yang mengambi harta suaminya tanpa izin


Memang benar bahwa jika seorang suami tidak memberi nafkah yang cukup kepada istrinya, maka
sang istri boleh mengambil haknya meskipun suaminya tidak tahu, akan tetapi dengan syarat
bahwa yang diambil hanya sebanyak yang dia butuhkan saja. Akan tetapi, apabila seorang istri
telah dipenuhi kebutuhan dan keperluannya, kemudian dia mengambil dan
menggunakan harta suaminya tanpa sepengetahuan suaminya, maka dia telah
memakan harta yang haram.

7. Mengolah harta titipan untuk kepentingan pribadi


Ingatlah, tentu berbeda kasusnya apabila kita sebagai orang yang meminjam uang kepada orang
lain. Kalau kita meminjam uang kepada seseorang, maka kita boleh menggunakan uang tersebut.
Namun, apabila ketika orang menitipkan uang kepada kita yang dalam syariat disebut dengan
wadi’ah, maka tidak boleh kita menggunakan uang tersebut kecuali dengan izinnya. Kalau orang
yang menitipkan mengizinkan untuk menggunakan titipan tersebut, maka status wadi’ah tersebut
berubah menjadi utang (qardh). Namun ketika status uang tersebut yang masih wadi’ah (titipan),
kemudian kita gunakan tanpa seizin orang yang menitipkan, maka dia telah melakukan hal yang
haram.
Ketahuilah, saking pentingnya untuk seseorang untuk memperhatikan masalah ini, yaitu meminta
izin terlebih dahulu kepada pemilik barang sebelum menggunakannya, sampai-sampai para ulama
juga membahas bahwa tidak boleh seseorang menggunakan sandal orang lain di masjid untuk
berwudu tanpa seizin pemilik sandal. Kalau sandal saja tidak boleh digunakan tanpa izin, terlebih
lagi yang lebih besar daripada itu pun seseorang harusnya meminta izin kepada pemilik terlebih
dahulu.

8. Tidak jujur dalam menerangkan kondisi barang dagangannya


Sungguh betapa banyak orang yang tidak jujur dalam menginformasikan barang dagangannya
dengan berbohong, dengan bersumpah, hanya agar barang dagangannya cepat laku. Sungguh yang
demikian adalah perkara yang haram, dan jika barang dagangannya laku dengan sebab seperti itu,
maka dia telah memakan harta yang haram.
Oleh karena itu, hendaknya seorang pedagang jujur dalam menjelaskan kondisi barang
dagangannya. Ketika ada aib pada barang dagangannya, hendaknya dia tetap menjelaskannya.
Ingatlah bahwa apabila seseorang jujur dalam berdagang, sungguh Allah ‫ ﷻ‬akan memberikan
keberkahan pada dagangannya.

9. Mengurangi takaran dan timbangan


Ketahuilah bahwasanya perkara ini merupakan satu perkara yang pernah membuat suatu kaum
binasa, yaitu kaum Nabi Syua’ib ‘Alaihissalam, karena mereka adalah kaum yang suka
mengurangi takaran dan timbangan.

10. Menjual ayat-ayat Allah ‫ ﷻ‬untuk dunia


Ini merupakan kebiasaan para pendeta-pendeta Yahudi, sebagaimana yang telah Allah ‫ﷻ‬
firmankan,
‫َّللاُ َي ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة‬ َ َّ‫ِيَل أُولَئِكَ َما َيأْكُلُونَ فِي بُطُونِ ِه ْم ِإ ََّل الن‬
َّ ‫ار َو ََل يُك َِل ُم ُه ُم‬ ِ ‫َّللاُ ِمنَ ا ْل ِكت َا‬
ً ‫ب َو َي ْشت َُرونَ ِب ِه ث َ َمنًا قَل‬ َّ ‫﴿ ِإ َّن الَّذِينَ َي ْكت ُ ُمونَ َما أَنزَ َل‬
َ
﴾‫عذَابٌ ألِي ٌم‬ َ
َ ‫َو ََل يُزَ كِي ِه ْم َول ُه ْم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-
Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan
(tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka
pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.” (QS. Al-
Baqarah: 174)
Sebagian para dai, para kiai, dan para ulama, mereka tidak berani berbicara dengan hak, mereka
menyembunyikan ayat-ayat Allah ‫ﷻ‬, menyembunyikan hadis-hadis Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, demi
untuk menyenangkan sebagian orang atau sebagian kelompok, atau untuk mendapatkan uang yang
banyak, bahkan ketika mereka ditanya tidak jarang mereka menghalalkan yang haram. Ketahuilah,
orang yang melakukan demikian berarti telah memakan harta yang haram.
Mari dalam semangat di bulan yang pernuh berkah ini, kita menyisihkan sebagian harta untuk
membantu saudara yang sedang tertimpa musibah. Semoga mereka diberi ketabahan, kesabaran,
dan kemudahan dalam menghadapi penderitaan. Serta semakin menambah keimanan kepada Allah
agar musibah ini segera berakhir dengan baik. Aamiin. Ya Allah ya rahman, ampunilah umat Nabi-
‫‪Mu, Nabi Muhammad SAW, kasihanilah mereka, bimbinglah mereka, sayangilah mereka,‬‬
‫‪sebagaimana Nabi Muhammad menyayangi mereka. Amin ya rabbal alamin.‬‬

‫آن اْلعَظِ ي ِْم‪َ ،‬ونَفَعَنِي َوإِيَّاكُ ْم بِ َمافِ ْي ِه م ِْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ مِ نَّا َو ِم ْنكُ ْم تَِلَ َوتَهُ َوإِنَّهُ ه َُو السَّمِ ْي ُع‬
‫اركَ هللا لِي َولَكُ ْم فِى اْلقُ ْر ِ‬
‫بَ َ‬
‫الرحِ يْم‬ ‫هللا ال َعظِ ي َْم ِإنَّهُ ه َُو الغَفُ ْو ُر َّ‬
‫َ‬ ‫ِر‬
‫ُ‬ ‫ف‬ ‫ْ‬
‫غ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫س‬
‫ْ‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ذ‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ِي‬ ‫ل‬‫و‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ُ‬
‫ل‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬‫َ‬ ‫أ‬‫و‬ ‫‪،‬‬‫م‬‫ي‬
‫َ ُ َ‬‫ْ‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫ع‬ ‫ال‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫س ِيدَنَا ُم َح َّمدًا‬ ‫َل ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َّن َ‬ ‫َل هللاُ َوهللاُ َو ْحدَهُ َ‬ ‫لى ت َْوفِ ْي ِق ِه َو ِا ْمتِنَانِهِ‪َ .‬وأ َ ْش َهدُ أ َ ْن َ‬
‫َل ِا َلهَ ِإ َّ‬ ‫ش ْك ُر َلهُ َ‬
‫ع َ‬ ‫سانِ ِه َوال ُّ‬
‫لى ِإ ْح َ‬
‫ع َ‬‫ا َ ْل َح ْمدُ هللِ َ‬
‫س ِل ْم ت َ ْس ِل ْي ًما كِثي ًْرا‬‫ص َحابِ ِه َو َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫على ا ِل ِه َوا ْ‬ ‫َ‬ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َ‬ ‫َ‬
‫على َ‬‫ص ِل َ‬ ‫إلى ِرض َْوانِهِ‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫ُ‬
‫ع ْبدُهُ َو َرسُ ْولهُ الدَّاعِى َ‬ ‫َ‬

‫ع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن هللاَ أ َ َم َركُ ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأ َ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُدْ ِس ِه َوقَا َل‬
‫اس اِتَّقُوهللاَ فِ ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َ‬‫أ َ َّما بَ ْعدُ فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫صلى هللاُ‬ ‫َّ‬ ‫علَى َ‬
‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ص ِل َ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬
‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫صل ْوا َ‬‫ُّ‬ ‫َّ‬
‫لى النَّ ِبى يآ اَيُّ َها ال ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬‫ع َ‬ ‫صل ْونَ َ‬ ‫ُّ‬ ‫ت َعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫الرا ِش ِديْنَ أبِى بَك ٍر َوعُ َمر‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ع ِن الخلفاءِ َّ‬ ‫ْ‬ ‫ض الل ُه َّم َ‬ ‫ار َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫على انبِيآئِكَ َو ُرسُلِكَ َو َمآلئِك ِة ال ُمق َّربِيْنَ َو ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سيِدِنا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫علَى آ ِل َ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬
‫س ِل ْم َو َ‬ ‫َ‬
‫عنَّا َمعَ ُه ْم بِ َر ْح َمتِكَ يَا ا َ ْر َح َم‬‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِدي ِْن َو ْ‬ ‫س ٍ‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوت َابِعِي التَّابِ ِعيْنَ لَ ُه ْم بِ ِا ْح َ‬ ‫ع ْن بَ ِقيَّ ِة ال َّ‬ ‫علِى َو َ‬ ‫َوعُثْ َمان َو َ‬
‫الراحِ ِميْنَ‬ ‫َّ‬

‫َل َم َو ْال ُم ْسلِمِ يْنَ َوأ َ ِذ َّل الش ِْركَ‬‫ت الل ُه َّم أَع َِّز ْا ِإل ْس َ‬
‫ت اََلَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َواَْلَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغف ِْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َواْل ُمؤْ مِ نَا ِ‬
‫َ‬
‫الدي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِكَ إِلى يَ ْو َم‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫اخذ ْل َم ْن َخذَ َل ال ُم ْسلِمِ يْنَ َو دَم ِْر أ ْعدَا َء ِ‬ ‫ُ‬ ‫الديْنَ َو ْ‬ ‫ص َر ِ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫ص ْر ِعبَادَكَ اْل ُم َو ِح ِديَّةَ َوا ْن ُ‬ ‫َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫صةً‬ ‫ع ْن َبلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬ ‫طنَ َ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َ‬‫الزَلَ ِز َل َواْل ِم َحنَ َوسُ ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْل ِم َحنَ َما َ‬ ‫عنَّا اْل َبَلَ َء َواْ َلو َبا َء َو َّ‬
‫الدي ِْن‪ .‬الل ُه َّم ادْفَ ْع َ‬ ‫ِ‬
‫َاوا ِْن‬
‫سن َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظل ْمنَا اَنف َ‬ ‫اب النَّ ِ‬‫عذ َ‬ ‫َ‬ ‫سنَة َوقِنَا َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬
‫سنَة َوفِى اآلخِ َرةِ َح َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬
‫ان ال ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمة يَا َربَّ العَالمِ يْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّنيَا َح َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫سائ ِِر البُلدَ ِ‬‫َو َ‬
‫‪.‬لَ ْم ت َ ْغف ِْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَكُ ْون ََّن مِ نَ اْلخَاس ِِريْنَ‬

‫ظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ َواذْكُ ُروا َ‬


‫هللا‬ ‫ع ِن اْل َف ْحشآءِ َو ْال ُم ْنك َِر َو ْال َب ْغي َي ِع ُ‬ ‫ان َو ِإيْتآءِ ذِي اْلقُ ْر َ‬
‫بى َو َي ْن َهى َ‬ ‫س ِ‬‫هللا َيأ ْ ُم ُر ِباْل َعدْ ِل َواْ ِإل ْح َ‬
‫هللا ! ِإ َّن َ‬
‫ِع َبادَ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫لى نِعَ ِم ِه يَ ِزدْك ْم َول ِذك ُر هللاِ أكبَ ْر‬‫ع َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫العَظِ ي َْم يَذك ْرك ْم َوا ْشك ُر ْوهُ َ‬ ‫ْ‬

Anda mungkin juga menyukai